ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

LUQMAN HARUN ZULFIDAR F.0108082 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user ii

commit to user iii

commit to user iv

“Apabila Shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu

Beruntung ”

(QS. Al-Jumuah:10)

“Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:5-6)

“Barangsiapa bersungguh-sungguh maka Ia akan mendapatkannya“ (Man jadda wa jadda)

“Jika Engkau menginginkan sesuatu, Gapailah itu, Titik.” (-The Pursuit of Happines-)

“Inginkanlah sesuatu hal Besar yang bisa disyukuri ketika telah mendapatkannya

dan visualisasikanlah keinginan tersebut agar menjadi suatu Kenyataan ”

(Penulis)

commit to user v

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk: Kedua Orang tuaku, Ummi dan Abah yang dengan tulus&ikhlas telah

mendidik dan memberikan hal yang terbaik buat putranya

Kakakku Arif Fakhrudin Alqadri dan Adikku Aulia Rahman Wahyu Hidayat,

atas motivasinya selama ini

Penghuni Wisma Tsaqofi, tempat pertama menimba ilmu dan banyak belajar

dari para sesepuh yang sekarang sebagian basar telah berkeluarga Penghuni Pesma Ar-Royyan, tempat yang nyaman untuk belajar indahnya

islam… & special untuk ust.imam dan pak dwi jazakumullah khair atas bimbingannya selama ini

Seluruh rekan Organisasi (KEI, JN UKMI, BPPI, SIM, BEM FE, KOPMA), banyak hal positif yang saya dapatkan dari kalian semua.

Teman seperjuangan EP’08, kalian semua Luar Biasa… Semoga di masa depan

kita dapat berkumpul dalam keadaan Successs, See u at the Top! Penghuni Griya Sehat (GS) dan seluruh Keluarga Besar Para Pemilik Masa

Depan Gemilang (Nopal, bos Faik, pak Kholiq, bang Udin, bung Roni, mz Reeza, mz Hasan, Insan, Anam,), mari kita rapatkan barisan untuk berbaris

menuju Kesuksesan yang hakiki…

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil di Kota Surakarta Tahun 2011 Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA )”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret jurusan Ekonomi Pembangunan Program Strata-1 di Surakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. dukungan serta perhatian yang telah diberikan memberikan semangat tersendiri untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan segenap Pembantu Dekan serta jajaran di Fakultas Ekonomi yang telah memberikan izin penelitian.

2. Drs. Supriyono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Akhmad Daerobi, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

commit to user vii

kepada penulis.

5. Orang tuaku Abah Zaenal Arifin S,Ag dan Ummi tercinta Nurhayati Mustika S,Pd, Kakakku

Arif Fakhrudin Alqadri dan Adikku Aulia Rahman Wahyu Hidayat yang senantiasa memberikan doa, dukungan serta motivasinya kepada penulis.

6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008. Terima kasih atas kerjasama,

dukungan dan bantuannya selama ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya sebagai balasan atas segala budi baik yang telah dilakukan. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user ix

E. Metode Analisis Data ..................................................................... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 66

B. Analisis Variabel Input Output ...................................................... 68

C. Analisis dan Pembahasan ............................................................... 72

D. Analisis Ketidakefisienan BMT ..................................................... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 96

B. Saran ............................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user xi

Halaman Gambar 2.1. Struktur Organisasi BMT.................................................................................. 13 Gambar 2.2. Fungsi Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal................ 34 Gambar 2.3. Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product.............................. 39 Gambar 2.4. Kurva Produksi Sama........................................................................................42 Gambar 2.5. Kurva Biaya Sama............................................................................................ 43 Gambar 2.6. Kurva Memaksimumkan Produksi atau Meminimumkan biaya....................... 45

commit to user xii

Lampiran 1. Data Variabel Input dan Output Lampiran 2. Hasil Analisis DEA Lampiran 3. Daftar Sample Penelitian BMT Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

commit to user xiii

commit to user

ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) LUQMAN HARUN ZULFIDAR F01080082

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis tingkat efisiensi BMT di Kota Surakarta. Efisiensi merupakan ukuran untuk menilai capaian keberhasilan sebuah lembaga dalam mencapai tujuannya. Terdapat 9 BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan berupa variabel input dan variabel output. Variabel input terdiri dari modal, biaya total dan jumlah tenaga kerja, sedangkan variabel output terdiri dari total pendapatan dan pembiayaan.

Hasil dari analisis data menyebutkan bahwa tingkat efisensi BMT di Kota Surakarta terdapat 4 BMT yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100%. BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 90%-99,9% berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 70%-89,9% tidak ada, untuk BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 50%-69,9% berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 40%-49,9% berjumlah 1 BMT, sedangkan untuk BMT yang tingkat efisiensinya di bawah 40% tidak ada. Hasil analisis BMT secara keseluruhan menyatakan bahwa BMT di Kota Surakarta belum memiliki efisiensi yang baik.

Saran bagi BMT yang belum mencapai tingkat efisiensi 100%, yaitu dapat lebih mengoptimalkan alokasi input yang dimiliki dalam operasional agar mampu menghasilkan output yang lebih optimal dengan mengacu pada benchmark masing- masing. Selain itu BMT juga dapat melakukan perbaikan kebijakan untuk pencapaian efisiensi. Bagi BMT yang sudah mencapai efisiensi 100% juga perlu meningkatkan promosi guna menarik lebih minat masyarakat dan semakin mengenalkan BMT kepada masyarakat luas.

