JARINGAN SOSIAL PARTAI GERINDRA

Disusun Oleh : GRINA ALFIANA AZIZAH NIM D 0305032 SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

commit to user

Skripsi Ini Diterima dan Disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari

Tanggal

Panitia Penguji

1. Drs. H. Muflich Nurhadi, SU NIP. 19510116 198103 1 002

(_____________________) Ketua

2. Drs. Th. A. Gutama NIP. 19560911 198602 1 001

(_____________________) Sekretaris

3. Drs. H. Supriyadi SN., SU NIP. 19530128 198103 1 001

(_____________________) Penguji

Disahkan Oleh: Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Drs. Supriyadi, SN. SU NIP. 19530128 198103 1 001

commit to user

Assalamu’alaikum Wr Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kenikmatan dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Jaringan Sosial Partai Gerindra (Studi Kasus Komunikasi Politik Partai Gerindra di Kota Surakarta)”.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus pembimbing yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si selaku pembimbing akademis..

4. Amin Subandrio selaku Ketua DPC Partai Gerindra Kota Surakarta.

5. Didik Wahyudiono selaku Ketua KPU Kota Surakarta.

6. Semua informan mulai dari Calon Legislatif yang diusung oleh Partai Gerindra dan simpatisan Partai Gerindra yang dengan tulus memberikan informasi kepada penulis.

7. Teman-teman Sosiologi FISIP UNS khususnya angkatan 2005 ( Betty, Okta, Rani, Una, Irfan, Fatwa, Fika, Leny, Zunita, dkk).

commit to user

berorganisasi.

9. Teman-teman di KPU (Agnes, Nanda, Novie, Mas Dendi, Ferdy, Wawan, Mbak Lina) dan seluruh tenaga yang telah berjuang untuk Pemilu 2009.

10. Teman-teman kost Putri Shima 2 (Anisa (Gorpe), Hevi (Kangkung), Dita (Bute), Herlin (Cenong), Anis (Mak Meng), Sari (Sariyem), Ocha, Anggi, dkk) yang BERSEMANGAT dan selalu memberi dukungan.

11. Teman-teman terdekatku lainnya yang telah memberi dukungan spirit (Adi, Vita, Mas Budi)

12. Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Surakarta, September 2009

Grina Alfiana Azizah

commit to user

A.7 Pokok-pokok Perjuangan Partai Gerindra ....................................... 41

B. Partai Gerindra di urakarta

B.1 Kondisi Geografis Kota Surakarta ................................................ 48

B.2 Kondisi Mayarakat Kota Surakarta ............................................... 49

B.3 Struktur Organisasi ........................................................................ 51

B.4 Organisasi Sayap Partai Gerindra ………………………………... 53

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan ...................................................................................... 55

B. Jaringan Sosial dan Komunikasi Politik

B.1 Pengenalan Awal Partai Gerindra ................................................. 57

B.2 Jaringan Sosial .............................................................................. 60

B.3 Komunikasi Politik ......................................................................... 69

B.4 Tindakan Politis yang Melibatkan Jaringan Sosial ………………. 75

BAB IV JARINGAN SOSIAL PARTAI GERINDRA SEBAGAI WUJUD KOMUNIKASI POLITIK

A. Pengenalan Awal Partai Gerindra .......................................................... 81

B. Jaringan Sosial Partai Gerindra .............................................................. 83

C. Komunikasi Politik Partai Gerindra ........................................................ 86

D. Tindakan Politis Yang Melibatkan Jaringan Sosial …........................ 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 95

B. Implikasi

commit to user

B.2 Implikasi Empiris ........................................................................... 98

C. Saran ...................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

xv

ABSTRAK

Grina Alfiana Azizah, D0305032. 2009. Jaringan Sosial Partai Gerindra (Studi Kasus Komunikasi Politik Partai Gerindra di Kota Surakarta) . Skripsi : Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitiam ini bertujuan memaparkan Jaringan Sosial DPC Partai Gerindra Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, serta metode utamanya studi kasus, dengan mengambil lokasi di Kota Surakarta. Data pada penelitian ini merupakan data primer dan sekunder, data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara mendalam kepada para informan, yaitu pengurus DPC Partai Gerindra Kota Surakarta, simpatisan Partai Gerindra, Calon Legislatif Partai Gerindra. Ada pun data sekunder diperoleh dari kantor DPC Partai Gerindra dan KPU Kota Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan snowball sampling. Pengumpulan data dilakukka dengan teknik observasi tidak berpartisipasi dan wawancara secara mendalam. Analisa data menggunakan model interaktif. Validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode.

Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa hubungan yang membentuk jaringan sosial Partai Gerindra merupakan jaringan kepentingan (interest) yang memiliki tujuan-tujuan tertentu, yakni memperoleh suara terbanyak dalam Pemilu tahun 2009. Pada teori Mitchell tentang karakteristik jaringan sosial melibatkan nilai- nilai sosial di dalam proses interaksi diantara mereka. Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam jaringan sosial yang dibentuk oleh Partai Gerindra berupa nilai kegotong-royongan dan saling membantu, keterbukaan dalam informasi, serta nilai untuk mempertahankan diri agar tetap eksis.

