Hambatan-hambatan Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat 1. Pengertian Partisipasi Masarakat

20 Sebaliknya jika masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai tahapan perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap perubahan yang direncanakan oleh pelaku perubahan misalnya, pihak lembaga pemerintah, LSM maupun sektor swasta, masyarakat cenderung akan menjadi defedent tergantung pada pelaku perubahan. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, maka ketergantungan masyarakat kepada pelaku perubahan akan semakin meningkat.

2.1.3. Hambatan-hambatan Partisipasi Masyarakat

Dalam uraian sebelumnya telah dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat boleh dikatakan merupakan unsur yang mutlak dalam pelaksanaan strategi penelolaan sumber daya berbasis komunitas. Pendekatan tersebut diharapkan dapat merespon berbagai keluhan dalam pelaksanaan pembangunan yang sentralis dan bersifat top down. Melalui pendekatan tersebut banyak terdengar keluhan bahwa pemerintah atau penguasa seringkali terlalu memaksakan progam yang sudah dirancang secara terpusat tanpa melakukan konsultasi denan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Dipihak lain juga, sering dikemukakan adana kenyataan, bahwa walaupun sudah dibuka kesempatan kepada masyarakat dan diberi sarana serta media untuk melakukan partisipasi, terutama dalam perencanaan, masyarakat tidak menggunakan kesempatan dan peluang tersebut. Sebagaimana diketahui, untuk keperluan pelaksanaan pembangunan tidak jarang pemerintah menciptakan lembaga baru dalam 21 masyarakat dengan harapan dapat berfungsi sebagai wadah dan media partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta sebagai sarana komunikasi antara nstansi yang melaksanakan program dengan masyarakat. Walaupun demikian, jarang dari lembaga ini yang berhasil mengakar dalam kehidupan masyarakat, sehingga menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana diarapkan. Disamping itu, suasana iklim dalam forum yan diciptakan mungkin juga kurang mendukung. Suasana yang terlalu formal juga seringkali membuat komunikasi menjadi macet karena masyarakat terbiasa mengemukakan aspirasi dan pedapat daam situasi yang informal. Faktor struktural dan kultural masyarakat yang bersangkutan seringkal juga perlu dipertimbangkan dalam mendorong munculnya partisipasi warga masyarakat terutama dalam pengambilan keputusan. Tidak jarang aspirasi, ide, pendapat dan usulan dari arga masyarakat tidak muncul dalam forum yang juga dihadiri oleh pimpinan dan elit lokal. Bukannya mereka tidak mempunyai ide dan aspirasi, tetapi suasana struktural cenderung mendorong mereka mengikuti dan menyetujui apa yang sudah disampaikan oleh elit dan pimpinannya. Dorongan untuk berpartisipasi bagi warga masyarakat khususnya dalam proses identifikasi masalah dan kebutuhan sering dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Apabila wara masyarakat memiliki kesan bahwa apa yang mereka sampaikan dalam berbagai forum untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ternyata kemudian tidak menetas menjadi program yang akan dilaksanakan, maka kenyataan itu 22 akan membuat warga masyarakat menjadi segan untuk berpartisipasi dalam hal yang sama untuk periode berikutnya. Banyak literatur yang mengidentifikasi banyak faktor yang kondusif bagi partisipasi dan yang mewakili sumber daya positif bagi pekerja masyarakat.Berikut adalah faktor-faktor fasilitatif tersebut. a. Bagi masyarakat asli, kontrol masyarakat secara penuh b. Pengetahuan yang baik dan pemahaman yang jelas tentang kompleksitas partisipasi oleh pekerja masyarakat. c. Kejelasan tentang kriteria yang yang digunakan dalam mengundang partisipasi untuk mengundang terhindarnya ketidakterlibatan. d. Kejujuran dan keterbukaan kepada peserta tentang kendala dan keterbatasan partisipasi. e. Akses kepada informasi yang relevan. f. Legislasi perundang-undangan seperti undang-undang kebebasan mendapatkan informasi yang akan mengubah harapan peserta terhadap partisipasi sebagai hak mereka didukung oleh hukum. g. Pelatihan masyarakat lokal dalam hal-hal seperti melobi dan advokasi. h. Penyediaan fasilitator pada temuan-temuan masyarakat. i. Pelatihan ketua j. Waktu yang cukup bagi peserta lokal untuk mewujudkan perannya k. Jejaring masyarakat dan organisasi yang kuat l. Strategi ganda dari dan peluang bagi partisipasi m. Mencegah profesional untuk menjadi perwakilan masyarakat. 23 n. Membangun organisasi-organisasi masyarakat yang kuat yang dapat dikelola oleh masyarakat. o. Apresiasi dan menghargai pengetahuan lokal, kearifan lokal dan sejarah lokal p. Komitmen dan organisasi terhadap kemitraan dengan masyarakat q. Harapan-harapan yang jelas dan eksplisit, yang dapat dinegosiasikan, komitmen, peran, peluang pengembangan keterampilan dan komitmen waktu r. Umpan balik dan pengakuan terhadap kerja partisipan. s. Identifikasi awal dan membahas setiap hambatan, konflik dan sebagainya. Terdapat prinsip yang mendasari yang seharusnya memandu pekerja masyarakat untuk membangun proses-proses partisipasi yang kuat dan efektif, yang mempertimbangkan faktor-faktor penghambat dan kondusif.Prinsip tersebut adalah membangun hubungan yang memberdayakan dengan rakyat lokal yang berarti rakyat memiliki kapasitas untuk memengaruhi struktur dan keputusan-keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka dan membentuk kondisi-kondisi dimana mereka hidup.Menjamin hubungan-hubungan yang memberdayakan memerlukan fleksibilitas; merasa nyaman terhadap ambiguitas dan ketidakpastian, memiliki dasar nilai keadilan sosial dan hak yang jelas, mengetahui bagaimana ini berlaku terhadap praktik dan pembagian kekuasaan pada hubungan-hubungan seseorang dengan warga lokal. 24

2.2. Teori Pengelolaan Sumber Daya Alam

Dokumen yang terkait

Analisis Daya Dukung Sektor Pertanian Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

4 52 149

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

18 120 118

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

7 38 118

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENGHASILAN KEGIATAN USAHA WARGA MASYARAKAT DI KAWASAN OBJEK WISATA DANAU TOBA DI KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON PARAPAT.

0 3 26

PERAN PARTAI POLITIKDEMOKRAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DIKECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 2 24

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 7

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 1

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 1 11

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3