BAB II TEMA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
TAHUN 2011
A. KONDISI UMUM
1. Pencapaian Tahun 2009 dan Perkiraan Tahun 2010
Pelaksanaan pembangunan tahun 2009 dan perkiraan tahun 2010 merupakan pelaksanaan pembangunan tahun terakhir RPJMN 2004-2009 dan tahun pertama RPJMN
2010-2014. Berbagai upaya dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan diperkirakan akan dicapai merupakan landasan bagi pelaksanaan pembangunan RPJMN 2010-2014.
Perkembangan Perekonomian Perkembangan perekonomian nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi
dunia yang sedang mengalami krisis ekonomi yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini telah menyebabkan perekonomian Amerika mengalami
resesi yang dalam yang telah menjalar ke negara maju lainnya sehingga berimbas pula ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Dampak krisis global mulai dirasakan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sejak triwulan IV tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2008 menurun
minus 3,6 persen jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2008 q-t-q dan meningkat 5,2 persen y-o-y. Sementara itu, pada triwulan sebelumnya ekonomi tumbuh cukup
tinggi, yaitu 6,2 persen pada triwulan I; 6,4 persen pada triwulan II; dan 6,4 persen pada triwulan III y-o-y. Krisis global-yang berdampak pada turunnya permintaan dunia,
menurunnya harga minyak dan komoditas-menyebabkan ekspor barang dan jasa tumbuh negatif 5,5 persen pada triwulan IV 2008 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Dampak global juga mendorong pembalikan aliran modal dari Indonesia ke luar negeri sehingga investasiPembentukan Modal Tetap Bruto PMTB hanya tumbuh 0,8 persen
pada triwulan IV jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan ekonomi berlanjut sampai dengan triwulan II tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2009 adalah 4,5 persen dan pada triwulan
II laju pertumbuhan menurun menjadi 4,1 persen. Sejak triwulan III tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi meningkat kembali menjadi 4,2 persen dan pada triwulan IV
meningkat menjadi 5,4 persen yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi nasional sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia.
Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2009 tumbuh 4,5 persen y-o-y. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pengeluaran pemerintah dan
pengeluaran masyarakat yang masing-masing tumbuh 15,7 persen dan 4,9 persen. Sementara itu ekspor masih tumbuh negatif, yaitu -9,7 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor pertanian yang meningkat sebesar 4,1 persen; dan sektor tersier, yaitu sektor listrik, gas, dan air; serta pengangkutan dan
telekomunikasi yang masing masing tumbuh 13,8 persen dan 15,5 persen. Sementara itu, industri pengolahan nonmigas hanya tumbuh 2,1 persen, uraian yang lebih rinci disajikan
dalam Tabel 2.1.
I.2-1
TABEL 2.1 KONDISI UMUM PEREKONOMINAN NASIONAL
Uraian 2008
2009 TW
I TW
II TW
III TW
IV Total
TW I
TW II
TW III
TW IV
Total Pertumbuhan Ekonomi
6,2 6,3
6,2 5,3
6,0 4,5
4,1 4,2
5,4 4,5
SISI PENGELUARAN Konsumsi Masyarakat
5,7 5,5
5,3 4,8
5,3 6,0
4,8 4,7
4,0 4,9
Konsumsi Pemerintah 3,6
5,3 14,1
16,3 10,4
19,2 17,0
10,3 17,0
15,7 Investasi
13,9 12,2
12,3 9,4
11,9 3,5
2,4 3,2
4,2 3,3
Ekspor Barang dan Jasa 13,7
12,4 10,6
2,0 9,5
-18,7 -15,5
-7,8 3,7
-9,7 Impor Barang dan Jasa
18,0 16,1
11,1 -3,7
10,0 -24,4
-21,0 -
14,7 1,6
-15,0 SISI PRODUKSI
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
6,4 4,8
3,2 5,1
4,8 5,9
2,9 3,3
4,6 4,1
Pertambangan dan Penggalian -1,6
-0,4 2,3
2,4 0,7
2,6 3,4
6,2 5,2
4,4 Industri Pengolahan
4,3 4,2
4,3 1,8
3,7 1,5
1,5 1,3
4,2 2,1
Industri Bukan Migas 4,6
4,6 4,9
2,1 4,0
1,9 1,8
1,5
4,9
2,5 Listrik, Gas dan Air
12,3 11,8
10,4 9,3
10,9 11,3
15,3 14,5
14,0 13,8
Konstruksi 8,2
8,3 7,8
5,9 7,5
6,2 6,1
7,7 8,0
7,1 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
6,7 7,7
7,6 5,5
6,9 0,6
0,0 -0,2
4,2 1,1
Pengangkutan dan Telekomunikasi 18,1
16,6 15,6
16,1 16,6
16,8 17,0
16,4 12,2
15,5 Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Perusahaan 8,3
8,7 8,6
7,4 8,2
6,3 5,3
4,9 3,8
5,0 Jasa-jasa
5,5 6,5
6,9 5,9
6,2 6,7
7,2 6,0
5,7 6,4
Pada tahun 2010 untuk mempercepat pemulihan ekonomi, berbagai upaya untuk meningkatkan ekspor dan pertumbuhan investasi perlu ditingkatkan. Di samping itu,
konsumsi masyarakat diupayakan untuk tetap dijaga dengan memelihara daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi ketersediaan pasokan komoditas terutama,
kebutuhan pokok dan berbagai program pemberdayaan masyarakat dan bantuan sosial. Efektivitas pengeluaran pemerintah juga ditingkatkan dengan program stimulus untuk
menjaga daya beli masyarakat dan peningkatan investasi. Dengan memperhatikan pengaruh eksternal dan berbagai kebijakan yang diambil, pertumbuhan ekonomi tahun
2010 diperkirakan sebesar 5,5 persen.
Sementara itu, inflasi tahun 2009 mencapai 2,78 persen y-o-y jauh lebih rendah dibanding inflasi tahun 2008 yang sebesar 11,06 persen y-o-y bahkan lebih rendah
dibanding sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah sekitar 5,0 persen. Anomali realisasi inflasi dibandingkan dengan sasaran tersebut tidak terlepas dari berubahnya
kondisi ekonomi makro dibandingkan dengan asumsi yang mendasarinya. Krisis
I.2-2
keuangan ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 menyebabkan permintaan global terkontraksi cukup dalam yang dampaknya masih berlanjut di tahun 2009. Sejalan dengan
perkembangan tersebut pertumbuhan ekonomi dunia dan domestik mengalami penurunan yang berarti, seiring dengan penurunan harga komoditas internasional.
Rendahnya inflasi IHK pada tahun 2009 terutama disumbangkan oleh harga kelompok barang dan jasa yang harganya dapat dikendalikan oleh Pemerintah
administered prices. Penurunan harga komoditas global terutama harga BBM telah mendorong Pemerintah untuk menu runkan harga BBM dalam negeri yang kemudian
diikuti oleh penurunan tarif angkutan. Pada tahun 2009, Pemerintah menurunkan harga BBM dan tarif angkutan masing-masing 14,1 persen dan 12,1 persen. Selain oleh faktor-
faktor tersebut, rendahnya inflasi tahun 2009 juga didukung oleh penurunan inflasi bahan pokok yang harganya mudah bergejolak, khususnya pangan volatile food yang
cenderung menurun. Di samping itu, menguatnya nilai tukar rupiah, melambatnya permintaan domestik dan membaiknya ekspektasi inflasi juga berkontribusi pada
rendahnya laju inflasi pada tahun 2009.
Seiring dengan pemulihan kegiatan ekonomi dunia dan domestik, tekanan inflasi pada tahun-tahun mendatang diperkirakan cenderung meningkat. Inflasi tahun 2010
diperkirakan kembali pada pola normalnya yaitu sekitar 5,0 – 6,0 persen. Dari sisi eksternal, membaiknya perekonomian global mendorong peningkatan harga komoditas
dan tekanan inflasi mitra dagang. Dengan kondisi tersebut tekanan inflasi melalui perubahan harga barang yang diimpor imported inflation diperkirakan meningkat
dibanding tahun 2009. Sementara itu, tekanan eksternal tampaknya masih akan cukup terkendali dengan meningkatnya pemasukan modal asing baik melalui pasar modal
maupun penanaman modal langsung PMA.
Kondisi Keuangan Negara pada tahun 2009 banyak dipengaruhi oleh dampak krisis ekonomi global. Sampai dengan 31 Desember 2009, realisasi pendapatan negara
dan hibah tahun 2009 adalah Rp 866,8 triliun 16,3 persen PDB atau turun sebesar Rp114,8 triliun dibandingkan dengan realisasi di tahun 2008. Penurunan tersebut
didorong oleh menurunnya penerimaan perpajakan dari sebesar Rp658,7 triliun di tahun 2008 menjadi sebesar Rp641,2 triliun 12 persen PDB di tahun 2009. Penurunan juga
terjadi pada penerimaan bukan pajak, yang turun sebesar Rp96,1 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp320,6 triliun 6,5 persen PDB di tahun 2008 menjadi Rp224,5 triliun 4,2
persen PDB di tahun 2009. Penurunan pendapatan negara dan hibah pada tahun 2009 disebabkan antara lain oleh adanya penurunan pertumbuhan ekonomi dan lebih
rendahnya realisasi harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia sebagai dampak dari krisis ekonomi global.
Dari sisi pengeluaran, realisasi belanja negara hingga 31 Desember 2009 mencapai Rp 954,0 triliun 17,9 persen terhadap PDB atau turun sebesar Rp31,7 triliun
bila dibandingkan dengan realisasi APBN Tahun 2008. Penurunan tersebut terutama didorong oleh turunnya belanja penerimaan pusat, dari sebelumnya Rp693,4 triliun 14,0
persen PDB di tahun 2008 menjadi Rp645,4 triliun 12,1 persen PDB di tahun 2009. Sementara itu, belanja ke daerah mengalami peningkatan dari Rp293,4 6,9 persen PDB
di tahun 2008 menjadi Rp308,6 triliun 5,8 persen PDB di tahun 2009.
I.2-3
Sementara itu, sejalan dengan upaya untuk mendorong perekonomian domestik, defisit APBN meningkat menjadi 1,6 persen PDB, dari sebelumnya sebesar 0,1 persen
PDB di tahun 2008. Walau demikian, pemerintah mampu menjaga surplus pada keseimbangan primer sebesar Rp6,6 triliun 0,1 persen PDB sehingga tingkat stok utang
pemerintah di akhir tahun 2009 berkurang menjadi sekitar 30 persen PDB.
Pada tahun 2010, pulihnya perekonomian domestik diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja APBN. Seiring dengan pulihnya perekonomian domestik
tersebut, pendapatan negara dan hibah diperkirakan meningkat menjadi Rp949,7 triliun 15,9 persen PDB di tahun 2010 atau lebih tinggi Rp82,9 triliun dibandingkan
realisasinya di tahun 2009. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh penerimaan perpajakan yang diperkirakan meningkat sebesar Rp101,6 triliun dari realiasinya di tahun
2009, yakni menjadi sebesar Rp742,7 triliun 12,4 persen PDB . Sementara itu, penerimaan bukan pajak diperkirakan sebesar Rp205,4 triliun 3,4 persen PDB, sedikit
lebih rendah dibandingkan realisasinya di tahun 2009.
Dari sisi pengeluaran negara, alokasi belanja negara pada APBN Tahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar Rp93,7 triliun dibanding realisasi APBN Tahun 2009.
Total belanja negara yang ditetapkan sebesar Rp1.047,7 triliun 17,5 persen terhadap PDB. Peningkatan belanja negara didorong oleh peningkatan pada belanja pemerintah
pusat sebesar Rp79,8 triliun dan alokasi belanja ke daerah sebesar Rp13,9 triliun bila dibandingkan dengan realisasi APBN tahun 2009.
Terkait defisit anggaran, mengingat masih strategisnya peran kebijakan fiskal dalam upaya percepatan pemulihan perekonomian domestik, dalam APBN tahun 2010
defisit anggaran ditetapkan sebesar 1,6 persen PDB. Dengan defisit anggaran sebesar 1,6 persen PDB, APBN diharapkan mampu memberikan stimulus terhadap aktivitas
perekonomian domestik. Peningkatan defisit tersebut rencananya sebagian besar, yakni sebesar Rp104,4 triliun di tahun 2010, akan dibiayai melalui penerbitan Surat Berharga
Negara,. Sementara itu, dilihat dari keseimbangan primer, APBN tahun 2010 diperkirakan akan mengalami surplus sebesar 0,3 persen PDB. Dengan demikian, stok
utang pemerintah diharapkan akan turun secara bertahap menjadi lebih rendah dari 30 persen PDB di akhir tahun 2010.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Reformasi birokrasi dan tata kelola dimaksudkan untuk memantapkan tata kelola
pemerintahan yang lebih baik, yang dilakukan melalui: 1 terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum dan berwibawa, transparan; dan
2 peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data
kependudukan yang baik. Hal itu diharapkan dapat dicapai melalui: a penataan struktur kelembagaan instansi pemerintah; 2 penataan otonomi daerah; 3 penyempurnaan
kebijakan pengelolaan SDM aparatur; 4 peningkatan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan; 5 peningkatan sinergi antara pusat dan daerah; 5
peningkatan penegakan hukum, melalui peningkatan integritas dan sinergi antar lembaga penegak hukum; dan 7 tersedianya data kependudukan yang akurat dan up to date.