Kata kunci: Efisiensi, BMT, One Sample T-Test, Data Envelopment Analysis

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha skala mikro di Indonesia merupakan kegiatan usaha non- formal yang sangat signifikan jumlahnya apabila dibandingkan dengan usaha skala kecil, menengah, dan besar. Salah satu bentuk dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) saat ini yang berkembang pesat di masyarakat adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT merupakan sebuah lembaga yang tidak hanya berorientasi bisnis namun juga berorientasi pada nilai sosial, dan juga merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan mikro syariah lainnya (Ridwan, 2004),

Dengan munculnya begitu banyak BMT di Indonesia ternyata masih belum sepenuhnya didukung oleh faktor-faktor yang dapat mendukung BMT untuk dapat terus berkembang dan berjalan dengan baik. Menurut Santoso (2003) dan Heri Pratikto (2011) menyebutkan bahwa fakta di lapangan menunjukkan banyak BMT yang gagal dan tenggelam karena berbagai macam permasalahan. Hal inilah yang kemudian mendorong perlu dilakukannya pengukuran efisiensi terhadap BMT dalam meningkatkan efisiensi usahanya agar mampu tetap bersaing di tengah situasi perekonomian global.

commit to user

kinerja efisiensi suatu lembaga keuangan penting untuk dilakukan yang berguna sebagai dasar perhitungan kesehatan dan pertumbuhan lembaga keuangan tersebut. Ada dua komponen yang digunakan dalam pengukuran kinerja efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan output

semaksimal mungkin dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input tertentu.

Menurut Suseno (2008), menyatakan bahwa efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan. Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hal ini juga dapat diterapkan pada Lembaga Keuangan Mikro semisal BMT.

BMT adalah suatu lembaga keuangan mikro atau lembaga keuangan syariah masyarakat atau bisa juga disebut sebagai lembaga ekonomi masyarakat berbadan hukum koperasi yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Syariah didefinisikan sebagai ketetapan- ketetapan yang telah diwajibkan Allah atas orang-orang mukallaf (yaitu orang yang menurut syara’ sudah dikenai beban serta tanggungjawab

untuk mematuhi segala ketentuan hukum (syariah) yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya (Imam Fakhrurrazy dalam Ilmi, 2002).

commit to user

Simpan Pinjam (KSP), dan Koperasi Kredit di Indonesia sebanyak 71.365 unit. Dari jumlah itu, sebanyak 2.508 unit merupakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Total aset KJKS ini mencapai Rp 13,23 triliun dari total aset KSP secara keseluruhan Rp 18,72 triliun. Jumlahnya bertumbuh setelah banyak BMT sudah memilih badan hukumnya koperasi.

Ketua Umum BMT Center, Jularso, juga menyatakan sejak berdiri pada tahun 2005 hingga sekarang, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) atau juga dikenal Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) telah menyalurkan pembiayaan kepada sekitar 3 juta nasabah mikro. Pertumbuhan LKMS dari tahun ke tahun terus meningkat. Secara kelembagaan sekarang sudah ada sekitar 4.000 BMT. Mereka mengelola aset sekitar Rp 3 triliun rupiah. BMT itu umumnya berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) (Kompas, Senin 18/10/2010).

Sabirin (2001) menjelaskan bahwa untuk memberdayakan masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah dengan menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satunya bisa melalui pembiayaan usaha kredit mikro. Lembaga Keuangan Mikro ini (BMT) bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan dana penduduk miskin atas ketersediaan dana. Lain halnya jika dibanding dengan lembaga keuangan formal perbankan misalnya, penduduk miskin

commit to user

harus dipenuhi. Banyaknya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia ternyata masih belum memberikan sinyal positif. Sebagai lembaga keuangan mikro yang mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat ekonomi lemah, banyak tantangan dan permasalahan yang timbul dan dihadapi dalam proses perkembangan BMT, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Selain kelemahan internal, BMT juga dihadapkan pada tantangan yang lebih berat. BMT tidak dapat lagi mengandalkan modal kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah, seperti keharaman riba dan sistem bunga serta menjalankan sistem ekonomi berdasarkan syariah Islam (Sadrah dkk, 2004).

Secara eksternal, Bank Syariah dan BPRS-BPRS dengan fasilitas dan permodalannya yang kuat juga semakin mempersempit ruang gerak BMT-BMT. Oleh karenanya BMT harus mampu meningkatkan efisiensi usahanya agar mampu tetap bersaing di tengah situasi perekonomian global.

Penelitian ini didasari oleh adanya research gap mengenai efisiensi dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis yaitu penelitian Muharram dan Purvitasari (2007) yang meneliti efisiensi perbankan syariah pada tahun 2005 dengan menggunakan data kuartal pada tahun 2005, yang menggunakan jumlah simpanan dan biaya operasional lain

commit to user

lancar, dan pendapatan operasional lain sebagai variabel output. Penelitian ini menemukan bahwa Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi selama tahun 2005. Bank Muamalat Indonesia (BMI) mengalami inefisiensi pada kuartal I, III, IV, sedangkan kuartal II tahun 2005 mengalami efisiensi, sedangkan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) mengalami tingkat efisiensi pada kuartal I,III, IV tahun 2005 dan mengalami inefisiensi pada kuartal II tahun 2005.

Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamim S. A Mokhtar, dkk (2008) pada perbankan di Malaysia di mana BUS mempunyai nilai efisiensi yang lebih besar daripada UUS, selain itu perbedaan hasil penelitian juga tampak dari penelitian yang dilakukan Aryanto Yudho (2007) yang menyatakan bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) mengalami efisiensi sepanjang periode 2005. Bank Syariah Mandiri (BSM) mencapai tingkat efisiensi pada kuartal I dan II periode 2005 sedangkan kuartal III dan IV periode 2005 mengalami inefisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Bank Mega Syariah Indonesia pada kuartal I dan II mengalami inefisiensi sedangkan kuartal III dan IV periode 2005 efisien dalam kegiatan operasionalnya.

Adanya perbedaan hasil penelitian mengenai efisiensi perbankan ini dijadikan acuan dalam penelitian ini karena pada dasarnya fungsi dari Bank sama dengan fungsi dari BMT yaitu sebagai lembaga intermediasi. Selain itu penelitian mengenai efisiensi BMT masih jarang dilakukan

commit to user

Dengan adanya research gap ini maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi tentang BMT.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul "ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) .”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan,dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efisiensi masing-masing BMT di Kota Surakarta tahun 2011?

2. Apakah BMT Kota Surakarta tahun 2011 secara keseluruhan sudah efisien?

3. Apakah masing-masing variabel dalam penelitian sudah efisien secara keseluruhan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas bahwa tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi masing-masing BMT di Kota Surakarta tahun 2011.

commit to user

2. Untuk mengetahui efisiensi BMT di Kota Surakarta tahun 2011 secara keseluruhan.

3. Untuk mengetahui skala efisiensi dari masing-masing variabel dalam penelitian secara keseluruhan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi, antara lain:

1. Bagi penulis, dapat mengetahui aplikasi dari teori-teori yang diperoleh dengan mengembangkan analisis efisiensi dengan metode DEA serta menambah pengetahuan mengenai perkembangan Lembaga Keuangan Mikro, khususnya BMT.

2. Bagi pihak BMT, dapat mengetahui masing kinerjanya dengan melihat tingkat efisiensi yang dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan serta kebijakan ke depan

3. Bagi kalangan akademisi, dapat sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan studi dan penelitian selanjutnya.

4. Bagi pemerintah, untuk dapat mengetahui perkembangan Lembaga Keuangan Mikro khususnya BMT.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

1. Sejarah dan Pengertian BMT

Keuangan mikro di Indonesia telah dimulai dengan didirikannya Bank Kredit Rakyat dan Lumbung Desa. Kedua lembaga ini dibentuk untuk membantu melepaskan petani, pegawai, dan buruh dari rentenir atau lintah darat. Pada tahun 1929, Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Staatblad 1929 No. 37 tentang pendirian Badan Kredit Desa (BKD) yang ditujukan untuk menangani kredit pedesaan di Jawa dan Bali. Pada tahun 1930 ditetapkan peraturan tentang Algemen Volkskrediet Bank (AVB) yang kemudian menjadi cikal bakal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Afdeelings Bank (AB) yang saat ini berkembang menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Pada tahun 1970 Pemerintah mencanangkan program kredit bimbingan massal atau intensifikasi massal yang melibatkan BRI melalui BRI Unit Desa sebagai penyalur kredit mini dan midi. Namun karena terjadi kemacetan, sejak tahun 1984 penyaluran kredit dan tabungan baru yang bernama Kredit Umum dan Pedesaan (Kupedes) dan Simpanan Pedesaan (Simpedes) yang bersifat komersial. Pada masa itu telah ada beberapa lembaga keuangan mikro yang dibentuk oleh pemerintah daerah, seperti Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) di Jawa Barat, Badan

commit to user

(KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali (Usman dkk, 2004)

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) termasuk ke dalam kelompok LKM non formal dengan badan hukum koperasi. Sejarah berdirinya BMT di Indonesia bermula oleh Aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang mendirikan Koperasi Jasa Keahlian Teknosa pada tahun 1980. Koperasi inilah yang kemudian menjadi cikal bakal BMT yang berdiri pada tahun 1984 yang kemudian berkembang semakin pesat oleh dukungan badan hukum usaha koperasi dan kesadaran masyarakat akan sistem tabungan dan pinjaman yang terbebas dari adanya unsur bunga.

Menurut Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) atau padanan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah suatu lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan menggunakan prinsip bagi hasil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.

Pada dasarnya kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil terdiri atas dua lembaga yaitu:

1. Baitul Maal Baitul Maal merupakan lembaga keuangan yang berorientasi sosial keagamaan yang usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta

commit to user

yang telah ditetapkan Al- Qur’an dan Sunnah Rasul.

2. Baitul Tamwil Baitul Tamwil merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan ataupun deposito dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.

