Deskripsi Temuan Penelitian
J. Deskripsi Temuan Penelitian
1. Prosedur Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai
Prosedur pelaksanaan program Solo Technopark terdiri dari beberapa tahapan. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai, antara lain :
a. Pendaftaran Pendaftaran program Solo Technopark dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Solo Technopark dan di Dinas Tenaga Kerja. Hal yang membeda- kan kedua tempat ini adalah bagi calon pendaftar yang mendaftar dengan program mandiri, program dari LPEI, bank-bank swasta dan industri maka calon peserta harus mendaftar dengan cara mendatangi langsung ke kantor Solo Technopark. Sedangkan bagi para calon peserta yang mendaftar dengan program gratis bagi warga Solo dari Pemkot Surakarta maka calon pendaftar datang ke kantor Dinas Tenaga Kerja Surakarta. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 9 dan 11 selaku peserta yang mengikuti program gratis bagi warga Solo. Informan 11 menyatakan bahwa dia mendaftar melalui disnaker karena mengikuti program gratis bagi warga Solo, hal ini sesuai dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa “pendaftaran di Dinas Tenaga Kerja sama ngumpulin berkas-berkas syarat-syarat tadi beserta kartu kuning” (catatan lapangan 11 hlm. 130).
commit to user
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai persyaratan ynag diinginkan. Untuk dapat mengikuti program Solo Technopark, calon peserta wajib mengikuti tahap seleksi. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan tes wawancara. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan 8 yang mengatakan “Setelah itu ada seleksi, seleksinya ada dua yaitu tes tertulis dan tes wawancara…” (catatan lapangan 8 hlm. 119). Tes tertulis berisi teori-teori dasar, sedangkan tes wawancara bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon peserta program Solo Technopark. Ini sesuai dengan pernyataan informan 1 yang mengatakan “ Seleksi tertulis itu isinya teori-teori dasar lah ada gambar, matematika dasar udah itu aja. Setelah itu lolos langsung tes wawancara. Wawancara gunanya untuk mngetahui background dari calon peserta” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Berdasarkan hasil tes seleksi yang dilakukan oleh pihak Solo Technopark, maka pihak Solo Technopark kemudian akan bermusyawarah untuk menentukan para pendaftar yang dapat lolos untuk mengikuti program Solo Technopark.
4. Diklat Pelaksanaan diklat dilakukan selama 9 bulan yang terbagi menjadi 3 tahapan, yang terdiri dari tahap basic mechanic, applied, dan penempatan magang dimana masing-masing dilaksanakan selama 3 bulan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 10 yang mengatakan “Kemudian kita melaksanakan program diklat lamanya 9 bulan dimana ada 3 tahap, yaitu tahap basic mechanic untuk mengenal dasar-dasarnya, lalu proses pemilihan jurusan yang akan diambil, lama proses penjurusan adalah 3 bulan. Lalu yang terakhir proses magang kerja” (catatan lapangan 10 hlm. 126). Senada dengan informan 10, informan 8 juga mengatakan “…setelah diterima kita melaksanakan program diklat yang lamanya 9 bulan dan terbagi melalui 3 tahap” (catatan lapangan 8 hlm. 119).
Masing-masing tahapan mempunyai tujuan tersendiri. Tahap basic mechanic berisi dasar-dasar teori. Tahap ini dilakukan untuk pengenalan
commit to user
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh informan 10 yang menyatakan “tahap basic mechanic untuk mengenal dasar-dasarnya…” (catatan lapangan 10 hlm. 126).
