Partai Gerindra di Kota Surakarta

B. Partai Gerindra di Kota Surakarta

B.1 Kondisi Geografis Kota Surakarta

Gambar 2.2 Peta Kota Surakarta

a Letak Daerah Penelitian

Surakarta ialah sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah, terletak antara 100º 45 ′ 15″ dan 110º45′ 35″ Bujur Timur dan antara 7º36 ′ dan 7º56″ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari

commit to user

Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar. Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km². Kota ini terbagi dalam lima kecamatan. Dengan masing masing Kecamatan dengan luas yang berbeda. Luas wilayah Laweyan 8,64 Km², Kecamatan Serengan

3,19 Km², Kecamatan Pasar Kliwon 4,82 Km², dan Kecamtan Jebres 12,58 Km², Banjarsari 14,81 Km².

b Lokasi DPC Partai Gerindra

Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra kota Surakarta berada di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo 30 Mangkubumen Surakarta Telp 0271-720582

B.2 Kondisi Masyarakat Kota Surakarta

Kota Surakarta adalah salah satu kota di provinsi Jawa Tengah yang memiliki keistimewaan, yakni sebagai pusat kekuasaan Jawa tempo dulu. Surakarta merupakan ibu kota Kerajaan Mataram Islam di mana hingga saat ini tetap menjadi salah satu pusat kebudayaan bangsa Indonesia dan pusat perdagangan.

Surakarta juga memiliki sejarah politik yang unik. Jumlah pemilih pada Pemilu tahun 2004 sebesar 383.222 orang, jumlah ini adalah yang terendah jika dibandingkan dengan jumlah pemilih di wilayah Solo Raya lainnya (Solo Raya meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Wonogiri, Boyolali, dan Sragen).

commit to user

dari PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Pada Pilkada juga ditemukan hal yang serupa, bahwa pilkada tahun 2005 dimenangkan oleh PDI-P. Hal ini memberikan nuansa politik bahwa konstelasi politik di Kota Surakarta terkesan monoton dan statis, dengan dimenangkan oleh partai politik tertentu saja.

Kemudian pada Pemilu Legislatif yang telah digelar pada tanggal 9 April 2009 lalu dirasakan ada warna-warni serta nuansa baru yang tergambar dalam dunia politik Kota Surakarta. Beberapa partai baru muncul ke permukaan memberi gambaran ramai di dalamnya. Berikut adalah hasil rekapitulasi perolehan kursi legislatif di Kota Surakarta.

Tabel 2.1 DAFTAR CALON TERPILIH ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009

No

NAMA PARTAI

JUMLAH KURSI JUMLAH

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)

2 4 4 5 15

2 Partai Demokrat

3 Partai Keadilan Sejahtera

4 Partai Amanat Nasional (PAN)

5 Partai Golongan Karya (Golkar)

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

8 Partai Damai Sejahtera (PDS)

JUMLAH TOTAL KURSI

40

commit to user

B.3 Struktur Organisasi

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra adalah susunan pengurus partai yang berlokasi di wilayah kabupaten/kota. Menurut Anggaran Rumah Tangga Partai Gerindra, dikatakan bahwa dalam Susunan Dewan Pimpinan Cabang terdiri atas :

a Ketua

b Wakil-wakil ketua

c Sekretaris

d Wakil-wakil sekretaris

e Bendahara

f Wakil-wakil bendahara Selain itu dalam Dewan Pimpinan Cabang (DPC) terdiri atas

Pengurus Pleno dan Pengurus Harian. Demikian pula halnya di kota Surakarta, sesuai Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Gerindra bahwa susunan pengurus DPC berjumlah 17 (tujuh belas) orang dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Secara Struktural bisa digambarkan sebagai berikut :

commit to user

Bagan 2.1 Struktur Kepengurusan Partai Gerindra

Beriku ini adalah susunan nama-nama pengurus DPC Partai Gerindra kota Surakarta :

1. Ketua

: Amien Subandrio

2. Wakil Ketua I

: Edi Sutjipto

3. Wakil Ketua II

: Rudi Purwanto, SH

4. Wakil Ketua III : Oemaryatmo

5. Wakil Ketua IV

: Nugradi, Amd

6. Wakil Ketua V

: Erik Setiawan

7. Wakil Ketua VI

: Sri Mulyatiningsih

8. Sekretaris

: dr. Nur Sakti Awan Adhi, MM

9. Wakil Sekretaris I

: Fajri Mahmudi, S.Sos

10. Wakil Sekretaris II

: Teguh Tanggap Semedi, BA

11. Wakil Sekretaris III

:Endang Sri Yuliati, SE

12. Wakil Sekretaris IV

: Hari Bambang Wijanarko

13. Wakil Sekretaris V

: Anky Joestedjo Walujo

Wakil-wakil Bendahara

commit to user

15. Bendahara

: R. Triono

16. Wakil Bendahara I

: Risna Noermanisak, Amd

17. Wakil Bendahara II

: Tjatur Wardaningtias, S.Sos

B.4 Organisasi Sayap Partai Gerindra

Salah satu tujuan dari partai gerindra adalah berjuang memperoleh kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sebagai upaya untuk menunjang kegiatannya serta guna memberikan wadah tersendiri bagi para simpatisannya partai gerinda juga telah menyaipkan oragnisasi yang nantinya sebagai lembaga aktualisasi atas program kegiatan yang dimilikinya. Tidar (Tunas Indonesia Raya), Perindra (Perempuan Indonesia Raya), serta Satria (Satuan Relawan Indonesia Raya) adalah organisasi yang berada dalam partai gerindra dengan beragam kegiatan yang ditujukan untuk simpatisan partai maupun masyarakat secara luas.

Tunas Indonesia Raya atau TIDAR adalah organisasi pemuda Indonesia yang berdiri sejak 7 Juli 2008. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk menyerap, menampung dan menyalurkan aspirasi anak- anak muda di Indonesia, agar dapat memberikan kontribusi kepada nusa dan bangsa. Yaitu dengan cara yang diinginkan sesuai dengan aspirasi

commit to user

dan cara yang disukai anak muda. Pira (Perempuan Indonesia Raya) adalah organisasi yang diperuntukkan bagi wanita. Pira adalah wujud dari usaha paratai gerindra untuk mengatasi ketimpangan hak yang dialami oleh wanita. Kegiatan yang dilakukan oleh Pira ditujukan uuntuk membuka mata kaum wanita yang selama ini masih dianggap lemah dan tersisih dalam berbagai bidang. Kagiatan yang dilakukan oleh Pira tidak hanya diperuntukkan bagi kader dan simpatisan partai, melainkan sebagai gerakan sosial yang memberikan citra positif wanita di dunia sosial

Satria (Satuan Relawan Indonesia Raya) adalah organisasi dengan pendekatan kemanusiaan, dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan uluran tangan dengan segera.