Didalam jaringan sosial yang secara perlahan telah dibentuk juga disiapkan unsur-unsur komunikasi politik, oleh karenanya pendekatan komunikasi poitik yang digunakan oleh Partai Gerindra adalah dengan pendekatan empati dan homofili. Pendekatan secara empati sangat cocok untuk menambah dukungan berupa jaringan sosial yang akan dibentuk. Dalam pendekatan Empati oleh Berlo (1960) dan Daniel Larner (1978) serta Homofili oleh Everet M. Rogers dan F. Shoemaker (1971) dapat menjadikan suatu hubungan sosial akan lebih intim, karena dengan empati berarti diri kita telah memproyeksikan diri kepada pihak lain, didukung dengan homofili yakni dengan kesamaan wilayah, bahasa, budaya, dan sejarah maka pesan dalam komunikasi politik yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat luas.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai pada tahun 2004 lalu, Indonesia telah menyelenggarakan delapan kali pemilihan umum. Pemilu untuk pertama kalinya diselenggarakan tahun 1955. Setelah itu ada masa vakum yang cukup lama (kurang lebih enam belas tahun) sampai diselenggarakan pemilu kedua pada tahun 1971. Pemilu kedua ini digelar dalam konteks politik yang berbeda, karena ada proses transfer kekuasaan dari rezim Soekarno ke rezim Orde Baru pada tahun 1966. Rezim Orde Baru cukup konsisten menjalankan pemilu secara regular- lima tahunan- mulai dari dari 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan terakhir 1997.

Jika mengingat kembali, reformasi merupakan masa runtuhnya orde baru dibawah pimpinan presiden kedua RI, yaitu Suharto. Tahun 1998, seluruh lapisan dari negara ini yang diperkuat dengan berbagai demonstrasi oleh mahasiswa menghendaki adanya suatu perubahan pada pemerintahan di Indonesia. Setelah peristiwa reformasi tahun 1998 maka Indonesia kembali untuk memulai kehidupan politiknya. Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 partai politik dengan latar belakang yang berbeda-beda. Pemilu pertama setelah reformasi itu menorehkan harapan baru untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas, hasrat berpolitik masyarakat saat itu sangat tinggi. Pemilu saat itu menghasilkan suatu pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden keempat (setelah B.J. Habibie), yakni K. H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan pasangan wakilnya Megawati. Lima tahun pemerintahan itu berjalan, meski

commit to user

pun harus lengser. Untuk melanjutkan sisa masa pemerintahannya dilanjutkan oleh Megawati yang naik menjadi presiden hingga berakhirnya periode saat itu.

Selanjutnya pemilu 2004 mempunyai nuansa yang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, karena disamping memilih anggota legislatif, pemilu 2004 juga memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada pemilu ini diikuti oleh 24 partai politik. Kala itu banyak bermunculan partai baru, yang tanpa diduga adalah kemenangan dari Partai Demokrat dengan keberhasilannya mengusung pasangan Susilo Bambang Yudoyono dan Wakilnya Jusuf Kalla.

Dan kini untuk yang ketiga kalinya dengan partai politik peserta pemilu sejumlah 38, Indonesia kembali mengadakan perayaan pesta demokrasi yang tidak sedikit menguras anggaran negara. Fenomena munculnya partai politik baru masih mewarnai pemilu kali ini. Untuk Provinsi Aceh Nanggroe Aceh Darussalam dari 10 Parpol yang diverifikasi faktual, 6 parpol lolos sebagai peserta Pemilu Anggota DPRA dan DPRK tahun 2009. DPRA dan DPRK merupakan lembaga legislatif yang khusus diperuntukkan bagi Provinsi Aceh Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah yang memiliki keistimewaan. DPRA dan DPRK juga memiliki fungsi yang hampir sama dengan lembaga legislatf pada umumnya.

commit to user

Indonesia Raya atau biasa disebut Partai Gerindra. Dengan visi dan misi yang berbeda dengan yang lainnya, partai ini turut bergulat di kancah politik

Pada waktu yang sama, di kota Surakarta juga akan dilaksanakan pemilihan umum secara serentak. Pada pemilu kali ini kota Surakarta diikuti oleh 33 partai peserta pemilu. Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) adalah partai yang resmi berdiri pada Februari 2008 di Jakarta, dengan diketuai Prof. Dr. Ir. Suhardi, M.Sc. Tampilnya salah satu tokoh mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto sebagai calon presiden yang dicalonkan oleh partai semakin menambah daya pikat dari partai baru ini. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kini rakyat memang menginginkan tokoh politik baru yang dapat merevolusi perpolitikan di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan yang salah satunya berupa keinginan untuk memenangkan pemilu presiden dengan Prabowo sebagai pemenangnya, maka suatu partai politik hendaknya bisa menjalankan fungsi-fungsi dari partai dengan maksimal, sehingga tujuan yang hendak dicapai juga dapat dengan mudah untuk diwujudkan. Adapun secara umum fungsi dari partai politik adalah sebagai sarana komunikasi politik, sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai sarana rekruitmen politik, serta sebagai sarana pengatur konflik.

Pola komunikasi politik yang diusung oleh berbagai partai politik untuk mendapatkan dukungan dan sarana penyampaian aspirasi rakyat

commit to user

dengan latar belakang dan visi misi yang tidak sama pasti memiliki strategi tersendiri untuk memenangkan pemilu tahun ini, apalagi semakin banyaknya partai yang lolos untuk menjadi peserta pemilu maka akan semakin beragam sasaran serta cara partai politik untuk merebut hati rakyat.

