Masalah dan Tantangan Pokok Tahun 2011

termasuk perdagangan anak serta telah disusun standar operasional prosedur pemulangan korban perdagangan anak, baik di dalam negeri maupun antarnegara. Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan, sampai akhir 2008 terdapat 20 Pusat Krisis Terpadu PKT di Rumah Sakit Umum Daerah data Departemen Kesehatan dan 43 Pusat Pelayanan Terpadu PPT di Rumah Sakit Bhayangkara yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia data Mabes Polri. Selanjutnya, untuk membantu anak korban kekerasan dalam pemulihan psikososial dan perlindungan kondisi traumatis, data Departemen Sosial menunjukkan bahwa hingga awal tahun 2009 sudah terdapat sekitar 29 Rumah Perlindungan dan Trauma Center RPTC di 23 provinsi dan 15 Rumah Perlindungan Sosial Anak RPSA. Perkiraan pencapaian pada tahun 2010 adalah tersusunnya suatu kebijakan penghapusan kekerasan pada anak, terfasilitasinya satu kementerianlembaga dan 5 provinsi tentang penghapusan kekerasan pada anak, dan terfasilitasinya satu kementerian lembaga dan 2 provinsi tentang penyusunan data anak korban kekerasan.

2. Masalah dan Tantangan Pokok Tahun 2011

Peningkatan kesejahteraan rakyat menuntut tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun juga yang berkelanjutan. Untuk itu tantangan utama pembangunan tahun 2011 adalah mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan yang dapat memberikan dorongan pertumbuhan. Salah satu komponen pertumbuhan ekonomi adalah pengeluaran pemerintah baik dalam bentuk investasi public maupun dalam bentuk konsumsi pemerintah. Dalam hal ini tantangan utama kedua adalah membangun tatakelola yang baik untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran pemerintah. Setelah desentralisasi dan otonomi daerah dilaksanakan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah juga berubah. Sekarang pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih luas dalam mengelola pembangunan dan menyediakan pelayanan bagi masyarakat didaerahnya masing-masing termasuk menetapkan regulasi. Hal ini dapat mengakibatkan upaya yang diprakarsai pemerintah pusat tidak seirama dengan upaya yang dilakukan pemerintah daerah, demikian juga antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Sehingga tantangan utama ketiga adalah meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah. Ketiga tantangan utama tersebut akan mewarnai pelaksanaan prioritas nasional yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014. Pada bagian berikut akan diuraikan rincian tantangan utama ini dan tantangan lainnya dalam masing-masing prioritas. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintah memandang bahwa pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola memiliki peran strategis untuk mendukung efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pencapaian sasaran pembangunan nasional. Namun demikian, pemerintah menyadari masih terdapat berbagai permasalahan yang terkait dengan kelembagaan, SDM aparatur, pelayanan publik, otonomi daerah, sistem kependudukan, regulasi dan penegakan hukum. Pada aspek kelembagaan, masih dijumpai bahwa kelembagaan yang ada belum mencerminkan kebutuhan dan tuntutan kinerja yang I.2-31 optimal. Secara keseluruhan, kelembagaan masih memperlihatkan karakter kaya struktur miskin fungsi, dan tumpang tindih tupoksi baik intern instansi maupun antar instansi sering terjadi. Hal ini menyulitkan koordinasi, mengurangi akuntabilitas, dan membebani anggaran. Aspek sumber daya manusia SDM aparatur, masih belum sepenuhnya terwujud SDM aparatur yang profesional, netral dan sejahtera, yang antara lain disebabkan belum diterapkannya secara baik dan konsisten sistem merit. Pelayanan publik juga belum sepenuhnya dapat diselenggarakan secara berkualitas sesuai harapan masyarakat, dan manajemen pelayanannya belum dikelola secara profesional sesuai standar pelayanan yang bermutu. Penerapan e-government untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas, termasuk di dalamnya pengembangan e-procurement, masih terbatas pada lingkungan instansi pemerintah. Tantangan pokok yang dihadapi ke depan, adalah melanjutkan penataan kelembagaan secara bertahap pada seluruh instansi khususnya kementerian dan lembaga di pusat, sebagai upaya mewujudkan sosok