commit to user

55

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan

Dari keseluruhan jumlah pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra kota Surakarta sejumlah tujuh belas orang yang menjadi informan pada penelitian ini adalah 2 (dua) orang, yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari tokoh kunci yang dianggap mengetahui banyak hal tentang Partai Gerindra, khususnya pada DPC Kota Suarakarta, yakni bapak Amin Subandrio selaku Ketua DPC Partai Gerindra Kota Surakarta. Selain dari pengurus DPC informasi juga digali dari beberapa simpatisan Partai Gerindra. Sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan maka simpatisan yang dipilih adalah berdasarkan rekomendasi informan sebelumnya yang telah mengetahui Partai Gerindra. Simpatisan yang ditemui adalah masyarakat kota Surakarta yang bukan merupakan pengurus DPC Partai Gerindra ataupun calon legislatif yang sengaja diusung oleh Partai Gerindra Kota Surakarta. Selanjutnya, informasi juga digali dari calon legislatif partai gerindra yang secara langsung turut melakukan komunikasi politik dengan simpatisan partai ini.

Gambaran selanjutnya tentang profil informan akan dijabarkan secara ringkas melalui tabel-tabel dibawah ini, dimana tabel-tabel ini bersumber dari hasil wawancara:

commit to user

Tabel 3.1 Narasumber berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Kedudukan dalam Partai Gerindra

Informan

Jenis Kelamin

Usia (tahun)

Status dalam Partai Gerindra

1 Laki-laki

39 Ketua DPC

2 Laki-laki

48

Wakil Skretaris (Caleg DPRD Kota Surakarta)

3 Perempuan

36

Caleg DPRD Kota Surakarta

Caleg DPRD Kota Surakarta

Sumber : Hasil wawancara Dilihat dari tabel diatas, informan dengan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 4 (empat) orang, dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 (dua) orang. Sebagian besar dari informan adalah berjenis kelamin laki-laki. Masing-masing dari informan yang ditemui adalah mereka berusia diatas 17 tahun dan bukan lagi termasuk dalam kategori pemilih pemula. Dari kedudukan dalam kepengurusan partai informan yang ditemui berjumlah 2 (dua) orang, caleg 3 (tiga) orang salah satu diantaranya juga merangkap sebagai wakil sekretaris, srta 2 (dua) orang simpatisan Partai Gerindra.

B. Jaringan Sosial dan Komunikasi Politik

Dalam Sosiologi Politik, partai politik diartikan sebagai kumpulan dari sekelompok orang dalam masyarakat yang berusaha untuk meraih atau

commit to user

langkah awal yang dilakukan untuk memperoleh dukungan politik dan jaringan sosial yang luas adalah dengan memperkenalkan partai politik, berkaitan dengan visi dan misinya, tujuannya melalui komunikasi politik yang baik dan menarik.

B.1 Pengenalan Awal Partai Gerindra

Proses memperkenalkan partai politik terhadap masyarakat merupakan ujung pangkal mencapai tujuan politik dengan melibatkan banyak unsur di dalamnya, proses pengenalan lebih mendalam ini disebut dengan sosialisasi politik. Proses sosialisasi politik sebagai mata rantai yang sangat penting, karena dalam kegiatan ini terdapat proses memperkenalkan sistem politik terhadap seseorang, yang pada akhirnya dari kegiatan itu akan menentukan sikap dan tanggapan seseorang terhadap sistem politik tersebut.

Lebih sederhana lagi, sosialisasi politik dapat diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.

commit to user

Tabel 3.2

Proses mengenali Partai Gerindra dan Waktu melakukan wawancara

No.

Informan

Proses mengenali Partai

Gerindra

Waktu wawancara

1. Informan 1

“Dari iklan di televivi, partai ini kan dari awal-awalnya sudah memasang iklan di tv”

25 Februarai 2009

2. Informan 2

“Saya tau dari banyak iklan dan pembicaraan dengan orang- orang tenteng partai ini, saya tertarik

dan lantas

“Saya tahu gerindra dari iklan di televisi, yang ada burung garudanya, lantas saya kenal lebih jauh dari Pak Amin, terus saya juga baca buku tentang pertanian punya prabowo dan gerindra, saya tertarik dengan isi dan tujuannya”

01 Maret 2009

4. Informan 4

“Dari iklan televisi, poster dan spanduk di jalan-jalan”

15 Maret 2009

5. Informan 5

“Daya tahu sendiri dari iklan dan sosialisasi”

15 Maret 2009

commit to user

No.

Informan

Proses mengenali Partai

Gerindra

Waktu wawancara

sendirinya baik dari iklan atau informasi lainnya, saya tertarik dengan perubahan yang ingin dituju”

02 Mei 2009

Sumber : Hasil wawancara Berdasarkan tabel 3.2 diatas seluruh informan mengetahui

informasi awal mengenai Partai Gerindra diketahui secara langsung oleh diri mereka sendiri, baik melalui media elektronik ataupun melalui media cetak yang bisa diakses secara langsung olehnya.

Selain itu hal lain yang dapat diketahui adalah bahwa sosialisasi politik dapat dilakukan dengan menggunakan media massa, seperti televisi, radio, atau media cetak yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Pada masyarakat yang semakin berkembang media dan sarana sosialisasi sangat berpengaruh dalam penyampaian bergabagai informasi, termasuk pengenalan partai.

Dari informasi awal yang mereka peroleh tentang Partai Gerindra banyak yang mengungkapkan ketertarikannya, dan menaruh harapan akan membawa perubahan pada negeri ini, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yang nerupakan salah satu simpatisan Partai Gerindra dalam penuturannya berikut : “Begitu saya melihat tayangan di tv saya langsung tertarik dan tahu,

wah ini partai gerindra, partai baru, kan disana mengutamakan orang-

commit to user

orang kecil misalnya petani, melayan kaya gitu. Trus pikiran saya ini yang nantinya bisa merubah Indonesia ke arah yang lebih baik...“ (wawancara 15 Maret 2009)

B.2 Jaringan Sosial

Menurut Mitchell J Clyde (1969) ada dua konsep yang harus dipahami dalam jaringan sosial, antara lain:

1. Jaringan sosial sebagai suatu konsep metaporik. Sebagai konsep metaporik, jaringan sosial hanya dilihat sebagai suatu rangkaian antar hubungan (inter-relationship) dalam suatu sistem sosial.

2. Jaringan sosial sebagai konsep analitis. Sebagai konsep analitis, jaringan sosial tidak hanya dilihat sebagai jaringan yang khusus saja, tetapi juga bagaimana karakteristik dari hubungan-hubungan yang ada. Konsep metaphorik penulis gunakan untuk melihat rangkaian

antar hubungan (inter-relationship) dalam sistem sosial yang melibatkan komunikasi politik. Bentuk hubungan dapat berupa hubungan pertemanan, persaudaraan, dan lain-lain.