Menurut Dewi (2007), kegiatan BMT meliputi:

1. Penghimpunan dana dari masyarakat/anggota dalam bentuk simpanan pokok maupun sukarela

2. Pemberian pembiayaan kegiatan usaha ekonomi kepada masyarakat

3. Menerima titipan dan mengelola pemanfaatan Zakat, Infaq, dan

Shadaqah menurut ketentuan syariah

Kegiatan operasional BMT diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Fungsi utama DPS yaitu sebagai penasehat, pemberi saran, pemberi fatwa kepada pengurus dan pengelola mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah seperti penetapan produk (Ridwan, 2004). Dengan demikian produk yang dikeluarkan oleh BMT harus mendapatkan persetujuan dari DPS terlebih dahulu. Selain itu DPS berfungsi sebagai mediator antara BMT dengan Dewan Syariah Nasional atau Dewan Pengawas Syariah Propinsi.

commit to user

keputusan Dewan Pengawas Syariah PINBUK pusat, Dewan Pengurus Syariah PINBUK propinsi, dan Dewan Pengawas Syariah PINBUK kabupaten/kota serta Dewan Pengawas Syariah BMT. Dewan Pengawas Syariah merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), karenanya fatwa DSN menjadi bagian dari pengawasan syariah oleh DPS. Dengan demikian yang paling berwenang dalam merumuskan fatwa mengenai sistem keuangan syariah adalah DSN. Sedangkan DPS hanya berfungsi sebagai pelaksana atas fatwa tersebut (pinbukpress.com).

BMT secara hukum merupakan koperasi yang terdaftar di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), secara status BMT adalah lembaga dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat, kelompok simpan pinjam yang berbentuk koperasi berbadan hukum. Untuk operasional BMT berlandaskan segala bentuk usaha sesuai dengan syariah islam. Kriteria yang harus dipenuhi BMT yaitu:

a) Menjauhkan diri dari unsur riba atau bunga.

b) Menjauhkan diri dari maysir (judi) dan gharar (tidak jelas).

c) Menerapkan sistem bagi hasil, jual beli, dan sewa.

2. Tujuan dan Sifat BMT

Tujuan didirikannya sebuah BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan

commit to user

masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera. Anggota BMT harus diberdayakan (empowering) agar mampu mandiri. Pemberian pinjaman modal tersebut diharapkan dapat digunakan dengan baik oleh nasabah untuk memajukan usahanya. BMT memiliki sifat bisnis dan sosial. Sifat bisnis dimaksudkan agar pengelolaan BMT dapat dijalankan secara professional, sehingga mencapai tingkat kinerja maksimal. Aspek bisnis BMT menjadi kunci sukses dalam mengembangkan BMT dalam bentuk hasil yang kompetitif kepada para deposannya serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya sejajar dengan lembaga lainnya. Sedangkan aspek sosial BMT berorientasi pada peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis.

commit to user

3. Struktur Organisasi dan Manajemen BMT

Gambar 2.1 Struktur Organisasi BMT

Berikut adalah penjelasan tentang struktur organisasi dan manajemen BMT :

(1) Rapat Umum Anggota (RUA)

Rapat Umum Anggota adalah Rapat Anggota Tahunan yang diikuti oleh para pendiri dan anggota penuh BMT (anggota

Rapat Anggota Tahunan (RAT)

PENGURUS Ketua, Sekretaris,

Bendahara

Kasir / Pelayanan Anggota

PINBUK/ ABSINDO/ PEMBINA

INSTANSI

TERKAIT

MANAGER Umum

Pembiayaan / Marketing

commit to user

wajib). RUA mempunyai wewenang atau kekuasaan tertinggi di dalam BMT yang berfungsi untuk:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya umum dalam rangka pengembangan BMT sesuai dengan AD dan ART.

b. Mengangkat Pengurus dan Dewan Syariah BMT setiap periode dan juga dapat memberhentikan pengurus apabila melanggar ketentuan-ketentuan BMT.

c. Menetapkan Rencana Kerja, Anggaran Pendapatan dan Belanja BMT serta pengesahan laporan keuangan.

d. Melakukan pembagian Sisa Hasil Usaha. (2) Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah (DPS) berwenang melakukan pengawasan penerapan konsep syariah dalam operasional BMT dan memberikan nasehat serta konsultasi dalam bidang syariah. Adapun tugas dari DPS adalah :

a. Membuat pedoman syariah dari setiap produk penghimpunan dana maupun produk pembiayaan BMT.

b. Mengawasi penerapan konsep syariah dalam seluruh kegiatan operasional BMT.

c. Melakukan pembinaan ataupun konsultasi dalam bidang syariah bagi pengurus, pengelola maupun anggota BMT.

commit to user

(3) Pengurus

Kepengurusan BMT terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Fungsi dan tugas masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:

1. Ketua

Bertugas memimpin Rapat Umum Anggota dan Rapat Pengurus; memimpin Rapat bulanan Pengurus dengan Manajemen, menilai kinerja bulanan dan kesehatan BMT. Melakukan pembinaan kepada pengelola.Menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan oleh anggota BMT sebagaimana tertuang dalam AD/ART BMT, khususnya mengenai pencapaian tujuan.