organisasi birokrasi yang mencerminkan structure follow function, proporsional, efektif, dan efisien. Hal ini sebagai implementasi dari Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional GDRBN. Selanjutnya akan didukung pula dengan pemantapan pelaksanaan sistem merit dalam manajemen kepegawaian, disertai dengan sistem reward and punishment yang adil dan berbasis kinerja. Sedangkan tantangan pokok untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, adalah penyelenggaraan pelayanan publik secara cepat, pasti, murah, dan tidak diskrimiatif melalui pengembangan manajemen pelayanan yang profesional, sumber daya manusia yang inovatif dan didukung pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi TIK melalui perluasan e-government. Pada aspek otonomi daerah, banyaknya usulan pembentukan daerah otonom baru merupakan permasalahan yang masih dihadapi, apabila pembentukan daerah baru tersebut berdampak menurunnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Kemampuan daerah untuk menyerap dana perimbangan yang telah dialokasikan, pada umumnya masih rendah. Demikian pula efektivitas dan akuntabilitas penggunaan dana perimbangan daerah masih harus ditingkatkan. Sistem administrasi kependudukan secara nasional masih harus dibenahi mengingat masih terdapat kelemahan dalam pendataan penduduk secara akurat dan valid. Kesadaran masyarakat umumnya masih rendah untuk melaporkan perubahan atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk dan keluarganya. Oleh karena itu, tantangan pokok ke depan, adalah perlu adanya kebijakan yang ketat atas usulan pembentukan daerah otonom yang baru. Sistem pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintahan daerah perlu ditingkatkan, termasuk juga peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan untuk kepentingan pembangunan daerah. Tantangan lainnya ke depan, adalah penetapan Grand Design Sistem Administrasi Kependudukan dengan elemen utama Nomor Induk Kependudukan NIK dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan SIAK dengan aplikasi pada Kartu Tanda Penduduk KTP. Hal ini karena masih terbatasnya cakupan kabupatenkota dalam penerapan SIAK on-line untuk pelayanan publik, serta belum tersambungnya jaringan komunikasi data on-line system dari kabupatenkota, provinsi dan pusat. Secara umum, peraturan perundang-undangan Indonesia masih memerlukan pembenahan mengingat masih banyak ditemui peraturan perundang-undangan I.2-32 bermasalah maupun diindikasikan tidak harmonis, tumpang tindih, inkonsisten, multitafsir, sulit diterapkan, menimbulkan biaya tinggi dan menciptakan hambatan kegiatan pembangunan bottleneck. Perhatian terutama diarahkan pada peraturan daerah yang masih menimbulkan banyak permasalahan terutama yang mengatur pajak dan retribusi daerah. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam rangka pembangunan hukum adalah masih rendahnya kinerja instansi penegak hukum di Indonesia, yang menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat dan instansi hukum sangat rendah. Adanya penyalahgunaan kewenangan dan praktek korupsi di lingkungan aparat hukum yang disebabkan karena masih belum tingginya integritas dan profesionalisme aparat hukum. Selain itu, adanya tuntutan masyarakat agar penegakan hukum dilakukan secara adil dan tidak diskriminatif menuntut agar aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan kewenangannya tidak hanya memperhatikan unsur legalitas saja akan tetapi juga harus memperhatikan rasa keadilan masyarakat. Pendidikan Akses, kualitas dan relevansi pendidikan yang rendah. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan telah meningkat yang ditunjukkan dengan angka partisipasi pendidikan. Namun, masih ada sebagian anak yang belum pernah terlayani oleh oleh sistem pendidikan, putus sekolah, atau tidak melanjutkan ke SMPMTsSMPLBPaket B, baik karena kendala geografis maupun biaya. Demikian pula, belum semua lulusan SMPMTs tertampung dalam jenjang pendidikan menengah. Sementara itu urusan pendidikan dalam jajaran pemerintah telah terbagi atas urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota. Sedangkan lembaga pendidikan ada yang diselenggarakan oleh pemerintah adajuga oleh swasta. Dengan kompleksitas sistem pendidikan yang demikia menuntut perhatian yang