Tahap selanjutnya yang harus dilalui oleh para peserta adalah tahap applied atau penjurusan. Dalam tahapan ini terdapat 3 jurusan yang dapat dipilih oleh setiap peserta sesuai dengan keahlian yang diminati oleh masing-masing peserta. Adapun jurusan yang disediakan adalah mekanik manufaktur, mekanik garmen dan mekanik pengelasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 2 yang mengatakan “Disini ada 3 jurusan yaitu permesinan manufaktur, garmen dan pengelasan” (catatan lapangan
2 hlm. 99). Selanjutnya tahap terakhir adalah tahap magang industri, tahap ini bertujuan untuk mengasah ketrampilan yang dimiliki peserta selama menjalani program Solo Technopark. Hal tersebut sesuai dengan yang di- kemukakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “Tahap yang ter- akhir ini bertujuan untuk mempraktekkan dan memperdalam ilmu yang sudah peserta peroleh melalaui tahap-tahap sebelumnya” (catatan lapangan
2 hlm. 99). Dalam proses pendidikan dan pelatihan salah satu hal yang menjadi komponen utamanya adalah kurikulum dan tenaga pengajar/pendidik. Solo Technopark menggunakan kurikulum yang dikembangkan oleh ATMI dengan sistem Strategy Implementation Curriculum Competency Based Education and Training (CBET) atau KBK dengan strategi Production Based Education dan Training (PBET), yaitu pendidikan teknik yang ber- orientasi pada produksi riil standar industri . Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang menjelaskan bahwa:
Kurikulumnya yang dipakai itu dari dulu sampai sekarang masih sama ya, kurikulum education based production riil. Maksudnya kurikulum yang dipakai itu adalah kurikulum yang berdasar kompetensi yang orientasinya adalah produksi. Artinya bahwa kita dalam mengajar kan banyak prakteknya, nah di dalam praktek itu kita juga menyuruh peserta untuk produksi sesuai dengan kompetensinya, dan hasil
commit to user
lapangan 2 hlm. 138). Untuk tenaga pengajar, pihak Solo Technopark mempunyai tenaga
pengajar yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan data observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai daftar pengajar Solo Technopark. Tabel 4.1 : Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark
Pendidikan Terakhir
1. Anton Susilo
Instruktur
mekanik dan
garmen
lulusan S1 Sanata Dharma
2. Budiarto
asisten instruktur
Mekanik
lulusan STP
3. Mulyanto
asisten instruktur
Mekanik
lulusan STP 4.
Oktavianto Nugroho
asisten instruktur
Mekanik
lulusan STP 5.
Stefanus Yoas Siswatama
asisten instruktur
Mekanik
lulusan STP
6.
Bernadus Pamungkas Aji Wijaya
asisten instruktur
Mekanik
lulusan STP
7. Tulis Setyowati
asisten instruktur
Mekanik
lulusan STP
8. Agus Jatmiko
asisten instruktur
Garmen
lulusan STP
9.
Stefanus Arif Wibowo
Instruktur
pengelasan &
under water
wet
lulusan inlastek
10. Erwin Sudrajat
asisten instruktur
pengelasan &
under water
wet
lulusan STP
11. Agus Munaji
asisten instruktur
pengelasan &
under water
wet
lulusan STP (Sumber : Solo Technopark)
Setelah menyelesaikan tahap penjurusan (applied), tahap selanjutnya adalah tahap magang industri. Dalam tahap magang industri setiap peserta ditempatkan di perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark. Penempatan magang industri (on the job training) para peserta dilakukan oleh pihak Solo Technopark, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi para peserta untuk menentukan sendiri tempat magang mereka dengan suatu
commit to user
ketika diajukan pertanyaan oleh peneliti tentang bagaimana penempatan magang industri (apakah ditempatkan pihak Solo Technopark atau me- milih sendiri), jawabnya adalah “Ada yang milih sendiri ada yang di- tentukan” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Hal senada juga dikatakan oleh informan 8 selaku peserta program Solo Technopark ketika ditanya pe- nempatan magang industri (on the job training) yang mengatakan “Kalau saya pilih sendiri. Tapi juga ada yang ditentukan dari technopark” (catatan lapangan 8 hlm. 120 ).