I.2-4
Kebijakan penataan kelembagaan instansi pemerintah ditujukan untuk mewujudkan organisasi pemerintah yang proporsional, efektif, dan efisien. Untuk
mencapai hal tersebut pemerintah telah menetapkan UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kementerian Negara. Adanya Undang-Undang ini telah menjadi acuan yang baku bagi
Presiden dalam menyusun Kementerian Negara. Di samping itu, Pemerintah juga telah menetapkan PP No. 41 Tahun 2007 tentang Perubahan atas PP No 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Merujuk kepada PP ini, pada dasarnya seluruh Pemerintah Daerah telah menyusun organisasinya secara lebih proporsional, efektif, dan
efisien.
Pelaksanaan reformasi birokrasi instansi RBI hingga tahun 2009, terus disempurnakan, dimantapkan, dan diperluas pelaksanaannya secara nasional. Kerangka
kebijakan sebagai landasan pelaksanaan reformasi birokrasi telah disiapkan, dalam bentuk Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional GDRB. Grand Design tersebut
mengatur kebijakan nasional maupun kerangka implementasinya, hingga pada tingkat operasional. Hingga tahun 2009, instansi yang telah melaksanakan reformasi birokrasi
adalah Depkeu, MA, BPK dan SetnegSeskab. Pada tahun 2010, diharapkan 12 instansi akan melaksanakan reformasi birokrasi.
Dalam rangka penataan struktur kelembagaan instansi pemerintah pusat, pada tahun 2010 diharapkan telah diselesaikan konsolidasi struktural dan peningkatan
kapasitas kementerianlembaga yang menangani aparatur negara yaitu Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara PAN, Badan Kepegawaian Negara BKN, dan
Lembaga Administrasi Negara LAN. Selanjutnya, Pemerintah akan melakukan penyusunan Grand Design Kelembagaan Instansi Pemerintah, yang selanjutnya akan
dipergunakan sebagai landasan penataan kelembagaan instansi pemerintah secara menyeluruh.
Pada aspek penataan otonomi daerah, beberapa capaian sampai dengan tahun 2009 adalah telah diterbitkannya PP No. 78 tahun 2007 tentang Tatacara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah yang menjadi pedoman dalam mengevaluasi usulan pembentukan daerah otonom baru. Selain itu, sebagai implementasi dari PP No. 6
Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah dilakukannya evaluasi terhadap 31 Daerah Otonomi Baru dari 57 DOB yang usia
pembentukannya kurang dari tiga tahun 2007-2009 dengan hasil 17 KabupatenKota termasuk kategori baik dan 14 KabupatenKota termasuk kategori kurang baik. Beberapa
capaian terkait peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah, sampai dengan tahun 2009 telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Alokasi Khusus di Daerah, dilakukannya sosialisasi SEB Menteri Negara PPNKepala Bappenas, Menkeu dan
Mendagri tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK.
Pada tahun 2010, prakiraan pencapaian terkait aspek penataan otonomi daerah adalah tersusunnya Strategi Dasar Penataan Daerah. Sedangkan terkait peningkatan
efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah diperkirakan 70 daerah dapat memanfaatkan DAK sesuai dengan petunjuk pelaksanaan serta optimal dalam
penyerapannya. Disamping itu peningkatan kualitas belanja daerah diperkirakan 30 daerah memiliki proporsi belanja langsungnya lebih besar dari belanja tidak langsung
I.2-5
serta 26 daerah memiliki persentase rata-rata belanja modal terhadap total belanja daerah.
Sumber daya manusia SDM aparatur memiliki peran strategis sebagai pendorong reformasi birokrasi. Dalam rangka mewujudkan birokrasi yang profesional,
kompeten dan berkinerja tinggi dengan prinsip tata kelola yang baik, hingga tahun 2009 telah dilakukan upaya-upaya peningkatan kapasitas SDM aparatur melalui berbagai jenis
pendidikan dan pelatihan. Penerapan sistem merit dalam manajemen kepegawaian telah makin meningkat, antara lain melalui penerapan assesment center untuk menilai
kemampuan, kualifikasi dan kompetensi PNS. Sedangkan untuk memperbaiki prosedur atau tatalaksana dalam manajemen SDM aparatur disusun beberapa pedoman seperti
pedoman penyusunan standar kompetensi jabatan struktural maupun fungsional PNS; pedoman pelaksanaan evaluasi jabatan dalam rangka penyusunan klasifikasi jabatan
nasional PNS, dan lain-lain.
Kebijakan pengelolaan SDM aparatur terus dilakukan dengan menyempurnakan berbagai kebijakan agar lebih berbasis merit. Pada tahun 2010 diharapkan telah dapat
dihasilkan penyempurnaan kebijakan yang ada, antara lain: kebijakan sistem pengadaan atau rekruitmen dan seleksi PNS secara lebih fair, sesuai kompetensi dan kebutuhan,
kebijakan yang mengatur formasi pegawai, kebijakan tentang pola dasar karir PNS, kebijakan tentang penilaian, pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam
jabatan struktural, dan dan kebijakan tentang pengelolaan dana pensiun PNS. Di samping itu, dalam tahun 2010 diharapkan dapat disempurnakan penyusunan naskah RUU SDM
Aparatur Negara, sebagai landasan pengaturan yang lebih komprehensif atas SDM aparatur.
Pembangunan hukum meliputi pembangunan substansi hukum, pembangunan kelembagaan hukum dan pembangunan budaya hukum. Selama tahun 2009 DPR telah
membentuk 193 undang-undang dari 284 rancangan undang-undang yang tertuang dalam Program Legislasi Nasional Prolegnas 2004-2009. Capaian pembangunan substansi
hukum yang selama ini menjadi instrumen penting untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan, khususnya untuk pencegahan dan penindakan
terhadap berbagai penyimpangan pengelolaan keuangan Negara pada berbagai sektor, antara lain, penetapan UU Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum, UU Nomor 50 Tahun2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, UU Nomor 51 TAhun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Di samping itu, untuk mendorong penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik, khususnya transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, telah ditetapkan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Di
bidang politik, telah ditetapkan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Derah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sementara itu pada tahun 2010 sebagaimana dituangkan dalam dokumen Program Legislasi Nasional Prolegnas 2010, telah disepakati baik oleh Pemerintah maupun DPR
70 rancangan undang-undang yang akan menjadi prioritas untuk dibahas pada tahun ini.
I.2-6
Pada tahun 2010, rancangan undang-undang yang sangat mendasar untuk memantapkan penegakan hukum dan hak asasi manusia adalah RUU tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, RUU tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, RUU tentang Undang-undang Hukum Pidana, RUU tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, RUU, dan
RUU tentang Bantuan Hukum.
Sinergi antara pusat dan daerah sangat penting untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik. Disadari bahwa ujung tombak pelayanan kepada masyarakat
berada pada pemerintahan daerah. Pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah, dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik. Sampai akhir tahun 2009 terdapat 339 pemerintah daerah yang telah membentuk unit pelayanan satu pintu atau dikenal dengan one stop services OSS.
Kemudian, pemanfaatan TIK sebagai upaya memberikan pelayanan yang cepat, murah, akurat, dan akuntabel sudah diterapkan pada berbagai sektor pelayanan, seperti pelayanan
pengadaan barang dan jasa e-procurement, kepabeanan, perpajakan, pertanahan, sisminbakum, e-learning, keimigrasian, pelayanan SIM, kependudukan, pelayanan haji
dan lain sebagainya.
Dari sisi kebijakan, telah diterbitkan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yang diharapkan dapat lebih memperkuat landasan hukum dalam memberikan
jaminan pelayanan yang lebih berkualitas kepada masyarakat. Dalam rangka menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, khususnya guna mempermudah pelayanan di bidang
penanaman modal, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal yang
menstandarkan pelayanan penanaman modal di provinsi dan kabupatenkota, disertai dengan sistem pelayanan berbasis TIK.
Selain itu, pencapaian terkait SPM sampai dengan tahun 2009 adalah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
SPM, dan sebagai petunjuk teknis dan pedoman penyusunan telah diterbitkan Permendagri No. 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
SPM, Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 100.05-76 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Tim Konsultasi Penyusunan SPM dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri kepada GubernurBupatiWalikota tentang Pelaksanaan SPM di daerah. Terkait
penyusunan SPM sampai dengan tahun 2009 telah tersusun 6 enam dokumen SPM Bidang, yaitu: 1 Bidang Kesehatan; 2 Bidang Lingkungan Hidup; 3 Bidang
Pemerintahan Dalam Negeri; 4 Bidang Sosial; 5 Bidang Perumahan Rakyat; dan 6 SPM Bidang Pelayanan Terpadu bagi Saksi danatau Korban Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
Pada tahun 2010, diharapkan telah dapat diterbitkan berbagai kebijakan sebagai pelaksanaan dari UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: PP tentang
Ruang Lingkup Pelayanan publik; PP tentang Sistem Pelayanan Terpadu; PP tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan; PP tentang Proporsi Akses dan Kategori
Kelompok Masyarakat; PP tentang Tata Cara Pengikutsertaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik; dan Perpres tentang Mekanisme dan Ketentuan
Pemberian Ganti Rugi. Dalam tahun 2010 juga diharapkan dapat tersusun kebijakan dalam bentuk Inpres yang mengatur percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik.
I.2-7
Pemerintah akan terus mendorong penerapan OSS di berbagai daerah, disertai peningkatan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik oleh unit
penyelenggara pelayanan publik, disertai dengan pelaksanaan sistem reward and punishment. Prakiraan pencapaian tahun 2010 terkait SPM adalah ditetapkannya SPM
pada bidang pendidikan dan 7 tujuh bidang lainnya yang belum ditetapkan pada tahun 2009, yaitu 1 SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; 2 SPM Bidang
Pelayanan Terpadu bagi anak dan perempuan korban kekerasan; 3 SPM Bidang Ketenagakerjaan; 4 SPM Bidang Pekerjaan Umum; 5 SPM Bidang Ketahanan; 6 SPM
Bidang Perhubungan; 7 SPM Bidang Budaya. Selain itu pada tahun2010 juga diperkirakan akan diterapkan 5 lima bidang SPM di daerah.
Pemantapan penegak hukum selain melalui pembenahan substansi hukum, juga pembangunan kelembagaan hukum pada lingkup peradilan, dengan pengadilan
percontohan pada 5 lima, yaitu Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Semarang, Pengadilan Negeri Makassar, dan Pengadilan
Negeri Medan, sebagai pelaksanaan SKMA 144 Tahun 2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Dengan fokus pada penyediaan meja informasi agar masyarakat
pencari keadilan lebih mudah memperoleh data informasi mengenai perkara yang sedang ditangani oleh pengadilan. Pada tahun 2009, pelayanan meja informasi juga dilaksanakan
pada Pengadilan Agama Jakarta Utara dan Pengadilan Tinggi Bandung. Terkait kinerja penanganan perkara pada empat lingkungan pengadilan, pada tahun 2009 telah diputus
11.985 perkara dari 20.820 perkara yang ada.
Sinergitas penegakan hukum telah dilakukan pula antara Mahkamah Agung dengan Kejaksaan Agung, melalui penandatanganan MoU untuk meningkatkan kualitas
koordinasi pengawasan antara kedua instansi tersebut. Lingkup MoU terkait mekanisme tukar menukar informasi mengenai adanya penyimpangan yang dilakukan oleh personil
dari kedua istansi tersebut. Di samping itu, pada tahun 2009 juga telah dikembangkan dan diterapkan sistem pengaduan masyarakat pada empat pengadilan yaitu Pengadilan Agama
dan Tinggi Agama Bandung, serta Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Bandung.
Pemberantasan korupsi merupakan bagian dari upaya penegakan hukum, yang meliputi penindakan dan pencegahan. Terkait pencegahan, upaya untuk meningkatkan
Indeks Persepsi Korupsi IPK pada tahun 2009 dari 2,6 menjadi 2,8. Peningkatan IPK tersebut terutama dengan dilakukannya reformasi birokrasi secara mendasar di
Departemen Keuangan, Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan. Sekretariat Negara, dan MENPAN. Upaya pencegahan juga dilakukan melalui Konsultasi dan
Kampanye Publik Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi RAN PK dan fasilitasi penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi RAD PK. Isu
rawan korupsi selama tahun 2005-2009 adalah perbaikan sistem pengadaan barang dan jasa, perijinan, dan pelayanan publik pada berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan,
dan kependudukan. Pada tahun 2009 telah dilakukan fasilitasi penyusunan RAD PK pada empat Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Tengah, dan
DKI Jaya. Pendidikan anti korupsi terutama ditujukan kepada generasi muda melalui kegiatan training of trainers TOT kepada Guru untuk meningkatkan pemahaman
Antikorupsi. Pada tahun 2010, berdasarkan Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi Stranas PK, pemberantasan korupsi terfokus untuk mendukung pelaksanaan reformasi
birokrasi pada kementerianlembaga, pembentukan single identity number SIN, dan
I.2-8
reformasi keuangan Negara serta percepatan penyusunan rancangan undang-undang tentang Penyitaan Aset assets recovery.
