TINJAUAN PUSTAKA
2. 2. 4. Pandangan Terhadap Dat abase
Sebuah dat abase dapat dipandang dari dua sisi, yait u sisi pengguna dan sisi perancang. Seorang perancang dapat memiliki pandangan secara konsept ual dan secara f isis. Pandangan-pandangan t ersebut menunj ukkan level abst raksi dat abase yang sering disebut sebagai arsit ekt ur dat abase at au abst raksi dat abase. Dalam hal ini t erdapat penyebut an yang berbeda unt uk set iap level abst raksi dat abase.
James Mart in (1975) mennyat akan bahwa abst raksi dat abase t erdiri at as t iga level, yait u appl i cat i on pr ogr ammer l ogi cal f i l e at au user vi ew, gl obal l ogi cal dat a at au level konsept ual (concept ual vi ew), dan physi cal vi ew at au level int ernal.
Jef f rey D. Ullman (1988) menyebut kan bahwa t iga level abst raksi dat abase adalah meliput i level pandangan (vi ew l evel ), level dat abase konsept ual ( concept ual dat abase l evel ), dan level dat abase f isik ( physi cal dat abase l evel ).
Raghu Ramakrishnan (1998) membedakan level abst raksi dat abase menj adi t iga, yait u: skema ekst ernal ( ext er nal schema), skema konsept ual ( concept ual schema), dan skema f isik (physi cal schema).
Abraham Silberschat z, Henry F. Kort h, dan S. Sudarshan (2001) membedakan level abst raksi dat abase menj adi t iga, yait u: pandangan ekst ernal ( ext er nal vi ew) at au pandangan pengguna (user vi ew), pandangan konsept ual ( concept ual vi ew) at au pandangan komunit as pengguna ( communi t y user vi ew), dan pandangan int ernal (i nt er nal vi ew) at au pandangan media penyimpan sekunder ( st or age vi ew).
Level user vi ew merupakan pandangan para pengguna dat abase dimana masing-masing dapat memiliki pandangan yang berbeda t ergant ung pada macam dat a apa saj a yang t ersedia. Pengguna t idak perlu menget ahui t eknis penyimpanan dat abase dalam media penyimpan. User vi ew dij elaskan oleh schema dan subschema dat abase, sedangkan nilai akt ual dat a dit unj ukkan oleh i nst ance schema. Level concept ual vi ew merupakan pandangan perancang dat abase yang berkait an dengan
dat a apa saj a yang perl u disimpan dan penj elasan mengenai hubungan ant ara dat a yang sat u dengan l ainya. Gl obal l ogi cal dat a dit unj ukkan oleh def inisi st rukt ur t abel dat abase menggunakan bahasa deskripsi dat a ( Dat a Def i ni t i on Language/ DDL). Sedangkan physi cal vi ew merupakan implement asi concept ual vi ew, yait u pandangan yang berkait an dengan t eknik penyimpanan dat a ke dalam f isik media penyimpanan dat a yang digunakan, meliput i met oda penyimpanan dan met oda akses dat a dalam media penyimpan sekunder ( st or age devi ce).
2. 2. 5. Relational Database Model/ RDBM
Menurut Paul Lit win (2003) RDBM diperkenalkan pert ama kali ol eh
E. F. Codd pada t ahun 1969 yang kemudian menj adi salah seorang penelit i di perusahaan IBM (ht t p: / / r937. com/ relat ional. ht ml) . Menurut James Mart in (1975) , RDBM merupakan salah sat u model dat a yang menj elaskan t ent ang hubungan l ogik ant ar dat a dalam dat abase kepada pengguna dengan merepresent asikannya dalam bent uk t abel dat ar ( f l at
f i l e) yang t erdiri at as sej umlah baris yang menunj ukkan r ecor d dan kolom yang menunj ukkan at ribut . Relasi RDBM mempunyai beberapa karakt erist ik yang harus dipenuhi, yait u (Mart in, 1975) :
1. Semua elemen dat a/ ent ri pada suat u relasi harus mempunyai nilai t unggal ( si ngl e val ue), bukan suat u larik at au grup perulangan dan harus berupa nilai yang t idak dapat dibagi l agi ( at omi c val ue)
2. Semua elemen dat a/ ent ri pada suat u at ribut t ert ent u dalam sebuah relasi harus mempunyai t ipe dan ukuran yang sama
3. Masing-masing at ribut dalam sebuah rel asi mempunyai nama yang unik
4. Pada sebuah relasi t idak ada dua record dat a yang ident ik Set iap relasi RDBM t ersusun at as dua komponen, yait u (Mart in, 1975) :
1. Int ensi on, meliput i st rukt ur penamaan (naming st ruct ure) rel asi dan
bat asan int egrit as ( i nt egr i t y cont r ai nt ) yait u bat asan int egrit as
kesat uan ( ent i t y i nt egr i t y) dan bat asan int egrit as ref erensial ( r ef er ent i al i nt egr i t y)
2. Ext ensi on, menunj ukkan nil ai-nilai akt ual elemen dat a/ ent ri yang t ersimpan dalam relasi pada suat u saat t ert ent u
RDBM memiliki t erminologi penggunaan ist ilah khusus yang berbeda dengan model dat a lainnya, sepert i dit unj ukkan pada Tabel 2. 4.
Tabel 2. 4: Ist ilah-ist ilah dalam t erminologi RDBM
Sumber: James Mart in, 1975
Dalam RDBM, kunci relasi diperlukan unt uk pengaksesan dat a dalam relasi at au unt uk menyusun kerelasian ant ar relasi. Kunci relasi merupakan sat u at au gabungan at ribut yang bersif at unik dan dapat digunakan unt uk mengident if ikasi set iap r ecor d dalam relasi. Sif at unik t ersebut diart ikan bahwa nilai-nilai elemen dat a/ ent ri dalam at ribut yang digunakan sebagai kunci relasi t idak boleh ada yang sama unt uk
seluruh r ecor d dalam relasi. Berdasarkan j umlah at ribut penyusunnya, kunci relasi dapat dibedakan menj adi dua j enis, yait u (Mart in, 1975) :
1. Kunci sederhana ( si mpl e key)
2. Kunci komposit ( composi t e key) Sedangkan berdasarkan macamnya, kunci rel asi meliput i (Mart in, 1975) :
1. Kunci kandidat ( Candi dat e Key/ CK)
2. Kunci primer ( Pr i mar y Key/ PK)
3. Kunci al t ernat if ( Al t er nat e Key/ AK)
4. Kunci penghubung/ kunci t amu/ kunci asing ( For ei gn Key/ FK)
Pemilihan kunci relasi memiliki beberapa at uran ( r ul es), yait u:
1. Int egrit as kesat uan/ int egrit as ent it as ( ent i t y i nt egr i t y), bahwa secara kesat uan nilai-nil ai elemen dat a/ ent ri pada at ribut yang dipilih/ digunakan sebagai PK t idak boleh nul l
2. Int egrit as ref erensial ( r ef er ent i al i nt egr i t y), bahwa di dalam kerelasian ant ar dua at au lebih relasi dalam dat abase yang dihubungkan dengan suat u kunci penghubung ( f or ei gn key/ FK), maka hubungan ant ar relasi t ersebut harus menj amin bahwa set iap nilai elemen dat a/ ent ri pada FK dalam relasi anak harus ada record dengan nil ai elemen dat a/ ent ri yang sama pada relasi induk yang menj adi ref erensi (Mart in, 1975) .