Tabel 4.2: Data Penempatan Magang Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli 2011– Maret 2012)
NO
NIS
Nama Trainee
Jurusan
Nama Perusahaan
Tgl. Kerja
1. 27/004/1010
Aditya Satria Raharja
Manufacture
magang ATMI
12 Januari 2012
2. 27/007/1013
Angger Priyambodo
Manufacture
PT. Langen Harjo
20 Februari 2012
3. 27/006/1012
Alim Lukmado
Manufacture
magang ATMI
12 Januari 2012
4. 27/010/1016 Awaludin M
Manufacture
magang ATMI
12 Januari 2012
5. 27/014/1020
Christanta Gama T
Manufacture
Magang ATMI
12 Januari 2012
6. 27/016/1022 Danang Yusuf Manufacture
PT. Langen Harjo
20 Februari 2012
7. 27/018/1024
Dimas Dewangga N
Manufacture
PT. Langen Harjo
20 Februari 2012
8. 27/025/1031
Fransiscus Adie N
Manufacture
magang ATMI
12 Januari 2012
9. 27/029/1035 Hendra Jaka P Manufacture
magang SMK Mikael
12 Januari 2012
10. 27/036/1042
Juangsa Bagus Cahyono
Manufacture
magang SMK Mikael
12 Januari 2012
commit to user
11. 27/039/1045
M. Ervan Setiyawan
Manufacture
Magang ATMI
Januari 2012
12. 27/042/1048
M. Nur Rochim
Manufacture
PT. Langen Harjo
20 Februari 2012
13. 27/048/1054
Rahmad Nawawi
Manufacture
Magang ATMI
Magang ATMI
12 Januari 2012
15. 27/050/1056 Renian Bagus Manufacture
Magang ATMI
12 Januari 2012
16. 27/051/1057 Reza Ediya
Manufacture
Magang ATMI
12 Januari 2012
17. 27/053/1059 Rizki Irawan
Manufacture
magang ATMI
12 Januari 2012
18. 27/056/1062 Sigit Prasetyo Manufacture
PT. Langen Harjo
20 Februari 2012
19. 27/057/1063
Singgih Wahono
Manufacture
Magang ATMI
12 Januari 2012
20. 27/060/1066
Tobing Nur Hidayat
Manufacture
Magang SMK Mikael
12 Januari 2012
21. 27/061/1067
Tulus Prasetyo W
Manufacture
Magang ATMI
12 Januari 2012
22. 27/062/1068
Wahyu Adinugroho
Manufacture
Magang ATMI
12 Januari 2012
23. 27/024/1030
Fendi Era Indrawan
Manufacture
PT. Laksana Tehnik Makmur
20 Februari 2012
24. 27/028/1034
Gineng Pratidina
Welding
Magang di PT. Indo Acidatama,
25. 27/038/144
Milat Nahrowi
Welding
Magang di PT. Indo Acidatama,
26. 27/012/1018
Bagas Denta Kusumo Nur
Welding
Magang di PT. Indo Acidatama, Jl. Solo – Sragen
commit to user
27. 27/033/1039 Irwan Susanto Garmen
Magang Sari Warna
Februari 2012
28. 27/011/1017
Azis Miftachur Rohman
Garmen
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
29. 27/005/1011
Agus Febrianto
Garmen
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
30. 27/030/1036
Heri Prasetyo Garmen
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
31. 27/040/1046
Muchamad Triyadi
Garmen
Magang PT. Dewi Samudra
9 Januari 2012
32. 27/002/1008
Adimas Setyo Prakoso
Garmen
Magang PT. Kawistara
2 Januari 2012
33. 27/035/1041
Joko Triyanto Garmen
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
34. 27/043/1049
Muhammad Yusuf
Garmen
Magang PT. Kawistara
13 Februari 2012
35. 27/055/1061
Setyawan Puji Santoso
Garmen
Magang Sari Warna
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
37. 27/064/1070
Retno Wiastuti
Garmen
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
38. 27/049/1055
Rahmandika Alfiandaru
Garmen
Magang PT. Dewi Samudra
9 Januari 2012
39. 27/044/1050
Nofrizal Rizky N
Garmen
Magang Sari Warna
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
41. 27/037/1043
Listyaningru m
Garmen
Magang Sari Warna
13 Februari 2012
(Sumber : Solo Technopark) Setelah peserta menyelesaikan tahap diklat dan dinyatakan lulus, peserta mendapatkan sertifikat dan transkip nilai. Peserta tidak men- dapatkan gelar seperti jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini
commit to user
dan transkip nilai dan tidak dapat gelar apa-apa” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Dalam mencetak output yang dipersiapkan untuk bekerja, program Solo Technopark memiliki standart yang harus dipenuhi agar peserta dapat dinyatakan lulus. Hal ini seperti gambar yang dibuat oleh informan 2 yang teruji melalui SOP yang ada untuk system standart kelulusan bagi para peserta..