Nilai Sosial dalam Jaringan Sosial

Partai politik adalah salah satu organisasi yang kompleks, yang dapat menciptakan hubungan sosial antar personil di dalamnya, dengan persamaan kepentingan dan tujuan yang sengaja dibangun tidak jarang perbedaan ide dan pendapat masih sering terjadi. Tidak dapat

commit to user

kekuasaan namun di dalamnya juga telah terjadi hubungan sosial yang menjadikan kekuatan organisasinya semakin kuat dan solid. Hubungan sosial politik itu diantara dalam hal tolong-menolong ketika berada dalam kesulitan, keterbukaan informasi, dll. Dalam penelitian ini ditemukan adanya keterlekatan sosial di dalam Partai Gerindra.

Tabel 3.3

Kepekaan Terhadap Kesulitan Antar Pengurus Maupun

Diluar Kepengurusan

No.

Informan

Sikap dan bantuan yang diberikan kepada pihak lain yang menghadapi musibah

1. Informan 1

“Kami merespon kondisi yang seperti itu,

jangankan dengan teman sesama pengurus,

dengan masyarakat Kota Solo saja sebisa

mungkin kami langsung tanggap. Baik bantuan

spirit maupun materi kami berikan. Yang

namanya hidup kan harus saling membantu.

Kebetulan di bulan Februari ini ada dua kasus

banjir, ya saya mengajak pengurus dan caleg

itu untuk merapat dan membantu mereka,

makanan seperti mie dan air minum kami kirim

kesana”

commit to user

No.

Informan

Sikap dan bantuan yang diberikan kepada pihak lain yang menghadapi musibah

2. Informan 2

“Sebisa kami jika memang ada perihak musibah dan keprihatinan orang lain akan kami bantu, terlebih dengan masyarakat di Solo yang akhir-akhir ini ada banjir ya kami dan para caleg mendatangi dan membantu,

paling

tidak sebagai

pertolongan awal”

3. Informan 3

“Baik secara pribadi atau atas nama partai kami tanggap akan hal yang seperi itu ya mbak, bantuan berupa apa pun jika kami mampu ya akan kami berikan, seperti kasus di daerah pucang sawit kemarin, saya terjun langsung mbak, malah dari pagi samapai malam saya disana, setidaknya saya tahu bagaimana kondisi mereka, walau hanya seadanya saya memberi bantuan makanan tapi saya senang bisa meringankan beban mereka”

commit to user

No.

Informan

Sikap dan bantuan yang diberikan kepada pihak lain yang menghadapi musibah

4. Informan 4

“Partai gerindra cukup memberikan perhatian atas kesusahan masyarakat. La wong pas kebanjiran kemarin itu cuma caleg dari partai gerindra yang mau datang kesini, padahal saat itu sangat kotor, airnya saja diatas lutut. Mereka sampai malam disini, memberi bantuan makanan dan baju-baju kaya gitu”

5. Informan 5

“Mereka peduli mbak, kan ada to yang hanya obral omongan, giliran susah mereka ndak ketok, yen calegnya gerindra kemarin mendatangi kami mbak, disalami trus dikasih makanan. Ya lumayanlah, pas kaya gitu kan semuanya sedih dan panik, tapi mereka tetap datang memberi hiburan biar kami tetep sabar”

commit to user

No.

Informan

Sikap dan bantuan yang diberikan kepada pihak lain yang menghadapi musibah

6. Informan 6

“Sangat responsif, kasus yang paling dekat adalah masalah kasus rumah tidak layak huni di daerah Laweyan, sekuatnya kami memperjuangkan mereka, apalagi mereka sudah tua, kami kumpulkan dana untuk itu, terkumpul sekitar dua juta dan kami berikan kepada penghuninya. Kalau dengan teman-teman di dalam partai kami biasa saling memberi kabar, jadi ketika ada yang kesulitan kami juga bisa cepat tanggap, membantu dengan hiburan atau bantuan materi”

Sumber : Hasil wawancara Dari tabel 3.4 dapat diketahui nilai hubungan sosial yang dibangun di dalamnya. Nilai kegotong-royongan dapat terlihat dalam hubungan sosial itu, dengan wujud pemberian bantuan atas musibah yang dialami oleh orang lain, baik sesama anggota pengurus Gerindra ataupun dengan masyarakat Kota Suarakarta. Misalnya ketika musibah banjir yang terjadi pada bulan Februari 2009 di beberapa wilayah Kota Surakarta mereka tidak enggan untuk mengulurkan bantuan. Seperti juga yang diungkapkan oleh informan 4 yang mengungkapkan kedekatan masyarakat diwilayahnya dengan salah satu caleg dari Partai Gerindra

commit to user

dalam interaksi sosial diatas adalah :

1. Mendatangi tempat dan orang yang terkena musibah

2. Memberi bantuan spirit berupa semangat untuk tetap sabar dalam menjalani hidup

3. Memberi bantuan secara materi yang diwujudkan dalam barang (makanan, baju, minum), atau hal yang dibutuhkan sesuai situasi dan kondisi yang terjadi

Selain itu juga terdapat keterbukaan informasi dalam hubungan sosial. Berikut penjelasannya :

Tabel 3.4

Keterbukaan informasi dalam Jaringan Sosial No.

Informan

Keterbukaan Informasi

1. Informan 1

“Jelas harus terbuka supaya tidak ada miss communication

trus

memumnculkan perpecahan, misalnya ketika ada suatu penyampaian

dari

pusat selanjutnya dikomunikasikan dalam rapat yang dihadiri semua pengurus, lantas menyepakati tindak lanjutnya. Dan informasi yang disampaikan adalah kebenaran dan bukan hal yang dibuat- buat”

commit to user

No.