Selama ini banyak janji politik yang menyatakan pembelaannya terhadap rakyat, dengan mengatasnamakan rakyat mereka dengan mudah untuk melenggang menuju panggung politik. Namun rupanya rakyat kini tidak lagi mudah untuk dibodohi, kejenuhan akan pesta demokrasi, mulai dari pilkada, pilgub, pileg, hingga pilpres membuat angka golput (golongan putih) juga semakin meningkat, bahkan hal ini dapat mengarah ke tindakan apatis.

Sebagai partai politik yang baru maka Partai Gerindra bekerja keras dan bekerja cerdas untuk meraih suara tertinggi melalui komunikasi politik yang baik dan membentuk jaringan sosial sebagai dukungan menuju kemenangan pemilu tahun ini. Pesan dan komunikasi politik yang baik akan dapat merubah pola serta sikap seseorang terhadap politik.

Berdasarkan latar belakang itulah menjadi sebuah kajian menarik bagi peneliti untuk mencari jawaban terkait bagaimana jaringan sosial partai gerindra

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana jaringan sosial partai gerindra.

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Tujuan Obyetif

1. Untuk mengetahui jaringan sosial partai gerindra

2. Untuk mengetahui proses komunikasi politik partai gerindra Tujuan Subyektif Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan, guna mencapai gelar Strata 1 (S1)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak terkait, sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam membentuk manajemen dalam organisasi politik. Serta dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya Sosiologi Politik.

E. Kajian Pustaka

Kajian mengenai partai politik serta komunikasi politik adalah bagian dari kajian Sosiologi Politik. Secara historis, perkembangan pemikiran Sosiologi Politik tidak terlepas dari perkembangan teori-teori politik yang mencoba melihat sistem politik dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-politis. Menurut A.A. Said Gatara Fh, M. Si dan Moh Dzulkiah Said, M. Si (2007; 22), sosiologi politik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara masyarakat dan politik, hubungan masyarakat dengan lembaga-lembaga politik di satu sisi dan masyarakat

commit to user

konflik) di sisi lain. Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses memahami yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, perbincangan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan sehingga seseorang membuat reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami. Menurut Bungin (dalam A.A Said Gatara, 2007: 135), fenomena komunikasi dipengaruhi pula media yang digunakan sehingga media terkadang ikut mempengaruhi isi dan penafsiran terhadap informasi tersebut. Dalam sistem politik, komunikasi berfungsi menjembatani antara situasi kehidupan politik yang ada pada superstruktur politik dengan infrastruktur poitik, yang sekaligus pula menciptakan kondisi politik yang stabil. Untuk itu setiap lembaga politik, termasuk partai politik, tentunya memiliki fungsi-fungsi politik. Fungsi partai politik akan berbeda satu sama lain, khususnya dalam hal pengejawantahannya, apabila dikaitkan dengan beragamnya sistem politik yang dianut dan dijalankan oleh suatu negara. Secara umum fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Berkenaan dengan beragamnya fungsi partai politik, Miriam Budiardjo (2001: 163) menuturkan bahwa ada perbedaan fungsi partai politik dalam negara demokratis dan negara berkembang. Partai politik dalam negara demokratis menyelenggarakan beberapa fungsi. Pertama

commit to user

politik; Ketiga partai politik sebagai sarana rekruitmen politik; Terakhir partai sebagai sarana pengatur konflik (conflict managemennt). Sedangkan pada negara berkembang memiliki fungsi pokok, yakni menyediakan pertama , dukungan basis masa yang stabil; kedua, sarana integrasi dan mobilisasi; ketiga, memelihara kelangsungan kehidupan politik. Begitu pula dalam penelitian ini, jaringan sosial sebagai aspek non-politis akan menjadi salah satu perwujudan komunikasi politik, sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi dari partai politik.

Untuk menganalisa mengenai Jaringan Sosial dalam buku Jaringan Sosial Dalam Organisasi oleh Ruddy Agusyanto (2007) dikatakan analisa jaringan sosial memperkenalkan dua konsep baru dalam mengkaji struktur sosial yang memusatkan perhatian pada hubungan sosial. Pertama, analisa jaringan sosial memperkenalkan suatu konsep untuk mengkaji perilaku atau tindakan manusia, yang mana manusia selalu dilihat dalam suatu proses interaksi sosial; manusia yang satu memanipulasi manusia-manusia lainnya, sebagaimana dirinya dimanipulasi oleh manusia-manusia lainnya. Kedua , analisa jaringan sosial berusaha memfokuskan perhatian kepada proses internal dan dinamika yang inhern di dalam hubungan-hubungan sosial atau saling ketergantungan umat manusia.

commit to user

F. Pendekatan teoritik

F. 1 Konsep Yang Digunakan

Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Partai Politik

Dalam dunia politik maka akan ditemui setidaknya lima konsep yang berkaitan dengan politik, yang cenderung terus berkembang, yakni negara, kekuasaaan, keputusan atau kebijakan, pengalokasian sumber- sumber (distribusi, dan konflik). Maka dari kelima konsep ini dapat diambil pengertian politik ;

1. Segala kehidupan atau kegiatan bernegara atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan negara;

2. Segala kegiatan mempertahankan dan / atau merebut kekuasaan;

3. Kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan / atau melaksanakan keputusan politik atau kebijakan politik;