5. Penempatan Kerja Salah satu yang menjadi kelebihan dari pelaksanaan program Solo Technopark adalah karena adanya kepastian bagi para peserta untuk bekerja pada perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengatakan “…Tapi STP kan punya kelebihan sendiri bahwa kita juga bisa menyalurkan tidak hanya meluluskan. Kita tidak hanya menyalurkan sembarangan tapi kita dengan pendidikan yang dikenalkan tadi ada basic, applied, ada magang tadi itu” (catatan lapangan 1 hlm. 94). Hal senada juga dikemukakan oleh informan 2 yang mengatakan “…Pendorongnya saya fikir ya karena kita punya program bagus yang mampu menghasilkan lulusan yang punya skill, yang terdidik dan siap untuk bekerja, dan kita pun juga menyalurkan mereka” (catatan lapangan 2 hlm. 100).
Untuk proses penempatan kerja pihak Solo Technopark sudah me- mulainya ketika masih dalam tahapan magang. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh oleh inform 1 yang mengatakan bahwa “Untuk pe- nempatan kerja rata-rata mereka semua waktu magang langsung diambil” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Jadi pada saat proses magang industri, jika ada perusahaan yang memebutuhkan tenaga kerja maka pihak Solo Technopark menerima dengan baik. Jadi ketika misalkan ada peserta yang sedang menjalani tahap magang industri dan ternyata lulus kualifikasi untuk dapat bekerja maka peserta tersebut diperbolehkan untuk langsung bekerja dan tidak melanjutkan tahap magang industri yang sedang dijalani.
commit to user
mengatakan bahwa : Mereka kan ada tahapan magang ya, kadang pas mereka magang itu
banyak perusahaan yang menghubungi kita bahwa dia membutuhkan tenaga kerja, kemudian kalau memang ada seleksi ya diterima dan si anak itu masih dalam tahap magang, anak tersebut sudah bisa untuk bekerja, jadi nggak usah diterusin magangnya tidak apa-apa (catatan lapangan 2 hlm 99).
Informan 9 juga mengungkapkan pernyataan yang senada, yaitu :
…disini kadang pas magang gitu kalau bagus kerja magangnya langsung direkrut jadi karyawan di perusahaan tempat magang tadi mbak. Atau pas magang misalnya ada tes seleksi karyawan dari suatu perusahaan dan keterima, lalu proses magang tidak usah dilanjutkan lagi karena sudah langsung diperbolehkan untuk bekerja (catatan lapangan 9 hlm. 124).
Tabel 4.3 : Data Penempatan Kerja Pertama Pelatihan Pemuda STP-
Nama Trainee
Jurusan
Nama Perusahaan
Tgl. Kerja
1.. 25/003/940
Bayu Indrianto
Ikhsan Cahyono
Muhtar Lutfi
Garmen
PT. Pilar Sejati Sejahtera
21/9/2011
4. 25/001/938
Agripa Purnomo Widi
Manufacture
PT. Toyo Dies Indonesia
26/9/2011
5. 25/002/939 Alib Sahab
Manufacture
PT. Toyo Dies Indonesia
26/9/2011
6. 25/004/941
Dwi Haryanto
Manufacture
PT. San Tech Engineering
PT. King Manufacture
22/9/2011
8. 25/009/946
Nifanssa Muhammad
Manufacture
PT. Mettaplastindo
15/9/2011
9. 25/015/952
Nufiyanto Hirmawan
Manufacture
PT. Mettaplastindo
15/9/2011
10. 25/010/947 Nurhadi
Manufacture PT. Naga Mas 19/9/2011
11. 25/011/948 Rusmanto
Manufacture
Dikeluarkan dari proses pelatihan SMK-GTC ATMI Surakarta
commit to user
(Sumber : Solo Technopark) Untuk proses perekrutan tenaga kerja, pihak Solo Technopark