Terkait penindakan korupsi, pada tahun 2009, Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan UKP4, telah melakukan investigasi
mendadak kepada rumah tahanan Rutan Pondok Bambu, dan menemukan penyimpangan terhadap perlakuan istimewa narapidana terhadap fasilitas Rutan Pondok.
Pada tahun 2010, pelaksanaan debottlenecking, terfokus antara lain pada peningkatan kepastian hukum investasi dan kepastian hukum penggunaan lahan.
Pada aspek data kependudukan, beberapa capaian sampai dengan tahun 2009 telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan, selain itu telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara
Nasional. Terkait dengan penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK, sampai dengan tahun 2009 telah dilakukan penyempurnaan Sistem Koneksi
interfase Nomor Induk Kependudukan NIK yang terintegrasi antar instansi untuk 4 empat instansi, serta implementsi SIAK untuk pelayanan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil yang telah dilakukan di 312 kabupatenkota dari 465 daerah yang telah menerima bantuan stimulan sarana dan prasarana SIAK. Perkiraan pencapaian pada tahun
2010 untuk aspek data penduduk, adalah tercapainya pemberian NIK kepada penduduk di 497 KabupatenKota serta pemberian e-KTP kepada 4,2 juta penduduk di 6
KabupatenKota.
Pendidikan Pencapaian pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2009, telah berhasil
meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Indonesia yang ditandai dengan menurunnya proporsi buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas menjadi 5,3 persen, serta
meningkatnya angka partisipasi kasar APK dan angka partisipasi murni APM pada semua jenjang pendidikan. APM SDMIsederajat mencapai 95,2 persen, APM
SMPMTssederajat mencapai 73,3 persen; APK SMASMKMAsederajat mencapai 69,6 persen, dan APK PT mencapai 23,5 persen.
Pada tahun 2010, berbagai kegiatan sedang dilakukan guna meningkatkan daya jangkau dan daya tampung sekolah seperti pembangunan sekolah baru dan penambahan
ruang kelas baru. Selain itu disediakan pula bantuan operasional sekolah BOS untuk seluruh sekolah, madrasah, pesantren salafiyah, dan sekolah keagamaan non-Islam yang
menyelenggarakan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Program BOS dimaksudkan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan
beban biaya bagi siswa yang lain. Di samping itu, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat miskin menyekolahkan anaknya disediakan pula beasiswa bagi siswa miskin
untuk semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu, pada tahun 2010 taraf pendidikan diperkirakan akan meningkat yaitu; APM SDMIsederajat mencapai 95,2 persen, APM
SMPMTssederajat mencapai 74,0 persen; APK SMASMKMAsederajat mencapai 73,0 persen, dan APK PT mencapai 24,8 persen.
I.2-9
Peningkatan taraf pendidikan masyarakat tergantung pada kualitas guru dan dosen. Peningkatan kualitas guru dan dosen terus dilakukan antara lain melalui
pelaksanaan program kualifikasi dan sertifikasi guru dan dosen sesuai amanat Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pada tahun 2009, program ini
telah berhasil meningkatkan kualitas guru memenuhi kualifikasi akademik D4S1 menjadi 24,6 persen untuk SD, 73,4 persen untuk SMP, dan 91,2 persen untuk SMA.
Kesehatan Status kesehatan dan gizi masyarakat. Status kesehatan dan gizi masyarakat terus
ditingkatkan melalui perluasan akses penduduk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian
empat sasaran dampak pembangunan kesehatan, antara lain meningkatnya umur harapan hidup menjadi 70,7 tahun 2009; menurunnya angka kematian ibu menjadi 228 per 100
ribu kelahiran hidup 2007; menurunnya angka kematian bayi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup 2007; dan menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita
menurun menjadi 18,4 persen 2007.
Selanjutnya, kinerja upaya kesehatan terus menunjukkan perbaikan, dapat diamati dari berbagai indikator upaya kesehatan, antara lain: meningkatnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 74,9 persen 2008; meningkatnya cakupan kunjungan kehamilan keempat cakupan K4 menjadi 86,04 persen 2008; dan
meningkatnya cakupan imunisasi lengkap anak balita menjadi 58,6 persen 2007.
Demikian halnya dengan cakupan jaminan kesehatan masyarakat jamkesmas yang meningkat dari 36,4 juta orang 2005 menjadi 76,4 juta orang 2008. Sementara
itu, jumlah, kualitas, dan penyebaran sumberdaya manusia kesehatan terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama pada
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. Upaya untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, mutu, penggunaan serta pengawasan obat dan makanan
juga terus ditingkatkan. Namun, pengawasan obat dan makanan masih belum berjalan secara optimal, terkait dengan keterbatasan sumber daya, sarana dan prasarana
pemeriksaan obat dan makanan.
Data Sensus Penduduk SP 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus Supas 2005 menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan LPP penduduk Indonesia
menurun dari 1,49 persen pada periode tahun 1990-2000 menjadi 1,30 persen pada periode tahun 2000-2005. Sedangkan LPP pada periode tahun 2005-2010 diperkirakan
terus menurun menjadi 1,27 persen. Namun secara absolut jumlah penduduk masih tetap besar dan masih akan meningkat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk sebanyak 205,8 juta
jiwa dan meningkat menjadi 218,9 juta jiwa pada tahun 2005. Kemudian berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2005−2025, jumlah penduduk diperkirakan terus
bertambah menjadi 234,2 juta jiwa pada tahun 2010
Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program keluarga berencana KB telah berhasil menurunkan angka kelahiran total total fertility rateTFR dan angka
kelahiran pada wanita usia 15-19 tahun ASFR 15-19 Thn. Berdasarkan hasil koreksi nilai TFR survei demografi dan kesehatan Indonesia SDKI tahun 2002−2003 dan 2007,
I.2-10
TFR menurun dari 2,4 menjadi 2,3 per perempuan usia reproduksi. Sedangkan ASFR 15- 19 tahun menurun dari 39 menjadi 35 per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun. Penurunan
tersebut antara lain, disebabkan oleh meningkatnya median usia kawin pertama perempuan dari sekitar 19,2 tahun SDKI 2002−2003 menjadi 19,8 tahun SDKI 2007
dan peningkatan pemakaian kontrasepsi, meskipun tidak signifikan peningkatannya, yaitu dari 56,7 persen menjadi 57,4 persen SDKI 200203 dan 2007.
Kemiskinan Program penanggulangan kemiskinan yang sudah direncanakan, terutama yang
tercakup di dalam 3 tiga klaster penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana dengan baik, sebagaimana diuraikan berikut ini. Untuk meringankan beban pemenuhan
kebutuhan dasar dan agar rumah tangga miskin dan anggotanya dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka berbagai program dalam Klaster 1 dilaksanakan secara
optimal. Hal ini dapat dilihat pada realisasi penyaluran subsidi Raskin per 29 Desember 2009 sebesar 3,24 juta ton atau 97,37 dari pagu Januari-Desember 2009, sehingga
rencana distribusi sebesar 3,33 juta ton kepada 18,5 juta rumah tangga sasaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan Jamkesmas pada akhir Desember 2009, adalah
sebesar Rp 4,41 Triliun 99 dari alokasi sebesar Rp 4,46 Triliun. Peserta Jamkesmas 2009 tetap 76,4 juta orang, disesuaikan dengan hasil Pendataan Program Perlindungan
Sosial PPLS 2008. Penyediaan Jamkesmas terus disediakan sebagai upaya kuratif, sehingga pada tahun 2010 sasaran Jamkesmas direncanakan masih melayani 76,4 juta
orang, walaupun jumlah orang miskin sudah menurun. Sementara itu, pemberian beasiswa pendidikan untuk siswa miskin juga ditingkatkan seiring dengan upaya
peningkatan kualitas sumberdaya pembangunan nasional. Rencana pemberian beasiswa untuk siswa miskin pada tahun 2009 sebanyak 5,3 juta siswa, dapat dilaksanakan dengan
baik, sehingga mereka dapat menikmati pendidikan dengan tenang dan menyelesaikannya sebagai bekal kehidupan ke depan serta dapat membantu masyarakat miskin memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Pelaksanaan program keluarga harapan PKH yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program pendidikan dan kesehatan terutama pada
masyarakat miskin terus ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Lebih jauh PKH dimaksudkan agar masyarakat miskin tetap menjaga anak mereka di sekolah dan
menyelesaikan wajib belajar serta memelihara kesehatan balita mereka, sehingga pertumbuhan anak balita pada masa golden years dapat dilakukan secara optimal. Pada
tahun 2009, pelaksanaan PKH pada rumah tangga sangat miskin, baru dapat dilakukan pada 726 ribu rumah tangga sangat miskin di 70 Kabupaten pada 13 Provinsi. Jumlah ini
pada tahun 2010 ditingkatkan menjadi 816 ribu rumah tangga sangat miskin, di 88 Kabupatan pada 20 Provinsi. Selanjutnya penanganan masyarakat dengan masalah
kesejahteraan sosial juga semakin diperluas cakupannya. Pada tahun 2010 diharapkan pelayanan terhadap sekitar 300 ribu jiwa dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga tekad
pemerintah untuk mewujudkan pembangunan inklusif dapat dilakukan dengan bertahap dan semakin baik kualitasnya.
Sementara itu, pelaksanan program Klaster II Pemberdayaan Masyarakat terus diperluas dan ditingkatkan kualitasnya, agar semakin efektif meningkatkan kemandirian
I.2-11
dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pada tahun 2009 sudah dapat dilaksanakan pelayanan PNPM Mandiri Inti di 6.408 Kecamatan di seluruh Indonesia.
Untuk melanjutkan upaya ini, pada tahun 2010 PNPM Mandiri Inti dilaksanakan dan akan mencakup pemberdayaan masyarakat di lebih dari 6.321 Kecamatan. Untuk
melaksanakan PNPM Mandiri Inti di kecamatan-kecamatan tersebut dilakukan dengan penempatan 17.890 fasilitator sebagai pendamping masyarakat dan didukung dengan
penyaluran bantuan langsung masyarakat sebesar 11 Triliun yang berasal dari APBN dan APBD. Pelaksanaan PNPM Mandiri, selain dilakukan oleh PNPM Mandiri Inti, juga
didukung oleh pelaksanaan PNPM pendukung yaitu diantaranya: i PNPM Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas generasi penerus, yang pada tahun 2009
dilakukan di 164 Kecamatan di 21 kabupaten pada 5 provinsi, dan pada tahun 2010 akan dilaksanakankan di 189 Kecamatan, 25 Kabupaten dan 5 Provinsi; ii PNPM
Perikanan dan kelautan pada tahun 2009 dilaksanakan di 133 Kecamatan, 120 Kabupaten dan 33 Provinsi; iii PNPM agribisnis PUAP yang pada tahun 2009
dilaksanakan di 9.884 Desa, dan pada tahun 2010 akan menjangkau 10.000 Desa, ditujukan agar usaha agribisnis berkembang dan meningkat kualitasnya
Pelaksanan Klaster III yang berupa Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR sampai pada periode 2008-2009 mencapai hampir Rp 17,19 triliun, dan mencakup sekitar
2,37 juta nasabah, dengan rata-rata pembiayaankredit sebesar Rp 7,24 juta per debitur. Sektor yang menyerap KUR terbesar adalah sektor perdagangan, restoran, dan hotel,
dengan proporsi KUR mencapai 70,33 persen, dan proporsi debitur 81,68 persen. Sektor lainnya yang cukup besar menyerap KUR yaitu pertanian, peternakan, perikanan dan
kehutanan sebesar 15,31 persen, dengan proporsi debitur sebesar 10,04 persen.
Sebagai hasil dari pelaksanaan berbagai program di atas, tingkat kemiskinan yang pada tahun 2008 sebesar 15,42 persen, dapat diturunkan menjadi sebesar 14,15 persen
pada tahun 2009. Dengan tingkat kemiskinan pada tahun 2009 yang mencapai 14,15 persen tersebut, berarti terjadi kecenderungan penurunan kemiskinan, baik secara absolut
maupun persentase. Meskipun demikian, pada tahun 2009 masih terdapat sebanyak 32,5 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga masih memerlukan kerja
keras kita semua. Dengan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diudkung dengan stabilitas harga kebutuhan pokok dan pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan yang efektif di daerah maka sasaran tingkat kemiskinan tahun 2010 sebesar 12-13,5 persen dapat dicapai.
Ketahanan Pangan Pada tahun 2009, produksi komoditas pangan meningkat dibandingkan tahun
2008. Produksi padi meningkat sekitar 6,6 persen dari .. menjadi 64,3 juta ton GKG. Produksi jagung meningkat sekitar 7,8 persen dari ... menjadi 17,6 juta ton. Produksi
kedele meningkat sekitar 25,4 persen dari ... menjadi 973 ribu ton. Produksi perikanan meningkat 11 persen dari 9,05 juta ton menjadi 10,17 juta ton. Produksi daging
meningkat 1,2 persen dari 1,68 juta ton menjadi 1,70 juta ton. Produksi susu meningkat 4,9 persen dari 647 juta ton menjadi 679 juta ton. Pada tahun 2010, produksi komoditas
bahan pangan pokok tersebut diprakirakan akan terus meningkat dengan jumlah produksi mencapai 64,9 juta ton GKG, 18,1 juta ton jagung, 962,5 ribu ton kedelai, dan 10,8 juta
ton perikanan.