Perancangan dat abase ut amanya dimaksudkan unt uk menghindari munculnya permasalahan pada operasi pengol ahan dat a. Umumnya permasalahan ini merupakan penyimpangan ( anomal y) yang harus dihindari yang muncul akibat kerangkapan dat a dalam dat abase. Menurut Gio Wiederhold (1988) dan (Mart in, 1975) , penyimpangan it u meliput i del et e anomal l y, i nser t anomal l y, dan updat e anomal l y.
Penyimpangan dalam pengol ahan dat a dapat t erj adi akibat ket ergant ungan ant ar nilai rinci dat a. Ket ergant ungan ant ar nil ai rinci dat a menj abarkan hubungan ant ara at ribut -at ribut dalam hal bagaimana suat u nilai menent ukan nilai yang lain. Umumnya, yang paling baik dilakukan adalah j ika st rukt ur relasi dirancang sedemikian rupa sehingga
at ribut -at ribut non kunci hanya bergant ung pada PK dan t idak memiliki ket ergant ungan pada at ribut lainnya. Jenis-j enis ket ergant ungan ant ar nilai rinci dat a adalah (Mart in, 1975) :
1. Ket ergant ungan f ungsional (Funct i onal l y Dependence/ FD), at ribut Y dikat akan bergant ung secara f ungsional pada at ribut X j ika set iap nilai X berkait an dengan sebuah nilai Y, dan unt uk set iap r ecor d yang memiliki sembarang nilai X selalu berhubungan dengan nilai Y yang
sama. Not asi: FD: R. X Æ R. Y
Ket erangan: FD : Funct ionally Dependence R : nama relasi
X : at ribut penent u (det ermines) Y : at ribut yang bergant ung (dependent )
2. Ket ergant ungan f ungsional penuh ( Ful l Funct i onal l y Dependency/ FFD), at ribut Y mempunyai ket ergant ungan f ungsional penuh pada at ribut X j ika Y f unct i onal dependency pada X, dan Y t idak f unct i onal dependency pada bagian t ert ent u dari X. Not asi: FFD: R. X Æ R. Y
Ket erangan: FFD : Full Funct ionally Dependency R : nama relasi
X : at ribut penent u (det ermines) Y : at ribut yang bergant ung (dependent )
3. Ket ergant ungan t ransit if ( Tr ansi t i ve Dependency/ TDF), at ribut Z dikat akan mengalami ket ergant ungan t ransit if pada X, j ika Y
f unct i onal dependency pada X dan Z f unct i onal l y dependency pada Y.
Not asi: TDF: R. X Æ R. Y Æ R. Z
Ket erangan: TDF : Tr anci t i ve Dependency R : nama relasi
X : at ribut penent u ( det er mi nes) Y : at ribut yang bergant ung ( dependent ) t erhadap X dan sekaligus penent u
t erhadap Z Z : at ribut yang bergant ung ( dependent ) t erhadap Y dan sekaligus bergant ung pada X
4. Ket ergant ungan t ot al ( Tot al Dependency/ TD), at ribut Y dikat akan mengalami ket ergant ungan t ot al, j ika Y f unct i onal l y dependency
pada X dan X f unct i onal l y dependency pada Y. Not asi: TD: R. X ↔ R. Y
Ket erangan: TD : Tot al Dependency R : nama relasi
Y : at ribut yang bergant ung ( dependent ) sekaligus penent u pada X Unt uk memenuhi bat asan/ krit eria dat abase, maka set iap
rancangan relasi perl u diuj i unt uk menent ukan apakah set iap relasi yang dirancang t elah berada dalam kondisi opt imal dan t idak menimbulkan permasalahan ( anomal i es) saat pengol ahan dat a. Jika rel asi belum opt imal , maka perlu dilakukan proses normalisasi, yait u suat u t eknik yang menst rukt urkan dat a dalam cara-cara t ert ent u unt uk mencegah t imbulnya permasalahan pengol ahan dat a dalam dat abase (Mart in, 1975) .
Dalam sumber ref erensi yang l ain, normalisasi diart ikan sebagai proses menempat kan beberapa dat a ke dal am t abel -t abel dat abase anak yang dihubungkan dengan sebuah induknya (mungkin sekaligus menj adi anak bagi dirinya sendiri) yang memuat sebagian dat a ke yang mana direlasikan (ht t p: / / www. goverpub. com/ pdf / pidms2. pdf ) . Normalisasi akan menghasilkan relasi yang opt imal , yait u (Mart in, 1975) :
1. Memiliki st rukt ur r ecor d yang konsist en secara logik
2. Memiliki st rukt ur r ecor d yang mudah unt uk dimengert i
3. Memiliki st rukt ur r ecor d yang sederhana dalam pemeliharaan
4. Memiliki st rukt ur r ecor d yang mudah unt uk dit ampil kan kembali
5. Minimalisasi kerangkapan dat a guna meningkat kan kinerj a sist em Dalam sumber ref erensi yang lain Abraham Silberschat z, Henry F. Kort h, dan S. Sudarshan (2001) menyat akan bahwa normalisasi bert uj uan unt uk memperoleh relasi-relasi dalam bent uk yang “ baik” . Jika sebuah relasi R memiliki bent uk yang “ t idak baik” , maka relasi t ersebut dipecah menj adi sej umlah relasi { R1, R2, . . . , Rn} dimana set iap relasi memiliki bent uk yang “ baik” dan pemecahan dilakukan t anpa t erj adi kehilangan inf ormasi saat digabungkan kembali ( l ossl essj oi n).