menyerahkannya kembali kepada perusahaan mitra yang bersangkutan. Perusahaan tersebut berhak menentukan proses perekrutan calon tenaga kerja lulusan program Solo Technopark, apakah dilakukan melalui proses seleksi sendiri atau mempercayakannya kepada pihak Solo Technopark langsung. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan informam 1 yang mengatakan bahwa “Nah untuk tes seleksi itu kita serahkan langsung dari perusahaannya. Mau dites langsung boleh mau tidak juga tidak menjadi masalah…” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Dalam hal ini informan 2 menambahkan “Tapi kalau perusahaan itu tidak mengadakan seleksi dan mempercayakan kita sepenuhnya ya kita tinggal hubungi anak yang kira- kira dapat masuk kualifikasi terus ya sudah mereka diterima bekerja” (catatan lapangan 2 hlm. 99).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai
Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mem- persiapkan tenaga kerja terampil siap pakai dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun faktor prnghambat. Faktor pendorong dan penghambat yang dialami oleh pihak Solo Technopark ada beberapa macam. Yang menjadi faktor pendorongnya antara lain adalah adanya sarana dan prasarana yang lengkap yang disediakan oleh pihak Solo Technopark guna mendukung terlaksananya program Solo Technopark untuk menciptakan tenaga terampil. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan
1 yang menyatakan bahwa “Pendorongnya adanya sarana dan alat-alat yang memadai yang kita sediakan” (catatan lapangan 1 hlm. 95). Hal senada juga diungkapkan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa, “Pendorongnya…
commit to user
(catatan lapangan 2 hlm. 101). Faktor pendorong yang lain dalah adanya program gratis yang disediakan. Program gratis dapat diperoleh melalui beberapa jalan yaitu dengan mengikuti pendaftaran program pemkot Surakarta bagi penduduk asli Solo, pembiayaan industri, bank-bank swasta dan LPEI. Faktor penghambatnya adalah tersedianya program gratis yang selain bisa menjadi faktor pendorong bagi terlaksananya program Solo Technopark tapi juga sekaligus menjadi pengahambat. Pasalnya tidak jarang peserta yang mengikuti program gratis justru tidak bersungguh-sungguh dalam menjalani program ini. Hal ini dikatakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “…kadang malah yang program gratis itu, sudah kita cari cari dan cari kita saring betul malah mereka terkesan leda-lede begitu ya. Padahal program gratis itu juga menjadi daya tarik yang kami sediakan…” (catatan lapangan 2 hlm. 101). Selain itu yang menjadi penghambat yang lain adalah jumlah murid yang tidak tetap pada setiap periode pendaftaran. Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa Solo Technopark membuka empat kali pendaftaran setiap tahunnya. Sedangkan jumlah pendaftar setiap periode pendaftaran tidak tetap, kadang sedikit kadang banyak. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “Berkaitan dengan jumlah siswa ya, kita kan buka pendaftaran 1 tahun 4 kali, biasanya itu tidak tentu jumlahnya, kalau pas januari, maret itu jumlah yang daftar bisa dibilang sedikit, tapi kalau Juli itu bahkan sangat banyak” (catatan lapangan 2 hlm. 101).
