Program Pen gem ban gan Sektor San itasi In don esia/ In don esia San itation Sector Developm en t Program (ISSDP) m en doron g lahirn y a kota-kota

Program Pen gem ban gan Sektor San itasi In don esia/ In don esia San itation Sector Developm en t Program (ISSDP) m en doron g lahirn y a kota-kota

y an g peduli terhadap san itasi. Sejak dilun curkan pada

20 0 6, program in i berhasil m em ban gun ‘laboratorium ’ pen gem ban gan san itasi

berskala kota.

Enam kota ikut dalam program ini yakni Blitar, Sekda Jambi, Kepala Bappeda Surakarta, Asisten Daerah II Payakumbuh, Banjarmasin, Surakarta, Jambi, dan Denpasar.

Denpasar, Kepala Dinas Kesehatan Payakumbuh, Tim Pokja Dalam tahap awal perkembangannya, muncul berbagai

Sanitasi Pusat menyatakan dukungan mereka terhadap pengalaman yang berbeda antarkota tersebut.

percepatan program pengembangan sanitasi di perkotaan yang berpihak pada masyarakat miskin.

Dari situlah muncul gagasan untuk berbagi pengalaman antar kelompok kerja (Pokja) Kota ISSDP melalui lokakarya.

Setelah Deklarasi Blitar lahir, isu sanitasi mulai terangkat. Pertemuan pertama berlangsung di Banjarmasin pada

Kota-kota itu terus menggenjot pembangunan sanitasi 2006 dalam sebuah pertemuan bertajuk “Lokakarya

mereka sebagai wujud implementasi Deklarasi Blitar Sanitasi Enam Kota ISSDP” atau dikenal “City Sanitation

melalui rencana aksi yang memiliki target dan sasaran Summit ”. Pada pertemuan itu kota-kota menyepakati untuk

terukur secara spesifi k. Selain itu, kota-kota pionir mengadakan pertemuan setiap tiga bulan sebagai sarana

sanitasi ini pun menganjurkan bagi kota-kota lain untuk pertukaran informasi antara pokja pusat dan pokja kota

bergabung dalam menyusun kebijakan, program dan serta sesama pokja kota.

kegiatan pengarusutamaan pengembangan kualitas sanitasi di perkotaan yang lebih berpihak kepada

Pada CSS ke-2 di Blitar, 27 Maret 2007 lahir ‘Deklarasi Blitar’. kepentingan warga masyarakat khususnya warga miskin. Ini adalah fenomenal. Walikota Blitar, Walikota Banjarmasin,

CSS pun terus dilakukan di enam kota secara bergilir: di Denpasar, Payakumbuh, Solo dan Jambi. Pesertanya pun bertambah seiring dengan masuknya enam kota baru dalam ISSDP tahap 2, yakni Bukittinggi, Kediri, Batu, Pekalongan, Padang, dan Tegal. Pada CSS VI di Jambi 22 Oktober 2009 lahir Deklarasi Jambi. Dua belas walikota sepakat mendeklarasikan Aliansi Kota Peduli Sanitasi (AKOPSI). Ini baru pertama kali di Indonesia ada sebuah aliansi pemerintah daerah yang memiliki komitmen serta keinginan kuat untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui pembangunan sanitasi kawasan perkotaan.

Lahirnya aliansi kota peduli sanitasi diharapkan berperan untuk mendukung proses replikasi strategi sanitasi kota (SSK) di kota-kota yang memiliki komitmen untuk mempercepat pembangunan sanitasi karena komitmen semua stakeholders kota merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan sanitasi di Indonesia.

Dalam CSS VII di Bukittinggi, Sumatera Barat, jumlah kota yang peduli sanitasi kian bertambah sejalan dengan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP). Bahkan kepedulian itu pun muncul dari pemerintah kabupaten. Menyadari hal tersebut, Aliansi Kota Peduli

Sanitasi (AKOPSI) membuka diri bagi keanggotaan pemerintah kabupaten.

