KLASIFIKASI TANAH LUNAK

4.2 KLASIFIKASI TANAH LUNAK

Sistem USCS membagi tanah menjadi tiga kelompok utama: tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus dan tanah dengan kandungan organik yang tinggi. Lebih jauh dalam Panduan ini tanah berbutir halus dibagi lagi menjadi tiga Sistem USCS membagi tanah menjadi tiga kelompok utama: tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus dan tanah dengan kandungan organik yang tinggi. Lebih jauh dalam Panduan ini tanah berbutir halus dibagi lagi menjadi tiga

Kadar Organik

Kelompok Tanah

Tanah Organik

Tanah dengan Kadar Organik Rendah

Table 4-1 Klasifikasi Tanah berdasarkan Kadar Organiknya

4.2.1 Tanah Inorganik berbutir halus

Klasifikasi tanah inorganik dan tanah organik yang berbutir halus mengikuti sistem yang digunakan dalam sistem USCS untuk tanah berbutir halus, dimana tanah berbutir halus dibagi dalam sub kelompok sebagai lanau (M) and lempung (C). Lanau adalah tanah berbutir halus yang memiliki nilai Batas Cair dan Indeks Plastisitas yang jika diplot ke dalam grafik pada gambar 4-1 akan berada di bawah garis-A, sementara untuk lempung akan berada di atas garis tersebut. Kekuatan geser undrain (CU) untuk tanah lempung atau diskripsi klasifikasi lihat tabel 4-2.

Konsistensi C U (kPa)

Sangat lunak < 12,5 Lunak

12,5 – 2.5 Medium

25 – 50 Kenyal

50 – 100 Sangat kenyal

100 – 200 Keras

> 200 Tabel 4-2 Konsistensi tanah lempung

Gambar 4-1 Batas-batas Atterberg untuk tanah Organik dan Inorganik

4.2.2 Tanah Organik

Tanah organik (O) adalah tanah yang dikelompokkan sedemikian berdasarkan kandungan organiknya, dimana dalam Panduan ini didefinisikan sebagai tanah yang memiliki kandungan organik 25 % hingga 75 %. Selanjutnya, tanah organik ini dikelompokkan lagi menjadi kelompok OL dan OH berdasarkan tingkat plastisitasnya.

4.2.3 Gambut

Gambut (PT) adalah jenis tanah yang memiliki kadar organik lebih dari 75 %. Selanjutnya berdasarkan kandungan seratnya, gambut dikelompokkan kembali menjadi dua kelompok :

Kadar Serat

Kelompok Gambut

Tabel 4-3 Klasifikasi Tanah Gambut berdasarkan Kadar Serat

Sistem klasifikasi yang lengkap untuk tanah organik dan inorganik ditunjukkan pada Gambar 4-2.

Gambar 4-2 Klasifikasi Tanah untuk Lempung Inorganik, Lempung Organik dan Gambut

Gambar

Make visual examination of soil to determine whether it is HIGHLY ORGANIC, COARSE-GRAINED, OR FINE-GRAINED. In borderline cases, determine amount passing No. 200 sieve .

4 -3

Sistem Klasifikasi Tanah Lunak

PEAT (PT) Organic Content > 75%

Fibrous texture, color, odor, very high moisture content, particles of vegetable matter (sticks, leaves, etc)

Run fibre content test 50% or less pass No.200 sieve

COARSE-GRAINED

FINE-GRAINED

More than 50% pass No.200 sieve

Run Von Vost test

Run LL and PL on minus No.40 sieve material

FIBROUS PEAT

AMORPOUS PEAT

Fibre content > 25%

Fibre content < 25%

H6-H10

H1-H5

Liquid limit less than

Liquid limit greater than

Below "A" line and hatched zone on

hatched zone on Limits plot in

and hatched zone A bove "A" line

Below "A" line on

plasticity chart

plasticity chart

on plasticity chart

plasticity chart

Above "A" line on

plasticity chart

Organic content Organic content

Organic

Organic content

In Organic

Organic

In Organic

Organic

ML

OL

ML-CL

CL

MH

OH

CH PTF

PTA

Klasifikasi gambut didasarkan atas (a) kadar serat, (b) kadar abu, (c) tingkat keasaman, (d) tingkat penyerapan, (e) komposisi tumbuhan (bila diperlukan), sesuai dengan klasifikasi ASTM D 4427.

Klasifikasi dengan sistem Von Post merupakan sebuah metode yang sederhana dalam pengklasifikasian gambut atau tanah organik, sebagaimana diberikan pada Tabel 4-3 sampai tabel 4-7 berikut :

H1 Gambut yang sama sekali belum membusuk, yang mengeluarkan air cukup jernih. Sisa-sisa tumbuhan yang ada akan dengan

mudah diidentifikasikan. Tak ada material amorf yang terlihat. H2 Gambut yang hampir seluruhnya belum mengalami pembusukan

sama sekali, yang mengeluarkan air cukup jernih atau sedikit kekuning-kuningan. Sisa-sisa tumbuhan yang ada akan dengan mudah diidentifikasikan. Tak ada material amorphous yang terlihat.