serius dalam menciptakan sinergi dari berbagai upaya yang dilakukan. Untuk itu diperlukan adanya rancangan disain pengembangan kerjasama baik antara pemerintah dan swasta maupun kerjasama antara pemerinath pusat dan daerah. Tantangan berikutnya adalah menyusun dan menerapkan strategi penurunan disparitas pendidikan antar wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya tergantung pada sisi penyelenggara pendidikan tetapi jugakemampuan peserta didik menerima dan mengembangkannya. Kebanyakan paserta didik khususnya tingkat dasar berasala dari keluarga menengah ke bawah yang berpotensi mengalami kekuarang gizi. Untuk itu tantangan tahun 2011 adalah menyusun disain sinergi antara pusat dan daerah dalam memberikan makanan tambahan bagi anak sekolah PMTAS dan bantuan operasional sekolah BOS. Demikian pula, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan masih rendah. Lulusan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi vokasional belum diberikan bekal watak yang baik dan keterampilan dasar yang memadai yang memungkinkan lulusan bekerja dan berkembang secara lebih luwes sesuai dengan tuntutan lapangan kerja yang berkembang, seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Keterampilan dasar yang dimaksud meliputi kemampuan berpikir analitis atau kemampuan kognitif, dan kemampuan I.2-33 berkomunikasi serta kemampuan untuk bekerja dalam tim soft skills, sesuai dengan standar menurut jenjang pendidikannya. Tantangan lainnya di bidang pendidikan adalah rancangan materi pendidikan agar mampu membangun karakter bangsa, meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama, serta mampu mengembangkan pribadi dan akhlak peserta didik. Selain itu, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu menumbuhkan jiwa, sikap, serta kemampuan berpikir analitis, berkomunikasi efektif, bekerjasama dalam tim, dan kewirausahaan. Selanjutnya, angka partisipasi jenjang pendidikan tinggi yang terus meningkat dari tahun ke tahun masih belum sepenuhnya mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Pada tingkat mahasiswa, pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif IPK merupakan indikator kualitas hasil pembelajaran. Indikator ini hanya dapat digunakan sebagai alat ukur di tingkat perguruan tinggi yang bersangkutan dan tidak dapat digunakan untuk perbandingan kualitas hasil pembelajaran antar Perguruan Tinggi. Selanjutnya, proporsi guru yang memenuhi kualifikasi akademik masih perlu terus ditingkatkan. Selain itu, pemanfaatan guru belum sepenuhnya optimal yang diakibatkan, antara lain, oleh distribusi guru yang masih belum merata. Distribusi yang tidak merata berdampak pada terjadinya inefisiensi penyediaan guru. Demikian pula, satuan pendidikan di daerah perkotaan mengalami kelebihan guru, tetapi satuan pendidikan di daerah terpencil banyak mengalami kekurangan guru. Distribusi yang tidak merata berakibat pada bervariasinya beban mengajar guru di daerah perkotaan, perdesaan dan daerah terpencil. Kesehatan Akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang rendah. Di samping berbagai pencapaian di bidang kesehatan dan gizi masyarakat, dijumpai pula beberapa permasalahan ke depan yang memerlukan perhatian, antara lain sebagai berikut: 1 masih rendahnya status kesehatan dan gizi masyarakat, terutama pada kelompok ibu dan anak; 2 terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pada kelompok penduduk miskin, daerah tertinggal, terpencil dan daerah perbatasan; 3 masih lebarnya kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi; 4 masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular, serta rendahnya kondisi kesehatan lingkungan; 5 masih terbatasnya jumlah, jenis, kualitas serta penyebaran sumberdaya manusia kesehatan, dan belum optimalnya dukungan kerangka regulasi ketenagaan kesehatan; 6 masih terbatasnya ketersediaan, keterjangkauan, penggunaan dan mutu obat, serta belum optimalnya pengawasan obat dan makanan; 7 masih terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk menjamin perlindungan kesehatan masyarakat; 8 masih belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan; dan 9 belum efektifnya manajemen dan informasi pembangunan kesehatan, termasuk dalam pengelolaan administrasi, hukum, dan penelitian pengembangan