Informan

Keterbukaan Informasi

2. Informan 2

“Antar pengurus kami saling terbuka mbak, ketika memang harus diketahui oleh semua ya pasti akan diomongkan, baik disaat rapat atau obrolan diluar rapat, dan informasi yang disampaikan adalah jujur tanpa penambahan dan pengurangan”

3. Informan 3

“Kami terbuka dalam informasi, perihal apapun misalnya yang disampaikan KPU kepada partai nantinya juga akan disampaikan kepada kami para calegnya”

4. Informan 6

“Kami saling terbuka dalam informasi, penyampaiannya juga tak harus secara formal dalam rapat, dalam kesehariannya juga kami tetap saling berkomunikasi”

Sumber : Hasil wawancara Tabel 3.5 menjelaskan tentang keterbukaan informasi yang ada dalam DPC Partai Gerindra Kota Surakarta, sehingga peneliti tidak memberikan pertanyaan serupa pada partisipan partai ini. Diketahui bahwa di dalam Partai Gerindra terdapat keterbukaan informasi yang terjadi di antara mereka. Keterbukaan informassi yang terjadi diwujudkan dalam :

1. Penyampaian informasi secara formal, dilakukan dalam

rapat-rapat

commit to user

dalam keseharian dengan obrolan-obrolan sesama

3. Kemurnian informasi (kebenaran dan keakuratan dalam

informasi) yang disampaikan

4. Informasi mengalir kepada siapa pun, baiak dari struktur atas ke bawah, dan sebaliknya dari bawah naik ke atas Selain keterbukaan informasi hal lain yang senantiasa menjadi kekuatan atas jaringan sosial adalah menjga agar jaringan yang dibentuk tetap solid. Berimut ini adalah penjelasan mengenai upaya yang dilakukan oleh Partai Gerindra dalam menjaga kekompakan dalam berorganisasi dan berhubungan dengan masyarakat lainnya.

Tabel 3.5

Upaya menjaga kekompakan dalam Paartai Gerindra No.

Informan

Sikap dalam menjaga kekompakan

1. Informan 1

“Dengan saling menjaga kepercayaan yang telah diberikan, berkata jujur, dan terbuka agar tidak terjadi salah paham”

2. Informan 2

“Bersikap ramah, sopan, saling menghargai satu dengan yang lainnya, karena kita disini berkumpul dengn banyak orang ketika ada permasalahan ya diomongkan baik-baik”

commit to user

No.

Informan

Sikap dalam menjaga kekompakan

3. Informan 3

“Bersikap sopan, saling bertegur sapa, ramah, kalau kita bersikap baik dengan orang lain maka orang lain pun juga akan begitu kepada kita, dan akhirnya menimbulkan kepercayaan orang lain kepada kita, trus bisa menjadi suatu kelompok yang kuat dikemudian harinya”

4. Informan 4

“Ya bersikap baik, mislanya saling menyapa, saling membantu, pokoknya sopan lah”

5. Informan 5

“Dengan berkelakuakn baik, tidak menyakiti orang lain, trus apa adanya, jadi ndak bohong, kalau bohong nanti orang lain ndak percaya lagi, trus malah pecah”

6. Informan 6

“Menjaga sikap untuk selalu sopan dimana pun berada, tidak hanya obral janji, tapi ditunjukkan

dengan

bukti, agar kepercayaan orang lain semakin kuat” Sumber : Hasil wawancara

Menurut tabel 3.6 maka diketahui tindakan yang dilakukan agar nilai-nilai keharmonisan dan cara menjaga kekuatan jaringan yang

commit to user

akan bersikap sopan dan ramah terhadap orang lain dalam menjaga jalinan sosial, dengan begitu pihak lain pun akan senantiasa bersikap serupa dan perlahan membangun sistem kepercayaan sosial di dalamnya. Selain itu menurut informan 6 (salah satu caleg Kota Surakarta Dapil 1 Partai Gerindra) mengungkapkan tidak memberikan janji kosong yang bisa mengecewakan pihak lain, namun harus ditunjukkan dengan tindakan-tindakan nyata yang sesuai visi serta misi partai ini. Kemudian bertegur sapa adalah cara paling mudah dalam memperkuat jaringan, ini sebagai wujud penghormatan diri terhadap pihak lain dalam interaksi sosial. Jadi nilai-nilai yang gunakan oleh Partai Gerindra dalam memperkuat jaringan dan menjaga solidnya hubungan dalam berorganisasi adalah dengan :

1. Bersikap sopan dengan pihak lain baik sesama penggurus DPC atau dengan masyarakat luas

2. Saling bertegur sapa, sebagai wujud penghormatan diri

terhadap orang lain

3. Tidak memberikan janji kosong, namun ditunjukkan dengan tindakan yang nyata yang sesuai dengan visi dan misi Partai Gerindra

B.3 Komunikasi Politik

Sebagai partai yang masih berusia muda, maka jalinan komunikasi harus terjalin dengan baik untuk memperoleh banyak

commit to user

terhadap simpatisan dan partisipan ataupun dengan partai politik lainnya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, kepada pengurus dan calon legislatif Partai Gerindra kota Surakarta dapat terangkum dalam tabel berikut :

Tabel 3.6 Proses Melakukan Komunikasi Politik

No. Informan

Status dalam

Partai Gerindra

Komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Politik

1. Informan 1

Ketua DPC

“Kalau komunikasi kami melakukannya dengan siapa saja, kalau ditanya dengan partai mana saja ya agak sulit mbak, masalahnya kebijakan melakukan koalisi misalnya itu ada ditingkat pusat, kami yang ada dibawah ya tinggal menuruti apa yang telah diputuskan oleh pengurs pusat, pastinya itu yang terbaik untuk partai ini”

commit to user

No. Informan

Status dalam

Partai Gerindra

Komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Politik

2. Informan 2 Wakil Skretaris “Kalau sekedar obrolan politik secara ringan kami melakukannya dengan banyak pihak, tapi jika dikaitkan dengan koalisi partai bukan lagi menjadi kuasa kami, sebab itu bergantung pada keputusan yang diambil oleh DPP Gerindra. Tapi jika sekedar perbincangan jika nanti terpilih menjadi anggota DPR pengennya antar caleg walau dari partai yang berbeda tetap terjalin baik.... itu dilakukan dengan beberapa partai, tidak hanya satu saja”

3. Informan 3

Caleg DPRD Kota Surakarta

“Hubungan dan komunikasinya baik kok mbak, walau berbeda partai kami masih sering saling kabar-kabar lewat sms misalnya, kalau komunikasi yang berbau politik hanya sekedar perbincangan biasa dan ringan, tentang koalisi dengan partai mana kalau setahu saya itu tergantung dengan DPP”

commit to user

No. Informan

Status dalam

Partai Gerindra

Komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Politik

4. Informan 6

Caleg DPRD Kota Surakarta

“Jalinan komunikasi kami dengan partai lain baik, dengan partai manapun, sebenarnya yang mau kita perjuangkan sama, hanya dengan jalur yang berbeda, kalau anatar partai yang berkaitan dengan koalisi itu dikembalikan lagi ke pusat karena mereka yang berhak mengambil keputusan semacam itu, dan sampai sekarang kan belum ada omongan tentang itu”

Sumber : Hasil wawancara Tabel 3.3 menunjukkan tenteng komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra di Kota Surakarta dengan pihak-pihak lain, baik internal pengurus patai ataupun dengan eksternal (diluar pengurus DPC). Komunikasi yang terjalin tidak hanya dilakukan secara formal (dalam persidangan dan rapat), namun juga secara informal (dalam pertemuan harian diluar kegiatan sidang dan rapat).

