Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB )

13.5 Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB )

Pertanyaan yang muncul dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin adalah urgensi kerjasama kelompok dan apa media praktis yang dapat kita gunakan untuk membuat mereka berfikir inovatif. Ada 6 instrumen dalam upaya pengembangan swadaya masyarakat, (Verhagen, 1996), yaitu :

(1) Identifikasi penduduk dan kelompok sasaran; (2) Konsultasi managemen; (3) Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga; (4) Perluasan proses dan pengembangan gerakan; (5) Pemanfaatan dan evaluasi diri terus menerus; (6) Penguatan kelompok berbasis komunitas.

Dalam penguatan kelompok ada 7 komponen kapasitas di tingkat komunitas (UNICEF, 1999) yang harus dikembangkan untuk dapat mendorong aktifitas ekonomi anggota kelompok melalui usaha ekonomi produktif, yaitu :

(1) Comunity leader : siapa saja orang-orang berpengaruh untuk mendorong penguatan kelompok ekonomi produktif;

(2) Comunity technology : teknologi apa yang digunakan masyarakat untuk memproduksi sesuatu;

(3) Comunity fund : apakah ada mekanisme penghimpunan dana dari masyarakat;

(4) Comunity material : sarana apa saja yang dapat digunakan masyarakat yang berguna untuk pengembangan kelompok, apakah ada modal usaha keluarga / kelompok;

(5) Comunity knowledge : apa persepsi masyarakat berkaitan dengan usaha meraka, apa harapan terhadap pelayanan ekonomi produktif, selanjutnya (5) Comunity knowledge : apa persepsi masyarakat berkaitan dengan usaha meraka, apa harapan terhadap pelayanan ekonomi produktif, selanjutnya

(6) Comunity decision marking : apakah masyarakat terlibat dalam program secara keseluruhan;

(7) Comunity organization : usaha ekonomi mana yang dapat dikembangkan menjadi organisasi usaha ekonomi produktif.

13.5.1 Penguatan KUB

Penguatan kelompok merapkan alternatif pemberdayaan kelompok masyarakat. Sistematika penguatan kelompok usaha didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. Nilai Strategis KUB

Keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB) bagi fakir miskin di tengah-tengah masyarakat wahana untuk (1) meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam peningkatan pendapatan), (2) menyediakan sebagian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga fakir miskin, (3) menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar warga, (4) menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga fakir miskin, (5) pengembangan diri dan sebagai wadah berbagi pengalaman antar anggota.

Kehadiran KUB Fakir Miskin merupakan media untuk (1) meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, (2) meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, (3) mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, (4) memperkuat budaya kewirausahaan, (5) mengembangkan akses pasar dan (6) menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait.

Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat (1) saling berbagi pengalaman, (2) saling berkomunikasi, (3) saling mengenal, (4) dapat menyelesaikan berbagai masalah dan kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUB, kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha kesejahteraan social serta kemampuan berorganisasi.

Kegiatan yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial dapat berupa : (1) pengeIoaan santunan hidup, (2) Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS), (3) arisan, (4) pengajian, (5) perkumpulan kematian, (6) usaha simpan pinjam, (7) pelayanan koperasi, usaha tolong menolong atau gotong royong, (8) usaha pelayanan sosial untuk membantu orang tidak mampu, (9) usaha-usaha untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial di lingkungannya, dan (10) usaha-usaha UKS lainnya. Kegiatan yang berkaitan dengan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dapat berupa (1) usaha dagang, (2) jasa, (3) pertanian, dan lain-lain, sedangkan kegiatan yang bersifat penataan kelembagaan, seperti: (1) pengelolaan keuangan, (2) pencatatan dan pelaporan kegiatan bersama.

Melalui KUB diharapkan dapat (1) meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena mereka dituntut suatu kemampuan manajerial untuk mengelola usaha yang sedang dijalankan, dan (2) berupaya menggali dan memanfaatkan sumber-sumber rizki yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya. Selain itu, diharapkan dapat (3) menumbuh kembangkan sikap-sikap berorganisasi dan (4) pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial, baik di antara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat secara luas.

KUB dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis “dari”, “oleh” dan “untuk” masyarakat. Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUB di manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah masyarakat. Pembentukannya oleh masyarakat setempat dan peruntukannya juga adalah untuk anggota dan masyarakat setempat. Karena konsep yang demikian, maka pembentukan dan pengembangan KUB harus bercirikan nilai dan norma budaya setempat, harus sesuai dengan keberadaan sumber-sumber dan potensi yang tersedia di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM (anggota KUB) yang ada.