2. Sekretaris

Bertugas membuat serta memelihara Berita Acara yang asli dan lengkap dari Rapat Umum Anggota dan Rapat Pengurus. Bertanggung jawab atas pemberitahuan kepada Anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan ketentuan AD/ART. Memberikan catatan-catatan keuangan BMT hasil laporan dari pengelola serta memberikan saran pada Ketua tentang berbagai situasi dan perkembangan BMT.

commit to user

3. Bendahara

Bertugas bersama manajer operasional memegang rekening bersama (counter sign) di Bank Syariah terdekat. Selain itu juga bertanggung jawab mengarahkan, mengevaluasi pengelolaan dana oleh pengelola.

(4) Pembina Manajemen

Pembina Manajemen mempunyai tugas dan wewenang melakukan pembinaan, pengawasan dan konsultasi dalam bidang manajemen BMT, yaitu antara lain :

a. Pembinaan dan pengembangan sistem.

b. Memberikan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan sistem apabila diperlukan.

(5) Manajer BMT

Manajer BMT memiliki kewenangan dan tugas antara lain :

a. Membuat rencana pemasaran, pembiayaan, operasional dan keuangan secara periodik.

b. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang digariskan oleh DPS.

c. Membuat laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana, rugi laba secara periodik kepada DPS.

(6) Penggalangan Dana

commit to user

mempunyai tugas:

a. Melakukan kegiatan penggalangan tabungan anggota atau masyarakat.

b. Menyusun rencana penggalangan tabungan.

c. Mendiskusikan strategi penggalangan dana bersama manajer dan pengurus.

(7) Pembiayaan (Marketing)

Bagian Pembiayaan memiliki wewenang melaksanakan kegiatan pemasaran dan pelayanan baik kepada calon nasabah maupun kepada calon peminjam serta melakukan pembinaan agar tidak terjadi kemacetan pengembalian pinjaman. Tugasnya antara lain adalah :

a. Menyusun rencana pembiayaan.

b. Menerima permohonan pembiayaan.

c. Melakukan analisa pembiayaan.

d. Melakukan administrasi pembiayaan.

e. Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

(8) Kasir / Pelayanan Anggota

Kasir memiliki wewenang melakukan pelayanan kepada anggota terutama nasabah penabung serta bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar. Adapun tugasnya antara lain :

commit to user

b. Membuat buku kas harian.

c. Menangani pembukuan kartu tabungan. (9) Pembukuan

Bagian pembukuan berwenang menangani administrasi keuangan dan menghitung bagi hasil serta menyusun laporan keuangan dan memiliki tugas antara lain :

a. Menangani administrasi keuangan.

b. Mengerjakan jurnal dan buku besar.

c. Melakukan perhitungan bagi hasil.

d. Menyusun laporan keuangan secara periodik.

4. Produk-produk BMT

BMT memiliki layanan produk-produk perbankan seperti bank syariah pada umumnya yang pada prinsipnya tanpa mengandung unsur bunga dengan menggunakan sistem syariah yaitu dengan bagi hasil, jual beli, sewa atapun jasa.

commit to user

Tabel 2.1 Fungsi dan Prinsip/Produk BMT

No.

Fungsi

Prinsip/Produk

1 Pengumpulan dana (fundrising)

Titipan (wadiah) Bagi hasil (mudharabah)

2 Penyaluran dan pengelolaan dana (financing)

Bagi hasil, Jual beli, Sewa

3 Jasa

Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, Qard

4 Sosial ( tabarru’)

Zakat, Infaq, Shadaqoh

Sumber : M. Syafii Antonio (2003)

a. Mekanisme Penghimpunan Dana BMT

Pelayanan dalam bentuk simpanan dengan syarat tertentu dalam hal penyertaan dan penarikannya. Akad-akad tabungan dalam BMT yaitu antara lain :

1. Akad Wadi’ah

Wadi’ah berarti titipan.Prinsip simpanan wadi’ah merupakan akad penitipan barang atau uang kepada BMT. Akad Wadi ’ah ditinjau dari boleh tidaknya penerima titipan untuk memanfaatkan titipan tersebut dibedakan kedalam dua macam, yaitu:

commit to user

Yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan kepadanya. Atas pengembangan produk ini, BMT dapat mensyaratkan adanya jasa (fee) kepada penitip ( muwadi’) sebagai imbalan atas pengamanan, pemeliharaan dan administrasinya (Ridwan, 2004).

b. Wadiah ad Dhamanah

Yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan boleh memanfaatkan barang yang dititipkan dengan syarat, apabila pemilik sewaktu-waktu ingin mengambil barangnya kembali, barang tersebut harus dalam keadaan seperti semula. Atas akad ini deposan akan mendapatkan imbalan berupa bonus, yang tentu saja besarnya sangat tergantung dengan kebijakan manajemen BMT.

2. Akad Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerjasama modal dari pemilik dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudhorib) atas dasar bagi hasil. Berbagai sumber dana tersebut pada prinsipnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni; dana pihak pertama (modal), dana pihak kedua (pinjaman pihak luar) dan dana pihak ketiga (simpanan).

commit to user

Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat pendirian. Dana ini dapat terus dikembangkan, seiring denganperkembangan BMT. Sumber dana pihak pertama terdiri dari:

1. Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan) Simpanan Pokok Khusus yaitu simpanan modal penyertaan, yang dapat dimiliki oleh individu maupun lembaga dengan jumlah setiap penyimpan tidak harus sama, dan jumlah dana tidak mempengaruhi suara dalam rapat.