Teori normalisasi didasarkan pada ket ergant ungan f ungsional ( f unct i nonal l y dependency/ FD dan ket ergant ungan pada banyak nilai ( mul t i val ue dependency). Bent uk-bent uk normal yang dikenal hingga saat ini adalah (Mart in, 1975) :
1. Bent uk t idak normal ( Unnor mal i zed Form/ UNF)
Relasi UNF t erj adi j ika relasi mempunyai bent uk non f l at f i l e, relasi memuat set at ribut berulang ( non si ngl e val ue), dan relasi memuat at ribut non at omi c val ue.
2. Bent uk 1NF Krit eria relasi 1NF adalah j ika sel uruh at ribut dalam rel asi bernilai
at omik ( at omi c val ue), seluruh at ribut dalam relasi bernilai t unggal ( si ngl e val ue), relasi t idak memuat set at ribut berulang, dan semua r ecor d mempunyai sej umlah at ribut yang sama.
3. Bent uk 2NF Krit eria relasi 2NF adalah j ika memenuhi krit eria 1NF dan semua at ribut non kunci FD pada PK.
4. Bent uk 3NF Krit eria relasi 3NF adalah j ika memenuhi krit eria 2NF dan set iap at ribut non kunci t idak TDF t erhadap PK.
5. Bent uk BCNF Krit eria relasi BCNF adalah j ika memenuhi krit eria 3NF dan semua at ribut penent u (det erminan) merupakan CK.
6. Bent uk 4NF Krit eria relasi 4NF adalah j ika memenuhi krit eria BCNF dan set iap at ribut t idak mengalami ket ergant ungan pada banyak nilai.
5. Bent uk 5NF Krit eria relasi 3NF adalah j ika kerelasian ant ar dat a dal am relasi t ersebut t idak dapat direkonst ruksi dari st rukt ur relasi yang memuat at ribut yang lebih sedikit .
6. Bent uk DKNF Krit eria relasi DKNF adalah j ika set iap bat asan dapat disimpulkan secara sederhanaa dengan menget ahui sekumpulan nama at ribut dan domainnya selama menggunakan sekumpuan at ribut pada kuncinya.
Kerelasian ant ar dat a yang disimpan dal am dat abase sangat l ah kompleks. Suat u schema
diperlukan unt uk mendeskripsikan hubungan l ogik ant ar dat a dalam dat abase. Schema
dan
subschema
memberikan deskripsi hubungan logik ant ar dat a dalam dat abase secara lengkap, t ermasuk di dalamnya nama dan deskripsi dari semua at ribut , record, dan bat asan nilai unt uk semua aplikasi yang menggunakannya. Sedangkan subschema merupakan deskripsi t erpisah dari at ribut , r ecor d, dan bat asan nilai yang akan digunakan oleh sebuah program aplikasi. Dengan demikian, dari sebuah schema dapat dit urunkan ke dalam beberapa subschema. Suat u schema menunj ukkan pandangan konsept ual seorang perancang, sedangkan subschema menunj ukkan pandangan seorang appl i cat i on pr ogr amer t erhadap dat a yang digunakannya.
Raymond McLeod dan George Schell (2001) menyat akan bahwa schema memuat deskripsi yang meliput i:
1. Nama f i el d dat a
2. Alias (nama lain yang digunakan unt uk f i el d dat a yang sama)
3. Tipe dat a (numerik at au al phabet )
4. Jumlah digit pada posisi angka
5. Jumlah digit pada posisi desimal
6. Sej uml ah at uran int egrit as Sebuah rel asi RDBM direpresent asikan sebagai sebuah t abel dat ar yang memuat beberapa ket erangan, yait u:
1. Nama relasi
2. Kunci-kunci relasi (t idak selalu dit uliskan)
3. Kunci-kunci indeks (t idak selalu dit uliskan)
4. Sej umlah r ecor d (elemen dat a/ ent ri dalam bent uk baris dat a)
5. Nama-nama at ribut Not asi schema dan subschema: namarelasi_ schema : (namaat ribut 1 t ipe[ ukuran] 1, namaat ribut 2
t ipe[ ukuran] 2, . . . . , namaat ribut n t ipe[ ukuran] n, f oreign key (namaat ribut f k) ref erences namarelasiinduk, primary key (namaat ribut pk))
Ket erangan: namarelasi
: nama relasi
schema
: schema (bisa j uga subschema)
namaat ribut 1, . . N : nama-nama at ribut dalam relasi yang dit uliskan secara berurut an dari kiri ke kanan
t ipe[ ukuran] 1, . . N : bat asan domain pada set iap at ribut yang dit uliskan secara berurut an dari kiri ke kanan sesuai urut an nama at ribut dalam relasi
f oreign key
: f oreign key
namaat ribut FK : nama at ribut yang digunakan sebagai FK unt uk menghubungkan dengan rel asi induknya ref erences
: meref erensi ke
namarelasiinduk
: nama relasi induk yang diref erensi
primary Key
: primary key
namaat ribut PK : nama at ribut yang digunakan sebagai PK dalam relasi
2. 3. Dat abase dan SIM
Dalam konsep SIM, Gordon B. Davis (1987) menyat akan bahwa salah sat u bagian pent ing dalam SIM adalah masukan ( i nput ), yait u berupa dat a yang kemudian akan disimpan sebagai dat abase. Gordon B. Davis (1987) j uga menyat akan bahwa berdasarkan komponen f isik penyusunnya, SIM t erdiri at as sej uml ah komponen, salah sat unya adalah berkas ( f i l e), yait u sekumpulan dat a yang disimpan dengan cara-cara t ert ent u dalam media penyimpan sekunder ( st or age) sehingga dapat digunakan/ dit ampilkan kembali dengan cepat dan mudah.
Terkait dengan elemen operasional f ungsi pengolahan SIM, Gordon
B. Davis (1987) menyat akan bahwa salah sat u f ungsi pengolahan pada SIM adalah pemeliharaan f ile hist oris yait u dat a masa lampau dalam dat abase.
Sement ara it u, Raymond McLeod Jr. dan George Shell (2001) menyat akan bahwa salah sat u sumber daya konsept ual inf ormasi dalam organisasi adalah berupa dat abase. Dapat dipahami bahwa dat abase merupakan sumber daya pent ing dalam SIM.