4. Kegiatan yang berkaitan dengan pengalokasian dan penerimaan sumber-sumber;

5. Segala kegiatan berbentuk perselisihan politik atau konflik politik. Keberagaman pengertian politik selain dikarenakan perbedaan

konsep atau sudut pandang yang digunakan, juga terpengaruh kuat oleh pola perkembangan pendekatan dalam meneliti atau mengkaji permasalahan-permasalahan politik. Dalam kaitannya dengan itu Rush dan Althof (2001: 16-17) menyebut istilah pendekatan dengan sebuah

commit to user

beberap pendekatan dalam metode kajian sosiologi politik, yaitu:

a Pendekatan Historis Pendekatan ini menyajikan bentuk perspektif peristiwa, baik dalam pengertian kontekstual maupun temporal, yang diperlukan bagi studi-studi yang sama

b Pendekatan Komparatif Pendekatan yang menggunakan data-data perbandingan. Dalam pendekatan ini studi mengenai gejala-gejala politik dari satu masyarakat tertentu digunakan atau dipelajari untuk menyoroti fenomena yang sama atau fenomena yang kontras dari masyarakat lainnya.

c Pendekatan Institusional Pendekatan yang mengonsentrasikan penyajian faktor-faktor kelembagaan, konstitusional, dan legalistic.

d Pendekatan Behavioral Pendekatan ini berkonsentrasi pada tingkah laku atau perangai.

e Pendekatan Post Behavioral Pendekatan ini merupakan pendekatan yang sistematis antara dua pendekatan yang saling kontras, yakni pendekatan institusional dan pendekatan behavioral.

commit to user

Bagan 1.1 Pendekatan Politik Terhadap Permasalahan Politik (A.A. Said Gatara, M.Si dan Moh. Dzulkiah, M.Si dalam Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, 2007)

POLITIK

PENDEKATAN POLITIK TERHADAP PERMASALAHAN POLITIK

Pendekatan Institusionalis

Pendekatan Behavioralis (Tingkah Laku)

Pndekatan Post Behavioralis

Titik tolak pendekatan ini adalah negara sebagai kelembagaan, konstitusional, dan legalistic. Fokus perhatiannya adalah negara itu sendiri, partai politik, UUD, dan ideology.

Titik tolak pendekatan ini adalah kekuasaan dan perilaku atau tingkah laku politik. Fokus kajiannya adalah sosialisasi politik, partisipasi politik, rekruitmen politik, komunikasi politik, dan konflik.

Titik tolak pendekatan ini adalah sinergi antara kelembagaan dan tingkah laku. Fokus kajiannya adalah budaya politik dan masyarakat sipil (civil society) atau masyarakat madani.

Pendekatan Komparatif

Pendekatan Historis

Pendekatan yang menyajikan bentuk perspektif peristiwa, baik dalam pengertian kontekstual maupun temporal, yang diperlukan bagi studi yang sama

Pendekatan yang mengutamakan penyajian data- data perbandingan.

commit to user

melihat tentang jaringan sosial Partai Gerindra dengan mempelajari proses komunikasi politik dari Partai Gerindra.

Dengan demikian maka sosiologi politik tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat sebagai pokok perhatian sosiologi, dan negara serta kekuasaan sebagai pokok perhatian politik. Dalam perspektif sosiologi politik, partai politik merupakan kumpulan dari sekelompok orang dalam masyarakat yang berusaha untuk meraih atau mempertahankan kekuasaan atau pemerintahan negara.

Tipologi partai politik dapat didasarkan oleh berbagai hal, yaitu asas dan orientasi, komposisi dan fungsi, serta basis sosial dan tujuan. Dari sisi asas dan orientasi, partai politik dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yakni partai politik pragmatis, partai politik doktriner, dan partai politik kepentingan. Berdasarkan komposisi dan fungsinya partai politik dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu partai massa (partai lindungan) dan partai kader. Kemudian berdasarkan basis sosial dan tujuannya, partai politik dapat digolongkan pada empat tipe, yakni :

1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam

masyarakat.

2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok

kepentingan tertentu.

3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk

agama tertentu.

commit to user

tertentu.

b. Komunikasi Politik

Dalam komunikasi politik, sebagaimana halnya dengan kegiatan komunikasi terdapat tiga unsur penting yang selalu tampak dalam komunikasi, yaitu sumber informasi, saluran (media), dan penerima informasi (audience).

Dalam Political Communications oleh Pippa Norris dikatakan bahwa, Political communications is an interactive process concerning the transmission of information among politicians, the news media and the public. The process operates down-wards from governing institutions towards citizens, horizontally in linkages among political actors, and also upwards from public opinion towards authorities.

Sumber informasi bisa berasal dari seseorang atau institusi yang mempunyai data dan bahan informasi (pemberitaan, wacana, gagasan) untuk disebarkan pada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan oleh penyampai sumber untuk kegiatan penyampaian pesan (pemberitaan, wacana, gagasan), berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Seperti diungkap dalam Political Communications Web Archiving oleh Center for Research Libraries bahwa such communications are the digital-era counterparts of the posters, pamphlets, and other forms of street literature that have long

commit to user

ideologies, and activities. Unfortunately, the content of Web-based political communications is disappearing without being properly archived.