KUB harus diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang berlangsung secara terus menerus, bukan hanya untuk jangka pendek tetapi jangka panjang. Kerjasama yang tulus biasanya hanya dapat diwujudkan bila dilandasi oleh dengan semangat kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kesetiakawanan sosial. Dalam kelompok terjadi interaksi atau hubungan yang saling ketergantungan, dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya yang pada akhirnya menimbulkan semangat kekeluargaan, kegotongroyongan dan kesetiakawanan sosial di antara mereka, bahkan dengan lingkungan eksternal kelompok.

KUB dimaksudkan untuk mewujudkan keberfungsian sosial para anggota KUB dan keluarganya, yang meliputi meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari dan berubahnya sikap dan tingkah laku dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta meningkatnya kemampuan dalam menjalankan peranan-peranan sosialnya dalam masyarakat. Keberadaan usaha-usaha ekonomis produktif yang bersifat ekonomis dalam kelompok KUB hanya sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Banyak orang beranggapan bahwa aspek usaha ekonomi produktif atau UEP dalam KUB sebagai tujuan dan sering dijadikan sebagai ukuran keberhasilan KUB. ini adalah suatu hal yang keliru. Berkelompok dalam KUB adalah berarti berkeinginan untuk KUB dimaksudkan untuk mewujudkan keberfungsian sosial para anggota KUB dan keluarganya, yang meliputi meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari dan berubahnya sikap dan tingkah laku dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta meningkatnya kemampuan dalam menjalankan peranan-peranan sosialnya dalam masyarakat. Keberadaan usaha-usaha ekonomis produktif yang bersifat ekonomis dalam kelompok KUB hanya sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Banyak orang beranggapan bahwa aspek usaha ekonomi produktif atau UEP dalam KUB sebagai tujuan dan sering dijadikan sebagai ukuran keberhasilan KUB. ini adalah suatu hal yang keliru. Berkelompok dalam KUB adalah berarti berkeinginan untuk

2. Tiga Tujuan Kegiatan KUB

Kegiatan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUB di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan: (1) meningkatnya pendapatan keluarga; (2) meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan; (3) dapat melaksanakan kegiatan keagamaan; dan (4) meningkatnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.

2. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUB dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, dalam lingkungan sosial; adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang mungkin timbul di antara keluarga dan lingkungan; semakin minimnya perselisihan yang mungkin timbul antara suami dan istri atau antara orang tua dan anak, dan lain-lain.

3. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUB dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya keperdulian dan rasa tanggung jawab dan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya; semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih menguntungkan; terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya.

3. Lima Alasan Mengapa Harus Bergabung Dalam KUB

Ada beberapa alasan mengapa perlu dikembangkan organisasi Fakir Miskin yang disebut dengan KUB yaitu :

1. Yang menjadi sasaran kelompok KUB adalah mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti: keterbataan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi, teknologi, dan lain-lain.

2. Dengan sistem KUB, kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga akan memudahkan dalam pembinaan dan monitoring dan pembinaannya akan lebih efektif dan efisien baik dan segi pembiayaan, tenaga dan waktu yang digunakan. Di samping itu, para anggota kelompok ini dapat saling kerja sama secara lebih mudah dibandingkan bila mereka saling berpencar.

3. Dengan pembinaan melalui kelompok KUB, maka diharapkan kelompok ini akan saling membantu satu sama lain antara yang lemah dengan yang lebih mampu, baik dalam kemampun, keterampilan, modal dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan-kegiatan KUB.

4. Melalui KUB diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena mereka dituntut suatu kemampuan manajerial untuk mengelola usaha yang sedang dijalankan, dan berupaya menggali dan memanfaatkan sumbr-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya.

5. Diharapkan dengan KUB, dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial, baik di antara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat secara luas karena mereka hidup dalam kelompok.

4. Tujuh Prinsip Pengembangan KUB

Pengembangan Kelompok Usaha Bersama dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(1). Penentuan nasib sendiri

Anggota KUB sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat, mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri. Dalam nilai seperti ini para supervisor atau pendamping sosial yang terlibat dalam kegiatan KUB berperan sebagai fasilitator dalam pengembangan KUB tersebut.