2. Simpanan Pokok

Simpanan pokok yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT. Besarnya simpanan pokok harus sama.

3. Simpanan Wajib

Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan permodalan dan anggotanya. Besarnya simpanan wajib setiap anggota sama (Ridwan, 2004).

b. Dana Pihak ke II (DP II)

Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar. Dana ini bersifat tidak terbatas. Dengan demikian, kemampuan

commit to user

akan sangat berpengaruh terhadap besarnya DP II.

c. Dana Pihak Ketiga (DP III)

Dana ini merupakan simpanan suka rela atau tabungan dari paraanggota BMT. Jumlah dan sumber dana ini sangat luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi tabungan dan deposito.

b. Mekanisme Penyaluran Dana BMT

Kegiatan operasional yang juga penting dalam BMT adalah kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan. Dalam kegiatan penyaluran dananya, secara garis besar pembiayaan BMT dapat dibedakan menurut tujuanpenggunaannya, yaitu:

1. Jual beli

Jual beli adalah akad antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli di mana objeknya adalah barang dan harga. Penerapan akad jual beli ini dalam transaksi BMT tampak dalam produk pembiayaan murabahah, salam, dan istishna. Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Murabahah, yaitu jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah margin keuntungan yang telah disepakati.

commit to user

syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.

c. Istishna, yaitu jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

2. Bagi hasil

Implementasi dari akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) inilah yang lebih dikenal di masyarakat karena memangfungsinya sebagai pengganti bunga (Suhendi, 2004). Dalam prakteknya BMT dapat menggunakan akad ini dalam dua sisi sekaligus, yaitu sisi penghimpunan dana (funding) dan sisi penyaluran dana (lending). Penerapan akad bagi hasil dalam bentuk penghimpunan dana melalui produk simpanan, sedangkan dalam penyaluran dana adalah pada produk pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih,pihak pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan suatu modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad atau perjanjian keuntungan (Karim, 2004).Bentuk kerjasama ini

commit to user

mudharib .

b. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah merupakan bentuk kerjasama yang melibatkan dua pihak atau lebih yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan (Antonio, 2001). Bentuk kontribusi pihak-pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang, perdagangan, kewiraswastaan, keterampilan, kepemilikan, peralatan, dan intangible asset seperti nama baik (good will) serta kepercayaan.

3. Sewa-Menyewa

Sewa menyewa yaitu perjanjian yang objeknya merupakan manfaat atas suatu barang atau pelayanan, sehingga bagi pihak yang menerima manfaat berkewajiban membayar uang sewa atau upah (ujrah). BMT menggunakan akad ini dalam produk penyaluran dana berupa pembiayaan ijarah dan pembiayaan ijarah muntahia bit tamlik . Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ijarah

Transaksi ijarah yaitu adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan prinsip jual beli, namun

commit to user

beli objek transaksinya adalah barang sedangkan ijarah objek transaksinya adalah jasa (Karim, 2004).

b. Ijarah Muntahia Bit Tamlik

Transaksi Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) hampir sama dengan transaksi ijarah, hanya saja transaksi ini memberikan pilihan bagi penyewa untuk membeli barang yang disewa.

4. Prinsip Jasa

Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah ta’awun atau tabarru’. Yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebajikan (Ridwan, 2004). Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Al Wakalah (Wakil)

Wakalah dapat berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian mandat atau amanah. Dalam kontrak BMT, berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah.

b. Kafalah (Garansi)

Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak

commit to user

sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh anggotanya.

c. Al Hawalah (Pengalihan Piutang)

Al Hawalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung.

d. Ar Rahn (Gadai)

Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.

5. Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial

Dalam operasional BMT transaksi pinjam-meminjam dikenal dengan nama pembiayaan qardh, yaitu pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman sekaligus ataupun diangsur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

Produk jasa merupakan produk yang saat ini banyak dikembangkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) termasuk juga BMT (Suhendi, 2004). Adapun mengenai produk jasa misalkan didasarkan pada akad wakalah .BMT dalam menggunakan akad ini misalnya dalam perpanjangan SIM, KTP, STNK dan sebagainya. Dengan demikian BMT akan mendapatkan fee dari transaksi ini.

commit to user

B. Teori Efisiensi

Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masukan) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Menurut Syafroedin (dalam Muharram dan Purvitasari, 2000). Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien apabila:

1. Menggunakan jumlah input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan output yang sama.

2. Menggunakan jumlah unit input yang sama dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar.

Suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara teknis apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu atau memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan sumber daya yang minimal. Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses produksi, produsen menghadapi kendala besarnya harga input, sehingga harus dapat memaksimalkan penggunaan input sesuai dengan anggaran yang tersedia yang juga harus mempertimbangkan besarnya harga output. Produsen dapat berproduksi dengan efisien jika :

…………….. (2.1)

commit to user

Dimana MP 1 adalah produk marginal faktor produksi tenaga kerja (L), MP k adalah produk marginal faktor produksi kapital, dan MP a adalah produk marginal faktorA, sedangkan P 1 ,P k , dan P a masing-masing adalah

harga sumber-sumber tersebut.(Wijaya dalam Rifki, 2010).