2. 4. Perancangan Dat abase Untuk SIM
Menurut Brian Mullen (2005) , penyusunan dat abase merupakan t ugas mult idisipliner. Pada sat u sisi, perancang dat abase sebagai bagian st af t eknik memahami konsep dat abase dengan baik, t et api sering t idak menget ahui bagaimana membuat dat a relevan bagi orang lain dalam
organisasi, at au bagaimana dat a dapat disimpan dan diakses secara cepat . Pada sisi lain, para pengguna menget ahui dat a apa yang dibut uhkannya, t et api j arang yang dapat mengkomunikasikannya dengan baik kepada perancang dat abase, dan para pengguna t idak menget ahui permasalahan-permasalahan yang dit imbulkan ol eh kebut uhannya. Pert emuan ant ara st af t eknik dan para pengguna merupakan kegiat an pent ing unt uk mendapat kan kesamaan persepsi dat abase unt uk sist em dalam organisasi (ht t p: / / www. gowerpub. com/ pdf / pidmc2. pdf ) .
Brian Mullen (2005) j uga menyat akan, bahwa rancangan dat abase yang benar akan memberikan landasan yang solid unt uk SIM. Menurut Jan L. Harringt on (2004) , suat u rancangan dat abase yang buruk akan mengakibat kan ef ek negat if , ant ara lain:
1. Muncul nya kerangkapan dat a
2. Muncul nya inkonsist ensi dat a
3. Muncul nya permasalahan pada penyisipan dat a
4. Muncul nya permasalahan pada penghapusan dat a
5. Pengunaan namanama yang sulit dipahami (t idak bermakna) pada subyek dat a akan menyulit kan pada saat perubahan (ht t p: / / www. ut exas. edu/ academic/ cit / howt o/ resources/ dat a base/ relat ional. answers. pdf ) .
Dalam ref erensi yang lain, Abraham Silberschat z, Henry F. Kort h, dan S. Sudarshan (2001) menyat akan bahwa perancangan dat abase relasional diperlukan unt uk mendapat kan sekumpulan schema relasi yang baik. Rancangan yang buruk akan mengakibat kan perulangan inf ormasi dan t idak dapat menampilkan kembali inf ormasi t ert ent u. Tuj uan ut ama perancangan dat abase adalah:
1. Menghindari kerangkapan dat a
2. Menj amin bahwa kerelasian ant ar at ribut dapat direpresent asikan
3. Memberikan f asilit as pengecekan bat asan int egrit as pada proses updat e
Sement ara it u, J. L. Whit t en dan L. D. Bent ley (1998) , menyat akan bahwa t uj uan dan prasyarat perancangan dat abase adalah:
1. Dat abase harus memberikan ef isiensi media penyimpan (st or age), updat e, dan penampil an kembali dat a-dat a
2. Dat abase harus andal, yait u memiliki int egrit as t inggi yang memberikan kepercayaan bagi para pengguna t erhadap dat a
3. Dat abase harus dapat beradapt asi (adapt abl e) dan dapat berkembang ( scal eabl e) unt uk memenuhi kebut uhan dan aplikasi baru
Unt uk memperoleh SIM yang baik, maka pengembang SIM perlu memahami met ode perancangan dat abase yang baik, yait u:
1. Mengident if ikasi kebut uhan inf ormasi pada sebuah bisnis
2. Merancang dat abase relasional yang didasarkan pada kebut uhan bisnis
3. Membuat dokument asi dat abase
4. Meningkat kan f leksibilit as dat abase unt uk mengant isipasi perubahan
5. Menyederhanakan dat abase dengan j uml ah t abel
6. Membangun dat abase relasional dan menyesuaikannya unt uk memperoleh kinerj a yang opt imal
7. Meningkat kan kinerj a dat abase dengan i ndexi ng dan mengkont rol kerangkapan
8. Mengurangi beaya pengembangan sof t war e dengan generalisasi (ht t p: / / www2. cst udies. ubc. ca/ ~mullen/ IEDBS. ht ml ) .
Menurut Jan L. Harringt on (2004) , sebagian besar sof t war e al at bant u rekayasa berbant uan komput er ( Comput er -Ai ded Sof t war e Engi neer i ng/ CASE) menyediakan f asilit as unt uk membuat dokument asi rancangan dat abase, yait u (ht t p: / / www. ut exas. edu/ academic/ cit / howt o/ resources/ dat abase/ relat ional. answers. pdf ) :
1. Kamus dat a ( Dat a Di ct i onar y/ DD)
2. Kebut uhan pengguna
3. Diagram Aliran Dat a/ DAD ( Dat a Fl ow Di agr am/ DFD)
4. Bagan st rukt ur ( st r uct ur e char t )
5. Model dat a ( dat a model )
6. Prot ot ipe t ampilan layar
7. Model keadaan ( st at e model )
8. Diagram t ugas ( t ask di agr am)
9. Diagram kelas ( cl ass di agr am)
10. Diagram obyek ( obj ect di agr am)
Dalam ref erensi yang lain, Raymond McLeod dan George Schell (2001) menyat akan bahwa penyusunan dat abase dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekat an, yait u:
1. Pendekat an berorient asi proses (pendekat an pemecahan permasalahan)
2. Pendekat an model perusahaan. Selanj ut nya, penyusunan dat abase dilakukan melalui t iga langkah ut ama, yait u:
a. Mendeskripsikan dat a
b. Memasukkkan dat a
c. Menggunakan dat abase (menggunakan bahasa quer y, QBE, at au DML) Menurut Jan L. Harringt on (2004) , sebuah ent it as dal am dat abase relasional t idak dapat memiliki at ribut banyak nilai ( mul t i val ued at t r i but e), solusinya adalah dengan membuat sebuah ent it as baru unt uk menyimpan nilai-nilai t ersebut . Ent it as baru t ersebut menyimpan inst an yang memiliki banyak nilai dan yang lain unt uk menyimpan at ribut - at ribut nya. Selanj ut nya, indeks dapat digunakan unt uk meningkat kan kinerj a dat abase. Keunt ungan penggunaan indeks adalah mempercepat akses nilai-nilai dat a dalam sat u at au gabungan beberapa kol om. Indeks memuat sebuah daf t ar kunci yang memungkinkan DBMS mengecek r ecor d dalam dat abase secara langsung, t idak harus berurut an mulai dari awal. Sekalipun demikian, penggunaan indeks memiliki kelemahan, yait umemerlukan t ambahan t empat ( space) dalam dat abase. Dat abase j uga harus selalu disusun kembali set iap kali dilakukan operasi dat a ( i nser t , modi f y, at au del et e), sehingga kinerj anya menj adi lebih lambat
(ht t p: / / www. ut exas. edu/ academic/ cit / howt o/ resources/ dat abase/ rel at ional . answers. pdf ) .