(2). Kekeluargaan

Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUB perlu dibangun atas semangat kekeluargaan di antara sesama anggota KUB dan lingkungannya. Nilai seperti ini akan menumbuhkan semangat dan sikap dalam mewujudkan keberhasilan KUB.

(3). Kegotong-royongan

Kegotongroyongan berarti menuntut perlu adanya kebersamaan dan semangat kebersamaan di antara sesama para anggota KUB. Dalam prinsip tidak menonjolkan adanya perbedaan antara pengurus dan anggota, tetapi lebih mengedepankan kebersamaan di antara sesama KBS.

(4). Menumbuhkan Potensi anggota

Bahwa pengelolaan dan pengembangan KUB harus didasarkan pada kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh para anggota KUB. Sebagai contoh apabila para anggota KUB memiliki keterampilan dalam bidang ternak ikan maka hendaknya jenis usaha yang dikembangkan adalah bidang ternak ikan, bukan usaha lain.

(5). Sumber-sumber Rizki Setempat

Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan usaha yang dilakukan harus didasarkan pada ketersediaan sumber-sumber yang ada di daerah tersebut. Adalah menjadi suatu kendala bilamana suatu jenis usaha yang dikembangkan namun sumber-sumber yang menjadi bahan baku di daerah tersebut tidak tersedia.

(6). Keberlanjutan

Prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan KUB, kegiatan-kegiatannya, bidang usaha yang dikembangkan harus diwujudkan dalam program- program yang berkelanjutan, bukan hanya untuk sementara waktu.

(7). Usaha yang berorientasi pasar

Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUB melalui jenis usaha yang dilakukan harus diarahkan pada jenis usaha yang memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

5. Lima Tahapan Pembentukan dan Penguatan KUB

Pembentukan dan pengembangan suatu KUB dilaksanakan dalam 5 tahap, yaitu:

(1). Tahap Persiapan:

Kegiatan pada tahap persiapan terdiri dari orientasi dan observasi, regristasi dan identifikasi, perencanaan program pelaksanaan, penyuluhan sosial umum, bimbingan pengenalan masalah, bimbingan motivasi, dan evaluasi persiapan (oleh: aparat desa, petugas pendamping, pembina fungsional).

(2). Tahap Pelaksanaan:

Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi: seleksi calon Keluarga Binaan Sosial (KBS), pembentukan pra-kelompok dan kelompok, pemilihan atau Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi: seleksi calon Keluarga Binaan Sosial (KBS), pembentukan pra-kelompok dan kelompok, pemilihan atau

(3). Tahap Pengembangan Usaha:

Kegiatan pada tahap pengembangan usaha meliputi: bimbingan pengembangan usaha, pemberian bantuan pengembangan usaha, pendampingan dan evaluasi (oleh: petugas pendamping, petugas pembina fungsional).

(4). Tahap Kemitraan Usaha:

Kegiatan pada tahap ini meliputi: inventarisasi sumber-sumber yang ada (sumber daya alam, sumber daya ekonomi, sumber daya sosial, dan sumber

kesepakatan-kesepakatan, pelaksanaan kemitraan usaha, bimbingan kemitraan usaha, perluasan jaringan kemitraan usaha, dan evaluasi (oleh: pendamping dan pembina fungsional).

(5). Tahap Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan pada tahap ini meliputi: pengendalian dan monitoring proses pelaksanaan yang sedang berjalan serta evaluasi terhadap keberhasilan yang sudah dicapai (oleh petugas pendamping, dan pembina fungsional).

6. Komponen Kelembagaan KUB

Kelembagaan KUB terdiri atas komponen :

(1). Jumlah Anggota KUB

Jumlah keanggotaan KUB dapat bervariasi, tergantung kebutuhan nyata di lapangan/situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan kelompok itu Jumlah keanggotaan KUB dapat bervariasi, tergantung kebutuhan nyata di lapangan/situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan kelompok itu

(2). Ikatan Pemersatu

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok atau ikatan pemersatu antara lain: (1) kedekatan tempat tinggal atau letak geografis; (2) jenis usaha atau keterampilan anggota; (3) ketersediaan sumber rizki; (4) latar belakang kehidupan budaya; (5) memiliki motivasi yang sama; (6) keberadaan kelompok-kelompok masyarakat yang sudah tumbuh berkembang lama.

(3). Struktur dan Kepengurusan KUB

Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui “siapa mengerjakan apa”, “siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.

