Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Sukun (A. communis)
Tanaman sukun merupakan tanaman yang memiliki kemampuan bertahan
hidup dari kondisi cekaman lingkungan yang tinggi. Klasifikasi Sukun Artocarpus
communis menurut Triwiyatno (2003) adalah kingdom: Plantae (tumbuhtumbuhan); divisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji); subdivisi: Angiospermae
(berbiji tertutup); kelas: Dicotyledonae (biji berkeping dua); ordo: Urticales;
famili: Moraceae; genus: Artocarpus; spesies: Artocarpus communis.
Syarat Tumbuh Tanaman Sukun (A. communis)
Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian
1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per
tahun. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan
dan tahan naungan. Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada
tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering
tergenang air. Tanaman sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah
podsolik merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir (regosol), namun akan
lebih baik apabila ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam,
banyak mengandung humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal (Pitojo, 1992).
Sukun toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang
tinggi antara 80 - 100 inchi per tahun dengan kelembaban 60 % - 80 %, namun
lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran
matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab panas, dengan

temperatur antara 15° C - 38° C (Irwanto, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman sukun memiliki toleransi yang cukup longgar terhadap rentang
iklim. Sukun dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim
kering. Tanaman sukun lebih suka tumbuh di tempat terbuka, dan mendapat sinar
matahari penuh. Sukun juga memiliki toleransi terhadap ragam tanah. Sukun
mengkehendaki tanah yang memiliki air tanah dangkal dengan kadar garam yang
rendah. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih menjamin tingkat
pertumbuhan dan produksi buahnya (Purwantoyo, 2007).
Sukun dapat tumbuh baik pada daerah tropis basah, cocok pada iklim
yang panas (suhu 20o C - 40o C) dan lembab (curah hujan 2000 - 3000 mm). Batas
letak lintangnya kira-kira antara 170o LU dan LS. Pohon sukun lebih cocok di
dataran rendah sekitar ekuator (dibawah mdpl). Iklim makro yang sangat ideal
untuk pertumbuhan sukun adalah tempat terbuka dan banyak menerima sinar
matahari. Di daerah yang ternaung atau daerah yang sering berkabut kurang cocok
untuk pertumbuhan sukun. Indikator kesesuaian iklim tanaman sukun adalah
apabila tanaman kluwih dapat tumbuh makan sukun juga dapat tumbuh
(Dephut, 2003).

Penyebaran Tanaman Sukun
Sebaran tanaman sukun di Kepulauan Indonesia meliputi Sumatera (Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Nias, Lampung), Pulau Jawa (Kepulauan
Seribu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Madura, P. Bawean,
Kepulauan Kangean), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
(Minahasa, Gorontalo, Bone, Makasar, Malino), Maluku (Seram, Buru Kai,
Ambon, Halmahera Dan Ternate), dan Papua (Sorong, Manokwari, pulau-pulau
kecil di daerah “Kepala Burung” (Pitojo, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi Pandan Duri (Pandanus tectorius)
Klasifikasi Tanaman Pandan Duri adalah kingdom: Plantae; sub divisi:
Angiospermae; kelas: Monokotiledon; ordo: Pandanales; famili: Pandanaceae;
genus: Pandanus; spesies: P. tectorius. Pandan duri (Pandanus tectorius) adalah
salah satu keanekaragaman tumbuhan hutan yang dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk industri kerajinan, antara lain anyaman. Produk anyaman yang
dihasilkan dari bahan tumbuhan diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam
mengenal tumbuhan yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Salah satu ragam
tumbuhan yang memenuhi kedua persyaratan tersebut ialah pandan duri yang

merupakan bagian dari suku pandan-pandanan (Pandanaceae), terutama dari
marga Pandanus (Arista et al., 2014).
Peranan Mulsa Terhadap Tanaman
Definisi mulsa (mulch) menurut Umboh (1997) adalah suatu bahan atau
material yang secara sengaja diletakkan pada permukaan tanah pertanian.
Selanjutnya dikemukakan klasifikasi mulsa sbb:
1. Mulsa organik yaitu bahan sisa pertanian seperti jerami, batang jagung, batang
kacang, daun pisang, daun pandan, pelepah batang pisang, daun tebu, alangalang, serbuk gergaji. Mulsa daun kering termasuk mulsa organik.
2. Mulsa non organik berupa batu kerikil, batu koral, batu kasar, batu bata dan
batu gravel.
3. Mulsa kimia sintetis yaitu mulsa plastik transparan, mulsa plastik hitam, mulsa
plastik perak dan mulsa plastik perak hitam (mpph).
Secara umum fungsi mulsa diatas adalah untuk memperbaiki sifat fisik tanah,
memperbaiki aerase dan drainase tanah sehingga akar dapat berkembang dengan

Universitas Sumatera Utara

baik dan pertumbuhan tanaman akan lebih subur.
Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah
sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan

kelembaban tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan
pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah
serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik (Mulyatri, 2003).
Salah satu teknik budidaya yang dapat mengurangi terjadinya evaporasi
adalah penggunaan mulsa. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi
penguapan, dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah
dan persediaan air dapat terjaga. Penggunaan mulsa ditujukan untuk mencegah
terjadinya pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian atas,
mengurangi fluktuasi suhu tanah, dan mencegah terjadinya kontak langsung
antara buah dengan tanah yang dapat menyebabkan buah-buahan menjadi busuk
(Jumin, 2005).
Pemberian mulsa organik pada tanah memberikan pengaruh yang baik
bagi perbaikan sifat fisik tanah, meningkatkan penyerapan air tanah, mengurangi
kisaran suhu tanah, dapat mengendalikan pertumbuhan gulma, mempertinggi
kadar humus tanah dan memperbaiki aerasi dan drainase tanah. Manfaat
pemberian mulsa organik membuat akar dapat berkembang dengan baik dan
pertumbuhan tanaman akan lebih subur (Rukmana 2005).
Pengaruh jenis mulsa terhadap suhu tanah dan kelembaban tanah
menunjukan bahwa perbedaan suhu tanah antara perlakuan tanpa mulsa dan mulsa