I.2-12
Peningkatan produksi bahan pangan mampu menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri. Kondisi harga beras tahun 2008 relatif stabil dibandingkan fluktuasi harga
pangan internasional. Pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010, terjadi gejolak harga pangan. Berdasarkan perkembangan harga sampai saat ini, telah terjadi kecenderungan
harga. Untuk harga beras misalnya, lonjakan harga terjadi selama bulan Januari 2010, dan saat ini mulai cenderung stabil kembali.
Kondisi harga pangan mempengaruhi konsumsi pangan masyarakat. Berdasarkan hasil Susenas, terjadi penurunan konsumsi kalori penduduk Indonesia dari rata-rata
2.038,2 kalori per kapita per hari pada tahun 2008 menjadi sekitar 1.927,6 kalori per kapita per hari pada tahun 2009. Dari konsumsi ikan, ketersediaan ikan untuk konsumsi
meningkat sebesar 0,6 persen dari 29,98 kgkapitatahun tahun 2008 menjadi 30,17 kgkapitatahun pada tahun 2009. Pada tahun 2010, skor pola pangan harapan PPH
ditargetkan akan mencapai skor 86,4. Sedangkan, konsumsi ikan masyarakat Indonesia diperkirakan akan mencapai 30,50 kgkapitatahun pada tahun 2010.
Selain itu, pertanian, perikanan, dan kehutanan juga berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan ketenagakerjaan nasional. Pada tahun
2009, pertumbuhan PDB sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan mencapai 3,6 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan PDB sektor ini ditargetkan untuk dapat tumbuh
sekitar 3,7 persen. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian, perikana, dan kehutanan masih menjadi tumpuan utama lapangan kerja nasional. Pada tahun 2009,
sektor ini mampu menyerap sekitar 41,2 persen total tenaga kerja atau sekitar 43,0 juta orang. Pada tahun 2010, diprakirakan masih akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga
kerja di sektor ini menjadi sekitar 43,7 juta orang. Indeks Nilai Tukar Petani NTP juga menunjukkan adanya peningkatan, yang pada tahun 2009 nilainya mencapai 100,79.
Pada tahun 2009, dukungan infrastruktur irigasi terhadap ketahanan pangan diwujudkan melalui: 1 tercapainya peningkatan luas layanan jaringan irigasi seluas
73,09 ribu hektar; 2 berfungsinya kembali jaringan irigasi seiring dengan direhabilitasinya jaringan irigasi seluas 611,5 ribu hektar; 3 meningkatnya fungsi
jaringan irigasi setelah dilakukan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi seluas 2,09 juta hektar. Selain itu, dukungan juga dilakukan melalui: 1 upaya peningkatan
rehabilitasi jaringan rawa untuk meningkatkan layanan jaringan rawa seluas 102,97 ribu hektar; dan 2 meningkatnya layanan jaringan rawa seiring dengan telah dilaksanakannya
operasi dan pemeliharaan jaringan rawa seluas 376,32 ribu hektar. Selain meningkatkan dan mempertahankan fungsi jaringan irigasi dan rawa, juga telah dilakukan upaya
peningkatan pemanfaatan air tanah untuk irigasi melalui: 1 pengeboran sumur air tanah sebanyak 80 94 titik; 2 pembangunan jaringan irigasi air tanah untuk mengairi lahan
seluas 2.548 hektar; 3 rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 3.033 hektar; dan 4 operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi air tanah seluas 3.000 hektar.
Pada tahun 2010, diperkirakan dapat dicapai antara lain: 1 meningkatnya luas layanan jaringan irigasi seluas 117,27 ribu hektar; 2 terehabilitasinya jaringan irigasi
untuk mengairi lahan seluas 310,83 ribu hektar; 3 beroperasi dan terpeliharanya jaringan irigasi yang mengairi lahan seluas 2,34 juta hektar; 4 meningkatnya luas layanan
jaringan rawa seluas 8.100 hektar; 5 terehabilitasinya jaringan rawa yang mengairi lahan seluas 83,94 ribu hektar; 6 beroperasi dan terpeliharanya jaringan rawa yang mengairi
lahan seluas 1,2 juta hektar; 7 meningkatnya luas layanan irigasi air tanah seluas 2.617
I.2-13
hektar; 8 terehabilitasinya prasarana irigasi air tanah untuk mengairi lahan seluas 5.013 hektar; dan 9 beroperasi dan terpeliharanya jaringan irigasi air tanah yang mengairi
lahan seluas 6.785 hektar.
Dalam rangka meningkatkan dukungan terhadap ketahanan pangan juga dilakukan melalui upaya peningkatan kelestarian dan ketersediaan air. Upaya tersebut
diwujudkan melalui kegiatan pembangunan, rehabilitasi, operasi, dan pemeliharaan wadukembungsitu. Beberapa capaian penting yang telah dihasilkan pada tahun 2009
antara lain: 1 penyelesaian pembangunan 2 buah waduk dan 12 embung; 2 beroperasi dan terpeliharanya 54 buah waduk, embung, dan situ. Pada tahun 2010 diperkirakan akan
dapat dicapai beberapa sasaran antara lain: 1 pembangunan waduk, embung, situ dan bangunan penampung lainnya dengan kapasitas tampung sebesar 10,65 juta meter kubik;
2 terehabilitasinya waduk, embung, situ dan bangunan penampung air lainnya dengan kapasitas tampung sebesar 4,13 miliar meter kubik; dan 3 beroperasi dan terpeliharanya
waduk, embung, situ dan bangunan penampung air lainnya dengan kapasitas tampung sebesar 5,42 miliar meter kubik.
Infrastruktur Pembangunan infrastruktur dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung dan
daya gerak bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan. Untuk itu pembangunan infrastruktur mencakup bidang pertanahan dan tataruang, jalan,
perhubungan, perumahan rakyat, pengendalian banjir, telekomunikasi, dan transportasi umum.
Pencapaian utama dalam bidang tata ruang di tahun 2009 adalah : a disahkannya 2 dua Perda RTRW Provinsi, 7 tujuh Perda RTRW Kabupaten dan 1 satu Perda
RTRW Kota sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007; b disahkannya PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang sebagai peraturan pelaksana UU
No. 26 Tahun 2007; c diterbitkannya Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BKPRN sebagai revisi dari Keppres No. 62
Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
Perkiraan pencapaian utama dalam bidang tata ruang di tahun 2010 adalah : a disahkannya 17 tujuh belas Perda RTRW Provinsi, 36 tiga puluh enam Perda RTRW
Kabupaten dan 20 dua puluh Perda RTRW Kota sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 dan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010; b disahkannya RPP Sumber Daya Alam, RPP tentang Tata Cara dan Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang, RPP
tentang Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, dan RPP tentang Penataan Ruang Kawasan Pertahanan amanat UU No. 26 Tahun 2007; c disahkannya Raperpres Rencana
Tata Ruang RTR Pulau yaitu RTR Pulau Sumatera, RTR Pulau Jawa-Bali, RTR Pulau Kalimantan, RTR Pulau Sulawesi, RTR Pulau Papua, RTR Kepulauan Maluku, dan RTR
Kepulauan Nusa Tenggara; d penguatan koordinasi dalam rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Pusat dan Daerah melalui penyelenggaraan Rapat
Kerja Nasional Rakernas BKPRN; e tersedianya peta dasar sebagai basis perencanaan; f diimplementasikannya zoning regulation sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan
I.2-14
ruang; g penguatan dukungan sistem informasi dan monitoring penataan ruang dalam rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang.
Sedangkan pada tahun 2009 dalam bidang pertanahan dilakukan kembali upaya akselerasi pelaksanaan pendaftaran tanah demi meningkatkan jaminan kepastian hukum
hak atas tanah disamping melakukan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah P4T. Kegiatan tersebut antara lain mencakup pelaksanaan
pendaftaran tanah di 1.245.291 bidang tanah melalui PRONA dan LMPDP sebanyak 1.065.000 bidang, RALAS sebanyak 120.000 bidang, sertifikasi tanah Usaha Kecil dan
Menengah UKM sebanyak 47.500 bidang, petani sebanyak 8.065 bidang, nelayan sebanyak 1.500 bidang, peserta Transmigrasi sebanyak 3.226 bidang, pembuatan peta
pendaftaran tanah pada 500.000 ha lahan dan pemasangan Kerangka Dasar Kadastral Nasional KDKN di 3.072 titik. Sedangkan dalam hal pengaturan penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dilakukan melalui pelaksanaan konsolidasi tanah di luar DKI sebanyak 10.000 bidang, redistribusi tanah termasuk
pemetaan untuk mendukung PPAN sebanyak 300.000 bidang, Inventarisasi P4T pada 750.000 bidang, dan pembuatan Neraca Penatagunaan Tanah PGT di 100
kabupatenkota. Neraca Penatagunaan Tanah merupakan instrumen yang menggambarkan kesesuaian antara penggunaan tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW.
Pada tahun 2010 dalam bidang pertanahan masih dilakukan upaya akselerasi pelaksanaan pendaftaran tanah demi meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas
tanah disamping melakukan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah P4T. Kegiatan tersebut antara lain mencakup pelaksanaan
pendaftaran tanah di 1.046.335 bidang tanah melalui PRONA sebanyak 960.355 bidang, sertifikasi tanah Usaha Kecil dan Menengah UKM sebanyak 30.000 bidang, petani
sebanyak 23.000 bidang, nelayan sebanyak 3.000 bidang, peserta Transmigrasi sebanyak 30.000 bidang, pembuatan peta pendaftaran tanah pada 1.000.000 ha lahan dan
pemasangan Kerangka Dasar Kadastral Nasional KDKN di 2.500 titik. Secara umum, terdapat penurunan target sertifikasi tanah dikarenakan tidak diperpanjangnya
Reconsruction of Aceh Land Administration System RALAS dan Land Management and Policy Development Project LMPDP. Sedangkan dalam hal pengaturan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dilakukan melalui pelaksanaan konsolidasi tanah sebanyak 10.000 bidang, redistribusi tanah sebanyak
210.000 bidang, Inventarisasi P4T pada 200.000 bidang, dan pembuatan Neraca Penatagunaan Tanah PGT di 100 kabupatenkota
Untuk lebih menarik minat swasta badan usaha melakukan investasi di bidang infrastruktur pemerintah telah merevisi Perpres 672005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Untuk mempermudah pelaksanaa, Revisi Perpres ini akan disertai dengan lampiran pedoman teknis pelaksanaannya untuk
tingkat pusat dan daerah. Di samping itu, telah disahkan UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
Pembangunan infrastruktur transportasi diperlukan untuk meningkatkan kelancaran pergerakan penumpang dan barang ke seluruh wilayah Nusantara. Percepatan
pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan kuantitas dan kapasitas serta perbaikan kualitas infrastruktur transportasi yang mampu memberikan pelayanan dan
menghubungkan seluruh wilayah Nusantara domestic connectivity. Walaupun produksi
I.2-15
dan pembiayaan fasilitas transportasi telah meningkat seiring dengan peningkatan kualitas, kuantitas dan kapasitas infrastruktur transportasi, namun permintaan terhadap
infrastruktur transportasi masih belum mampu dipenuhi, sehingga kesenjangan transportasi sangat terasa tidak hanya di wilayah yang telah berkembang dengan pesat,
namun juga di wilayah pedalaman, pulau-pulau luar dan terpencil serta perbatasan.
Pencapaian pembangunan transportasi pada tahun 2009 antara lain: 1 peningkatan jalan nasional 2.365,8 km jalan dan 6.243,9 m jembatan pada lintas utama
yaitu Lintas Timur Sumatera, Pantura Jawa, lintas selatan Kalimantan, lintas barat Sulawesi, dan lintas lainnya serta non lintas sehingga total lajur jalan menjadi 84.985
lajur km; 2 peningkatan jalan rel sepanjang 1.849,62 km dan pembangunan jalur KA baru sepanjang 244,80 km; 3 pembangunan dermaga penyeberangan sebanyak 151 unit
baru dan lanjutan, dan dermaga danau 36 unit baru dan lanjutan; 4 pembangunan 195 pelabuhan baik untuk pelabuhan baru dan kegiatan lanjutan serta rehabilitasi
terhadap 42 pelabuhan; 5 pembangunan bandara Medan Baru, Hasanuddin Makassar, Lombok Baru, serta terminal tiga Bandara Soekarno Hatta.
Pada tahun 2010, pembangunan transportasi diprioritaskan untuk memenuhi target RPJM 2010-2014 secara bertahap. Beberapa perkiraan capaian antara lain: 2
peningkatan kapasitas dan kualitas 1.598,72 km jalan pada lintas-lintas strategis; 2 melanjutkan pembangunan jalur ganda Kutoarjo-Kroya, double-double track DDT
Manggarai-Cikarang dan pembangunan MRT Jakarta; 3 pembangunan pelabuhan di 146 lokasi serta fasilitas sistem telekomunikasi dan navigasi pelayaran; serta 4 lanjutan
pembangunan bandara Kualanamu.