Untuk memberitahukan akan visi dan misi partai gerindra tidak hanya melakukan komunikasi terhadap elite politik tertentu, komunikasi ini menjangkau masyarakat secara luas dengan mengajak kaum marginal untuk turut serta bergabung dan memberikan suaranya untuk partai. Komunikasi politik ini dilakukan dengan cara yang formal

commit to user

politik yang berisi pesan dan pidati politik tidak jarang disisipakn dalam acara-acara yang sengaja digelar oleh Partai Gerindra. Contoh pidato dan pesan yang sengaja disisipkan adalah ketika diadakan rapat pada tanggal

Demikian juga komunikasi politik ini dapat juga dilakukan dengan cara yang informal, yaitu melalui hubungan masyarakat (public relation). Dalam public relation terdapat nilai-nilai social yang dapat mempengaruhi dan memperkuat sikap masyarakat terhadap Partai Gerindra.

Namun berbeda halnya dengan komunikasi politik yang terjadi antara Partai Gerindra dengan Pemerintah. Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Surakarta yaitu Amien Subandrio mengaku bahwa partai tidak memiliki kedekatan khusu secara politis dengan pemerintah, karena tergolong sebagai partai baru maka belum bisa menempatkan kader politiknya dalam kursi dewan. Hubungan komunikasi yang terjalin dengan pemerintah hanya dilakukan dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surakarta, dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Surakarta. Berikut ungkapan dari ketua DPC Partai Gerindra Kota Surakarta : “...kami belum memiliki link ke pemerintah, seperti yang mbak tahu

partai kami ini kan masih anyar, baru akan mengikuti pemilu tahun ini, paling2 ya hanya KPU atau Panwas...” (wawancara 25 Februari 2009)

commit to user

komunikasi yang dijalin oleh KPU dan Partai Gerindra adalah dengan berbagai bentuk pemberitahuan yang memang sudah sewajarnya untuk dikomunikasikan oleh KPU kepada seluruh partai politik peserta Pemilu tahun 2009. Beberapa bentuk pemberitahuan yang disampaikan oleh KPU adalah mengenai pendaftaran calon legislatif tingkat Kota Surakarta (DPRD II), peraturan kampanye, monitoring kampanye, dan pemasangan alat peraga kampanye, jadwal kampanye, dan sebagainya. Kemudian sebagai badan yang mengawasi jalannya Pemilu maka komunikasi yang dilakukan Panwaslu dengan Gerindra adalah pengawasan dan tindakan atas pelanggaran aturan dalam pelaksanaan Pemilu. Komunikasi yang terjadi lebih sering dilakukan secara formal dalam rapat pleno dan rapat umum mengenati teknis pelaksanaan Pemilu.

Panwaslu adalah pengawas penyelenggaraan pemilu, selanjutnya akan mengawasi segala bentuk tahapan pemilu mulai dari pemutakhiran data pemilih hingga sampai penetapan calon terpilih.

KPU dan Paswaslu adalah penyelenggara dan pengawas pelaksanaan pemilu yang selanjutnya bersikap netral terhadap semua partai politik dalam menjalankan tugas, kewenangan dan fungsinya. Hal ini juga terjadi dalam komunikasi politik dengan Partai Gerindra.

commit to user

B.4 Tindakan Politis yang Melibatkan Jaringan Sosial

Bila ditinjau dari hubungan sosial yang membentuk jaringan- jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga jenis jaringan sosial, yaitu :

1. Jaringan Interest (Jaringan Kepentingan) Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan- hubungan sosial yang bermakna pada “tujuan-tujuan” tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku.

2. Jaringan Sentimen (Jaringan Emosi) Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-huubngan sosial, di mana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan- hubungan emosi ini cenderung lebih mantap atau permanen.

3. Jaringan Power Pada jaringan power, konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya disengaja atau diatur. Tipe jaringan sosial ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku biasanya dibuat permanen. (Agusyanto, 2007: 34)

Jaringan interest yang mendasari tindakan sosial yang mereka lakukan adalah untuk mencapai tujuan tertentu, dalam penelitian ini penulis menemukan adanya suatu kepentingan terhadap pencapaian

commit to user

diraih oleh Partai Gerindra cabang Kota Surakarta. Kondisi masyarakat Kota Surakarta yang menginginkan perubahan dalam dunia politik dan terjadinya musibah banjir pada musim penghujan tahun ini adalah sasaran empuk bagi mereka yang memiliki kepentingan tersendiri. Kondisi sosial ini selanjutnya digunakan sebagai alat bagi mereka untuk mencari perhatian dan massa sebanyak-banyaknya.

Dalam Teori Empati dan Homofili dijelaskna bahwa dalam komunikasi politik, kemampuan dalam memproyeksikan diri sendiri ke dalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang kepada seorang politikus untuk berhasil dalam pembicaraan politiknya. Perwujudan empati ini akan terlihat dalam program-program yang dilakukan oleh partai politik untuk memperoleh dukungan dan memperluas jaringannya. Homofili dapat digambarkan sebagai suasana dan kondisi kepribadian dan kondisi fisik dua orang yang berinteraksi dengan lancar karena memiliki kebersamaan usia, bahasa, pengetahuan, kepentingan, organisasi, partai, agama, suku bangsa, dan pakaian.

Hal ini juga telah diungkapkan oleh beberapa pengurus DPC Gerindra yang mengatakan bahwa dalam beberapa waktu dekat lalu sudah dua kali memberikan bantuan secara spirit dan materi untuk para korban banjir di Surakarta. Berikut uraian yang menjelaskan kepedulian Partai Gerindra atas musibah masyarakat Kota Surakarta :

commit to user

Tabel 3.7

Tindakan Empati dalam Komunikasi Politik Informan 4 dan 5

Informan 1 dan 3

Sikap Empati Partai Gerindra

memberikan perhatian atas kesusahan masyarakat. La wong pas kebanjiran kemarin itu cuma caleg dari partai gerindra yang mau datang kesini, padahal saat itu sangat kotor, airnya saja diatas lutut. Mereka sampai malam disini, memberi bantuan makanan dan baju-baju kaya gitu”

“Kami merespon kondisi yang seperti itu, jangankan dengan teman sesama pengurus, dengan masyarakat Kota Solo saja sebisa mungkin kami langsung tanggap. Baik bantuan spirit maupun materi kami berikan. Yang namanya hidup kan harus saling membantu. Kebetulan di bulan Februari ini ada dua kasus banjir, ya saya mengajak pengurus dan caleg itu untuk merapat dan membantu mereka, makanan seperti mie dan air minum kami kirim kesana”

commit to user

Informan 4 dan 5

Informan 1 dan 3

Sikap Empati Partai Gerindra

“Mereka peduli mbak, kan ada to yang hanya obral omongan, giliran susah mereka ndak ketok, yen calegnya gerindra kemarin mendatangi

kami

mbak, disalami trus dikasih makanan. Ya lumayanlah, pas kaya gitu kan semuanya sedih dan panik, tapi mereka tetap datang memberi hiburan biar kami tetep sabar”

“Baik secara pribadi atau atas nama partai kami tanggap akan hal yang seperi itu ya mbak, bantuan berupa apa pun jika kami mampu ya akan kami berikan, seperti kasus di daerah pucang sawit kemarin, saya terjuan langsung mbak, malah dari pagi samapai malam saya disana, setidaknya saya tahu bagaimana kondisi mereka, walau hanya seadanya saya memberi bantuan makanan tapi saya senang bias meringankan beban mereka”

Sumber : Hasil wawancara Tabel 3.7 diatas menunjukkan salah satu dari upaya politis Partai Gerindra yang dilakukan secara empati dengan menempatkan posisi mereka pada pihak yang terkena musibah, kemudian melakukan upaya guna meringankan beban korba banjir.

