Landasan Teori

5. Value Added Intellectual Coefficients (VAIC)

Metode VAIC dikembangkan oleh Pulic, didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA).

Pulic menjelaskan bahwa Value Added (VA) adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalm penciptaan nilai (value creation). Value Added (VA) dihitung sebagai selisih antara output dan input (Ulum, dalam situs Intellectual Capital Corner, 2010)

Metode VAIC mengukur efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki oleh perusahaan, antara lain,h. VACA (value added capital employed ), VAHU (value added human capital), dan STVA (structural capital value added). Berikut dijelaskan masing-masing input :

1) Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital atau capital employed (CE). VACA merupakan rasio dari VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap VA organisasi/ perusahaan. Capital Employed (CE) merupakan total dana yang tersedia pada perusahaan. Pada VAIC, dana tersedia yang dimaksud adalah total 1) Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital atau capital employed (CE). VACA merupakan rasio dari VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap VA organisasi/ perusahaan. Capital Employed (CE) merupakan total dana yang tersedia pada perusahaan. Pada VAIC, dana tersedia yang dimaksud adalah total

Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan telah memanfaatkan CE sebagai bagian dari intellectual capital yang lebih baik. Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2) Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. VAHU merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap

Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital (HC) terhadap value added organisasi.

Modal intelektual seperti yang sudah di jelaskan merupakan aset tak berwujud. Aset tak berwujud ini membutuhkan alat untuk menunjukan kontribusinya secara nyata. Pada modal manusia ini, kontribusi tenaga kerja Modal intelektual seperti yang sudah di jelaskan merupakan aset tak berwujud. Aset tak berwujud ini membutuhkan alat untuk menunjukan kontribusinya secara nyata. Pada modal manusia ini, kontribusi tenaga kerja

Pulic menjadikan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). Hasilnya adalah bahwa VA menghasilkan the new created wealth of a period . Hubungan antara VA dan HC menunjukkan bahwa kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Semakin banyak value added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan asset strategic perusahaan yang dapat meningkatkan kualitas perusahaan. Modal manusia mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki orang-orang dalam perusahaan tersebut.

3) Structure Capital Value Added (STVA) STVA merupakan indicator pengukuran organisasi. STVA menunjukkan kontribusi structural capital (SC) 3) Structure Capital Value Added (STVA) STVA merupakan indicator pengukuran organisasi. STVA menunjukkan kontribusi structural capital (SC)

1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

Structural Capital adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses produksi perusahaan dan strukturnya yang mendukung karyawannya untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan.

6. Keunggulan VAIC

Keunggulan metode Pulic adalah kemudahan dalam perolehan data yang digunakan dalam penelitian. VAIC dianggap sebagai indikator yang cocok untuk mengukur modal intelektual pada riset empiris. VAIC menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka keuangan standar yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga memungkinkan akan lebih efektif melakukan analisis komparatif internasional menggunakan ukuran sampel yang besar di berbagai sektor industri. Semua data yang digunakan dalam perhitungan VAIC didasarkan pada informasi yang Keunggulan metode Pulic adalah kemudahan dalam perolehan data yang digunakan dalam penelitian. VAIC dianggap sebagai indikator yang cocok untuk mengukur modal intelektual pada riset empiris. VAIC menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka keuangan standar yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga memungkinkan akan lebih efektif melakukan analisis komparatif internasional menggunakan ukuran sampel yang besar di berbagai sektor industri. Semua data yang digunakan dalam perhitungan VAIC didasarkan pada informasi yang

VAIC adalah sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah atau Value Added (VA) dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama.

7. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan memiliki definisi yang beragam, antara lain :

a. Suad (2008,h.7) mendefinisikan nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan itu di jual. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada pemegang saham apabila harga saham meningkat.

b. Retno dan Priantinah (2012,h.86) mendefinisikan nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya.

c. Keown (2004,h.470) mendefinisikan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai yang terbentuk dari rasio harga saham dan Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai yang terbentuk dari rasio harga saham dan

Tujuan jangka panjang perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2011,h.3), melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham.

8. Harga

a. Definisi harga menurut para ahli :

1) Kotler (2002,h.518) bahwa harga ada di sekeliling kita.Anda membayar sewa untuk apartemen, uang kuliah dan uang jasa untuk dokter atau dokter gigi. Perusahaan penerbangan, kereta api, taxi dan bisa mengenakan ongkos perusahaan pelayanan iimum mengenakan tarif; dan bank mengenakan bunga atas uang yang anda pinjam.

2) Basu Swastha (1998,h.24) pengertian harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan 2) Basu Swastha (1998,h.24) pengertian harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan

3) Djasmin Saladin (2001,h.638) mendefinisikan bahwa harga merupakan salat tukar yang digunakan untuk mendapatkan produk atau jasa dengan sejumlah uang.

4) Tjiptono (2002,h.6) mendefinisikan bahwa harga adalah hukurn moneter yang dapat ditukarkan untuk mendapatkan hak atas suatu barang atau pemakaian layanan jasa.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa harga adalah jumlah uang yang di tawarkan ataupun yang dikeluarkan, guna mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Dalam konteks penelitian ini, harga menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan bagi nilai perusahaan. Seperti telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya.

Harga saham yang tinggi memiliki arti bahwa investor harus mengeluarkan sejumlah uang untuk berinvestasi pada perusahaan tertentu. Sebagai timbal balik atas keluarnya sejumlah uang tersebut maka para investor berhak dinyatakan juga sebagai pemilik perusahaan tersebut dan berhak pula atas hak-hak pemilik perusahaan yang sudah tercatat dalam aturan perusahaan yang berlaku, contohnya mendapatkan deviden.