jerami pada pagi hari tidak berbeda, tetapi mulsa plastik hitam perak menunjukan

Universitas Sumatera Utara

suhu tanah yang lebih tinggi. Mulsa jerami menunjukan suhu yang lebih rendah
pada sore hari dibandingkan dengan suhu tanah tanpa mulsa dan mulsa plastik
hitam perak (Hamdani, 2009).
Mulsa organik lebih disukai terutama pada sistem pertanian organik.
Pemberian mulsa organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan
pertumbuhan yang baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi,
pencegah penyinaran langsung matahari yang berlebihan terhadap tanah serta
kelembaban tanah dapat terjaga, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur
hara dengan baik (Subhan dan Sumanna, 1994). Dekomposisi dari bahan mulsa
organik akan mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta
mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman
(Kumalasari et al., 2015).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi intrasel
(sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal

meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan
sebagainya.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Sifat menurun atau hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar
seleksi bibit unggul.
2. Hormon pada tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang
dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumuhan yaitu auksin, giberilin, gas
etilen, sitokinin, asam abisat dan kalin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Cahaya matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
Cahaya merupakan sumber energi fotosintesis. Daun dan batang tumbuhan
yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat. Tumbuhan yang
kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan
kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai
pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan.

2. Temperatur.

Temperatur mempengaruhi

pertumbuhan

dan

reproduksi

tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi
kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi. Temperatur
yang terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi lambat atau
terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila lingkungan, air,
temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh.
3. Kelembaban atau kadar air. Tanah dan udara yang kurang lembah umumnya
berepengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan penyerapan
air dan menurunkan penguapan atau transpirasi.
4. Air dan unsur hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi
tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan

dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air
dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah.
(Triwiyatno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Peranan Air Pada Pertumbuhan Tanaman
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktifitas
metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan serta sistesis dinding sel
(Gardner et al., 1991).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air) walaupun di dalam tanah
air cukup tersedia di lapangan. Defisiensi air yang terus meneruskan
menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya
tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya,
kadar air tanah dan kondisi cuaca (Islami dan Utomo, 1995).
Selain intensitas cahaya matahari, ketersediaan air juga penting terhadap
daya tumbuh tanaman untuk menghasilkan luas daun dan berat kering total
tanaman yang optimum (Nurkhasanah, 2013). Air sangat berfungsi bagi
pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang digunakan oleh tumbuhan
sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap tanaman melalui akar
bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya, kemudian diangkut melalui
pembuluh xylem (Lakitan, 1993).
Sel tanaman yang telah kehilangan air berada pada tekanan turgor yang

Universitas Sumatera Utara

lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal ini
merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi
yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur (Fitter, 1981).
Keadaan Umum Danau Toba
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas
permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada
ketinggian 995 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2o - 3o LU dan

98o - 99o BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada
bagian tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba
dikelilingi oleh perbukitan. Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia
Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2
dengan total volume air sekitar 1.258 km3 (Amnte, 2012).
Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi)
tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen. Kaldera raksasa ini
mempunyai ukuran panjang: 87 km, lebar: 27–31 km dan luas: 1.100 km².
Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah
sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Pulau Samosir yang terdapat
ditengah - tengah danau mempunyai ukuran panjang: 45 km, lebar 19 km dan luas
640 km². Kedalaman air Danau Toba berkisar 400 – 600 meter dan bagian
terdapat di depan teluk Haranggaol ± 460 meter dan disamping Tao Silalahi yang
relatif memiliki area yang luas ± 445 meter (LIPI,2010).
Geografis Kecamatan Silahisabungan
Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir
Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung

Universitas Sumatera Utara


dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebelah Utara Kecamatan
Silahisabungan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Parbuluan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Samosir dan Danau Toba, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Sumbul dan
Kecamatan Pegagan Hilir. Arealnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang
bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar / rata, sebagian besar adalah
hutan, maka iklim di daerah ini adalah iklim sedang. Jenis tanah di daerah
tangkapan air Danau Toba adalah tanah andisol, yaitu tanah yang terbuat dari
pelapukan abu vulkanik dengan tingkat pelapukan yang rendah sehingga tanah
didominasi oleh bebatuan. Luas wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah 75,62
km2. Desa Silalahi II merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas
wilayah 1819 km2 atau sekira 24,05 % dari luas wilayah Kecamatan
Silahisabungan, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Paropo
I dengan luas wilayah 1.119 km2, atau sekitar 14,8 persen dari luas wilayah
kecamatan Silahisabungan. Desa di Silahisabungan berada di tepi hutan, dengan
luas wilayah sebesar 75,62 km, 3,24 % merupakan lahan pertanian padi sawah,
masyarakat sekitar hutan juga menggunakan sebagian lahan untuk digunakan
sebagai lahan pertanian, baik padi maupun palawija (BPS, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Sebaran Sukun Persepsi Masyarakat Terhadap (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun

0 44 62

Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

4 84 47

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

2 8 52

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 9

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 10

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 2

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 2

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 1 3

Respon Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) Terhadap Penggunaan Mulsa Daun Pandan Sebagai Mulsa Organik Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba

0 0 9