Dalam rangka menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional, pembangunan infrastruktur salah satunya
difokuskan untuk mendukung peningkatan daya saing sektor riil. Dukungan pembangunan infrastruktur sumber daya air dalam mendukung daya saing sektor riil
diwujudkan melalui kegiatan pengendalian banjir, lahar gunung berapi, dan pengamanan pantai. Beberapa capaian penting yang telah dicapai pada tahun 2009 antara lain: 1
terbangunnya 72,47 km prasarana pengendali banjir untuk mengamankan kawasan seluas 3.500 hektar; 2 terehabilitasinya prasarana pengendali banjir sepanjang 170 km untuk
mengamankan kawasan seluas 82.194 ha; 3 beroperasi dan terpeliharanya sungai sepanjang 31,15 km; dan 4 terbangunnya prasarana pengaman pantai sepanjang 31,2 km.
Pada tahun 2010 diperkirakan beberapa sasaran penting dalam rangka pengendalian banjir, lahar gunung berapi dan pengamanan pantai dapat dicapai, antara
lain: 1 terbangunnya prasarana pengendali banjir untuk mengamankan kawasan seluas 82.194 hektar; 2 terehabilitasinya prasarana pengendali banjir untuk mengamankan
kawasan seluas 5.629 hektar; 3 beroperasi dan terpeliharanya prasarana pengendali banjir untuk mengamankan kawasan seluas 16.775 hektar; 4 terbangunnya
saranaprasarana pengaman pantai untuk mengamankan kawasan seluas 5.824 hektar; 5 operasi dan pemeliharaan saranaprasarana pengaman pantai untuk mengamankan
kawasan seluas 10.136 hektar; 6 rehabilitasi saranaprasarana pengaman pantai untuk mengamankan kawasan seluas 1.250 hektar; 7 operasi dan pemeliharaan 10 unit
saranaprasarana pengendali laharsedimen; 8 rehabilitasi 4 unit saranaprasarana pengendali laharsedimen; dan pembangunan 28 unit prasarana pengendali laharsedimen.
I.2-16
Dalam rangka penanganan DAS Bengawan Solo secara terpadu, pada tahun 2010 diperkirakan telah dapat dilaksanakan pembangunan pompa air di 5 lokasi,
diselesaikannya pembangunan Waduk Gonggang, dan rehabilitasi Pasca Banjir Kali Madiun. Selain itu dalam rangka meningkatkan kawasan perkotaan yang dilindungi dari
bahaya banjir diperkirakan telah dapat diselesaikannya konstruksi bangunan utama Banjir Kanal Timur.
Pembangunan infrastruktur transportasi diperlukan untuk meningkatkan kelancaran pergerakan penumpang dan barang ke seluruh wilayah Nusantara. Percepatan
pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan kuantitas dan kapasitas serta perbaikan kualitas infrastruktur transportasi. Walaupun produksi dan pembiayaan fasilitas
transportasi telah meningkat seiring dengan peningkatan kualitas, kuantitas dan kapasitas infrastruktur transportasi, namun permintaan terhadap infrastruktur transportasi masih
belum mampu dipenuhi, sehingga kesenjangan transportasi sangat terasa tidak hanya di wilayah yang telah berkembang dengan pesat, namun juga di wilayah pedalaman, pulau-
pulau luar dan terpencil serta perbatasan.
Pencapaian pembangunan perumahan yang telah dilaksanakan pada tahun 2009 antara lain: 1 pembangunan rumah baru layak huni sebanyak 161.577 unit; 2
pembangunan rumah susun sederhana sewa rusunawa sebanyak 8.791 unit; 3 fasilitasi pembangunan rumah swadaya sebanyak 517.586 unit; 4 penataan dan perbaikan
lingkungan permukiman seluas 637,54 hektar; 5 penataan bangunan dan lingkungan di 255 kelurahan; 6 dukungan infrastruktur kawasan perumahan PNSTNIPOLRIPekerja
yang mencakup 140.050 unit rumah; 7 penyediaan infrastruktur permukiman di kawasan terpencilpulau kecilterluar; serta 8 penyediaan infrastruktur permukiman di 44 kawasan
perbatasan. Pada tahun 2010 diperkirakan dapat dicapai: 1 pembangunan 80 twin blok rumah susun sederhana sewa bagi pekerja dan sebagai upaya penanganan lingkungan
permukiman kumuh; 2 pembangunan 150.000 unit rumah sederhana sehat bersubsidi; serta 3 pembangunan 30.000 unit rumah susun sederhana milik bersubsidi.
Untuk kegiatan penyediaan infrastruktur dasar permukiman yang mencakup air minum, air limbah, pengelolaan persampahan, dan drainase telah dilakukan pada tahun
2009 antara lain: 1 pembangunan sarana dan prasarana air minum sebanyak 6.320 liter per detik; 2 pembangunan pengolahan air limbah di 106 kabupatenkota; 3 pengelolaan
persampahan di 133 kabupatenkota; serta 4 pembangunan drainase untuk kawasan seluas 2.678 hektar. Perkiraan pencapaian kegiatan penyediaan infrastruktur dasar
permukiman tahun 2010 antara lain: 1 fasilitasi pembangunan air minum di 159 ibukota kecamatan, 18 kawasan khusus perbatasan, dan 1.472 desa; 2 fasilitasi pembangunan air
limbah sistem off-site di 9 kabkota, serta penanganan drainase di 10 kabupatenkota; 3 fasilitasi pembangunan air limbah komunal berbasis masyarakat di 404 Kabupatenkota;
4 implementasi 3R Reduce, Reuse, Recycle di 26 kota besar dan metropolitan; 5 pembangunan infrastruktur persampahan TPA Regional sebanyak 6 TPA Regional yang
melayani 17 kabupatenkota; 6 pembangunan infrastruktur persampahan TPA Sanitary Landfill di 49 kabupatenkota; serta 7 penyediaan prasarana persampahan terpadu 3 R
di 50 lokasi.
Hasil pelaksanaan pembangunan pos dan telematika pada tahun 2009 antara lain 1 pelaksanaan Public Service Obligation PSO pos di 2.350 kantor pos cabang luar
kota kpclk; 2 pengesahan UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos; 3 penyelesaian
I.2-17
penyediaan jasa akses telekomunikasi Universal Service Obligation melalui program Desa Berdering di 24.051 desa dan Desa Punya Internet di 70 desa; 4 dimulainya
pembangunan jaringan backbone serat optik Palapa Ring sepanjang 1.237,8 km oleh PT Telkom antara Mataram dan Kupang; 5 pemberian izin penyelenggaraan untuk akses
nirkabel pita lebar broadband wireless access; 6 peresmian uji coba televisi digital free to air dan TV bergerak mobile; 7 penyelesaian pembangunan pemancar TVRI di
27 lokasi perbatasan, blank spot, remote areas, dan wilayah non komersial; 8 penyelesaian pembangunan dua ICT Training Center masing-masing bekerja sama
dengan Jababeka dan UIN Syarif Hidayatullah. Melalui perkuatan regulasi dan pengawasan penyelenggaraan, teledensitas total akses telekomunikasi menjadi 79 persen
per September 2009 yang terdiri dari 14,9 persen sambungan tetap akses kable dan nirkabel dan 64,1 persen sambungan bergerak.
Perkiraan pencapaian pokok di tahun 2010 antara lain meliputi 1 pelaksanaan PSO pos di 2.515 kpclk; 2 pelaksanaan Desa Berdering di 31.824 desa; 3 dimulainya
penyediaan Pusat Layanan Internet Kecamatan untuk 5.748 kecamatan; 4 selesainya pembentukan ICT Fund sebagai sumber pembiayaan pembangunan jaringan Palapa Ring
dengan skema kerja sama antara pemerintah dan swasta; 5 pengesahan seluruh RPP UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik termasuk RPP
Penyelenggaraan Sistem Elektronik di Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah e- Government; 6 penyelesaian penyusunan Rencana Induk e-Government Nasional; 7
penyelesaian pelaksanaan perbaikan stasiun transmisi di 30 lokasi; 8 selesainya reorganisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika yang sejalan dengan proses
konvergensi sektor telekomunikasi, informatika, dan penyiaran.
Kemajuan dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan hingga tahun 2009 ditunjukkan dengan: 1 meningkatnya rasio elektrifikasi sebesar 66,30 persen dan rasio
desa berlistrik sebesar 94 . Pencapaian ini diantaranya merupakan hasil pembangunan listrik perdesaan yang memanfaatkan energi baru terbarukan; 2 penambahan kapasitas
panas bumi sebesar 127 MW yang berasal dari PLTP Lahendong III 10MW dan PLTP Wayang Windu II 117 MW; 3 pembangunan jaringan transmisi dan juga
pembangunan pembangkit listrik baik oleh PT. PLN, independent power producers IPP, maupun pembangkit terintegrasi, sehingga kapasitas pembangkit meningkat menjadi
33.430 MW dimana sebesar 84 persen atau sebesar 28.234 MW berasal dari pembangkit PT. PLN; 4 pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga di kota Palembang dan
Surabaya. Hingga saat ini ketergantungan pada energi konvensionalBBM masih besar. Komposisi bauran energi masih terdiri dari BBM 48 persen, batubara sebesar 30 persen,
gas bumi sebesar 19 persen, panas bumi sebesar 1 persen, dan tenaga air sebesar 2 persen.
Selain itu, dalam rangka penyempurnaan regulasi telah diterbitkan beberapa regulasi yaitu : 1 Undang-Undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang
menyatakan bahwa penyediaan tenaga listrik tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat melalui PT. PLN tetapi juga oleh pemerintah daerah; 2 Permen
KESDM No. 31 tahun 2009 tentang Harga Pembelian Tenaga Lsitrik oleh PT. PLN dari Pembangkit yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau
Kelebihan Tenaga Listrik; 3 Permen KESDM No. 32 tahun 2009 tentang Harga Patokan Pembelian Tenaga Lsitrik oleh PT. PLN dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.
Penyempurnaan regulasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan peranserta Pemerintah
I.2-18
Daerah, koperasi, badan usaha milik negara BUMN, badan usaha milik daerah BUMD, swasta, swadaya masyarakat, dan perorangan dalam penyediaan tenaga listrik,
serta untuk mendorong upaya diversifikasi energi melalui pemanfaatan energi alternatif selain minyak. Hal tersebut dilakukan mengingat peran koperasi, swasta, dan pemda
masih terbatas, bahkan tingkat keberhasilan independent power producers IPP sampai saat ini hanya sekitar 13 persen dari seluruh IPP yang saat ini telah mendapat ijin.
Adapun perkiraan pencapaian pembangunan energi dan ketenagalistrikan pada tahun 2010 adalah : 1 melanjutkan upaya pembangunan transmisi ruas Kalimantan-
Jawa Tengah dan trans-Jawa, serta beberapa wilayah distribusi yang dekat dengan ruas transmisi eksisting diantaranya Jakarta, Banten, Cepu, Palembang, dan Surabaya; 2
pengembangan jaringan gas kota termasuk pengelolaan dan aspek hukum pascakontruksi jaringan gas; 3 pemanfaatan potensi energi lokal yaitu EBT terutama di daerah
perdesaan termasuk kegiatan diseminasi dan capacity building guna mendukung pelaksanaan Desa Mandiri Energi DME; 4 tersusunnya rumusan peraturan pemerintah
sebagai pelaksanaan UU nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan; 5 meningkatnya rasio desa berlistrik menjadi sekitar 95,59 persen yang merupakan hasil
dari penambahan pembangunan pembangkit skala kecil dan menengah yang menggunakan energi baru terbarukan PLTS, PLTMH, dan PLT Bayu dan berikut
pembangunan jaringan transmisi dan distribusi; 6 meningkatnya rasio elektrifikasi menjadi sebesar 70,4 persen melalui pembangunan jaringan transmisi 500kV, 275 kV,
175kV, dan 150kV beserta Gardu Induk serta jaringan distribusi; 7 meningkatnya kapasitas pembangkit seiring dengan selesainya pembangunan pembangkit listrik dari
program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap I; dan 8 tersusunnya turunan dari peraturan perundang-undangan di bidang energi dan ketenagalistrikan serta
fasilitasi terhadap pembangunan ketenagalistrikan yang dilakukan oleh swasta.
Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5 persen. Investasi dalam bentuk PMTB hanya meningkat dengan 3,3 persen. Peningkatan investasi dalam
PMTB pada tahun 2009 merupakan sumbangan dari meningkatnya nilai investasi sektor nonmigas berupa realisasi Ijin Usaha Tetap IUT terutama dari Penanaman Modal Dalam
Negeri PMDN yang meningkat pada tahun 2009. Realisasi IUT PMDN pada 2009 mengalami peningkatan sebesar 85,7 y-o-y jika dibandingkan pada posisi yang sama
pada tahun 2008, atau naik sebesar Rp 17,5 triliun. Sementara itu realisasi investasi PMA selama tahun 2009 baik dalam mata uang rupiah maupun dolar Amerika Serikat AS
menurun masing-masing negatif 21,9 persen dan 27,3 persen. Namun demikian, realisasi investasi langsung asing pada tahun 2009 yang mencapai USD 10,82 miliar masih sedikit
di atas 2 dua tahun sebelumnya 2007 yang mencapai USD 10,34 miliar. Dengan berbagai upaya dan kebijakan dalam rangka meningkatkan iklim investasi, diperkirakan
pada tahun 2010 investasi dalam bentuk PMTB meningkat sebesar 7,3 persen. PMA dan PMDN pada tahun 2010 masing-masing diperkirakan US 13,2 milyar dan Rp 39,5
trilliun.