Sedang audience adalah orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau pihak yang diterpa informasi. Berikut skema sederhana dari komunikasi politik, sebagaimana model komunikasi pada umumnya :

Saluran

Bagan 1.2 Sebuah Model Komunikasi

(A.A. Said Gatara, M.Si dan Moh. Dzulkiah, M.Si dalam Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, 2007)

Jadi, dalam suatu sistem kominikasi politik, sumber yang tipikal mungkin adalah seseorang calon untuk pemilihan bagi suatu jabatan politik (eksekutif maupun legislatif).

1. Komunikator Politik Komunikator Politik memainkan peran sosial yang utama,

terutama dalam proses opini publik.

Sumber

Audiens/ pendengar

Pesan

Umpan Balik

commit to user

a Politikus yang bertindak sebagai komunikator politik

b Komunikator professional dalam politik

c Aktivis atau komunikator paruh waktu (part time)

2. Isi (pesan makna) komunikasi politik Dalam buku Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika

Perkembangan Kajian (2007), dikatakan, sosiolog George Herbert Mead sebagai pelopor interaksionisme simbolik setidaknya mengilustrasikan bahwa dalam pembicaraan politik perlu terjadi pertukaran yang melibatkan lambang-lambang berarti (signifikan). Bahkan terkadang dalam pertukaran ini dilibatkan simbiotika karena terdapat lambang-lambang

atau tanda-tanda yang perlu diinterpretasikan.

3. Saluran media politik dan media massa Sosiologi politik memandang media massa sebagai suatu

lembaga yang memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mengubah tatanan kehidupan. Media massa merupakan jenis media yang ditampilkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar dan heterogen sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dalam waktu yang relatif cepat. Media massa menghadirkan seperangkat citra (image), gagasan, dan evaluasi bagi audiens yang dapat dijadikan acuan perilaku.

commit to user

F. 2 Paradigma

Paradigma yang digunakan dalam penulisan ini adalah Paradigma Interaksional yang merupakan suatu pengembangan dari sosiologi, yang dikenal dengan interaksionisme simbolik, dengan tokoh utamanya antara lain adalah George Herbert Mead.

Karakteristik dari paradigm interaksional adalah penonjolan nilai individu diatas segala pengaruh yang lainnya karena manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, serta masyarakat dan buah pikiran. Paradigm interaksional sering dinyatakan sebagai dialog. Dalam komunikasi yang monolog, individu yang berkomunikasi direndahkan harkatnya menjadi pemberi atau penerima pesan, baik aktif maupun pasif karena mereka telah ditentukan nasibnya sebagai yang memperlakukan. Sebaliknya, dalam dialog manusia yang berkomunikasi, diangkat derajatnya ke posisi yang mulia karena dialog memandang arti pengungkapan diri dan pengembangan saling pengertian bersama-sama dengan pengembangan diri melalui interaksi sosial.

Paradigma interaksional yang memberi penekanan pada faktor manusiawi, sangat relevan diterapkan dalam komunikasi politik yang demokratis. Konsep demokrasi yang memandang manusia sebagai makhluk rasional dan menjunjung hak-hak asasi manusia serta mengembangkan prinsip-prinsip egaliter dan populis sangat sesuai dengan paradigma interaksional. (Arifin, 2003: 34-35)

commit to user

menginterpretasikan komunikasi politik yang dilakukan oleh partai gerindra dan seluruh simpatisannya dalam rangkaian jaringan sosial.

F. 3 Teori

a. Teori jaringan Sosial

Menurut Mitchell J Clyde (1969) ada dua konsep yang harus dipahami dalam jaringan sosial, antara lain:

1. Jaringan sosial sebagai suatu konsep metaporik. Sebagai konsep metaporik, jaringan sosial hanya dilihat sebagai suatu rangkaian antar hubungan (inter-relationship) dalam suatu sistem sosial.

2. Jaringan sosial sebagai konsep analitis. Sebagai konsep analitis, jaringan sosial tidak hanya dilihat sebagai jaringan yang khusus saja, tetapi juga bagaimana karakteristik dari hubungan-hubungan yang ada. Konsep metaphorik penulis gunakan untuk melihat rangkaian

antar hubungan (inter-relationship) dalam sistem sosial yang melibatkan komunikasi politik.

Konsep analitis penulis gunakan untuk meneliti jaringan sosial yang ada pada Partai Gerindra. Peneliti tidak hanya mengeksplor tentang hubungan-hubungan yang terdapat dalam Partai Gerindra saja, namun juga meneliti tentang jenis hubungan tersebut

commit to user

jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga jenis jaringan sosial, yaitu :

a. Jaringan Interest (Jaringan Kepentingan) Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan- hubungan sosial yang bermakna pada “tujuan-tujuan” tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku.

b. Jaringan Sentimen (Jaringan Emosi) Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, di mana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan- hubungan emosi ini cenderung lebih mantap atau permanen.