Selain upaya di atas Partai Gerindra juga masih menaruh perhatian terhadap kaum marginal sebagai prioritasnya. KTA (Kartu

commit to user

perhatian yang akan diberikan kepada para anggotanya telah terdaftar dan memiliki KTA Partai Gerindra. Diakui oleh Ketua DPC Partai Gerindra Kota Surakata dengan usaha pemberian asuransi jiwa pada anggotanya nantinya pada Pemilu 2009 ini bisa memperoleh banyak suara.

Tindakan lain selain dengan upaya empati adalah dengan melinatkan secara langsung para pengurus tingkat cabang hingga anak ranting serta para simpatisan politiknya dalam rapat-rapat. Seperti pada rapat yang diadakan tanggal 1 Maret 2009 di Kantor DPC Partai Gerindra di daerah Mangkubumen, yang membahas mengenai saksi- saksi yang nantinya duduk ditiap-tiap TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang juga melibatkan banyak komponen di dalamnya. Di dalam rapat ini selain mengulas saksi yang nantinya terpilih dan duduk di tiap-tiap TPS juga ada pesan-pesan yang sengaja disampaikan oleh juru bicara yang saat itu disampaikan oleh dr. Nur Sakti, yakni Sekretris DPC dan juga sebagai salah satu calon legislatif DPR Provinsi Jawa Tengah.

Dari uraian diatas maka tindakan politis dari Partai Gerindra yang melibatkan jaringan sosial diantaranya :

1. Bersikap empati dan terhadap penderitaan dan musibah yang sedang dihadaoi oleh masyarakat secara luas

2. Dengan rasa kesamaan visi misi (homofili) memperlancar komunikasi politik

commit to user

masyarakat marginal

4. Pemberian KTA berasuransi jiwa kepada para anggotanya

5. Melibatkan berbagai komponen struktural dan simpatisan dalam rapat-rapat, sehingga dapat terserap pula aspirasi masyarakat

6. Menyampaikan (mengkomunikasikan) visi dan misi Partai Gerindra dalam rapat-rapat untuk memperkuat daya dukung masyarakat terhadap Patai Gerindra

commit to user

BAB IV JARINGAN SOSIAL PARTAI GERINDRA

A. Pengenalan Awal Partai Gerindra

Dalam mendalami perihal tertentu maka dimulai dengan bagaimana proses memperkenalkan perihal tersebut sehingga dapat dengan mudah dikenali oleh pihak lain, begitu halnya dengan partai politik, ujung pangkal dari semua itu adalah proses pengenalan yang baik. Ujung pangkal dalam mencapai tujuan partai politik dimulai dengan memperkenalkan partai politik kepada masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena dalam proses pengenalan ini maka seseorang akan menentukan sikap atas sistem dan cita- cita politik yang ditawarkan. Proses pengenalan lebih mendalam biasa disebut dengan sosialisasi politik.

Pada penelitian ini penulis menemukan bahwa proses pengenalan awal Partai Gerindra adalah dengan diketahui secara langsng oleh masing- masing personal tanpa melalui perantara orang lain. Pengetahuan awal ini didapatnya dari tayangan dan sajian dari media massa, baik cetak maupun elektronik. Pada iklan Partai Gerindra yang sering ditayangkan melalui televisi dengan menampilkan burung garuda sebagai lambang Partai Gerindra dirasa sangat memberikan kesan bagi pemirsa yang menyaksikan tayangan itu. Pada iklan itu diperlihatkan seekor burung garuda terbang diatas awan dengan melintasi nusantara, persawahan, pantai, seolah ingin menyampaikan pesan bahwa Partai Gerindra senantiasa memperjuangkan nasib kaum marginal dimana mayoritas penduduk Indonesia adalah mereka

commit to user

yang berbeda dalam iklan ini juga menampilkan sosok Prabowo sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Gerindra.

Kesuksesan Partai Gerindra dalam pembuatan iklan politik ini sebagai media sosialisasi menjadikan banyak orang tertarik sehingga memunculkan rasa ingin semakin mengenal dan mencari tahu lebih jauh tentang Partai Gerindra, tidak jarang juga dari mereka banyak yang telah menaruh harapan akan adanya perubahan baru dalam perpolitikan di negeri ini.

Media pengenalan selanjutnya adalah dengan melalui media cetak, baik koran dan majalah atau baliho, spanduk, serta pamflet yang sengaja di pasang ditempat umum, yang berisikan tentang visi dan misi Partai Gerindra. Dengan demikian dalam sosialisasi ini media massa memiliki peran yang sangat penting. Dalam sosiologi politik media massa dianggap sebagai suatu lembaga yang memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mengubah tatanan kehidupan.

Dengan demikian setidaknya ditemukan ada tiga fungsi media massa

1. Media massa berfungsi sebagai pemberi informasi dan

penyampai berita

2. Media massa melakukan seleksi, evaluasi, dan interpretasi

mengenai apa yang perlu untuk disiarkan

commit to user

dan kultur dari satu generasi ke generasi ( Said Gatara, 2007; 144)

Perbincangan ringan yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak disengaja yang mengarah pada perbincangan politik semakin menambah wawasan tentang dunia politik, sehingga dapat pula dikatakan perbincangan itu adalah media lain untuk bersosialisasi, hingga pada akhirnya terbentuklah opini publik tentang Partai Gerindra. Bermula dari perbincangan teman, tetangga, dan saudara hingga saling pinjam meminjam buku mengenai profil Partai Gerindra menambah kemantapan mereka untuk bergabung dengan partai ini.