Berdasarkan penelit ian yang dil akukan oleh Brian Mullen (2005) , diket ahui bahwa perbedaan t ingkat kepakaran perancang dat abase dan perbedaan kebut uhan para pengguna merupakan penyebab ut ama rancangan dat abase t idak dapat bersif at f leksibel. Rancangan dat abase yang t idak f leksibel akan memberikan dampak pada dana dan wakt u unt uk pemeliharaan dat abase. Normalisasi dat abase akan menghasilkan st rukt ur dat abase yang sangat banyak dan kompleks. Meskipun demikian, sedapat mungkin dat abase harus dinormalisasi. Jika dua buah dat a dapat direlasikan ke sebuah dat a lain, maka unt uk memperoleh f leksibilit as st rukt ur dat abase, akan lebih baik menyimpan dat a dalam beberapa f ile daripada menyimpannya di dalam sebuah f ile dalam dat abase (ht t p: / / www. gowerpub. com/ pdf / pidmc2. pdf ) .
Berikut adalah saran umum yang diberikan oleh Brian Mullen (2005) unt uk memperoleh rancangan st rukt ur t abel dat abase yang f leksibel, yait u (ht t p: / / www2. cst udies. ubc. ca/ ~mullen/ IEDBS. ht ml#General Tables) :
1. Meningkat kan f leksibilit as dat abase dimana kebut uhan-kebut uhan baru dapat diakomodasi dengan t abel-t abel dat abase yang ada
2. Mengurangi beaya pembuat an dan pemel iharaan apl ikasi-aplikasi
3. Meningkat kan penggunaan kembali dan penggunaan bersama ant ar aplikasi
4. Mengurangi sof t war e yang dibut uhkan unt uk membuat aplikasi
5. Mengurangi duplikasi dan inkonsist ensi inf ormasi Menurut J. L. Whit t en dan L. D. Bent ley (1998) , perancangan dat abase unt uk CBIS berbeda dengan perancangan dat abase konvensional (berkas). Dalam berkas f ile-f ile dat abase dibuat unt uk masing-masing aplikasi, sedangkan dalam dat abase sist em-sist em aplikasi dibuat dengan memanf aat kan sebuah dat abase.
J. L. Whit t en dan L. D. Bent ley (1998) j uga menyat akan bahwa keunt ungan maksimal dari dat abase hanya bisa dicapai j ika dat abase
dirancang dengan baik dan benar. Hasil akhir sebuah rancangan dat abase disebut sebagai schema, yait u sebuah bl uepr i nt unt uk dat abase. Perancangan dat abase adalah ment erj emahkan model dat a yang dikembangkan pada t ahap def inisi ke dalam st rukt ur t abel dat abase yang didukung oleh t eknol ogi dat abase (bahasa dan alat bant u) yang dipilih. Dat abase menyediakan ent it as dan kerelasian ant ar ent it as unt uk implement asi t eknik. Dengan demikian, dat a merupakan bagian dari sumber daya yang harus dikont rol dan dikelola dengan baik.
Selanj ut nya, J. L. Whit t en dan L. D. Bent ley (1998) menyat akan bahwa prot ot ipe bukanlah merupakan alt ernat if yang baik unt uk menyusun schema dat abase, dan saat schema t elah l engkap, maka suat u prot ot ipe dat abase biasanya dapat dibangkit kan (gener at e) sangat cepat . Sebagian besar DBMS modern t elah menyediakan f asilit as yang lengkap berupa dat abase menu-dr i ven yang secara ot omat is akan membuat DDL dan prot ot ipe dat abase dari DDL t ersebut . Kemudian dat abase dapat diuj i menggunakan dat a-dat a penguj ian, baik unt uk menguj i pr ot ot ype,
i nput , out put , t ampil an layar, dan komponen sist em l ainnya. Menurut
Paul Lit win (2003) , perancangan dat abase lebih merupakan suat u seni daripada suat u ilmu penget ahuan. Sekalipun t idak mengungkap seluruh t ahapan dalam proses perancangan, Paul Lit win memberikan kerangka kerj a yang sesuai digunakan dalam perancangan dat abase, yait u sebagai berikut (ht t p: / / r937. com/ relat ional. ht ml) :
1. Pelaj arilah proses bisnis dan proses lain dalam organisasi unt uk mencoba membuat model.
2. Tulislah pernyat aan mendasar at au misi yang harus dilakukan oleh sist em. Kemudian dil anj ut kan dengan membuat daf t ar kebut uhan pada sist em.
3. Mulailah membuat
f or m ent ri dat a. Jika at uran-at uran dalam sist em memerlukan l ay out berbent uk t abel, t ambahkan t abel yang diperlukan t ersebut . Jika sist em yang ada belum t erkomput erisasi, maka gunakan sist em manual yang ada sebagai dasar perancangan
t abel (umumnya t abel dalam sist em manual berada dal am bent uk t idak normal). Jika sist em t elah t erkomput erisasi, maka gunakan t abel-t abel dat abase yang ada sebagai acuan. Sekalipun t abel-t abel dat abase belum normal, ini akan lebih memudahkan daripada dal am sist em manual. Kemudian cet aklah schema, t abel, dan f or m ent ri dat a yang ada unt uk digunakan dalam proses perancangan.
4. Berdasarkan f or m t ersebut , rancanglah t abel-t abel dat abase dengan sekaligus mencoba menerapkan t eori normalisasi. Set iap t abel hanya digunakan unt uk mendeskripsikan sebuah ent it as.
5. Perhat ikan seluruh laporan yang t ercet ak pada kert as at au komput er.
6. Past ikan bahwa set iap dat a dalam laporan t ersedia di dalam t abel. Jika dat a belum t ersedia, t ambahkan dat a t ersebut dalam t abel -t abel yang ada at au buat lah t abel baru.
7. Tambahkan dan isikan beberapa baris dat a pada set iap t abel.
8. Mulailah melakukan proses normalisasi. Pert ama, ident if ikasikan CK unt uk set iap t abel, dan kemudian pilihlah PK. Pilihlah PK yang minimal, st abil, sederhanaa, dan f amilier. Past ikan bahwa nilai dalam PK t idak akan pernah muncul berulang.
9. Jika diperlukan, t ambahkan FK unt uk merelasikan ant ar t abel . Gambarlah kerelasian ant ar t abel. Jika kerelasian berj enis many-t o- many, maka buat lah t abel penghubung.
10. Past ikan bahwa t abel memenuhi 1NF, yait u seluruh at ribut bernilai at omik dan t idak memuat grup perulangan. Jika diperl ukan, pecahlah t abel unt uk memperoleh 1NF.