Seiring meningkatnya perekonomian, tingkat pengangguran terbuka diperkirakan menurun hingga 7,6 persen tahun 2010. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2009
I.2-19
sebanyak 113,83 juta orang dan jumlah orang yang bekerja sebanyak 104,87 juta orang. Dengan demikian terdapat 8,96 juta penganggur yang sedang mencari pekerjaan, dengan
tingkat pengangguran terbuka TPT sebesar 7,87 persen. Angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja sekitar 2,0 juta orang dan kesempatan kerja baru yang tercipta 2,2 juta.
Kesempatan kerja yang tercipta pada Agustus 2008 hingga Agustus 2009, terdistribusi ke dalam seluruh sektor pembangunan. Diantaranya adalah sektor pertanian dan industri
masing-masing menyerap 300 ribu pekerja, sektor perdagangan 700 ribu pekerja, dan sektor jasa menyerap 900 ribu pekerja.
Tabel 2.2. LAPANGAN KERJA BERDASARKAN STATUS PEKERJAAN
Ribu Orang
Lapangan Kerja
2008 Agt
2009 Agt
Perubahan 2008-2009
Formal
Bekerja dibantu buruh tetap Buruh karyawan
Informal 31,20
3,02 28,18
71,35 32,14
3,03 29,11
72,73 1,0
0,1 0,97
1,38 Jumlah
102,55 104,87
2,32
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, BPS
Kesempatan kerja yang tercipta pada tahun 2009, sebagian besar terserap di kegiatan ekonomi informal, yaitu sekitar 1,38 juta pekerja dan kegiatan ekonomi formal
sekitar 0,9 juta pekerja, Pekerja pada kegiatan ekonomi formal ini mengalami kenaikan dari 31,2 juta pekerja menjadi 32,14 juta pekerja. Tetapi, di sektor industri jumlah pekerja
formal mengalami penurunan.
Energi Minyak bumi, gas bumi, dan batubara mempunyai peranan besar sebagai sumber
energi untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Selain sebagai pendukung pembangunan ekonomi, ketiga komoditas energi tersebut juga
berperan sebagai sumber penerimaan devisa negara yang sangat penting. Pada tahun 2010, pendapatan dari minyak dan gas bumi mencapai Rp. 272,7 trilyun yang meningkat
dari realisasi penerimaan tahun 2009 sebesar Rp. 235,3 trilyun.
Pasokan minyak mentah pada tahun 2010 dialokasikan untuk memenuhi permintaan BBM nasional, yakni sebesar 1.307 ribu barel per hari. Pada tahun tersebut,
untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, sebanyak 918 ribu barel per hari minyak mentah dan sebanyak 389 ribu barel per hari BBM dipasok dari pasar internasional.
Gas bumi telah dimanfaatan oleh industri pupuk, baja, kilang petrokimia, LPG Liquefied Petroleum Gas, dan sebagainya. Pada tahun 2010, sebanyak 53,04 persen dari
total produksi gas bumi sebesar 7.951 juta kaki kubik per hari MMSCFD, telah
I.2-20
dimanfaatkan untuk kebutuhan di dalam negeri, terutama untuk keperluan bahan baku. Sebagian besar dari gas bumi yang diproduksi masih tetap diekspor ke Jepang, Taiwan
dan Korea dalam bentuk LNG, dan sebagian diekspor melalui pipa ke Singapura dan Malaysia. Pemanfaatan gas untuk memenuhi keperluan dalam negeri akan semakin
meningkat pada tahun 2011 dengan adanya beberapa Perjanjian Jual Beli Gas Bumi dan penerapan dari UU No. 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Walaupun pemanfaatan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri relatif masih kecil dibandingkan untuk ekspor, peranan batubara dalam sumber energi didalam
negeri semakin penting. Pada tahun 2010, produksi batubara meningkat menjadi 250 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 240 juta ton. Dari jumlah
tersebut sekitar 25 persen dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada tahun 2010, cadangan minyak bumi mencapai 8,2 milyar barel. Apabila diproduksi sesuai dengan tingkat produktivitas saat ini, yakni 0,35 milyar barel per tahun,
maka cadangan ini akan bertahan selama 23 tahun. Cadangan gas bumi sebesar 170 trilyun kaki kubik TSCF dan dengan tingkat produksi saat ini mencapai 2,9 TSCF per
tahun, maka cadangan akan bertahan selama 62 tahun. Cadangan batubara sebesar 20,98 miliar ton, dengan tingkat penambangan seperti saat ini, yakni sekitar 200 juta ton per
tahun, maka cadangan ini akan bertahan selama 82 tahun.
Selain upaya-upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi, guna menjamin pasokan energi di dalam negeri, upaya-upaya penganekaragaman diversifikasi sumber
energi lainya, selain minyak bumi, terus dilakukan. Dengan upaya diversifikasi ini, peran minyak bumi dalam penyediaan energi nasional menurun dari 48 persen pada tahun 2009
menjadi 45 persen pada tahun 2010 melalui upaya-upaya ini antara lain adalah pemanfaatan gas dan batubara, serta energi baru terbarukan EBT untuk pembangkit
listrik, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, tenaga surya dan angin, mikrohidro, dan sebagainya, serta bahan bakar alternatif non-BBM, seperti bahan bakar nabati BBN
dan batubara cair dan gas liqeufied dan gasified coal.
Pada tahun 2010, kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 1.210 MW, meningkat dari 854 MW 2004. Penambahan kapasitas terutama dari
pembangkit listrik tenaga panas bumi, yakni 1.052 MW. Kapasitas terpasang energi tenaga surya sebesar 12,1 MW, dan tenaga angin sebesar 1,1 MW. Sedangkan
pemanfaatan BBN pada tahun 2009 mencapai 2.563 ribu kilo liter KL yang terdiri dari bio-diesel sebanyak 2.329,2 ribu KL, bio-ethanol sebanyak 196,4 KL, dan bio-oil
sebanyak 37,3 ribu KL. Guna mempercepat pemanfaatan EBT, program Desa Energi Mandiri DME masih terus dikembangkan. Dari potensi EBT terbesar adalah air
hydro, yakni sebesar 75.670 MW, pada tahun 2009 hanya sekitar 87,8 MW yang sudah dimanfaatkan atau sekitar 0,12 persen saja.
Potensi EBT terbesar kedua adalah panas bumi, dengan total potensi panas bumi sekitar 27 GW. Potensi terbesar panas bumi ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, dan
sisanya tersebar di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dari potensi sebesar ini yang dimanfaatkan baru sebesar 4, yaitu PLTP di Kamojang, Lahendong,
Dieng, Gunung Salak, Darajat, Sarula, Sibayak dan Wayang Windu. Potensi sumber energi biomassa juga cukup besar dan diperkirakan mencapai 50.000 MW, yang sampai
saat ini hampir belum dikelola. Disamping itu, bahan baku BBN cukup bervariasi dan
I.2-21
tersedia dengan jumlah yang cukup melimpah, seperti kelapa sawit, jarak, jagung, tebu, ubi, dan aren. Ketersediaan bahan mentah yang melimpah ini membuat BBN akan
menjadi salah satu fokus utama dalam pemanfaatan EBT di tahun-tahun yang akan datang.
Di samping peningkatan produksi minyak dan gas bumi, serta upaya penganekaragaman energi, efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan energi terus
dilakukan. Pada tahun 2010, intensitas energi, yakni rasio antara konsumsi energi final dengan produk domestik bruto PDB, menunjukkan angka yang masih cukup
tinggiboros, yakni mendekati 401 ton oil equivalent TOE per juta US PDB. Walaupun demikian upaya-upaya kearah efisiensi telah dilakukan terutama melalui gerakan
penghematan, seperti promosi penggunaan lampu hemat energi, dan sebagainya. Di samping gerakan penghematan, upaya mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
CO2 telah dilakukan. Upaya-upaya itu antara lain adalah dengan dicanangkannya program percepatan pembangkit listrik 10,000MW tahap kedua, yang sebagian besar
sumber energinya berbasis panas bumi, EBT dengan tingkat emisi CO2 yang sangat rendah, penggantian BBM dengan CNG Compressed Natural Gas untuk kendaran
umum di perkotaan, dsb.
Lingkungan Hidup dan Bencana Sebagai bentuk antisipasi mengatasi perubahan iklim telah dilakukan berbagai
upaya perbaikan kerusakan lingkungan yang mengarah kepada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global.
Salah satu upaya adalah peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan telah dilakukan melalui: Penataan batas kawasan; konservasi termasuk
penanggulangan illegal logging dan kebakaran hutan, pengembangan jasa lingkungan dan rehabilitasi hutan dan lahan; peningkatan fungsi daya dukung daerah aliran sungai
DAS; dan peningkatan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan. Dalam penataan batas kawasan, sudah diselesaikan penataan batas yang difokuskan pada 21
lokasi taman nasional model dan wilayah yang rawan konflik serta perambahan kawasan hutan. Selain itu, telah dilaksanakan berbagai kegiatan dengan menggandeng berbagai
pihak dan masyarakat untuk berpartisipasi pada kegiatan penanaman, seperti One Man One Tree dimana sampai dengan bulan September 2009 telah menanam pohon sekitar
22,19 juta batang. Sampai dengan triwulan III tahun 2009, upaya-upaya rehabilitasi telah berhasil menurunkan laju deforestasi dan degradasi sampai 0,9 juta ha per tahun, dan
diperkirakan akan terus turun pada tahun berikutnya. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan ini mendukung pula pemulihan daya dukung Daerah Aliran Sungai DAS.
Selain itu dalam menjaga dan memelihara ekosistem wilayah pesisir dan laut guna menjaga kelestarian sumber daya ikan pada tahun 2009 telah dilakukan rehabilitasi dan
konservasi sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil antara lain melalui: Pengelolaan kawasan konservasi perairan seluas 13,5 juta hektar; Konservasi 4 jenis ikan
yang dilindungi; dilaksanakannya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang pada 16 kabupatenkota di 8 provinsi; serta pengembangan kerja sama antarnegara tetangga dalam
pengelolaan ekosistem pesisir dan laut. Pada tahun 2010 kawasan yang dikonservasi
I.2-22
semakin terkelola melalui penyusunan rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan dan peningkatan pengawasan kawasan konservasi perairan.
Upaya pengendalian kerusakan lingkungan dilakukan untuk mempertahankan pelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan. Untuk itu
pada tahun 2009 telah dilaksanakan berbagai upaya antara lain: pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan, peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam,
peningkatan kualitas kapasitas pengelolaan lingkungan, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pencemar dan perusak lingkungan, serta penyebarluasan
informasi dan isu lingkungan hidup. Sementara pada tahun 2010 diperkirakan akan dicapai penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan
pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa, pengelolaan air limbah domestik dan Recycle di 5 kota, pengembangan 2 IPAL Terpadu
Biogas untuk sentra industri kecil, pelaksanaan Program Adipura di 26 kota, Program Langit Biru di 20 kota, pembinaan pengendalian pencemaran di kabupatenKota,
pengelolaan limbah industri skala kecil, 6 kota supervisi Prokasih dan penanganan kasus pencemaran lingkungan.
Upaya yang telah dilakukan dalam sistem peringatan dini ialah pembangunan sarana dan pengembangan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan
geofisika secara komprehensif. Beberapa hasil yang dapat dilihat diantaranya yaitu kecepatan waktu penyediaan informasi gempa bumi dan tsunami saat ini telah mengalami
peningkatan yang signifikan, yaitu di bawah 7 menit, penayangan informasi cuaca dan kejadian gempa bumi di media massa dan media elektronika menjadi 4 kali per hari
dalam kondisi khusus, penyampaian layanan cuaca penerbangan dan cuaca maritim; penyusunan peta iklim, peta agro klimat Pulau Jawa, peta iso dan peta curah hujan di
seluruh Indonesia; peningkatan penyebaran dan akses informasi kepada masyarakat; serta pengembangan sistem informasi dini yang berkaitan dengan dinamika global dan
perubahan kondisi alam, seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan kekeringan.
Sedangkan perkiraan capaian di tahun 2010 adalah terkelolanya Sistem Peringatan Dini Cuaca MEWS dan Sistem Peringatan Dini Iklim CEWS meliputi
antara lain, Radar Cuaca, Automatic Weather Station AWS, Automatic Rain Gauge ARG, penakar hujan 1.000 lokasi. Tersusunnya Peta dan Atlas mengenai Iklim
sebanyak 3 peta, serta terkelolanya Sistem Operasional TEWS yang meliputi antara lain, Sensor Seismik, Sistem Sirine, Sistem Komunikasi dan Integrasi, Sistem Prosesing,
terbangunnya Sistem Monitoring CCTV, Sistem Sirine, dan terpasangnya Accelerometer.
