Pelaksanaan Kompetensi profesional Tenaga Pendidik

6. Pelaksanaan Kompetensi profesional Tenaga Pendidik

Menurut Danim Sudarwan, dalam bukunya “ Pengembangan Profesi Guru”, pengembangan profesi dan karir guru ( tenaga Pendidik) dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan ( diklat ) maupun non diklat, antara lain:

a. Pendidikan dan Pelatihan

1) In-house training (IHT) Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, atau sekolah, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Madrasah (KKKM).

3) Program Magang. Program Magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka peningkatan kompetensi guru.

4) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antar sekolah negeri dengan swasta

5) Belajar jarak jauh, Pelatihan melalui jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menhadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam suatu tempat

75 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, PT. Rajagrafindo Jakarta, 2012, h.77 75 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, PT. Rajagrafindo Jakarta, 2012, h.77

6) Pelatihan berjenjang dan khusus, pelatihan ini dilaksanakan dilembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang dimana program disusun secara berjenjang

7) Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru atau tenaga pendidik dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) menyusun karya ilmiah dan publikasi ilmiah.

b. Non-Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan guru (tenaga Pendidik) adalah sebagai berikut:

1) Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan seara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah.

2) Seminar. Pengikut sertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi penigkatan keprofesionalan guru.

3) Worshop. Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya

4) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalaman rangka meningkatkan mutu pembelajaran

5) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan

6) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran

7) Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pengembangan profesi guru atau tenaga pendidik melalui bentuk pendidikan dan pelatihan ( diklat ) maupun non diklat tersebut, sangat menentukan bagi guru atau tenaga pendidik untuk membantu meningkatkan kompetensi guru dan sekaligus peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan lulusan peserta didik.

Pengembangan profesi guru atau tenaga pendidik, menurut Aan Hasanah, dalam bukunya, “ Pengembangan profesi guru”, dapat dilakukan melalui usaha sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan kompetensi guru, antara lain: Pengembangan profesi guru atau tenaga pendidik, menurut Aan Hasanah, dalam bukunya, “ Pengembangan profesi guru”, dapat dilakukan melalui usaha sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan kompetensi guru, antara lain:

b. Mengaktifkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) atau Kelompok Kerja Guru (KKG);

c. Mengadakan Sosialisasi hasil pelatihan dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangi narasumber;

d. Mengadakan pelatihan komputer dan bahasa Inggris;

e. Mendorong guru untuk melanjutkan studi agar sesuai dengan tuntutan pemerintah;

f. Mengadakan studi banding ke sekolah lain yang dipandang lebih maju;

g. Mengirim guru untuk magang ke sekolah lain;

h. Melengkapi sarana dan berbagai media penunjang kegiatan pembelajaran;

i. Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi; j. Meningkatkan kesehjatraan guru dengan memberikan tambahan pendapatan yang bersumber dari komite sekolah dan orang tua siswa; k. Memberikan keteladanan, dorongan dan menggugah hati nurani guru

agar menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai guru. 76 Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami, bahwa upaya yang

dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan pengembangan profesi guru, membuat guru lebih

76 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Pustaka, 2012, h. 49 76 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Pustaka, 2012, h. 49

Untuk tercapainya fokus pengembangan guru atau tenaga pendidik, dan agar menjadi guru yang profesional, maka guru harus dituntut memiliki kualifikasi sebagai berikut:

a. Memiliki keahlian (expert)bdalam bidang yang diajarkan;

b. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi;

c. Memiliki rasa kesejawatan dan kode etik serta memandang tugasnya sebagai karir hidup. 77

Dengan menyadari pentingnya kualifikasi keahlian , tanggung jawab yang tinggi fungsi dari kode etik tersebut, guru atau tenaga pendidik akan melaksanakan tugasnya secara jujur, komitmen dan penuh dedikasi, serta menambah kewibawaan dan memelihara image guru tetap baik.