11. Past ikan bahwa t abel memenuhi 2NF, yait u set iap t abel hanya mendeskripsikan sebuah ent it as dan semua at ribut non-key bergant ung sepenuhnya (FFD) pada PK. Jika diperlukan, pecahlah t abel unt uk memperoleh 2NF. Jika t abel memiliki PK berupa kunci komposit , maka pecahlah PK menj adi at ribut -at ribut yang seluruhnya dit empat kan pada t abel it u j uga.
12. Past ikan bahwa t abel memenuhi 3NF, yait u hilangkan at ribut yang nilainya dapat dihit ung dan hilangkan at ribut yang bersif at mut ual dependent dengan cara membuat t abel l ookup.
13. Gambarkan kembali kerelasian ant ar t abel hasil normaliasi.
14. Buat lah t abel menggunakan alat bant u yang dipilih (misal, menggunakan Microsof t Access at au lainnya). Isikan cont oh-cont oh dat a dalam t abel .
15. Buat lah prot ot ipe quer y, f or m, dan r epor t . Tahap ini mungkin perlu mendef inisikan ulang agar sesuai dengan kebut uhan.
16. Berikan kepada para pengguna agar dievaluasi. Jika diperlukan, ulangi kembali t ahap 8-12.
17. Kembal i ke rancangan t abel dan at uran bisnis.
18. Buat lah f or m, r epor t , dan quer y f inal . Kembangkan program aplikasi. Jika diperl ukan, ul angi kembali perancangan yang t el ah dibuat .
19. Penguj ian oleh para pengguna. Jika diperlukan, ulangi kembali seluruh t ahapan perancangan yang t elah dilakukan.
20. Serahkan hasil f inal. Paul Lit win (2003) j uga menyat akan bahwa penggunaan model RDBM dal am perancangan dat abase akan memberikan beberapa keunt ungan, ant ara l ain:
1. Ent ri dat a, updat e, dan penghapusan dat a akan lebih ef isien
2. Penampilan kembal i, peringkasan, dan pelaporan dat a akan lebih
ef isien
3. Jika dat abase dirancang dengan menggunakan model yang dif ormulasikan dengan baik, maka perilakunya akan dapat diprediksi
4. Jika inf ormasi disimpan dalam dat abase (bukan dalam program aplikasi) maka dat abase memiliki dokument asi t ersendiri
5. Perubahan pada schema dat abase dapat dilakukan dengan lebih mudah
Dalam ref erensi yang lain, Jun Yang (1999) menyat akan bahwa penyusunan dat abase dapat dilakukan mel alui empat t ahapan, yait u:
1. Memahami domain dunia nyat a yang akan dit angkap
2. Menspesif ikasikan domain dunia nyat a t ersebut dengan menggunakan model dat a (menggunakan ER_M at au Obj ect Def init ion Language/ ODL)
3. Ment erj emahkan spesif ikasi ke model dat abase (relasional, ODL)
4. Membuat schema DBMS dan mengisi dat a (ht t p: / / www-
db. st anf ord. edu/ ~ullman/ f cdb/ spr99/ lec2. pdf ) . Dengan menggunakan met a model , penelit ian Olaf Herden (2001)
t elah berhasil mendef inisikan dan mengukur aspek-aspek kualit as schema berorient asi obyek ( obj ect or i ent ed) suat u dat abase, dan mengusulkan sebuah proses unt uk melakukan t inj auan dan pengukuran aspek kualit as schema suat u dat abase. Aspek-aspek yang relevan unt uk pengukuran kualit as schema suat u dat abase yang dimaksud meliput i 9 (semiblan) krit eria, yait u sepert i dit ampilkan pada Tabel 2. 5 ( Olaf Herden, 2001, ht t p: / / www. iro. umont real. ca/ ~sahraouh / qaoose01/ Herden. PDF) :
Tabel 2. 5: Aspek-aspek kualit as schema dat abase yang sesuai unt uk dilakukan pengukuran
Kriteria
Deskripsi
Kebenaran Merupakan aspek t eknik, apakah semua aspek dimodelkan secara benar ( cor r ect ness)
sesuai dengan kebut uhan dan bat asan sist em. Aspek ini dapat digunakan unt uk mengukur semua schema. Pengukuran dilakukan menggunakan kepakaran dengan meninj au t ingkat kedalaman penget ahuan pada seluruh aspek t eknik.
Konsist ensi Merupakan aspek t eknik, apakah semua aspek dalam model t erbebas dari ( consist ency)
kont radiksi. Aspek konsist ensi dan kebenaran sangat pent ing unt uk mengukur apakah schema dit erima oleh pengguna at au t idak. Pengukuran dilakukan menggunakan kepakaran t eknik dengan menganalisis konsist ensi set iap aspek t eknik pada model dan membandingkannya dengan aspek t eknik berikut nya.
Relevansi Merupakan aspek t eknik, apakah aspek-aspek t eknik pada schema relevan ( r el evance)
digunakan. Aspek ini pent ing unt uk menget ahui apakah schema dit erima oleh pengguna at au t idak. Pengukur an dilakukan menggunakan kepakaran t eknik unt uk menent ukan seluruh aspek yang relevan dan membandingkannya dengan schema.
Jangkauan Apakah j angkauan schema t elah sesuai dengan kebut uhan pengguna. ( scope)
Aspek ini pent ing unt uk menget ahui apakah schema dit erima oleh pengguna at au t idak. Lingkup schema bersif at relat if mengacu pada t uj uan proyek. Pengukuran dilakukan menggunakan kepakaran unt uk menent ukan seluruh kebut uhan proyek dan membandingkannya dengan schema.
Tingkat det ail Apakah t ingkat det ail schema t elah sesuai. Aspek ini pent ing unt uk ( l evel of det ai l )
menget ahui apakah schema dit erima oleh pengguna at au t idak. Pengukuran dilakukan menggunakan kepakaran t eknik unt uk menent ukan t ingkat det ail yang diinginkan dan membandingkannya dengan schema.
Kelengkapan Apakah schema t elah lengkap (dengan mengacu pada kebut uhan). Aspek ( compl et eness)
ini pent ing unt uk menget ahui apakah schema dapat dit erima oleh pengguna at au t idak. Pengukuran dapat dilakukan dari aspek j angkauan dan t ingkat det ail (sebelumnya).
Minimalit as Apakah schema dimodelkan secara kompak dan t idak ada perulangan. ( mi ni mal i t y)
Aspek ini pent ing karena schema konsept ual harus t epat . Pengukuran dilakukan mengunakan kepakaran t eknik unt uk mengecek apakah t erdapat aspek-aspek yang dimodelkan secara berulang.