Dalam hal penanggulangan bencana, upaya konservasi sumber daya hutan melalui kegiatan pengelolaan kawasan konservasi telah dilaksanakan termasuk di
dalamnya pencegahan illegal logging dan kebakaran hutan. Luasan kebakaran hutan dan lahan mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 luas kawasan hutan yang terbakar
terutama di 10 provinsi rawan adalah sebesar 6.783,08 ha, dan akan diperkirakan akan terus turun menjadi sebesar 6.113,77 ha pada tahun 2010. Penurunan ini merupakan hasil
antisipasi secara dini berdasarkan data sebaran hotspot yang terupdate secara reguler serta adanya penguatan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan. Potensi kerugian negara
yang dapat diselamatkan sekitar US 5 miliar per tahun, termasuk penyelamatan keanekaragaman hayati yang tidak ternilai.
I.2-23
Dalam penyediaan peta dasar dan peta tematik, sampai dengan tahun 2009, telah tersedia peta dasar dan peta tematik nasional bagi keperluan mitigasi bencana, antara lain
Peta rupabumi Skala 1:10.000 sebanyak 633, Peta Rupabumi Skala 1:5.000 sebanyak 128, Peta tematik MCRMP skala 1:15.000 sebanyak 200, Peta Tematik Sumber Daya
Alam Darat Skala 1:250.000 sebanyak 28, Peta Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:50.000 sebanyak 11, dan Peta Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:25.000
sebanyak 111.
Pada tahun 2010 diperkirakan peningkatan kapasitas ketahanan masyarakat pesisir terhadap bencana laut semakin meningkat, akan dicapai kajian penguatan kapasitas iptek
kebencanaan dan peta probabilitas gempa, dan penanggulangan bencana, tersusun peta resmi tingkat peringatan tsunami sebanyak 2 NLP dan peta multirawan bencana sebanyak
27 NLP, ditetapkannya Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014, penyelesaian pembentukan kelembagaan
penanggulangan bencana di tingkat provinsi, pembentukan unit pelaksana teknis penanggulangan bencana yang juga difungsikan sebagai depo logistik dan peralatan
penanggulangan bencana, penguatan kapastitas satuan reaksi cepat penanggulangan bencana SRC-PB, penyusunan rencana kontijensi tingkat provinsi, serta pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pasca bencana.
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik Dalam rangka pembangunan daerah terdepan dan terluar atau kawasan perbatasan
melalui diplomasi perbatasan, sampai dengan akhir tahun 2009, Indonesia telah melakukan perundingan masalah penetapan batas maritim dengan Malaysia melalui forum Joint
Technical Working Group sebanyak 15 lima belas kali. Indonesia juga telah menandatangani perjanjian dengan Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah
Kedua Negara di Bagian Barat Selat Singapura pada tahun 2009.
Beberapa capaian yang diperkirakan akan dihasilkan dalam pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2010 dalam aspek kebijakan dan infrastruktur antara lain meliputi :
1 Terlaksananya koordinasi dan evaluasi hubungan multilateral, wilayah negara dan tata ruang pertahanan, serta koordinasi pengelolaan masyarakat kawasan tertinggal; 2
Meningkatnya sarana dan prasarana dalam pelayanan umum pemerintahan di 25 persen kabupatenkota di kawasan perbatasan; 3 Meningkatnya kerjasama perbatasan antar
negara SOSEKMALINDO, JBC RI-RDTL, JBC RI-PNG di 6 provinsi; 4 Meningkatnya kemampuan pengelolaan 3 Pos Lintas Batas PLB internasional dan
tradisional secara terpadu yang telah disepakati antar Negara; 5 Terlayaninya 100 persen desa oleh akses telekomunikasi, 5 persen desa oleh akses internet, 15 desa oleh radio
komunitas, serta tersedianya regional internet exchange di 10 persen ibukota provinsi; 6 Meningkatnya status 75 unit puskesmas di kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil
terluar berpenduduk menjadi puskesmas perawatan; 7 Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin di 101 puskesmas prioritas di daerah tertinggal,
perbatasan dan kepulauan; 8 Terselenggaranya pelayanan kesehatan rujukan di 14 RS bergerak di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan; 9 Terlaksananya
pendayagunaan 1200 orang tenaga kesehatan, pemberian insentif 1900 residen senior dan tenaga kesehatan, serta pendayagunaan 700 residen senior di daerah tertinggal, perbatasan,
I.2-24
dan kepulauan; 10 Terlaksananya tunjangan khusus bagi 30.000 orang guru; 11 Terlaksananya upaya peningkatkan kompetensi dan profesionalisme bagi 10 persen guru di
daerah terpencil; dan 12 Terselenggaranya identifikasi dan pemetaan potensi serta penyediaan infrastruktur yang memadai secara terintegrasi di 20 pulau-pulau kecil
termasuk pulau kecil terluar.
Hasil-hasil yang diperkirakan akan dicapai dalam aspek kerjasama internasional pada tahun 2010 meliputi : 1 Meningkatnya operasional dan pemeliharaan kapal dalam
rangka pengawasan 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP bagian barat dan 6 WPP bagian timur; 2 Terpenuhinya 15 unit kapal speedboat dengan rancang bangun dan sistem
pemantauan yang terintegrasi dan tepat sasaran; 3 Meningkatnya sarana dan prasarana pertahanan di wilayah pertahanan sebesar 45 ; 4 Terselenggaranya operasi wilayah
pertahanan.
Sedangkan perkiraan capaian dalam aspek keutuhan wilayah pada tahun 2010 meliputi: 1 Terlaksananya perundingan perbatasan antar negara sebanyak 12
perundingan; 2 Tersusunnya kebijakan pemetaan batas wilayah dan meningkatnya cakupan peta batas wilayah, meliputi 72 NLP pemetaan kecamatan perbatasan RI-PNG,
RI-Malaysia, dan RI-RDTL, 25 peta pulau-pulau terluar, 22 perapatan pilar batas RI- Malaysia; 60 perapatan pilar batas RI-RDTL, 3 buah dokumen perundingan teknis batas
darat, danm 3 buah dokumen perundingan teknis batas maritim; serta 3 Terinventarisasirnya wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasanm dan wilayah tertentu
sebanyak 200 SP.
Upaya pemerintah dalam mewujudkan percepatan pembangunan didaerah tertinggal telah menunjukkan hasil positif. Hal ini ditandai dengan telah keluarnya 50
kabupaten tertinggal pada periode RPJMN 2004-2009 sehingga pada akhir tahun 2009 terdapat 183 kabupaten tertinggal yang akan menjadi fokus penanganan dalam periode
RPJMN 2010-2014. Kondisi perekonomian daerah tertinggal dapat ditunjukkan melalui indikator rata-rata laju pertumbuhan PDRB Non Migas konstan dan rata-rata PDRB
Perkapita berlaku. Sampai dengan tahun 2008, rata-rata laju pertumbuhan PDRB Non Migas konstan adalah sebesar 5.85 persen dan rata-rata PDRB Perkapita berlaku adalah
sebesar 9.27 juta rupiah. Sedangkan perkiraan pencapai pada tahun 2010 untuk rata-rata laju pertumbuhan PDRB Non Migas konstan adalah sebesar 6.32 dan rata-rata PDRB
Perkapita berlaku adalah sebesar 9.38 juta rupiah. Melalui intervensi pemerintah berupa program dan kegiatan yang berbasis pro poor dan mendukung pembangunan di daerah
tertinggal, diharapkan dapat menurunkan rata-rata persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 19.4 pada tahun 2010.
Pembangunan daerah tertinggal dan terdepan perbatasan selama ini banyak didukung oleh kegiatan ketransmigrasian. Sampai dengan tahun 2009 pembangunan
kawsan transmigrasi telah berhasil mengembangkan peran serta masyarakat, dimana terdapat 204 Kabkota yang melaksanakan program transmigrasi, serta tersedianya tanah
transmigrasi seluas 86.000 Ha, terbangunnya pemukiman di kawasan transmigrasi yaitu sebenyak 8.573 unit Rumah Transmigran dan Jamban Keluarga RTJK, dan
terfasilitasinya perpindahan penduduk ke kawasan transmigrasi sebanyak 8.800 keluarga. Kegiatan pengembangan usaha ekonomi di kawasan transmigrasi dapat dilihat dari
terbangunnya 4 unit lembaga perbankan keuangan di kawasan transmigrasi dan 23 unit koperasi. Sedangkan, perkiraan pencapaian pada tahun 2010 untuk peningkatan tata kelola
I.2-25
ekonomi untuk kegiatan pengembangan usaha ekonomi transmigrasi yaitu diperkirakan ada 4 unit lembaga perbankankeuangan di kawasan transmigrasi dan 23 unit koperasi
yang akan membantu masyarakat kawasan transmigrasi. Pembangunan kawasan transmigrasi ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta dapat
mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal dan perbatasan.
Kebudayaan, Kreatifitas dan Inovasi Teknologi Pembangunan kebudayaan mencapai berbagai kemajuan antara lain semakin
meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap arti penting pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Kemajuan tersebut terutama dipengaruhi oleh semakin
meningkatnya berbagai upaya pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman budaya, upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya, serta
upaya pelestari nilai budaya culture building di masyarakat melalui peningkatan layanan perpustakaan. Untuk mencapai pemantapan karakter dan jati diri bangsa pada
tahun 2010, upaya pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman budaya serta perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya terus dilakukan dengan
dukungan dan kerjasama yang sinergis antarpihak terkait.
Kondisi kelembagaan iptek yang meliputi perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang, secara umum mencapai beberapa kemajuan dan
semakin mampu berkiprah di dunia internasional. Kemajuan ini sejalan juga dengan peningkatan sumbangan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek dalam
pembangunan nasional yang antara lain ditunjukkan oleh penemuan yang dihasilkan baik dalam bentuk publikasi ilmiah maupun paten yang terdaftar. Pada tahun 2009 jumlah
publikasi ilmiah mencapai 1.808 judul yang meningkat dari 1.376 judul pada tahun 2005. Minat untuk mendaftarkan paten di Indoensia baik yang berasal dari dalam negeri
ataupun dari luar negeri munjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2009 jumlah paten yang terdaftar mencapai 4.803 dan sebanyak 662 diantaranya berasal dari dalam negeri.
Paten dalam negeri yang berhasil memenuhi syarat Patent Cooperation Treaty PCT dari tahun 2005 hingga tahun 2009 mencapai 25 buah.
Perkembangan Lainnya di Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Hubungan Luar Negeri. Sehubungan dengan diplomasi perbatasan, sampai
dengan akhir tahun 2009, Indonesia telah melakukan perundingan masalah penetapan batas maritim dengan Malaysia melalui forum Joint Technical Working Group sebanyak
15 lima belas kali. Indonesia juga telah menandatangani perjanjian dengan Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Bagian Barat Selat
Singapura pada tahun 2009. Dengan selesainya batas laut wilayah pada segmen barat Tuas – Pulau Nipa ini, maka masih terdapat segmen timur yang perlu dirundingkan.
Terkait peran Indonesia dalam menjaga keamanan nasional dan menciptakan perdamaian dunia, selama tahun 2009, Indonesia telah mengerahkan 1623 personil di 6 Misi
Perdamaian PBB dan menempati urutan ke-17 dalam peringkat negara-negara kontributor OPP PBB Troops Contributing CountriesTCC dan Police Contributing CountriesPCC.
Terhadap serangan Israel ke wilayah Palestina pada tahun 2008-2009, pemerintah
I.2-26
Indonesia merespons melalui penyerahan pernyataan tertulis kepada Sekjen PBB dan Presiden Dewan Keamanan DK PBB dengan pernyataan protes dan keprihatinan, di
samping memberikan bantuan obat-obatan, serta dana bantuan sejumlah USD 1 juta.
Dalam hal Pelayanan dan Perlindungan WNIBHI di Luar Negeri, Indonesia telah merealisasikan 24 dua puluh empat Sistem Pelayanan Warga Citizen Service di
beberapa Perwakilan RI di luar negeri, di antaranya di Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Kuwait. Indonesia juga terus berupaya memastikan adanya pengakuan yang lebih
baik mengenai hubungan yang saling menguntungkan antara negara pengirim dan negara penerima tenaga kerja. Terkait dengan pelaksanaan diplomasi ekonomi capaian penting
Indonesia adalah menjadi satu-satunya negara ASEAN yang berpartisipasi dalam forum G-20 yang semakin dikukuhkan sebagai forum pengganti G-8. G-20 telah mengubah
formasi kelompok elit dunia, yang sebelumnya didominasi oleh negara maju, namun kini dibagi ke kelompok negara-negara emerging economies.
Hak Azasi Manusia HAM. Pembangunan hak asasi manusia sampai dengan tahun 2009 terus dilaksanakan melalui pelaksanaan Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya ICESCR 1966 serta Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik ICCPR 1966, yang diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2005 tentang Pengesahan Internasional Covenant on Economic, Social and Cultural Rights dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant on Civil and Political Rights. Untuk mendukung pelaksanaan hak asasi manusia di daerah, sampai dengan bulan Juli tahun 2009 telah dibentuk 407 Panitia
Pelaksana Panpel PanPel Rencana Aksi Nasional hak Asasi Manusia RANHAM pada kabkota dan 33 panpel RANHAM Provinsi yang dalam pembentukannya bekerjasama
dengan pemerintah daerah setempat.