Struktur KUB sangat tergantung pada kegiatan atau jenis Usaha yang dijalankan oleh KUB tersebut. Tidak ada suatu struktur yang baku tentang struktur KUB, strukturnya diserahkan sepenuhnya pada kelompok KUB. Namun demikian, di bawah ini ditawarkan struktur organisasi KUB yang relatif sederhana yang dapat dijadikan acuan dalam perumusan struktur organisasi KUB, yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara. Jika diperlukan dapat dibentuk urusan/seksi.

Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan anggota kelompok. Sebagai suatu organisasi, KUB juga memiliki anggota dengan kewajiban antara lain : mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang sudah disepakati; mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama; membangun kerjasama dengan berbagai pihak; memanfaatkan dana stimulan ataupun bantuan modal usaha dengan penuh tanggung jawab; membayar iuran dana kesetiakawanan sosial (IKS) setiap bulan sesuai kesepakatan bersama yang sudah ditentukan; menghimpun dana untuk memperkuat modal usaha melalui Lembaga Keuangan Mikro; memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota keluarganya.

Disamping kewajiban, anggota juga mempunyai hak-hak sebagai berikut : mengajukan usul atau saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja KUB; memperoleh pinjaman bantuan modal usaha yang diterima KUB dan pihak lain dan mendapatkan keuntungan yang diperoleh dan pembagian hasil KUB.

13.5.2 . Pengelolaan, Strategi Pengembangan dan Langkah Penguatan KUB

(1). Pengelolaan Kelompok

a. Untuk efektivitas dan efisiensi pembinaan KUB, maka pengelolaan KUB dilakukan melalui pendekatan kelompok.

b. Untuk kelancaran pengelolaan KUB maka dibentuk kepengurusan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.

c. Untuk menjalankan kegiatan-kegiatan KUB sehari-harinya dipimpin oleh ketua kelompok yang dibantu dengan pengurus-pengurus lainnya.

d. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan kelompok diserahkan kepada ketua atau pengurus KUB.

e. Pengeluaran dana diserahkan pada musyawarah kelompok.

f. Pendamping berperan sebagai fasilitator, pemberi saran dan pertimbangan-pertimbangan demi kemajuan kelompok.

g. Untuk kelancaran kegiatan kelompok maka setiap kelompok KUB harus menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur kegiatan kelompok tersebut.

h. Untuk pembinaan KUB secara rutin dilakukan melalui KUB dengan kelompok kecil, namun untuk kepentingan pembinaan tertentu, kelompok KUB dapat digabungkan sesuai kebutuhan menjadi kelompok besar.

i. Pengelolaan Jenis Usaha. j. Untuk mendorong dan menjamin keberlangsungan kegiatan- kegiatan KUB maka setiap KUB dapat mengembangkan satu atau beberapa jenis usaha sosial ekonomis produktif (UEP) yang sesuai dengan minat, potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber yang ada di lingkungannya.

k. Pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan oleh KUB sepenuhnya diserahkan kepada anggota KUB tersebut. l. Untuk pengembangan jenis usaha, anggota KUB dapat bekerja sama dengan pengusaha atau instansi terkait. m. Bila jenis usaha sudah beragam, pengelolaan jenis usaha dapat diserahkan kepada satu orang atau beberapa orang yang dianggap mampu dan mempunyai keterampilan untuk itu, namum pembinaan anggota tetap berada dalam kelompok KUB.

(2). Strategi Pengembangan dan Penguatan KUB

a. Perlu adanya pengadministrasian dan pengorganisasian kelompok yang baik dan rapi.

b. Pertemuan rutin kelompok minimal seminggu sekali harus disepakati dengan adanya komitmen dari setiap anggota untuk melakukannya.

c. Mempertahankan azas musyawarah untuk mufakat yang dilandasi oleh semangat kekeluargaan, kebersamaan, kegotongroyongan dan kesetiakawanan sosial.

d. Pengelolaan dan pengembangan KUB harus berorientasi pada pemanfaatan dan penggalian sumber dan potensi yang tersedia di lingkungan masing-masing.

e. Penerapan inovasi-inovasi baru dalam pengembangan dan pengelolaan jenis usaha yang dipilih.

f. Pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan.