c. Jaringan Power Pada jaringan power, konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya disengaja atau diatur. Tipe jaringan sosial ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku biasanya dibuat permanen. (Agusyanto, 2007: 34)

b. Teori Empati dan Homofili

Teori Empati dan Homofili bukan hanya dikembangkan oleh pakar ilmu komunikasi saja, tetapi oleh pakar psikologi maupun sosiologi. Teori empati dikembangkan oleh Berlo (1960) dan Daniel

commit to user

M. Rogers dan F. Shoemaker (1971). Secara sederhana dapat disebutkan bahwa empati adalah kemampuan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. Dalam hal ini K. Berlo (1960) memperkenalkan teori yang dikenal dengan nama influence theory of emphaty (teori penurunan dari penempatan diri ke dalam diri orang lain). (Arifin, 2003: 52)

kemampuan dalam memproyeksikan diri sendiri ke dalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang kepada seorang politikus untuk berhasil dalam pembicaraan politiknya. Perwujudan empati ini akan terlihat dalam program-program yang dilakukan oleh partai politik untuk memperoleh dukungan dan memperluas jaringannya

Homofili dapat digambarkan sebagai suasana dan kondisi kepribadian dan kondisi fisik dua orang yang berinteraksi dengan lancar karena memiliki kebersamaan usia, bahasa, pengetahuan, kepentingan, organisasi, partai, agama, suku bangsa, dan pakaian. Sulit sekali terjadi interaksi yang intensif jika dua orang yang berinteraksi bersifat heterofili, yaitu tidak memiliki kesamaan bahasa, pengetahuan, dan kepentingan. Dalam komunikasi politik, homofili dengan mudah dilihat pada para politikus atau kader partai di Indonesia. Empati dan homofili akan menciptakan suasana yang intim sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara

commit to user

antara dua subyek (bukan antara subyek dan obyek) yang selevel dan sederajat.

G. Definisi Konseptual

G. 1 Jaringan Sosial

Pengertian jaringan sosial yang diungkapkan oleh Granovetter dan Swedberg (dalam Mahendra, 2007: 68), adalah sebagai suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok. Buku Jaringan Sosial dalam Organisasi mengungkapkan pengertian dasar jaringan sosial merupakan suatu tipe khusus, dimana ‘ikatan’ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial ( Ruddy Agusyanto; 2007 :13).

G. 2 Partai Politik

Partai Poltik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

G. 3 Komunikasi Politik

Pengertian yang diungkap oleh A.A. Said Said Gatara dan Moh. Dzulkiah Said (2007) komunikasi politik adalah (kegiatan) komunikasi

commit to user

konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Sedangkan Michael Rush dan Philip Althof (2003: 253) menyatakan bahwa komunikasi politik merupakan unsur dinamis dari sistem sosial dan sistem politik. Komunikasi politik juga bisa dianggap sebagai bentuk transmisi informasi yang releven secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial dan sistem politik.

H. Kerangka Berpikir

Dari uraian paradigma, teori, dan definisi di atas dapat dijadikan dasar untuk melihat bagaimana jaringan sosial Partai Gerindra. Partai Gerindra yang merupakan salah satu partai baru yang lolos menjadi peserta pemilu tahun 2009 harus bekerja keras dan cerdas untuk meraih dukungan masyarakat, hingga tercapainya tujuan dari partai ini. Salah satu tujuan dari Partai Gerindra adalah bisa membawa Prabowo Subianto sebagai calon presiden RI pada periode mendatang.

Bergabungnya Prabowo ke dalam salah satu pendiri partai baru ini merupakan daya tarik untuk Partai Gerindra bisa melenggang ke panggung politik, karena latar belakang Prabowo yang merupakan ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) adalah sebagai bekal awal dari partai ini.

commit to user

program yang telah disusun harus dikomunikasikan, selain dari pada itu tujuan dari komunikasi politik adalah untuk mempertahankan sikap dari seseorang yang telah menerima pesan (teori inokulasi) serta juga dapat ditujukan untuk merubah akan sikap seseorang.

Komunikasi politik dapat terjadi pada empat hal, yakni komunikasi yang terjadi secara internal partai, komunikasi yang dilakukan antar partai politik, komunikasi politik antara partai dengan masyarakat, komunikasi antara partai politik dengan pemerintah.

Dari keseluruhan kegiatan komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra, maka nantinya akan membentuk suatu jaringan sosial yang dapat memperkokoh kekuatan politis dari partai ini.

commit to user

Bagan 1.3 Proses Komunikasi Politik dan Pembentukan Jaringan Sosial

I. Metode Penelitian

I. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, dengan berdasarkan metode utamanya yang dipakai yaitu studi kasus. Penelitian kasus bertujuan untuk mempelajari gejala-gejala sosial melalui analisa yang terus-menerus tentang kasus yang dipilih. Pada penelitian ini kasus yang akan dipilih untuk diteliti adalah mengenai jaringan sosial partai gerindra. Seluruh data mengenai jaringan sosial dan komunikasi politik yang diraih selanjutnya akan

Komunikasi politik Partai Gerindra

Intern partai

politik

Partai politik

dengan masyarakat

Partai politik

dengan pemerintah

Antar partai politik

Hubungan sosial antar pelaku menimbulkan Jaringan Sosal Partai Gerindra

commit to user

penelitian. Metode studi kasus memberikan ciri tunggal terhadap data yang sedang dipelajari dan menghubungkan keanekaragaman fakta- fakta terhadap kasus yang tunggal itu, ( Y.Slamet;2006;10).

I. 2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah kota Surakarta. Selanjutnya peneliti akan mendatangi kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra yang berada di kota Surakarta.