Faktor pendorong dan penghambat yang dialami oleh para peserta dalam menjalani program Solo Technopark juga beragam. Faktor pendorongnya antara lain adalah karena para peserta yakin bahwa program Solo Technopark adalah program yang bagus dimana Solo Technopark menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya bisa mencetak tenaga-tenaga yang terampil tetapi juga lembaga yang mampu menyalurkan para peserta didiknya untuk disalurkan ke dunia kerja sesuai keahlian masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh beberapa peserta program Solo Technopark. Salah satunya adalah informan 11 yang mengatakan bahwa “Faktor
commit to user
daripada saya sekolah ditempat lain misal kuliah gitu kan nggak disalurkan kerja mbak” (catatan lapangan 11 hlm. 131). Informan 9 juga ikut menambah- kan “Faktor pendukungnya ya karena saya ingin dapat pekerjaan yang lebih bagus lagi dari yang kemarin mbak, dan disini sudah pasti tersalurkan kerja di perusahaan mitra kerja Solo Technopark, itu faktor pendorongnya” (catatan lapangan 9 hlm. 124). Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah karena porsi pengajaran program Solo Technopark yang lebih fokus kepada praktek dimana porsi praktek dibanding teori adalah 80:20 membuat peserta mengalami kelelahan yang kadang menimbulkan rasa kejenuhan pada diri peserta. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan juga oleh beberapa peserta, antara lain peserta 8 yang mengatakan bahwa “Dan untuk penghambatnya itu menurut saya karena disini itu kan prakteknya lebih banyak daripada materinya jadi jam kerjanya disini berat…” (catatan lapangan 8 hlm.120). Hal yang sama diungkapkan oleh informan 9 yang mengemuka-kan bahwa “faktor penghambatnya, disini kan masuk dari jam 7 sampai jam 3, itu normalnya mbak karena kadang juga bisa lebih. Dan dalam waktu selama itu kita berdiri terus mbak, wira wiri mbenerin mesin-mesin, waktu istirahat cuma 25 menit jam 12.00-12.25, jadinya ya lelah” (catatan lapangan 9 hlm. 124). Tak jarang beberapa peserta mengundurkan diri untuk tidak melanjutkan kembali program Solo Technopark yang sudah mereka jalani. Hal tersebut di- ungkapkan oleh informan 10 yang mengatakan bahwa “…Bahkan ada juga peserta yang baru masuk beberapa minggu dia mengundurkan diri karena merasa tidak kuat mengikuti program ini…”(catatan lapangan 10 hlm. 127).
Seperti yang diketahui pihak Solo Technopark menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan di seluruh Indonesia dalam hal tenaga kerja. Tentunya dalam pelaksanaan kerjasama tersebut terdapat faktor pendorong dan juga penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendorong yang dialami perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark untuk menjalin kerjasama adalah karena program Solo Technopark mampu menciptakan tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan perusahaan, khususnya di bidang teknisi. Hal ini
commit to user
“Kalau untuk pendorongnya ya karena dia mempunyai lulusan yang mempunyai lifeskill seperti yang kita harapkan ya…” (catatan lapangan 3 hlm. 105). Informan 6 juga mengungkapkan hal yang sependapat “Yang menjadi faktor sih ya karena Technopark menyediakan calon tenaga kerja yang sesuai kebutuhan kami itu aja…” (catatan lapangan 6 hlm. 115). Selain itu banyak- nya perusahaan industri yang menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark tak lain juga karena mudahnya prosedur untuk dapat menjalin kerjasama tersebut. Pihak Solo Technopark tidak mengajukan syarat-syarat yang memberatkan perusahaan mitra untuk bisa bekerja sama dengan pihaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 6 yang megatakan bahwa “Hmm, tidak ya mbak ya wong kita malah yang dihubungi dari Solo Technopark kok butuh teknisi atau tidak, terus mereka hubungi juga kalau misal ada siswanya yang mau magang, gitu aja” (catatan lapangan 6 hlm. 114). Hal senada diungkapkan oleh informan 5 yang mengatakan bahwa “Ya karena kita sudah kenal kita langsung kontak aja apakah ada orang atau nggak, kita lagi butuh tenaga kerja. Terus mereka kontak orang-orang mereka terus ya udah” (catatan lapangan 5 hlm. 110). Jadi dalam pelaksanaan kerjasama yang terjalin antara pihak Solo Technopark dengan perusahaan industri mitra kerja terdapat adanya simbiosis yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.
Sementara yang menjadi faktor penghambat terjalinnya kerjasama antara pihak Solo Technopark dengan perusahaan industri mitra kerja adalah ada kalanya pihak Solo Technopark tidak mampu untuk memenuhi permintaan akan calon tenaga kerja. Walaupun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi perusahaan industri mitra kerja untuk terus menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark. Hal ini diungkapkan oleh informan 4 yang mengatakan bahwa “ya misal kita butuh, butuh orang tapi kan belum tentu pihak Solo Technopark sudah punya belum calon-calonnya, sudah detraining belum gitu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Informan 4 juga menambahkan bahwa pihak- nya berharap akan terus dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik
commit to user
ditanya oleh peneliti apakah akan terus menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark, maka jawabnya adalah “Diharapkan sih bisa begitu ya, apalagi yang untuk produksi itu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Hal senada juga di- ungkapkan oleh informan 5 yang mengatakan “Ooh kalau itu tetep pasti akan terus kerjasama” (catatan lapangan 5 hlm. 110).
3. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai.
Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai ada beberapa hambatan yang terjadi. Hambatan ynag dialami pihak Solo Technopark adalah karena adanya program gratis yang justru para peserta menjadi terkesan tidak bersemangat serta kendala dari jumlah pendaftar yang jumlahnya tidak menentu setiap periode pendaftaran. Hambatan tersebut diatasi dengan cara memberi motivasi kepada para peserta agar selalu konsisten dalam menjalani program Solo Technopark sampai bisa dinyatakan lulus dan mendapatkan pekerjaan sesuai yang peserta harapkan. Selain itu pihak Solo Technopark juga melakukan sosialisasi yang lebih gencar melalui seminar ke sekolah-sekolah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengatakan bahwa “…tapi ya tadi kita upayakan untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah tahun ini” (catatan lapangan 1 hlm. 91). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa:
Kalau untuk kemarin-kemarin belum ya, tapi untuk besok sudah akan dilakukan. Kemarin kita sudah nembusi di bagian Dikpora sana, kita sudah dikasihkan jadwal nanti setelah mid kita diberi kesempatan untuk mempresentasikan di depan 70-80 siswa STP punya program apa. Kita baru kontak beberapa sekolah juga untuk itu (catatan lapangan 1 hlm. 91) .
Hambatan yang dialami pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark adalah karena ada kalanya pihak Solo Technopark tidak mampu untuk memenuhi permintaan akan calon tenaga kerja ketika perusahaan mitra membutuhkan. Hambatan tersebut dapat diatasi oleh pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark dengan cara tidak menggantungkan masukan
commit to user
calon tenaga kerja yang mereka butuhkan dengan tidak hanya menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark saja tetapi juga dengan balai pe- latihan lainnya serta dengan cara membuka lowongan sendiri dan melakukan seleksi terhadap calon tenaga kerja tersebut, walaupun menurut pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark hal tersebut dapat memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan yang di- ungkapkan oleh informan 4 yang mengatakan bahwa “Ya kita menjalin kerjasama tidak hanya dengan technopark, kalau technopark nggak bisa ya kita cari sendiri. Saya cari sampai ke Semarang atau ke sekolah-sekolah SMK jurusan tatabusana atu apa gitu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Hal senada diungkapkan oleh informan 7 yang mengatakan bahwa “Ya kadang dulu itu juga pernah tidak bisa ya, akhirnya kita buka lowongan ya dari mulut ke mulut karyawan itu, siapa yang punya teman atau kenalan yang sesuai dengan kualifikasi lowongan yang kita buka” (catatan lapangan 7 hlm. 117).
Hambatan yang dialami oleh para peserta program Solo Technopark adalah karena porsi pengajaran program Solo Technopark yang lebih fokus kepada praktek dimana porsi praktek dibanding teori adalah 80:20. Hal ini membuat peserta mengalami kelelahan yang kadang menimbulkan rasa ke- jenuhan pada diri peserta. Semangat para peserta menjadi berkurang yang tak jarang mengakibatkan ada beberapa peserta yang mengundurkan diri karena merasa tidak kuat untuk menjalani . Upaya yang dilakukan para peserta untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara berusaha memotivasi diri sendiri agar dapat menyelesaikan program Solo Technopark hingga tersalur- kan untuk bekerja di perusahaan industri sesuai dengan maksud dan tujuan mereka mengikuti program Solo Technopark. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 8,9,10, dan 11. Salah satu informan yaitu informan 11 yang mengatakan bahwa “Ya saya kan punya target buat masa depan saya, saya pengen cepet lulus terus cepet dapet pekerjaan mbak, jadi saya berusaha supaya diri saya ini tetap konsisten menjalani sekolah ini mbak,
commit to user
terus” (catatan lapangan 11 hlm. 131).