Selain itu, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Strategi Nasional Akses terhadap keadilan dalam rangka pemberdayaan hukum legal empowerment kepada
masyarakat miskin dan terpinggirkan yang menekankan prioritas untuk melakukan reformasi keadilan pada semua bidang kehidupan yang mendorong pemantapan yang
lebih baik, untuk mempromosikan hukum, keadilan dan hak asasi manusia bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia RAN
HAM Kedua yang sudah berakhir pada tahun 2009, sedang disiapkan kelanjutannya dalam bentuk RAN HAM 2010-2014 untuk melanjutkan program-program yang belum
tercapai pada RAN HAM 2004-2009.
Di sisi lain, tingkat aduan masyarakat terhadap pelanggaran HAM yang diterima Komnas HAM pada tahun 2009, berjumlah 5.879 lima ribu delapan ratus tujuh puluh
sembilan surat pengaduan. Jumlah korban Kekerasan Terhadap Perempuan KTP pada tahun 2009 adalah sebanyak 143.586 seratus empat puluh tiga ribu lima ratus delapan
puluh enam orang, dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebanyak 54.425 lima puluh empat ribu empat ratus dua puluh lima orang. Pelanggaran HAM berat yang ditangani
pada tahun 2009 adalah Peristiwa Semburan Lumpur Panas Lapindo, Peristiwa 1965- 1966 dan Peristiwa Penembakan Misterius Petrus. Sedangkan pelanggaran HAM berat
yang masih belum ada perkembangan penanganannya pada tahun 2009 adalah Peristiwa Talangsari 1989, Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa, Peristiwa Wasior dan
Wamena, Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 serta Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II.
I.2-27
Keamanan. Tidak lama setelah terjadinya peledakan bom di hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton di Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009, Polri berhasil mengungkapkan kasus
dan menangkap pelakunya dan bahkan dalam penyerbuan di Bekasi, Temanggung, dan Surakarta, tokoh teroris Air Setiawan, Eko Joko Sarjono, Ibrohim, Nurdin M. Top,
Syaifudin Zuhri, dan beberapa yang lainnya terbunuh. Selanjutnya pada awal 9 Maret 2010, Dulmatin, tokoh yang memegang peran penting dalam terorisme internasional juga
terbunuh. Keberhasilan ini menuai pujian dari berbagai belahan dunia, sekaligus menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam perang melawan terorisme global.
Upaya peningkatan peran industri pertahanan dalam negeri diperlukan dalam rangka mendukung pencapaian kemandirian alutsista TNI dan perlengkapan Polri. Sejak
tahun 2006, pemerintah telah memberikan komitmen yang besar untuk meningkatkan peran industri pertahanan nasional. Untuk mewujudkan komitmen pemerintah tersebut,
beberapa perangkat dan payung hukum telah di tetapkan. Pada saat ini, telah ditandatangani nota kesepahaman oleh Menteri Pertahanan, Menteri BUMN, Panglima
TNI, dan Kapolri tentang kebutuhan Alutsista TNI dan Alut Polri yang dapat disediakan oleh BUMN Industri Pertahanan dalam waktu lima tahun ke depan. Perpres untuk
pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan KKIP, sebagai institusi yang akan membentuk kebijakan untuk pembelian Alutsista TNI dan Alut Polri yang mendukung
industri pertahanan dalam negeri, juga sedang dalam proses pengesahanan tahun ini. Diharapkan pada tahun 2010, Master Plan Industri Pertahanan dan road map menuju
revitalisasi industri pertahanan akan selesai dibentuk.
Perkembangan Lainnya di Bidang Perekonomian Di tengah kondisi krisis ekonomi dunia pada tahun 2009, industri pengolahan
mampu membukukan sumbangan pada PDB sebesar Rp. 523 Trilliun yang tumbuh sebesar 2,5 persen dari tahun 2008 yang utamanya didorong oleh industri makanan,
minuman tembakau yang pada tahun 2009 berhasil membukukan pertumbuhan sebesar 11,3 persen dan sektor industri kertas dan barang cetakan yang tumbuh sebesar 6,3
persen. Pada tahun 2010 diperkirakan akan melanjutkan pencapaian tahun 2009. Sektor makanan, minuman dan tembakau diperkirakan akan tetap menjadi penopang
pertumbuhan industri pengolahan, hal tersebut disebabkan dengan bertambahnya daya beli masyarakat Indonesia seiring dengan perbaikan iklim ekonomi yang akan terjadi di
tahun 2010.
Perhatian pemerintah cukup besar terhadap TKI, mengingat remitansi perolehan devisa yang sangat besar. Jumlah TKI terus meningkat seiring dengan banyaknya
lowongan pekerjaan di luar negeri. Diperkirakan jumlah yang terdaftar sekitar 4 empat juta pekerja, dan yang tidak terdaftar jumlahnya bisa lebih besar. Basis keterampilan dan
produktivitas angkatan kerja yang rendah, menyebabkan sebagian besar pekerja yang bekerja di luar negeri banyak yang tidak memiliki kompetensi.
Perkembangan Lainnya di Bidang Kesejahteraan Rakyat
I.2-28
Pembangunan kepariwisataan pada tahun 2009, telah menunjukkan pencapaian yang cukup berarti. Jumlah kunjungan wisman meningkat dari 6,43 juta orang pada
tahun 2008 menjadi 6,45 juta orang pada tahun 2009, atau meningkat sebesar 0,31 persen. Pada tahun 2009 rata – rata pengeluaran wisman per hari mengalami penurunan
dari USD 1.105 menjadi USD 995 dan rata-rata lama tinggal per kunjungan wisman turun dari 8,5 hari menjadi 7,6 hari. Sementara itu, Jumlah pergerakan wisatawan
nusantara wisnus meningkat dari 225,04 juta perjalanan pada tahun 2008 menjadi 229,95 juta perjalanan pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 2,18 persen. Pengeluaran
wisnus meningkat dari Rp. 123,17 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp. 128,77 triliun pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 4,55 persen. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Indonesia diperkirakan mencapai 6,75 juta orang dengan jumlah devisa yang dihasilkan sekitar USD 6,75 miliar. Namun pencapaian tersebut belum
diimbangi oleh kondisi daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global. Pada tahun 2009, peringkat peringkat daya saing pariwisata Indonesia berada diposisi 81 dari 133
negara, atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan peringkat tahun 2008 yang berada di posisi 80 dari 133
negara. Pembangunan pemuda dan olahraga selama tahun 2009 telah menunjukkan hasil
yang cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan antara lain, dengan semakin meningkatnya keserasian kebijakan pembangunan pemuda dengan disahkannya Undang-
Undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, serta meningkatnya prestasi olahraga yang ditandai dengan naiknya peringkat Indonesia pada kejuaraan SEA Games dari
peringkat 4 pada tahun 2007 menjadi peringkat 3 pada tahun 2009. Pada tahun 2010 diperkirakan akan dapat diselesaikan: 1 penyusunan draft Rancangan Peraturan
Pemerintah RPP dan Rancangan Peraturan Menteri RPM sebagai turunan dari UU No. 402009 tentang Kepemudaan; 2 penyusunan naskah kebijakan revitalisasi gerakan
kepanduan; 3 pengembangan sentra pemberdayaan pemuda; 4 peningkatan apresiasi dan penghargaan kepada pelatih, mantan atlet, dan atlet yang berprestasi di tingkat
internasional dan regional; dan 5 persiapan penyelenggaraan SEA Games XXVI tahun 2011 dan ASEAN Para Games VI tahun 2011 di Indonesia
Kehidupan beragama telah menunjukkan perbaikan sejak dibentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB tahun 2006 di tingkat provinsi, dan beberapa
kabupatenkota, serta di tingkat kecamatan. Hal ini diperlihatkan dengan intensitas aktivitas keagamaan dan semangat kerjasama lintas agama. Hingga tahun 2009 telah
dibentuk 392 Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen ibadah haji ini telah dilakukan perbaikan pelayanan
terhadap jemaah haji, dari mulai penyempurnaan sistem pendaftaran haji, perbaikan pelayanan pemondokan, transportasi, dan katering di Arab Saudi. Termasuk juga upaya
memperpendek jarak tempuh penerbangan secara langsung ke Madinah. Dilakukan juga upaya efisiensi biaya perjalanan ibadah haji BPIH. Pada tahun 2005, BPIH sebesar Rp.
722,3 ribu. Pada tahun berikutnya, 2006-2007, terjadi penurunan berturut-turut menjadi Rp. 466 ribu dan Rp. 401,0 rupiah. Setelah sempat naik lagi pada tahun 2008 menjadi Rp.
501,0 ribu, namun dapat kembali diefisienkan menjadi sangat rendah pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 100,0 ribu. Sedangkan komponen BPIH dalam bentuk US Dollar
memang terjadi peningkatan dari mulai USD 2,632.44 pada tahun 2005 menjadi 3,243.0 pada tahun 2009. Hal ini disebabkan dengan adanya biaya tranportasi udara yang dari
tahun ke tahun terus naik.
I.2-29
Pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan telah berhasil meningkatkan akses yang memadai serta adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki
untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam proses pengendaliankontrol pembangunan.
Keberhasilan ini ditunjukkan antara lain oleh Indeks Pembangunan Gender IPG atau Gender-related Development Index GDI yang meningkat dari 0,721 pada tahun 2005
menjadi 0,726 pada tahun 2007 dan Indeks Pemberdayaan Gender IDG atau Gender Empowerment Measurement GEM yang meningkat dari 0,597 pada tahun 2004 menjadi
0,621 pada tahun 2007. Di samping itu terladi peningkatan akses lapangan kerja bagi perempuan yang ditunjukkan oleh penurunan angka pengangguran terbuka perempuan
dari 13,7 persen pada tahun 2006, menjadi 8,8 persen pada tahun 2009. Dalam jabatan publik, terdapat peningkatan partisipasi perempuan selama kurun waktu tiga tahun
terakhir, terutama dari partisipasinya dalam pengambilan keputusan di lembaga pemerintah. Demikian juga di bidang politik, partisipasi perempuan di lembaga legislatif
meningkat dari 11,3 persen pada tahun 2004 menjadi 17,9 persen pada tahun 2009. Demikian pula, anggota DPD perempuan meningkat dari 19,8 persen pada tahun 2004
menjadi 27,3 persen pada tahun 2009.
Perkiraan pencapaian pada tahun 2010 adalah tersusunnya kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender PUG di bidang pendidikan, kesehatan, politik dan
pengambilan keputusan, dan ketenagakerjaan; kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan, perlindungan tenaga kerja perempuan, dan korban perdagangan orang;
serta tersusunnya kebijakan penyusunan data gender dan terfasilitasinya kementerianlembaga dalam penyusunan data gender.
Pembangunan perlindungan anak ditujukan untuk memenuhi hak-hak anak Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, perlindungan anak mencakup anak yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, dan meliputi hak-hak anak untuk hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan, serta mendapat perlindungan dari berbagai tindak kekerasan, perdagangan anak, eksploitasi, dan
diskriminasi. Dengan demikian, upaya pemenuhan hak-hak anak terkait dengan berbagai bidang pembangunan. Pembangunan perlindungan anak yang dilaksanakan secara
komprehensif dan terintegrasi akan menghasilkan kebijakan publik yang lebih efektif dalam mewujudkan dunia yang layak bagi seluruh anak Indonesia.
Dalam rangka memberikan pelayanan bagi anak dan perempuan korban kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi, terdapat peningkatan jumlah lembaga
pelayanan baik yang diadakan oleh pemerintah maupun swastamasyarakat. Untuk melayani laporanpengaduan kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak telah
tersedia Unit Pelayanan Perempuan dan Anak UPPA sebanyak 305 buah di tingkat Polres yang tersebar di seluruh Indonesia data Mabes Polri tahun 2008 dan Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A di 17 provinsi dan 76 kabupatenkota data Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Juli 2009. Selain
itu, telah dikembangkan pula mekanisme pengaduan bagi anak melalui telepon yang disebut Telepon Sahabat Anak TESA 129 di tujuh kota. Selanjutnya, telah terbentuk
pula gugus tugas penanganan anak korban perdagangan orang pada tingkat nasional yang berfungsi untuk mengkoordinasikan dan mendorong pemberantasan perdagangan orang
I.2-30
termasuk perdagangan anak serta telah disusun standar operasional prosedur pemulangan korban perdagangan anak, baik di dalam negeri maupun antarnegara. Untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan, sampai akhir 2008 terdapat 20 Pusat Krisis Terpadu PKT di Rumah Sakit Umum Daerah data
Departemen Kesehatan dan 43 Pusat Pelayanan Terpadu PPT di Rumah Sakit Bhayangkara yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia data Mabes Polri.
Selanjutnya, untuk membantu anak korban kekerasan dalam pemulihan psikososial dan perlindungan kondisi traumatis, data Departemen Sosial menunjukkan bahwa hingga
awal tahun 2009 sudah terdapat sekitar 29 Rumah Perlindungan dan Trauma Center RPTC di 23 provinsi dan 15 Rumah Perlindungan Sosial Anak RPSA.
Perkiraan pencapaian pada tahun 2010 adalah tersusunnya suatu kebijakan penghapusan kekerasan pada anak, terfasilitasinya satu kementerianlembaga dan 5
provinsi tentang penghapusan kekerasan pada anak, dan terfasilitasinya satu kementerian lembaga dan 2 provinsi tentang penyusunan data anak korban kekerasan.
2. Masalah dan Tantangan Pokok Tahun 2011