I. 3 Sumber Data

a. Narasumber (Informan) Narasumber (informan) merupakan sumber data yang berupa manusia. Narasumber pada penelitian ini adalah Ketua, Pengurus, Calon Legislatif, dan Simpatisan dari DPC Partai Gerindra Kota Surakarta

b. Peristiwa atau aktivitas Peristiwa dan aktivitas yang bisa ditangkap oleh peneliti sebagai data adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh DPC Partai Gerindra Kota Surakarta. Bentuk kegiatan yang dimaksud berupa kegiatan rapat, sosialisasi, dan kampanye

c. Tempat atau lokasi Tempat atau lokasi yang merupakan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantor DPC Partai Gerindra Kota

commit to user

Surakarta

d. Gambar Gambar yang dipakai sebagai sumber data adalah gambar dari aktivitas Partai Gerindra di Kota Surakarta, misalnya gambar rapat dan kampanye yang dilakukan oleh Partai Gerindra

e. Dokumen atau arsip Dokumen yang dijadikan sebagai sumber pendukung adalah dokumen yang terkait dengan Partai Gerindra di Surakarta, berupa data pengurus DPC Partai Gerindra Kota Surakarta, hasil perolehan kursi DPRD Kota Surakarta partai politik dari KPU Kota Surakartas

I. 4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti yang sedang mengadakan penelitian karena menyangkut bagaimana cara yang digunakan untuk memperoleh data. Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi Tidak Berpartisipasi Dalam melakukan observasi pada penelitian ini, peneliti dalam adalah sebagai pengamat. Peneliti melakukan pengamatan dengan tidak melebur dalam arti sesungguhnya atau hanya berpura-pura atau

commit to user

dengan kata lain tidak berpartisipasi. Spradly (1980: 77-78) mengemukakan bahwa informasi yang diperoleh dalam observasi umum sangat penting bagi peneliti yang tidak memiliki pengetahuan umum yang cukup tentang keadaan setempat dan masyarakat. Aktivitas ini disebut Spradly dengan istilah grand tour observation. Peneliti tidak masuk ke dalam komunitas dari partai gerindra, melainkan hanya sebagai pengamat yang berada di lingkungan partai. Jadi peneliti hanya menjadi pengamat dalam mencari keterangan mengenai jaringan social dan komunikasi politik. Observasi dilakukan terhadap partai gerindra di kota Surakarta.

b. Wawancara Mendalam Teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam ini tidak dilakukan dengan ketat dan formal, hal ini dimaksudkan supaya informasi yang dikumpulkan memiliki kedalaman yang cukup. Kelonggaran yang didapat dengan cara ini akan mampu lebih banyak mengorek keterangan tentang jaringan sosial Partai Gerindra. Serta dapat mengungkap kejujuran informan. Wawancara dilakukan dengan pedoman panduan wawancara (interview guide) yang telah dibuat yang berkaitan jaringan sosial dan komunikasi politik.

c. Dokumentasi

commit to user

dokumen-dokumen dari lembaga atau instansi yang terkait.

I. 5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah penarikan sampel bertahap yang makin lama jumlah respondennya semakin bertambah besar. (Y. Slamet, 2006; 63).

Penarikan sampel dengan snowball sampling dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasikan seseorang yang dianggap sebagai responden yang memenuhi syarat bagi tujuan peneliatian, pada penelitian ini yang dianggap memenuhi syarat sebagai responden adalah Ketua DRC Partai Gerindra cabang Surakarta. Orang ini yang selanjutnya dianggap sebagai informan pertama untuk mengidentifikasi orang-orang lainnya lagi yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden. Dengan demikian langkah kedua adalah mewawancarai pengurus DPC dibawah ketua dari partai gerindra. Demikianlah secara terus-menerus akan didapat responden.

I. 6 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data model interaktif yang memiliki tiga komponen, yaitu pemilihan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya masing-masing tahap (termasuk proses pengumpulan data) dapat dijabarkan sebagai berikut :

commit to user

Data yang muncul berwujud kata-kata yang dikumpulkan dalam aneka cara yaitu observasi, wawancara mendalam serta data dokumentasi, kemudian data yang diperoleh melalui pencatatan di lapangan dianalisa melalui tiga jalur kegiatan yaitu pemilihan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data-data tersebut diperoleh dari wawancara para informan yang berasal dari pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra di kota Surakarta. Semua hasil wawancara tersebut dikumpulkan tanpa mengalami penyaringan.

b. Pemilihan Data atau Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul catatan-catatan tertulis di lapangan (field note). Pemilihan data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dan menyatakan bahwa tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang tata cara pengumpulan data yang dipakai pada saat pengumpulan data berlangsung. Pemilihan data berlangsung terus-menerus selama penelitian kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis. Reduksi data dilakukan agar data-data yang diperoleh dapat sejalan dengan masalah yang akan penulis sajikan. Sehingga akan

commit to user

yang akan diteliti.

c. Penyajian Data Penyajian data meliputi berbagai jenis gambar atau skema, jaringan kerja, keberkaitan kegiatan dan tabel yang dapat membantu satu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakukan. Hal ini merupakan kegiatan yang dirancang untuk merakit secara teratur agar mudah dilihat dan dimengerti sebagai informasi yang lengkap dan saling mendukung.

d. Penarikan Kesimpulan Merupakan proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal sampai proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang perlu diverifikasi yang dapat berupa suatu penggolongan yang meluncur cepat sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas dalam pikiran peneliti pada waktu penulis dengan melihat kembali sebentar pada field note. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berik

commit to user

Bagan 1.4 Model Analisis Interaktif

(H. B. Sutopo dalam Metodologi Penelitian Kualitatif, 2002)

I. 7 Validitas Data

Data yang diperoleh selama proses penelitian akan diuji kembali dengan melakukan pengujian validitas data melalui penggunaan trianggulasi data. Tringgulasi data adalah teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi ada empat macam, yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidik, teori.