B. Jaringan Sosial Partai Gerindra

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana ‘ikatan’ yang menghubungkan suatu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. (Ruddy Agusyanto, 2007; 13)

Hubungan-hubungan sosial yang secara sengaja atau tidak di sengaja dilakukan oleh masing-masing komponen individu di dalamnya merupakan tindakan sosial (interaksi sosial). Di dalam interaksi sosial yang dilakukan terdapat nilai-nilai sosial yang pada akhirnya menimbulkan simpul-simpul ikatan selanjutnya akan semakin meluas. Demikian halnya dengan yang terjadi pada Partai Gerindra beserta jaringan sosial yang berada

commit to user

yang dibentuk oleh Parti Gerindra :

1) Gotong-royong dan tolong-menolong Salah satu nilai yang bisa terungkap dari hubungan sosial didalam Partai Gerindra adalah terdapat nilai kemanusiaan yang diwujudkannya dalam gotong-royong dan tolong-menolong, dengan memberikan bantuan spirit dan materi bagi rekan dan anggota Partai Gerindra atau dengan massyarakat Kota Surakarta yang sedang mengalami kesulitan. Terbukti saat terjadinya banjir pada bulan Februari tahun 2009 yang menimpa sebagian dari masyarakat wilayah Surakarta Partai Gerindra beserta calon legislatifnya bergegas memberikan bantuan kepada pihak yang terkena musibah. Menyadari bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa meminta bantuan pihak lain maka Partai Gerindra lantas berusaha meringankan beban yang sedang dialami rekan dan masyarakat lain dalam musibah itu dengan mendatangi lokasi kejadian, memberikan bantuan spirit berupa semangat untuk tetap tegar dalam menjalani hidup, serta memberikan bantuan secara materi yang diwujudkan dalam barang (makanan, baju, minum), atau hal yang dibutuhkan sesuai situasi dan kondisi yang terjadi. Diharapkan dengan bantuan yang telah diberikan dapat meringankan beban para korban. Nilai-nilai kemanusiaan yang berupa gotong-royong itu merupakan bagian dari sikap empati

commit to user

merupakan bentuk dari homofili yang dimiliki.

2) Keterbukaan dalam informassi Nilai sosial selanjutnya untuk mengungkap akan jaringan sosial adalah dengan mengetahui keterbukaan informasi yang terjadi di dalam tubuh Partai Gerindra. Keterbukaan dalam informasi dilakukan dengan siapa saja, pada penelitian ini kami mencari keterbukaan informasi yang terjadi di dalam tubuh DPC Partai Gerindra Kota Surakarta. Informasi yang mengalir dari arus atas ke bawah serta sebaliknya dari bawah yang naik ke atas (secara struktural) adalah berupa penyampaian informasi yang benar dan akurat, bukan informasi yang dibuat-buat. Dengan demikian tidak akan ada kesalah pahaman diantara mereka. Pemberitahuan informasi ini disampaikan baik dalam kegiatan rapat atau melalui obrolan ringan antara mereka.

3) Senantiasa menjaga kekompakan Nilai-nilai keharmonisan dan kebersamaan senantiasa dijaganya untuk semakin memperkuat jaringan serta kekompakan, bersikap ramah terhadap siapa pun adalah pilihan mereka sebagai salah satu cara menjaga keutuhan jaringan yang telah terbentuk. Mereka percaya jika dengan bersikap baik kepada orang lain maka mereka juga akan menuai kebaikan yang telah mereka tanam. Nilai

commit to user

kepercayaan terhadap mereka. Kesamaan dalam kepentingan juga mengikat mereka, khususnya ditemukan dalam pengurus-pengurus partai Gerindra yang sama- sama ingin mewujudkan visi dan misinya.

C. Komunikasi Politik Partai Gerindra

Pada instansi politik, baik yang sangat sederhana hingga paling kompleks sekalipun tidak akan dapat bertahan tanpa adanya komunikasi di dalamnya. Komunikasi politik memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kokohnya bangunan poltik, di lain sisi keberhasilan partai politik dalam menyampaikan pesannya dalam komunikasi politik akan berakibat pada peningkatan partisipasi masyarakat terhadap politik. Komunikasi politik juga akan sangat berpengaruh pada negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia yang pada tahun 2009 ini sedang menjalani proses transisi kekuasaan Kepala Negara. Dalam komunikasi politik, sebagaimana halnya dengan kegiatan komunikasi terdapat tiga unsur penting yang selalu tampak dalam komunikasi, yaitu sumber informasi, saluran (media), dan penerima informasi (audience).

commit to user

Bagan 4.1 Sebuah Model Komunikasi

(A.A. Said Gatara, M.Si dan Moh. Dzulkiah, M.Si dalam Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, 2007)

Berikut ini adalah komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra :

1. Komunikasi politik secara internal Komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra yang dilakukan secara internal berlangsung secara regulatif, yakni dari atas ke bawah dan juga sebaliknya dari bawah ke atas (up to down dan bottom to up). Pertama, proses komunikasi politik yang dilakukan dari level atas ke level bawah, hal ini diwujudkan dalam setiap peraturan dan kebijakan yang diambil oleh DPP (Dewan Pimpinan Pusat) yang selanjutnya adalah untuk dilaksanakan oleh seluruh jajaran pengurus dan level yang ada dibawahnya. Kedua, proses komunikasi yang berlangsung dari level bawah ke level atas. Komunikasi yang dilakukan oleh Partai Gerindra adalah komunikasi dua arah, sehingga komunikator berperan nnsebagai sumber penyampai informasi kepada pendengar (audiens), selanjutnya audiens akan memberikan umpan balik atas pesan yang telah disampaikan. Pada komunikasi jenis ini akan dengan mudah terjadi sirkulasi informasi, kemudian pada tingkatan selanjutnya dengan kegiatan komunikasi dua

Sumber

Audiens/ pendengar

Pesan

Umpan Balik

commit to user

yang sengaja ingin disampaikan dari level bawah kepada level yang lebih tinggi.

Gambar 4.1

Ilustrasi jaringan komunikasi politik internal Partai Gerindra

2. Komunikasi politik dengan masyarakat Komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra dengan masyarakat diwujudkan dalam bentuk komunikasi formal dan informal. Pertama bentuk komunikasi yang dilakukan secara formal, adalah dengan melakukan retorika politik selanjutnya komunikasi politik yang dilakukan melalui kampanye politik. Retorika atau biasa diartikan sebagai pidato politik dilakukan dalam pertemuan-pertemuan baik dengan massa yang dibatasi atau pada pertemuan yang sengaja dibuat dengan mengundang banyak massa. Pidato yang disampaikan ditujukan untuk mengajak massa memilih wakil-wakil dari Partai Gerindra guna membawa perubahan baru, perubahan yang diutarakan terlebih ditujukan pada kaum marginal di negeri ini yang mayoritas adalah petani, pedagang, dan nelayan. Partai Gerindra menilai kaum marginal ini sesungguhnya adalah mayoritas