Kemampuan Apakah schema t elah disesuaikan unt uk st andarisasi dalam organisasi unt uk
secara menyeluruh at au pemodelan. Aspek ini t ergant ung pada kont eks diint egrasikan
proyek at au organisasi, yait u apakah lebih banyak t erlibat pada asosiasi ( abi l i t y of
ekonomi at au berorient asi int ernasional, t et api yang lebih relevan j ika i nt egr at i on)
memiliki kemampuan unt uk diiint egrasikan. Pengukuran dilakukan unt uk menent ukan apakah penggunaan nama-nama hanya dapat digunakan unt uk cabang at au dapat dit erima secara int ernasional.
Kemampuan unt uk Apakah semua ist ilah dalam schema dij elaskan at au t idak. Aspek ini dibaca
pent ing, khususnya unt uk dialog dengan st af t eknik dan orang yang dat ang ( r eadabi l i t y)
belakangan. Pengukuran dilakukan dengan meninj au dokumen unt uk menent ukan apakah set iap aspek mudah dipahami.
Sumber: Olaf Herden (2001)
Tabel 2. 6: Aspek-aspek kualit as schema dat abase berorient asi obyek yang t idak sesuai unt uk dilakukan pengukuran
Kriteria
Kriteria
Alasan ketidaksesuaian
Kemampuan Dapat kah kebut uhan baru Sangat sesuai unt uk set iap schema, karena diperluas
dapat diint egrasikan ke 80% beaya SIM digunakan unt uk ( ext ensi bi l i t y)
dalam schema secara pemeliharaan. Namun orient asi obyek mudah?
sebagai model dat a unt uk level konsept ual baik digunakan unt uk dapat diperluas.
Kemampuan Dapat kah bagian-bagian Meskipun sangat pent ing unt uk menj aga digunakan
schema digunakan unt uk kemungkinan di kemudian hari, namun t idak kembali
schema baru? sesuai unt uk dit inj au. Mirip pada ( r eusabi l i t y)
kemampuan diperluas, orient asi obyek sebagai model dat a level konsept ual baik digunakan unt uk dapat digunakan kembali.
Pengelolaan Apakah adminsit rasi, Pengelolaan schema sangat relevan, schema
penggunaaan, dan updat e khususnya mengacu pada pengembangan mungkin dilakukan pada
menyeluruh. Ini harus menyediakan alat schema?
bant u model at au t ersimpan. Tinj auan hanya dapat dicek pada sej umlah versi.
Kemampuan Mungkinkah unt uk mengubah konsept ual hanya membuat def inisi saat dirubah
schema ke lapis perubahan. Algorit ma perubahan khusus ( t r ansf or mabi l i t y) logik?
harus mendasari met odologi perubahan.
Kemampuan Apakah schema memenuhi Krit eria ini sangat relevan dalam RDBM, diubah pent ing
at uran normalisasi? sehingga penggunaan ER_M at au karena schema
perluasannya sebagai model konsept ual Normal isasi
pengecekan at uran normalisasi harus
( nor mal i sat ion) menj adi bagian yang dit inj au. Tet api t idak relevan unt uk schema orient asi obyek, karena t idak ada bent uk normal yang dit erima unt uk schema orient asi obyek.
Sumber: Olaf Herden, 2001,
2. 5. Verifikasi Struktur Dat abase
Verif ikasi st rukt ur dat abase adal ah suat u proses memverif ikasi l ay out dat abase apakah benar dan t epat sesuai dengan sit uasi-keadaannya. Verif ikasi dat abase melibat kan pengecekan rancangan dat abase mengikut i prakt ek t erbaik yang diusulkan oleh para pakar indust ri dan kebut uhan-kebut uhan khusus yang meyakinkan organisasi at au proyek; sert a memberikan j aminan bahwa st rukt ur dat abase t idak diubah secara t idak t erduga. Lebih khusus, verif ikasi st rukt ur dat abase adal ah proses unt uk mengecek bahwa it em-it em diindeks dengan t epat ; nilai-nilai disimpan dalam t ipe dat a yang t epat ; hubungan ant ar t abel-t abel diekspresikan dengan semest inya; dan set erusnya.
Jika st rukt ur dat abase dibuat mengikut i prakt ek yang t erbaik, maka beberapa permasalahan yang t erkait dengan dat abase akan dapat dihindari. Sebagai cont oh adalah:
1. Indeks yang t epat akan mempercepat kecepat an quer y (khususnya dat abase berukuran besar)
2. Normalisasi dat abase sesuai digunakan unt uk menyederhanakan t abel-t abel pada saat perancangan (namun akan menambah j umlah t abel dan akan mengurangi int egrit as ref erensial)
3. St at emen SQL merupakan f asilit as unt uk penamaan, pembent ukan, dan pencegahan kesalahan t abel dan f i el d logik selama penguj ian, debuggi ng, dan pemeliharaan
4. Tipe dan ukuran dat a yang t epat akan menghindari kemungkinan kehilangan dan kesalahan nil ai-nilai dat a
5. Namanama t abel dan f i el d yang berbeda dengan kat a-kat a kunci t ercadang ( r eser ved keywor ds) mencegah permasalahan
f ungsionalit as aplikasi.
Perancangan st rukt ur dat abase memerlukan wakt u yang lama dan upaya-upaya perencanaan yang baik, yait u bagaimana mengorganisasikan dat a ke dalam t abel -t abel ; bagaimana merelasikan ant ar t abel; sert a
f i el d mana yang akan diindek, disimpan, dan diakses. Jika st rukt ur t abel perlu diubah secara t iba-t iba dan perubahan it u t idak t erdet eksi sebelumnya, maka permasalahan ini dapat lebih mudah dit angani (ht t p: / / www. parasof t . com/ j sp/ home. j sp) .
2. 6. Schema Dat abase Universal
Perancangan schema dat abase yang bersif at universal unt uk memenuhi berbagai macam kebut uhan para pengguna t el ah dilakukan dalam sebuah diskusi di Int er net (ht t p: / / www. webservert alk. com/
message1055091-2. ht ml) . Diskusi diawali oleh pernyat aan yang t idak mempercayai bahwa seseorang mampu membangun t abel/ vi ew dat abase yang mult iguna dan t idak memerlukan perancangan ulang saat t erj adi perubahan kebut uhan dari para pengguna ("Chris"<cw23@greenmail. ch) . Tanggapan pert ama at as penyat aan di at as disampaikan oleh Lauri Piet arinen (lauri. piet arinen@at business. com) . Aspek pert ama
f leksibilit as st rukt ur dat abase adalah permasalahan yang t erkait dengan isolasi dat a dalam dat abase, yait u kopel ant ar t abel dalam dat abase.