Untuk mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi pada penelitian ini akan dilakukan dengan trianggulasi sumber dan metode. Trianggulasi sumber dengan cara : Membandingkan keadaan perspektif seseorang dalam berbagai pendapat dan pandangan orang lain, seperti rakyat biasa,pengurus partai gerindra, serta orang pemerintah.

Penyajian data

Penarikan Kesimpulan

Reduksi

Data

Pengumpulan

Data

commit to user

Bagan 1.5 Trianggulasi Sumber

(H. B. Sutopo dalam Metodologi Penelitian Kualitatif , 2002)

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara : Mengumpulkan data sejenis namun dengan menggunakan metode yang berbeda, lalu membandingkannya.

Bagan 1.6 Trianggulasi metode

(H. B. Sutopo dalam Metodologi Penelitian Kualitatif , 2002)

Data

Wawancara mendalam

Sumber data

commit to user

PBAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Profil Partai Gerindra

A.1 Sejarah Pendirian Partai Gerindra

Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) merupakan salah satu dari sekian banyak partai politik di Indonesia yang menjadi peserta Pemilu tahun 2009. Secara usia, Partai Gerindra masih sangat muda, karena baru berdiri pada bulan Februari tahun 2008 lalu, partai ini berdiri dengan berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945.

Pengalaman politik yang dialami bangsa Indonesia yang dimulai setelah proklamasi tahun 1945 telah mengalami berbagai perubahan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pasang surut dan jatuh bangunnya perekonomian sebagai akibat dari kondisi politik yang ada, serta keinginan untuk membangun dan mewujudkan tatanan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur, serta beradab serta berketuhanan yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjadi salah satu alasan dari didirikannya Partai Gerindra.

Cita-cita Partai Gerindra yang dirintis untuk negera ini senantiasa ingin menjadikannya sebagai negara yang lebih maju, modern, dan mandiri melalui usaha ‐usaha yang disesuaikan dengan

commit to user

tetap memelihara nilai ‐nilai luhur dan kepribadian bangsa Indonesia. Dan kini, Partai Gerindra berdiri sebagai salah satu peserta pemilu tahun 2009 memiliki sturktur Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sebagai berikut:

Ketua Umum

: Prof. Dr. Ir. Suhardi ,M.Sc ·

Sekretaris Jendral

: Ahmad Muzani

Bendahara Umum

: T.A Muliatna Djiwandono

A.2 Arti Lambang Partai Gerindra

Gambar 2.1 Lambang Partai Gerindra

Berikut arti dari lambing Partai Gerindra :

a Kotak persegi panjang bergaris hitam, dasar warna putih, yang melambangkan kesucian dan keikhlasan. Di tengah terdapat lima persegi bergaris hitam dengan dasar merah

b Di tengahnya terdapat gambar kepala Burung Garuda dengan warna kuning keemasan, melambangkan kemakmuran

commit to user

dan bertindak

d Kepala Burung Garuda pada lehernya terdapat sisik yang berjumlah 17, terdapat jengger dan jambul berjumlah 8, bulu telinga yang berjumlah 4, bingkai gambar kepala Burung Garuda persegi 5, yang menyimbulkan tanggal kemerdekaan Indonesia, 17-8-45

e Di atasnya bertuliskan PARTAI berwarna hitam, di bawahnya bertuliskan GERINDRA berwarna merah dengan tepi tulisan berwarna hitam, di bawahnya lagi tulisan GERAKAN INDONESIA RAYA berwarna hitam.

A.3 Tujuan, Fungsi, dan Tugas

Tujuan

a. Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945

b. Berjuang memperoleh kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang melindungi

segenap

bangsa

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia

commit to user

dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

d. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan kehidupan demokrasi, yang menjunjung tinggi dan menghormati Kebenaran, Hukum, dan Keadilan

e. Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada kekuatan bangsa, yang mengarahkan pada kedaulatan dan kemandirian bangsa

Fungsi

a. Sarana pembentukan dan pembangunan karakter bangsa

b. Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara

c. Menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara

d. Menghimpun, membangun, dan menggerakkan kekuatan rakyat guna membangun masyarakat Pancasila

e. Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga negara

f. Menghimpun persamaan sikap politik dan kehendak untuk mencapai cita-cita dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

commit to user

Pancasila serta berorientasi pada program pembangunan di segala bidang tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan

h. Menyerap, menampung, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat serta meningkatkan kesadaran politik rakyat dan menyiapkan kader-kader dengan memperhatikan kesetaraan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Tugas

a Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara Proklamasi

17 Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

b Memperjuangkan terwujudnya peningkatan segala aspek kehidupan yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, agama, sosial budaya, hukum serta pertahanan dan keamanan nasional guna mewujudkan cita-cita nasional

c Melaksanakan, mempertahankan, dan menyebarluaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

d Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan politik Partai

e Mempersiapkan kader Partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan publik melalui mekanisme demokrasi, dengan