Pendekatan Pemberdayaan Rumahtangga Masyarakat Pesisir

13.4 Pendekatan Pemberdayaan Rumahtangga Masyarakat Pesisir

Pendekatan yang dipakai dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Wotgalih adalah sebagai berikut :

1. Partisipatif

Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya merupakan pencerminan dari konsep bottom up planning serta salah satu perwujudan dari upaya pemberdayaan masyarakat. Pendekatan partisipatif dilaksanakan untuk dapat lebih menjamin keberhasilan pelaksanaan program pembangunan maupun pemanfaatan hasil yang telah tercapai dari program- program pembangunan tersebut.

Pelaksanaan program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir pada hakekatnya adalah upaya untuk mengikutsertakan semua pihak terkait, khususnya dari pihak masyarakat dalam keseluruhan tahapan kegiatan pelaksanaan program Pemberdayaani Masyarakat Pesisir yang secara garis besar akan mencakup tahapan perencanaan, implementasi, pemanfaatan, dan pengendalian (monitoring dan evaluasi). Namun dalam hal ini, perlu dihindari kecenderungan implementasi yang tidak mengikutsertakam masyarakat dalam pembangunan (cenderung bersifat parsial). Hal ini misalnya terjadi pada tahap Pelaksanaan program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir pada hakekatnya adalah upaya untuk mengikutsertakan semua pihak terkait, khususnya dari pihak masyarakat dalam keseluruhan tahapan kegiatan pelaksanaan program Pemberdayaani Masyarakat Pesisir yang secara garis besar akan mencakup tahapan perencanaan, implementasi, pemanfaatan, dan pengendalian (monitoring dan evaluasi). Namun dalam hal ini, perlu dihindari kecenderungan implementasi yang tidak mengikutsertakam masyarakat dalam pembangunan (cenderung bersifat parsial). Hal ini misalnya terjadi pada tahap

Pentingnya pendekatan partisipatif dalam program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir disebabkan karena tindakan yang akan diambil serta hasil pelaksanaan program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir pada hakekatnya adalah ditujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.

Berangkat dari hal tersebut, maka kegiatan dalam program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Wotgalih harus dirancang sedemikian rupa sehingga masyarakatlah yang akan lebih banyak menentukan arah dan langkah pelaksanaan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat . Dalam hal ini, Tenaga Pendamping Desa (TPD) beserta tokoh kelembagaan lokal terkait akan bertindak sebagai fasilitator yang akan mendampingi, membimbing, dan membantu masyarakat dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan, merumuskan alternatif rencana pemecahan berikut konsekuensinya. Dengan metode seperti ini diharapkan dapat menimbulkan rasa kepemilikan dan tanggungjawab dari masyarakat dalam pelaksanaan dan pemeliharaan kegiatan- kegiatan dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih.

2. Kemandirian

Dalam program Pemberdayaani Masyarakat salah satu strategi pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kemandirian atau keswadayaan, dimana dengan dilaksanakannya strategi ini dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat diharapkan akan timbul kemandirian dari masyarakat dalam pembangunan masyarakat dan wilayahnya sendiri dengan potensi-potensi sumberdaya yang dimiliki oleh daerahnya.

Strategi kemandirian atau keswadayaan pada dasarnya adalah melaksanakan pembangunan yang bertumpu pada kekuatan, kemampuan, dan modal atau biaya sendiri. Pada pelaksanaan program Pemberdayaan Masyarakat, maka masyarakat didorong untuk mampu secara mandiri Strategi kemandirian atau keswadayaan pada dasarnya adalah melaksanakan pembangunan yang bertumpu pada kekuatan, kemampuan, dan modal atau biaya sendiri. Pada pelaksanaan program Pemberdayaan Masyarakat, maka masyarakat didorong untuk mampu secara mandiri

3. Kemitraan

Pendekatan kemitraan dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih digunakan untuk membentuk jaringan kemitraan antara masyarakat, tokoh lokal, aparat pemerintah dan swasta dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Upaya untuk menciptakan jaringan kemitraan tersebut difasilitasi dengan mempertemukan antara semua sektor dan stakeholders yang terkait dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi kawasan pesisir. Sektor-sektor yang terkait dihimpun dalam jaringan kemitraan sedemikian rupa sehingga diantara masing-masing sektor terbentuk suatu kesepakatan dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi kawasan pesisir sesuai dengan fungsi, peran dan kapasitas kewenangannya masing-masing.