(3). Langkah-Langkah Penguatan KUB

a. Menetapkan struktur organisasi dan menyusun uraian tugas yang jelas dan rinci.

b. Menata administrasi kegiatan kelompok dengan baik.

c. Mengidentifikasi potensi SDM, ketrampilan, kemampuan yang dimiliki oleh anggota KUB.

d. Menyusun rencana program dan kegiatan, serta rencana anggaran biaya.

e. Menggalang kebersamaan dan kekompokan di antara sesama anggota KUB dan juga dengan tokoh-tokoh masyarakat serta lingkungan yang lebih luas.

f. Membangun komitmen bersama yang dapat menumbuhkan semangat dan motivasi kerja para anggota KUB dalam mengembangkan jenis usaha yang dipilih.

g. Mengembangkan jenis usaha lebih dan satu yang sesuai dengan ketrampilan dan bidangnya dari masing-masing anggota KUB serta mencari potensi dan sumber-sumber yang ada dalam lingkungan masing-masing.

h. Melakukan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan.

i. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan anggota dan lingkungan sekitarnya.

j. Membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak yang dapat menguntungkan kelompok KUB. k. Mewujudkan usaha Lembaga Keuangan Mikri (LKM) atau koperasi

yang dapat mendukung kesejahteraan para anggota KUB.

13.5.3 . Kunci Sukses Pengembangan dan Penguatan KUB

(1). Usaha ekonomi berdasarkan rencana usaha dan anggaran belanja yang disepakati bersama.

(2). Usaha ekonomi beronientasi pasar. (3). Menggunakan modal usaha sesuai dengan kebutuhan usaha. (4).Menggunakan bahan baku yang mudah diperoleh di lingkungan

setempat. (5). Melakukan usaha sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. (6). Sistem pengelolaan usaha ekonomi dapat dilaksanakan semua

anggota dan terbuka bagi anggota. (7). Ada komitmen dan kerjasama yang kuat dan setiap anggota untuk

berhasil. (8). Harga yang ditawarkan menguntungkan dan bersaing di pasar. (9).Adanya kebersamaan dalam menghadapi berbagai hambatan usaha.

1. Bidang Kegiatan KUB

(1). Bidang Kelembagaan

a. Membuat program kegiatan secara jelas dan rinci.

b. Membuat struktur organisasi dan pembagian tugas bagi semua anggota KUB.

c. Membuat fungsi masing-masing anggota KUB sesuai dengan struktur organisasi yang ada.

d. Melakukan pencatatan kegiatan dan administrasi pembukuan yang meliputi:

1) Buku Daftar Anggota Kelompok;

2) Buku Tamu;

3) Buku Kegiatan / agenda Kelompok;

4) Buku Kas / Keuangan;

5) Buku Inventaris;

6) Buku Simpan Pinjam.

(2). Bidang Sosial

a. Melaksanakan pertemuan rutin bulanan anggota (atau sesuai kebutuhan) yang dihadiri oleh pendamping dan aparat desa.

b. Melaksanakan pertemuan rutin anggota sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditentukan.

c. Menumbuhkan kesadaran dan kemauan anggota ketompok untuk merubah kondisi/keadaan yang ke arah kondisi kehidupan yang lebih baik.

d. Merintis pelaksanaan Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan usaha simpan pinjam untuk kesejahteraan anggota keluarga KUB.

e. Mendorng anggota KUB untuk aktif dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.

f. Ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti: kerja bakti lingkungan, gotong royong, siskamling dan lain-lain.

g. Mengaktifkan anggota KUB untuk terlibat dalam kegiatan- kegiatan, seperti posyandu, PKK, dan lain-lain.

h. Menumbuhkan kesadaran kepada anggota tentang pentingnya pendidikan bagi anggota keluarga dan masyarakat.

i. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota maupun dengan lingkungannya, melalui partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.

j. Meningkatkan keterampilan kerja anggota KUB. k. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian para anggota KUB

untuk terlibat dalam penanganan permasalahan sosial yang ada di daerah masing-masing.

(3). Bidang Ekonomi

a. Pengelolaan Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang sudah ada sehingga dapat berhasil dan meningkatkan kesejahteraan para anggota KUB.

b. Pengembangkan jenis Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang sebelurnnya hanya satu menjadi beberapa jenis usaha.

c. Penggalian surnber-sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan kesejahteraan anggota KUB.

d. Membudayakan kebiasaan untuk menabung bagi anggota KUB, sebagai simpanan permodalan atau cadangan kebutuhan dimasa mendatang.

e. Mewujudkan berdirinya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau koperasi yang dapat mendukung pengelolaan Usaha Ekonomi

Produktif (UEP) dan peningkatan kesejahteraan keluarga para anggota KUB.

f. Pengembalian dana stimulan dengan pengguliran kepada KUB atau LKM untuk dikembangkan dan atau di gulirkan kembali kepada anggota yang membutuhkan.

g. Membangun kerjasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang dapat mempercepat keberhasilan KUB.