Menurut Endang Suhendar (dalam Suryani 2005), menyatakan bahwa ada beberapa macam cara untuk mengukur atau membandingkan tingkatan efisiensi antar perusahaaan yaitu (1) Efisiensi Teknis, dua perusahaan mempunyai tingkatan efisiensi teknis yang berbeda jika pada tingkat penggunaan input yang sama, output yang dihasilkan berbeda. Efisiensi teknis mengukur keberhasilan suatu kegiatan ekonomi dalam memproduksi output maksimal dari kombinasi input tertentu, pada umumnya input yang dipergunakan dalam proses produksi biasa digambarkan dengan menggunakan kurva isoquant, fungsi produksi (production function), fungsi biaya (cost function), dan fungsi keuntungan (profit function); (2) Efisiensi Alokatif (efisiensi harga), dua perusahaan mempunyai kesanggupan yang berbeda dalam hal menyamakan nilai produk marginal (marginal value product) dari input peubah terhadap harga peluang sehingga gagal memaksimumkan harga. Efisiensi alokatif mengukur keberhasilan perusahaan dalam mengalokasikan input untuk mencapai keuntungan maksimum; (3) Efisiensi Ekonomi, dua perusahaan mempunyai tingkat efisiensi yang berbeda walaupun keduanya beroperasi pada kondisi pasar faktor produksi atau pasar produk yang sama namun

commit to user

dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomi merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Selanjutnya akan dibahas mengenai teori produksi.

1. Proses Produksi Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi modal, tenaga kerja, teknologi, managerial skill (Soeharno, 2007).

Menurut Adiningsih (2003) yang dimaksud dengan produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang bertambah.

2. Fungsi Produksi Dalam ilmu ekonomi hubungan antara input dengan output digambarkan dalam suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input (Adiningsih, 2003). Fungsi produksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana: Q

= Output

commit to user

keusahawan)

Hubungan antara input dan output cukup kompleks karena beberapa input atau faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi output (Wijaya, 1991). Analisis sementara dianggap bahwa faktor-faktor produksi lain yang digunakan kecuali tenaga kerja tetap konstan kuantitasnya, sehingga dapat diketahui secara lebih jelas bagaimana pengaruh suatu faktor produksi terhadap kuantitas produksi.

Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

…………………

(2.3) Tanda bar menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut

konstan tak berubah sehingga secara lebih sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :

…………………. (2.4) Artinya bahwa kuantitas yang diproduksi dipengaruhi oleh

banyaknya tenaga kerja yang digunakan saja, apabila salah satu faktor produksi merupakan faktor yang dapat diubah (variable input) untuk menghasilkan sejumlah output, sedangkan faktor produksi lain dianggap tetap (fixed input) maka kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, semua faktor produksi merupakan faktor variabel yang dapat diubah (variable input ).

commit to user

Menurut W. Nicholson (1999), hubungan persamaan-persamaan dalam fungsiproduksi meliputi:

a. Total Product (TP), adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi dan pada umumnya dilambangkan dengan TP atau Q (Quantity).

b. Marginal Product(MP), adalah perubahan faktor produksi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan faktor produksi variabel. Apabila faktor produksi yang berubah adalah tenaga kerja, Marginal Product nya disebut Marginal Product of Labor (MP L ). MP L menunjukkan perubahan Q yang dihasilkan dari setiap perubahan pemakaian L. Apabila penyebab dari timbulnya Marginal Product adalah perubahan modal, maka disebut Marginal

Product of Capital (MP C ). Apabil a ΔL adalah perubahan tenaga kerja dan ΔQ adalah perubahan produksi total, MP L dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut:

(2.5)

c. Average Product (AP), adalah besarnya rata-rata produksi yangdihasilkan oleh setiap penggunaan faktor produksi variabel. Apabila L menunjukkan tenaga kerja yang digunakan, Average Product nya disebut Average Product of

commit to user

dihasilkan per tenaga kerja.

(2.6) Ada tiga tahapan yang dapat diklasifikasikan dari produk marjinal

(W. Nicholson, 1999), yaitu:

a. Produk marjinal terus naik pada keadaan produk total yang mengalami kenaikan (tahap I). Tahap ini disebut irrational region, di mana pada saat AP L naik hingga AP L maksimum.

b. Produk marjinal mengalami penurunan pada saat keadaan produk total yang terus naik (tahap II). Tahap II ini disebut rational region, di mana pada saat AP L maksimum hingga TP L maksimum. Pada saat AP L mencapai maksimum, tercapai kondisi efisiensi teknis. Dalam konsep efisiensi teknis, kondisi ini merupakan suatu tingkat pemakaian faktor produksi dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila kondisi tersebut dapat memberikan AP L yang lebih besar.

c. Produk marjinal terus menurun sampai angka negatif bersamaan dengan produk total yang juga turun (tahap III).Tahap III disebut irrational region , di mana pada saat TP L maksimum hingga TP L menurun.