13.4.1 Prinsip Pengelolaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Prinsip pengelolaan program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir oleh PT. ANTAM Tbk. yang dilaksanakan di Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Pasuruan meliputi :

1. Acceptability

Metode ini diimplementasikan dalam wujud pelaksanaan pengambilan keputusan yang didasarkan pada proses musyawarah sehingga memperoleh legitimasi dan dukungan dari seluruh anggota masyarakat. Hal ini perlu dilakukan karena pada dasarnya program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih dipilih, dirumuskan dan dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dalam forum-forum pertemuan pada masing-masing jenjang daerah pemerintahan (dukuh, Desa, Kecamatan, Kabupaten). Agar proses musyawarah ini benar-benar dapat mencerminkan kata mufakat dari semua pihak, maka dengan sendirinya dalam kegiatan musyawarah ini semua pihak terkait harus dapat terwakili.

2. Transparency

Pengelolaan kegiatan dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih dilakukan secara terbuka, diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat ikut memantaunya, dengan adanya keterbukaan ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dengan jelas maksud, tujuan dan alokasi dana untuk program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih. Upaya penyebaran informasi ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi.

3. Accountability

Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Perlunya pertanggungjawaban kepada masyarakat ini karena pada dasarnya masyarakatlah yang merasakan dampak dan manfaat dari program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih.

4. Responsiveness

Kegiatan yang dilakukan dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih ditujukan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk pesisir yang kurang berdaya atau miskin.

5. Quick Disbursement

Penyampaian bantuan modal kepada masyarakat sasaran dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih diharapkan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

6. Democracy

Dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih proses pemilihan peserta yang nantinya akan mendapatkan bantuan dana ekonomi produktif dilakukan secara musyawarah.

7. Sustainability

Pengelolaan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih diharapkan dapat memberikan manfaat secara optimal dan berkelanjutan.

8. Equality

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih memberikan kesempatan yang sama kepada orang atau kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan mendapatkan dana ekonomi produktif, dengan ini diharapkan agar semua masyarakat dapat merasakan manfaat secara langsung dari program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih. .

9. Competitiveness

Dalam program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Wotgalih setiap ketentuan dalam pemanfaatan dana ekonomi produktif masyarakat diharapkan dapat mendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak.

13.4.2 Model Kemitraan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Atas dasar konsep pemberdayaan, pentahapan dan kelembagaan masyarakat untuk mendukung rencana pemberdayaan pemberdayaan berkelanjutan, maka model pemberdayaan selanjutnya kita kembangkan Model Kemitraan Sosial, dengan pertimbangan : (a) Ada pelapisan sosial-ekonomi masyarakat pedesaan. (b) Aset dan akses sosial masyarakat masih mendominasi kegiatan untuk

mendukung keberlanjutan penghidupan masyarakat di pedesaan pesisir. Pemberdayaan dengan Model Kemitraan Sosial dilakukan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2. Prinsip penerapannya adalah sebagai berikut : (1) Multi tingkat, dimulai dengan pemberdayaan sikap produktif rumahtangga, modal usaha produktif untuk kelompok dan kemandirian kelembagaan kelompok.

(2) Multi dimensi, mencakup dimensi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan kebijakan.penganggaran PEMDA. (3) Multi tahun, dalam hal ini minimal 8 tahun. (4) Pendampingan secara berkelanjutan dan professional oleh Pendamping

Desa. (5) Kesetaraan peran (equal roles) sebagai prinsip kemitraan sosial dalam bentuk “bantuan sosial” oleh Penyandang Dana (donor) kepada kelembagaan

lokal : Lembaga Ekonomi Pemberdayaan Desa, Mitra Desa dan Kelompok Produktif (KUB).

(6) Multi sumberdana (donor, mencakup sumber CSR, dukungan PEMDA dan dana Zakat, Infak Shodaqih (ZIS) dari masyarakat. (7) Human Centered development (Pemberdayaan berpusat pada peran serta manusia)

PENGUATAN MODAL

LEPD

DONOR

KP

KOMUNITAS (3)

MD

KELOMPOK USAHA BERSAMA

(4) PROG. APBD

DULATAN/ /REVOLVING/

JASA MODAL

CSR KORPORASI

SHADAQAH SHADAQAH

PEMBERDAYAAN

TAHAP

PENGUATAN USAHA PRODUKTIF RUMAHTANGGA

PERTAMA

(a) Budaya Produktif PELAYANAN AMANAH

KEUANGAN PRODUKTIF PEMBERDAYAAN KELOMPOK

TAHAP KEDUA

PEMBERDAYAAN KELOMPOK

(b) MOTIVASI BISNIS PEMBERDAYAAN

TAHAP

KELEMBAGAAN

KETIGA

Dokumen yang terkait

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26