Berikut diberikan cont oh def inisi t abel dat abase sederhana, yait u:
Ceat e t able OneGiant Table (row_t ype char(20), row_id int , column_name char(20), column_value vchar(100))
Cont oh di at as memerlukan invent arisasi kembali seluruh aspek penanganan dat abase pada al at bant u yang digunakan. Aspek kedua, t erkait dengan penggunaan pendekat an dal am st rukt ur dat a. Penggunaan XML (yang merupakan pendekat an t idak/ semi t erst rukt ur dimana sebuah
f ile dapat memuat berbagai macam nilai yang dit uliskan di ant ara t anda t ag) akan menemui permasal ahan j ika f ile memuat t ag yang t idak dikenali ol eh aplikasi. Sehingga di kemudian hari perlu invet arisasi kembali kont eks dat a dan sekaligus menj adi alasan mengapa sebaiknya
kembali ke dat a t erst rukt ur menggunakan t abel. Hal ini menj adi alasan, bahwa RDBM merupakan pendekat an pal ing umum unt uk perancangan schema dat abase. Selanj ut nya diberikan dua cont oh def inisi t abel dat abase, yait u:
DB1:
creat e t able Cust omer (cust _id int eger primary key, cust _name varchar(30), voice_phone varchar(20), f ax_phone varchar(20))
DB2:
creat e t able Cust omer (cust _id int eger primary key, cust _name varchar(30)) creat e t able Cust Phone (phone_id int eger primary key, cust _id int eger ref erences Cust omer, phone_number_t ype char(5), phone_number varchar(20))
Dalam cont oh di at as, DB2 lebih f leksibel daripada DB1 dan schema t idak harus diubah apabila t erj adi suat u saat t erdapat t ipe baru pada nomor t elepon. Pada sisi yang lain, DB1 lebih sesuai digunakan dan lebih mudah diakses (menggunakan quer y) apabila at uran yang berlaku adalah cust omer hanya memiliki sebuah nomor t elepon. Fleksibilit as akan mengurangi kebut uhan perubahan schema, program-program aplikasi, dan membuat schema menj adi l ebih komunikat if .
Aspek ket iga adalah t erkait dengan penggunaan t ipe dat a dal am schema t abel dat abase. Permasalahannya adalah apakah semua t ipe dat a harus didef inisikan secara eksplisit dalam st rukt ur t abel at au dapat disembunyikan. Berikut cont oh yang relevan unt uk dipikirkan:
DB1:
creat e t able Pict ure (pict _id int eger primary key, pict _name varchar(30), . . dan set erusnya . . . pict ure image)
DB2: creat e t able Pict ure (pict _id int eger primary key, pict _name varchar(30), . . dan set erusnya . . . ) creat e t able Pixel (pict _id int eger, pixel_id int eger, pixel_color int eger, primary key(pict _id, pixel_id))
Dalam DB1 kerumit an disembunyikan dari t ipe dat a gambar, sedangkan dalam DB2 t ipe dat a dit uliskan secara eksplisit . Dalam sebagian besar kasus, pendekat an pada DB1 lebih disarankan. Pada sisi lain, t idak baik menyembunyikan t ipe dat a unt uk kasus sepert i berikut :
creat e t able Cust omer cust _id int eger primary key, cust _det ails cust _det ail_dat at ype) select cust _det ails. get Name()
f rom Cust omer where cust _id=1
Sebenarnya, sah-sah saj a menyembunyikan def inisi t ipe dat a, namun demikian unt uk kasus t erakhir ini bukan merupakan sebuah rancangan yang baik (lauri. piet arinen@at business. com) . Pendapat t ersebut disanggah oleh Kennet h Downs (Ken)nnet h@(Sec)ure (Dat )a(. com)) , menurut nya pendekat an yang dipilih adalah t ergant ung pada permasalahan mana yang ingin diat asi. Schema t idak f leksibel dan t idak dapat memenuhi segala kebut uhan karena j enis kebut uhan apa yang akan t erj adi di masa mendat ang dan harus disiapkan dalam schema t idak diket ahui. Sebuah pendekat an dapat digunakan, yait u schema dirancang sesuai dengan kebut uhan dalam sist em dan mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang t erkait dengan st rukt ur t abel unt uk kebut uhan dalam j angka panj ang. Fl eksibilit as st rukt ur dat abase merupakan sebuah pilihan yang perlu memikirkan keseimbangan ant ara beban kerj a, beaya, dan wakt u yang diperlukan.
2. 7. Pendekatan Dalam Pengukuran Kualitas Informasi
Dalam beberapa lit erat ur, ist ilah kualit as dat a dan kualit as inf ormasi sering dit emukan dan digunakan sebagai sinonim. Def inisi baku mengenai ist ilah kualit as inf ormasi belum dit emukan, t et api umumnya kualit as inf ormasi dipandang sebagai konsep mult idimensional dan bert ingkat (Te’ eni (1993), Wang, Reddy dan Kon (1995), Eppler dan
Wit t ig (2000)) . Dalam hal ini t erdapat t iga macam pendekat an yang berbeda yang dapat digunakan unt uk menspesif ikasikan kualit as
inf ormasi, yait u (Klesse, Herrmann, Brändli, Mügeli, Maier, ht t p: / / wot an. liu. edu/ docis/ dbl/ iqiqiq/ 2004_418 _CIPACS. ht m) :
1. Pendekat an int uit if ( i nt ui t i ve appr oach), pendekat an ini mengusulkan at ribut at ribut kual it as inf ormasi yang didasarkan pada wawasan/ penget ahuan subyekt if seseorang. Pendekat an ini t elah digunakan dalam penelit ian yang dilakukan oleh R. Y. Wang, M. P. Reddy, dan
H. B. Kon (1995), H. Miller, (1996), T. C. Redman (1996), L. P. English (1999) .
2. Pendekat an empiris ( empi r i cal appr oach), pendekat an ini bersif at kuant it at if yang diperoleh dari hasil survei. Pendekat an ini t elah digunakan dalam penelit ian yang dilakukan oleh R. Y. Wang, dan
D. M. St rong, (1996), M. Hel f ert , G. Zel lner, dan
C. Sousa (2002) .
3. Pendekat an t eorit is ( t heor et i cal appr oach), pendekat an ini berusaha memuncul kan usulan t eori baru didasarkan pada t eori-t eori yang sudah ada. Pendekat an ini t elah digunakan dalam penelit ian yang dilakukan oleh