2. Kriteria Pengembangan KUB (1). Kriteria KUB.

Untuk mempermudah pembinaan KUB, KUB dikelompokkan pada tiga kategori sebagai berikut:

a. KUB dengan kritenia TUMBUH

b. KUB dengan knitenia MAJU

c. KUB dengan kriteria MANDIRI Batas pengkategorian KUB Tumbuh, Maju dan Mandiri didasarkan pada

pertimbangan sebagai berikut:

1. Pengelompokan KUB hanya pada tiga kategori (Tumbuh, Maju dan Mandiri) adalah bertujuan agar para petugas, pembina, pendamping termasuk anggota KUB lebih mudah dalam proses pembinaan.

2. Nilai pengkategorian tidak dilakukan sama karena masing-masing kategori mempunyai mempunyai proses yang berbeda.

(2). Indikator Keberhasilan

a. Bidang Kegiatan Kelembagaan

1) Kepengurusan dan pembagian tugas sudah ada dan sudah dijalankan sebagaimana mestinya.

2) Administrasi kelompok, yang meliputi: buku daftar anggota kelompok; buku tamu; buku kegiatan / agenda kelompok; buku kas/keuangan; buku inventaris; buku simpan pinjam, sudah ada dan sudah diterapkan dengan baik.

3) Kerja sama di antara anggota KUB sudah berjalan dengan baik.

4) Proses pengambilan keputusan sudah diasaskan atas musyawarah anggota.

5) Pertemuan anggota sudah berlangsung secara rutin dan dilakukan pencatatan serta ditindak lanjuti.

b. Bidang Kegiatan Sosial

1) Motivasi berkelompok (potensi sosial) sudah baik yang ditunjukkan dengan minimal 2/3 kehadiran anggota pada setiap pertemuan yang diadakan.

2) Kerja sama kelompok sudah baik yang dilihat dari koordinasi dan kekompakan kelompok.

3) Tanggung jawab sosial (antara anggota kelompok), sudah baik yang ditunjukkan dengan kesediaan semua anggota untuk membantu anggota dan tetangganya yang mengalami kesulitan.

4) Kepedulian sosial (dengan luar anggota kelompok), sudah baik yang ditunjukkan dengan adanya kepedulian semua anggota untuk membantu anggota dan tetangga yang mengalami kesulitan.

5) Usaha simpan pinjam KUB sudah dapat dimanfaatkan keluarga untuk keperluan keluarga anggota KUB.

6) Makan mengarah pada kriteria empat sehat lima sempurna.

7) Anak dapat mengikuti pendidikan sesuai dengan tingkat usianya dan peralatannya dapat dipenuhi.

8) Bila anggota keluarga jatuh sakit berobat ke mantri kesehatan atau bidan atau dokter atau ke Puskesmas.

9) Anggota keluarga taat dan sungguh-sungguh dalam menjalankan rukun keagamaannya.

10) Keluarga hidup dalam keharmonisan 11)Keluarga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

c. Bidang Kegiatan Ekonomi

1) Sumber modal berasal dan akumulasi dana kelompom dan atau kredit lembaga keuangan .

2) Meningkatnya pendapatan keluarga per bulan.

3) Perkembangan usaha di mana KUB dijadikan sebagai usaha pokok.

4) Kinerja usaha, memupunyai lebih dari dua jenis usaha.

5) Kemampuan merencanakan usaha, pengurus dan angota telah mampu menyusun Rrncana Usaha.

6) Tabungan, dari waktu ke waktu terus bertambah bahkan berlipat ganda.

7) Peluang pasar semakin luas.

8) Kemampuan pemupukan modal, sudah dapat memanfaatkan sumber dana yang ada untuk pengembangan usaha.

9) Simpan pinjam, sudah berkembangan dengan baik.

10) Kemitraan, sudah terjalin dengan baik dengan berbagai kelompok masyarakat bisnis.

Dokumen yang terkait

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26