kesehatan. Untuk itu dibutuhkan upaya unuk meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah. Dengan demikian tantangannya adalah mendisain pengembangan kerjasama antara I.2-34 pemerintah dan swasta dalam penyediaan layanan kesehatan serta antara pemerintah pusat dan daerah. Juga diperlukan adanya strategi penurunan disparitas pembangunan kesehatan antar wilayah serta rancangan koordinasi pemberian bantuan operasional kesehatan BOK. Permasalahan yang dihadapi pembangunan bidang kependudukan dan keluarga berencana antara lain adalah 1 masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah pertambahan penduduk; 2 masih tingginya disparitas angka kelahiran total Total Fertility RateTFR antarprovinsi serta disparitas menurut tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, dan wilayah perdesaa-perkotaan; 3 masih rendah dan tidak signifikannya kenaikan pemakaian kontrasepsi Contraceptive Prevalence RateCPR, serta masih tingginya disparitas antarprovinsi; 4 masih kurang efektifnya pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang MKJP; 5 masih rendahnya peserta KB pria; 6 masih tingginya kebutuhan ber-KB yang tidakbelum terpenuhi unmet need, dengan disparitas unmet need yang tinggi baik antarprovinsi, antartingkat pendidikan, maupun antarwilayah perdesaan-perkotaan; 7 masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran remaja dan pasangan usia subur tentang KB dan kesehatan reproduksi; 8 belum optimalnya pembinaan dan kemandirian peserta KB; 9 masih terbatasnya kapasitas kelembagaan Program KB; 10 masih belum sinergisnya kebijakan pengendalian penduduk; dan 11 masih terbatasnya ketersediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan. Tantangan ke depan adalah mengendalikan kuantitas penduduk melalui angka kelahiran TFR yang merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah pertambahan penduduk di Indonesia dengan meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta guna meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi CPR. Penanggulangan Kemiskinan Permasalahan penanggulangan kemiskinan dalam tahun 2011, diantaranya adalah: 1 masih belum berkembangnya iklim usaha yang kondusif di daerah, sehingga belum mampu menarik investasi lokal serta belum meluasnya budaya usaha di masyarakat, yang berakibat pada belum optimalnya kesempatan usaha ekonomi untuk peningkatan pendapatan dan daya beli di daerah; 2 masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial, dan masih terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik dan terlatih serta memiliki kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial. Permasalahan pada pelaporan dan pendataan jumlah korban akibat bencana yang disampaikan dari lokasi bencana seringkali kurang tepat dan akurat; 3 tingkat pemenuhan beberapa kebutuhan dasar indikator kemiskinan non pendapatan misalnya pada kecukupan pangan kalori, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi masih rendah, dan cukup timpang antar golongan pendapatan; 4 pemenuhan hak dasar terutama bagi masyarakat miskin dan termarjinalkan perlu diperluas agar pembangunan semakin inklusif dan berkeadilan; 5 masih banyaknya rumah tangga yang meskipun sudah meningkat kesejahteraannya, namun masih berada pada kelompok hampir miskin, sehingga rentan terhadap gejolak ekonomi dan sosial bencana alam, gangguan iklim dan konflik sosial; 6 permasalahan I.2-35 kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan yang berbeda antara JawaBali dengan daerah lainnya, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda; dan 7 masih kurang optimalnya pelibatan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan. Ketahanan Pangan Pada tahun 2011, pembangunan ketahanan pangan akan menghadapi beberapa permasalahan, terutama yang terkait dengan lahan pertanian, infrastruktur pertanian dan perdesaan, penelitian dan pengembangan pertanian, investasi dan pembiayaan pertanian, pangan dan gizi, serta perubahan iklim. Lahan, pengembangan kawasan, dan tata ruang. Kuantitas dan kualitas sumberdaya alam, terutama lahan, air, dan kelautan semakin menurun dari waktu ke waktu. Alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lain sangat berpotensi dalam menekan dan mengurangi ketersediaan luas lahan untuk komoditas pangan. Selain