Hubungan antara produk marjinal dan produk rata-rata (average product), adalah apabila produk rata-rata yang merupakan perbandingan antara produk

commit to user

marjinal dengan produk rata-rata dapat diperoleh melalui proses-proses, yaitu:

a. Apabila produk marjinal lebih besar dari produk rata-rata, posisi produk rata-rata masih dalam keadaan naik.

b. Apabila produk marjinal telah mencapai maksimal, posisi produk rata-rata masih dalam keadaan naik.

c. Apabila produk marjinal sama dengan produk rata-rata, produk rata- rata mengalami keadaan maksimum. Dalam keadaan jangka panjang, semua input bersifat variabel dan perusahaan dapat menentukan jumlah input yang digunakan. Setiap tingkat produksi tertentu dapat digunakan berbagai kombinasi input. Kondisi ini digambarkan sebagai kurva isoquant.

d. Apabila produk marjinal lebih kecil dari produk rata-rata, produk rata-rata mengalami penurunan. (Soekartawi, 1990)

commit to user

Fungsi Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal

di mana: TPL = jumlah produksi secara keseluruhan dengan penggunaan tenaga kerja pada tingkat tertentu (Total Product of

Labor )

= tenaga kerja yang digunakan (Labor)

L*

=L 1 = tenaga kerja yang digunakan pada tahap I (irrational

region) L** = L 2 = tenaga kerja yang digunakan pada tahap II (rational

region )

commit to user

(irrational region) MPL = Perubahan total produksi dari perubahan setiap penggunaan tenaga kerja (Marginal Product of Labour) APL = Rata-rata total produksi yang dihasilkan dengan setiap

penggunaan tenaga kerja (Average Product of Labour)

4. Macam-macam Fungsi Produksi Fungsi produksi yang digunakan produsen dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang. Fungsi produksi disebut sebagai fungsi produksi jangka pendek apabila menggunakan input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input) dalam produksi. Fungsi produksi dikatakan fungsi produksi jangka panjang apabila kedua input yang digunakan adalah variable input. (Adiningsih, 2003)

a. Fungsi Produksi Jangka Pendek

Produksi dengan satu input tetap dan satu input variabel disebut produksi jangka pendek. Teori produksi dengan satu input variabel menggambarkan secara sederhana tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dengan fungsi produksi seperti

commit to user

Product (MP), Average Product (AP).

Total Product (TP) adalah suatu jumlah produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi, Total Product biasa dilambangkan dengan TP atau Q. Marginal Product (MP) merupakan perubahan jumlah produksi yang diakibatkan oleh penambahan penggunaan satu input variabel. Produksi marginal dari suatu input mengukur seberapa besar tambahan output yang dihasilkan apabila suatu input variabel bertambah dengan satu unit sedangkan input yang lainnya tetap. Adapun rumus yang dapat digunakan apabila hanya ditambah faktor tenaga kerja, sedangkan input yang lain tetap adalah :

…………………….. (2.7) Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata

produksi yang dihasilkan oleh setiap penggunaan input variabel. Jika L merupakan tenaga kerja yang digunakan, maka Average Product nya disebut sebagai Average Product of Labour (APL) di mana formulasinya adalah :

.................................. (2.8)

Untuk memperjelas hubungan antara TP, MP, dan AP dapat dilihat dalam tabel berikut.

commit to user

5 (Sumber: Sugiarto, 2002)

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa input tetap digunakan pada suatu tingkat tertentu. L merupakan input variabel tenaga kerja. Q merupakan TP, berdasarkan tabel menunjukkan bahwa penambahan input L maka Q juga bertambah hingga L mencapai unit ke 8 dan setelah itu Q mengalami penurunan, demikian juga dengan MP dan AP yang mengalami pola kenaikan dan kemudian menurun pada L unit ke

5. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa penambahan L yang semakin banyak akan menambah TP hingga pada tingkat maksimum yang kemudian akan mengalami penurunan. Keadaan inilah yang dinamakan dengan the law of diminishing return.

Berdasar hukum tesebut hubungan antara TP, AP dan MP terbagi dalam tiga tahap, yaitu :

commit to user

semakin cepat.

2) Tahap kedua, di mana pertambahan total product semakin melambat.

3) Tahap ketiga, di mana pertambahan total product semakin berkurang.

Gambar 2.3

Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product

(Sumber: Sugiarto, 2002)

Gambar 2.3 di atas menunjukkan bahwa kurva TP pada awalnya naik secara lambat kemudian mengalami kenaikan dengan cepat (ditandai dengan kenaikan MP L dan AP L ) dan mulai melambat setelah MP mencapai titik maksimum. Hal ini

commit to user

(the law of diminishing return). MP mencapai titik maksimum pada saat slope kurva TP adalah terbesar (titik A), sehingga titik

A disebut titik balik atau titik infleksi (inflection point). MP selanjutnya mencapai titik nol pada saat TP mencapai titik maksimum yang berarti jika tenaga kerja terus ditambah, maka output total justru akan turun. Sementara itu AP akan mencapai titik maksimum pada saat garis yang ditarik dari titik origin ke kurva TP mempunyai slope terbesar (titik B), pada saat itu AP sama dengan MP, setelah itu AP akan turun (Sugiarto, 2002).

Sesuai dengan gambar tersebut, maka fungsi produksi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

Tahap I