Dalam rangkaian diskusi pada CSS VII tersebut, anggota AKOPSI menyepakati untuk mengubah nomenklatur AKOPSI menjadi AKKOPSI (Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi). Dalam CSS ini, Kota Pontianak dan Kota Balikpapan resmi menjadi anggota AKKOPSI.

Selama 2010, tiga CSS digelar. Setelah di Bukittinggi, CSS berlangsung di Kota Tegal pada Juli 2010 dan Kota Kediri pada Oktober 2010. Semua dalam rangka mengangkat isu sanitasi ke level yang lebih tinggi secara terus menerus.

Sebagai organisasi yang baru berdiri, banyak orang belum mengetahui apa itu Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI). Padahal dari organisasi kecil ini muncul inisiatif untuk menjadikan kabupaten/kota di Indonesia memiliki kepedulian lebih dalam hal sanitasi. Seperti apa organisasi ini dan bagaimana langkah organisasi ini ke depan, kami mewawancarai Ketua AKKOPSI dr H Rd Bambang Priyanto. Berikut petikannya.

Bisa dijelaskan latar belakang berdirinya AKKOPSI?

AKKOPSI lahir dari wujud nyata komitmen pemerintah kabupaten kota untuk memberikan prioritas terhadap pembangunan dan pengembangan sanitasi. AKKOPSI dideklarasikan pada tanggal 22 Oktober 2009 yang selanjutnya dikenal dengan ”Deklarasi Jambi”. Ada 12 kota pertama yang bergabung.

Mengapa AKKOPSI ini penting?

AKKOPSI secara tegas akan memperjuangkan dukungan kebijakan konkret pemerintah terhadap pembangunan sanitasi di kabupaten/kota agar memberi dampak yang lebih besar, baik bagi anggota AKKOPSI dan segenap

lapisan masyarakat Indonesia.

Apa saja yang dilakukan AKKOPSI dalam pembangunan sanitasi selama ini?

AKKOPSI merupakan salah satu pemangku kepentingan yang turut memegang peranan penting dalam pencapaian Program Nasional – Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman. Di tahap awal ini AKKOPSI fokus pada pertukaran informasi, transfer pengetahuan dan pertukaran pengalaman bagi sesama kabupaten kota yang peduli sanitasi dalam bentuk penyelenggaraan City Sanitation Summit (CSS,) yang berkerjasama dengan TTPS dan USDP.

Ke depan, program apa yang menjadi prioritas AKKOPSI?

Prioritas AKKOPSI ke depan ialah pendampingan teknik dan manajemen, pemagangan serta pendanaan bersama dan bentuk-bentuk kerjasama lain. Penguatan lembaga AKKOPSI juga tengah dilakukan. Penyiapan berbagai kelengkapan organisasi, rencana strategis dan rencana kerja. Harapannya semua produk organisasi ini secara operasional

nantinya sejalan dengan langkah-langkah strategis pemerintah membangun sanitasi.

Siapa yang boleh menjadi anggota AKKOPSI dan bagaimana caranya?

Pemerintah kabupaten/kota yang memiliki atau sedang dalam proses penyusunan rencana strategis sanitasi (SSK). Badan Hukum, Lembaga dan Asosiasi yang bergerak di bidang sanitasi juga bisa masuk, termasuk mereka yang berjasa di bidang sanitasi. Dengan syarat-syarat tertentu.

Bagaimana agar pembangunan sanitasi bisa bergerak lebih cepat?

Proses pembangunan sanitasi mengarah pada inisiatif daerah untuk membangun dan meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat, termasuk juga berkontribusi pada program pembangunan nasional sektor sanitasi. Agar bergerak lebih cepat, semua pihak harus memahami dan berkomitmen bahwa sanitasi adalah urusan bersama, yang harus segera ditindaklanjuti secara lebih terkoordinasi, komprehensif dan tanggap kebutuhan.

Sanitasi Harus Jadi Inisiatif Daerah

dr H. Rd. Bambang Priyanto,

Ketua Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI)

Fakta