commit to user

politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra masuk di sela-sela acara pertemuan yang dilakukannya, misalnya saat rapat terbuka yang melibatkan pengurus dan simpatisan partai. Kampanye politik merupakan bentuk lain dari komunikasi politik yang dilakukan secara formal. Pada dasarnya bentuk kampanye politik dan retorika politik tidak dapat dipisahkan, karena dalam kampanye politik tentunya juga ada retorika poltik, dengan pidato-pidato yang masih aktual dan memberi pengaruh kepada massa. Bentuk kampanye pun juga tidak hanya dilakukan dengan retorika politik, semakin berkembangnya cara memikat simpati masyarakat maka semakin mudah menarik perhatian massa. Kampanye yang digelar Partai Gerindra khususnya di Kota Surakarta diadakan dengan beragam jenis, misalnya dengan kesenian wayang kulit yang dinilai merupakan kesenian tua dan akrab bagi masyarakat marginal. Kedua adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan secara informal. Bentuk komunikasi politik yang dilakukan adalah dengan menanamkan nilai-nilai sosial dalam jaringan sosial yang dibentuknya, melalui bantuan dan kepeduliaan terhadap kondisi sosial masyarakat. Komunikasi politik ini melibatkan empaty di dalamnya, karena di dalam penyampaian pesan Partai Gerindra berusaha memproyeksikan diri terhadap orang lain, dengan ikut juga merasakan dan menempatkan diri sesuai keadaan audience-nya. Komunikasi semacam ini akan

commit to user

dengan mudah merebut perhatian masyarakat, sehingga jaringan yang hendak dibentuknya semakina meluas, maka dukungan yang akan diberikan oleh masyarakat kepada partai politik juga semakin kuat dan besar.

3. Komunikasi politik dengan pemerintah Bentuk komunikasi Partai Gerindra dengan pemerintah dilakukan hanya dengan KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) sebagai badan penyelenggara dan pengawas jalannya pemilihan umum. Sebagai partai politik yang baru mengikuti pemilihan umum maka Partai Gerindra belum memiliki jaringan yang luas dengan pemerintah, namun demikian Partai Gerindra kooperatif dengan kebijakan-kebijakan yang sengaja dibuat oleh pemerintah.

4. Komunikasi politik dengan partai politik lain Komunikasi politik yang dilakukan antara Partai Gerindra dengan partai politik lain diwujudkannya dalam koalisi partai politik. Partai ini adalah partai yang linier, sehingga apapun kebijakan yang telah diputuskan oleh tingkat DPP juga akan dilakukan oleh tingkatan-tingkatan yang berada dibawahnya. Pada pemilihan presiden wakil presiden yang dilakukan tanggal 8 Juli 2009 Parti Gerindra berkoaliasi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yakni dengan memasangkan Megawati sebagai calon Presiden dan Prabowo sebagai calon Wakil Presiden untuk periode tahun 2009-2014 mendatang.

commit to user

Juli 2009 lalu dr.Nur Sakti selaku juru bicara dari Gerindra mengungkapkan kekagumannya terhadap Megawati kerena tetap kuat meski didera sejak jaman Orde Baru. Meski berada ditingkat cabang dukungan atas keputusan yang dianbil oleh tingkat pusat (DPP) tetap mendapat dukungaan yang kuat dari level dibawahnya.

Komunikasi politik, sosialisasi politik, citra politik, dan pendapat umum, pada akhirnya menuju pada sasaran dan tujuan, yaitu terciptanya partisipasi politis dan kemenangan para politikus dan partai politiknya dalam pemilihan umum. Keikutsertaan kyalayak atau rakyat dalam memberikan suara dalam pemilihan umum, merupakan konsekuensi atau efek komunikasi yang sangat penting. (Arifin, 2003: 130)

Pada dasarnya praktek komunikasi politik yang telah dilakukan Partai Gerindra meliputi :

1) Berbagai bentuk kegiatan langsung, yang terdiri dari formasi dan mobilisasi dan pergerakan massa

2) Semua bentuk kampanye yang terorganisir dirancang untuk mendapatkan dukungan politik bagi partai, tahu penyebab-penyebab, kebijakan atau pemerintah, dengan mempengaruhi opini dan perilaku dalam pemilu

3) Aktivitas dalam media massa, berupa pemberitahuan

4) Beragam bentuk informasi publik yang berkaitan dengan

5) Sosialisasi politik

commit to user

D. Tindakan Politis Yang Melibatkan Jaringan Sosial

Jaringan Interest (jaringan kepentingan) merupakan jaringan sosial yang dibentuk karena memiliki unsur kepentingan yang sengaja ingin dicapai oleh para pelaku yang ada didalamnya.

Jaringan sosial yang kini dibentuk oleh Partai Gerindra dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk jaringan interest (jaringan kepentingan) yang menginginkan adanya ketercapaian atas cita-cita politis Partai Gerindra untuk dapat memperoleh dukungan suara terbanyak dalam Pemilu tahun 2009, dengan bisa menempatkan banyak calon legislatifnya sebagai calon terpilih pada Pemilu Legislatif, Prabowo sebagai Presiden pada finalnya. Dalam jaringan kepentingan Partai Gerindra tersusun dari unsur tokoh politik Partai Gerindra, masyarakat umum (sebagai sasaran komunikasi politik), pemerintah (KPU dan Panwaslu), dimana di dalamnya terdapat komunikasi politik dengan pesan-pesan politis yang sengaja disampaikan oleh juru bicara Partai Gerindra melalui pidato politik atau dengan media lain sebagai penyampai pesan itu. Kejenuhan rakyat akan kondisi negara ini dijadikan sebagai tantangan tersendiri bagi Partai Gerindra, dengan melihat kondisi sosial politik Kota Surakarta yang memiliki sejarah politis tradisional pada jaman kerajaan dahulu merupakan wacana politik Partai Gerindra guna menyampaikan pesan politiknya dengan cara-cara yang dapat menarik perhatian khalayak.

Komunikasi politik Partai Gerindra dilakukan secara empati dan homofili. Pendekatan Empati ditunjukkan dengan mendengar, mengetahui

commit to user

kemudian mencari jalan keluar atas masalah yang diderita oleh rakyat menjadikan Partai Gerindra semakin dekat dengan simpatisannya.

Homofili digunakan untuk lebih memperlancar komunikasi, karena memiliki kesamaan wilayah, bahasa, budaya, sejarah dan keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Artinya dalam hal ini Partai Gerindra merasa senasib dengan masyarakat. Kedua cara ini (empati dan homofili) menciptakan hubungan yang lebih intim anatara Partai Gerindra dengan khalayaknya, oleh karenanya komunikasi politik yang di lakukan dalam jaringan sosial ini terjalin lebih interaksional.

commit to user

BAB V PENUTUP