H3 Gambut yang sangat sedikit mengalami pembusukan, yang mengeluarkan air keruh dan berwarna coklat, tapi jika diremas tak ada bagian gambut yang melalui sela-sela jari. Sisa-sisa tumbuhan yang ada masih dapat dengan mudah diidentifikasikan. Tak ada material amorf yang terlihat.

H4 Gambut yang sedikit mengalami pembusukan, yang mengeluarkan air gelap dan sangat keruh. Jika diremas tak ada bagian gambut yang melalui sela-sela jari tapi sisa-sisa tumbuhan yang ada sedikit berbentuk seperti bubur dan telah kehilangan beberapa ciri yang dapat dikenali.

H5 Gambut yang mengalami pembusukan sedang yang mengeluarkan air sangat keruh dan jika diremas akan ada sedikit butiran gambut amorf melalui sela-sela jari. Struktur dari sisa-sisa tumbuhan sedikit sukar untuk dikenali, walaupun masih memungkinkan untuk mengidentifikasikan ciri-ciri tertentu. Dan sisa-sisa tumbuhan tersebut hampir seluruhnya berbentuk seperti bubur.

H6 Gambut yang hampir separuhnya mengalami pembusukan dengan struktur tumbuhan yang sukar untuk dikenali. Jika diremas sekitar sepertiga bagian dari gambut akan keluar melewati sela- sela jari. Sisa-sisa tumbuhan tersebut hampir seluruhnya berbentuk seperti bubur dan menunjukkan struktur tumbuhan yang lebih mudah untuk dikenali dibandingkan sebelum diremas.

H7 Gambut yang lebih dari separuhnya telah membusuk. Mengandung banyak material amorf dan struktur tumbuhan sangat kering yang sukar dikenali. Jika diremas sekitar setengah bagian dari gambut akan keluar melewati sela-sela jari. Kalaupun

ada air yang keluar, akan berwarna sangat gelap. H8 Gambut yang hampir seluruhnya telah membusuk dengan

sejumlah besar material amorf dan struktur tumbuhan sangat kering yang sukar dikenali. Jika diremas sekitar 2/3 bagian dari gambut akan keluar melewati sela-sela jari. Sejumlah kecil sisa- sisa tumbuhan akan tertinggal di tangan berupa sisa-sisa akar dan serat yang tidak membusuk.

H9 Gambut yang telah membusuk seluruhnya dimana hampir tidak ada lagi sisa-sisa struktur tumbuhan yang dapat dilihat. Jika diremas, hampir seluruh gambut akan keluar melewati sela-sela

jari dalam bentuk pasta yang hampir seragam. H10

Gambut yang telah membusuk sempurna tanpa ada struktur tumbuhan yang dapat dilihat. Jika diremas, seluruh bagian

gambut yang basah akan keluar melewati sela-sela jari. Tabel 4-4 Sistem Klasifikasi Von Post

Kelas Deskripsi

B1 Kering B2 Kadar Air Rendah B3 Kadar Air Sedang B4 Kadar Air Tinggi B5 Kadar Air Sangat Tinggi

Tabel 4-5 Klasifikasi Gambut berdasarkan Tingkat Kebasahan atau Kandungan Air

Kelas Deskripsi

F0 Nol F1 Rendah F2 Sedang

F3 Tinggi

Tabel 4-6 Klasifikasi Gambut berdasarkan Kadar Serat

Kelas Deskripsi

W0

Nol

W1 Tingkat Kandungan Rendah W2

Tingkat Kandungan Sedang W3

Tingkat Kandungan Tinggi Tabel 4-7 Klasifikasi Gambut berdasarkan Kandungan Kayu

Sistem klasifikasi dari ASTM tersebut harus diterapkan pada tanah gambut dalam proses penyelidikan untuk keperluan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan.

Sistem Klasifikasi Gambut

Kelemahan dari sistem klasifikasi tanah yang ada untuk gambut dan tanah organik telah dinyatakan oleh banyak penulis. Sistem klasifikasi ASTM telah banyak dikembangkan tidak hanya untuk teknik sipil juga untuk pertanian dan energi.

Klasifikasi lain telah dikembangkan dibeberapa bagian negara diantaranya disebutkan oleh Jarrett (Pusat Litbang Jalan, 1997 pada Panduan Geoteknik CD ), oleh Hartlen & Wolski (Embankments on Organic Soils, Elsevier 1996), dan oleh Landva et al (1983). Tie & Lim (1991) menjelaskan pula sebuah sistem klasifikasi untuk tanah organik berserat di Sarawak, dipandang dari sudut ilmu pertanian.

Alternatif-alternatif sistem ini pada dasarnya dikembangkan untuk konsumsi penelitian. Namum untuk keperluan investigasi gambut pada skala yang lebih besar dan kompleks, salah satu sistem yang ada tersebut dapat saja diterapkan untuk melengkapi Sistem Klasifikasi

ASTM tersebut.