Semakin besar pemasukan perusahaan dalam kategori investasi, maka terlihat ada sebuah nilai lain yang dimiliki oleh Semakin besar pemasukan perusahaan dalam kategori investasi, maka terlihat ada sebuah nilai lain yang dimiliki oleh

b. Penetapan Harga Dalam Islam Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah SAW ke Madinah, maka beliau menjadi pengawas pasar (muhtasib). Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai. Salah satu buktinya yaitu Rasulullah SAW menolak untuk membuat kebijakan dalam penetapan harga, pada saat itu harga sedang naik karena dorongan permintaan dan penawaran yang dialami. Bukti autentik tentang hal ini adalah suatu hadis yang diriwayatkan oleh enam imam hadis (kecuali Imam Nasa’i) (Fauzia, 2014, h.201-204). Dalam hadis tersebut diriwayatkan sebagai berikut :

Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga yang ditetapkan Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga yang ditetapkan

Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai dengan Maqashid al-Syariah, yaitu merealisasikan kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara manusia. Seandainya Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga, maka akan kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi pada situasi tertentu, dengan dalih Maqashid al-Syariah, penentuan harga menjadi suatu keharusan dengan alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang terjadi di lapangan) (Muksinin dalam situs Pustaka Media Syariah, 2015)

Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang akad (Syafei, 2000,h.87). Hal ini menjelaskan bahwa harga merupakan sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang /jasa di mana kesepakatan tersebut diridhai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang akad (Syafei, 2000,h.87). Hal ini menjelaskan bahwa harga merupakan sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang /jasa di mana kesepakatan tersebut diridhai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah

Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran, mereka itu telah berbuat zalim dan sangat membahayakan umat manusia, maka seorang penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan cara menetapkan harga standar. Dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik orang lain., mencegah terjadinya penimbunan barang dan menghindari dari kecurangan para pedagang. Inilah yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Kattab (Hakim, 2012,h.169-170).

Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip- prinsip sebagai berikut:

1) Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract ). Hal ini sesuai dengan al- Qur’an Surat an- Nisa’ ayat 29 :

2) Berdasarkan persaingan sehat (fair competition ). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi 2) Berdasarkan persaingan sehat (fair competition ). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi

3) Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.

4) Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.

c. Penetapan Harga Saham Harga saham bergerak mengambang bebas, besaran nilai saham tergantung penawaran dan permintaan, prinsip ekonomi berlaku disini apabila kebutuhan akan saham itu tinggi sementara saham yang beredar hanya sedikit yang dilepas dipasaran maka nilai saham akan naik. Tetapi disaat permintaan saham rendah sementara saham banyak dilempar ke publik maka nilai saham tadi akan jatuh atau anjlok, tidak ada yang bisa menjamin bahwa nilai saham akan naik dikemudian hari atau malah turun.

Harga saham ditentukan oleh pelaku pasar berdasarkan penawaran dan permintaan saham yang relevan di pasar modal. Hal Harga saham ditentukan oleh pelaku pasar berdasarkan penawaran dan permintaan saham yang relevan di pasar modal. Hal

a) Hipotesis Pasar Efisien Pendekatan ini menunjukkan bahwa harga sebuah saham ekuitas adalah harga yang efisien dan akan cenderung mengikuti pergerakan ditentukan secara acak dengan munculnya berita (yang acak) dari waktu ke waktu.

b) Perilaku Keuangan Pendekatan ini menyakini bahwa ada kalanya pengambil kebijakan membuat keputusan irasional, terutama yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan saham didasarkan pada ketakutan dan persepsi yang salah dari suatu waktu. Perdagangan saham irrasional sering dapat menciptakan harga saham yang menyimpang dari harga rasional, yang didasarkan pada harga valuasi fundamental.

Berdasarkan hal di atas menunjukan bahwa, konsep penetapan harga dalam pasar modal adalah sesuai dengan konsep penetapan harga dalam Islam, yakni memuat konsep rela dan keterbukaan. Keterbukaan atau transparency yang

dimaksudkan yakni saat proses trading, secara gambling terlihat kenaikan dan penurunan harga saham pada setiap detiknya. Jadi, para pembeli dapat langsung menentukan pilihan pembeliannya pada perusahaan yang sudah terdaftar. Dan kerelaan yakni, dengan memilih sendiri menunjukan bahwa setiap pembeli harus menanggung setiap resiko yang akan dihadapi, begitu juga penjual atau dalam hal ini perusahaan, secara sederhana perusahaan melemparkan suatu harga ke bursa, dan secara rela membiarkan investor memberikan penghargaan kepada perusahaan dengan beruapa tinggi rendahnya harga.

9. Kinerja Keuangan

Ada beberapa definisi dari kinerja keuangan :

a. IAI (2007,h.14) dikemukakan bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.

b. Sukhemi (2007,h.23) mendefiniskan istilah kinerja kerap dihubungkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.

c. Fahmi (2012,h.2) Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan.

Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

d. Mulyadi (2007,h.2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya”.

Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik oleh masing-masing perusahaan yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.

Pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Sudibya dan Restuti, 2014,h.20). Karena bagaimanapun, pengukuran kinerja keuangan ini sangat mempengaruhi peroses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.

Kinerja keuangan harus diukur dengan alat analisis yang tepat yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Tujuan dilaksanakannya pengukuran kinerja keuangan (Munawir, 2004:31) yakni unuk :

a. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, kewajiban keuangan yang dimaksud mencakup keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif.

d. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya sehingga tetap stabil. Kemampuan yang dimaksud diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.