itu, deforestasi, degradasi lahan, overfishing, dan penurunan kualitas tambak akan pula menyebabkan penurunan kualitas lahan dan dukungan ketersediaan air sehingga akan menghambat upaya peningkatan produktivitas. Infrastruktur pertanian dan perdesaan. Di samping itu, dukungan infrastruktur pertanian, perikanan, dan kehutanan masih perlu ditingkatkan. Selain isu belum terbangunnya sarana dan prasarana pertanian di wilayah produsen pangan, isu kerusakan infrastruktur yang sudah terbangun juga masih menjadi permasalahan pembangunan ketahanan pangan. Selain itu, sarana dan prasarana transportasi dan logistik masih memerlukan keberpihakan pemerintah agar distribusi bahan pangan antar waktu dan antar wilayah dapat terjamin ke depan. Penelitian dan pengembangan pertanian. Komponen penting yang harus menjadi perhatian utama penelitian dan pengembangan pertanian, adalah peningkatan kualitas produksi dan peningkatan produktivitas. Mutu produksi pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan selama ini masih memerlukan upaya keras untuk ditingkatkan, baik untuk memenuhi tuntutan konsumsi dalam negeri maupun standar perdagangan internasional. Selain itu, penyediaan benih unggul dan varietas bernilai tinggi juga masih memerlukan dukungan penuh dari penelitian dan pengembangan pertanian. Investasi, pembiayaan, dan subsidi pangan dan pertanian. Ketersediaan dan keterjangkauan input produksi dan sarana perlu dijamin agar upaya peningkatan produksi pangan. Skema dan mekanisme investasi dan pembiayaan pertanian masih perlu pembenahan dan pengembangan agar dapat dijangkau oleh masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan. Lebih lanjut, ketersediaan dan keterjangkauan input dan sarana produksi pertanian, perikanan, dan kehutanan tetap memerlukan keberpihakan investasi dan pembiayaan publik, terutama melalui subsidi. Pangan dan gizi. Penduduk dan daerah yang rentan terhadap rawan pangan masih relatif tinggi, baik dalam persentase maupun jumlahnya. Ketidakpastian produksi dan harga pangan dunia juga menuntut pemerintah untuk terus menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri. Selain itu, upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat juga harus tetap menjadi penekanan pemerintah. Lebih lanjut, perbaikan I.2-36 sistem mutu, keamanan pangan, dan penanggulangan penyakit zoonosis juga masih akan menjadi permasalahan ke depan. Perubahan iklim. Kemampuan penyediaan bahan pangan dari produksi dalam negeri terkendala pula oleh kondisi ikim dan cuaca. Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap frekuensi dan intensitas bencana banjir danatau kekeringan sangat berpengaruh terhadap kemampuan produksi bahan pangan dalam negeri. Kapasitas mitigasi dan adaptasi pelaku pertanian, perikanan, dan kehutanan terhadap perubahan iklim perlu terus ditingkatkan ke depan. Selain itu, pembangunan ketahanan pangan juga tantangan pokok, yaitu: i semakin meningkatnya permintaan akan bahan pangan, ii tuntutan terhadap jaminan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dari produksi dalam negeri, iii nilai strategis untuk tetap menjaga stabilitas harga dan distribusi bahan pangan agar terjangkau oleh masyarakat, iv potensi pengembangan nilai tambah dan daya saing komoditas bahan pangan, serta v perlunya tetap mengupayakan peningkatan kesejahteraan dan kapasitas petaninelayan. Infrastruktur Pembangunan infrastruktur membutuhkan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah terutama menyangkut tataruang dan pengadaan tanah. Untuk itu tantangan yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah penyusunan strategi dan koordinasi pengadaan tanah untuk infrastruktur serta penyelesaian RTRW. Permasalahan yang dihadapi antara lain: 1 belum selesainya seluruh peraturan perundang-undangan terutama dalam rangka penyiapan acuan pelaksanaan pembangunan daerah Perpres tentang KSN, dan Perda tentang RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia; 2 Masih rendahnya pemahaman mengenai berbagai peraturan perundangan bidang penataan ruang baik di pusat maupun daerah serta kurangnya kapasitas kelembagaan penataan ruang di daerah yang berkaitan dengan pengendalian dan pengawasan; 3 Belum adanya prosedur dan mekanisme dalam upaya sinergitas berbagai kegiatan sektor pembangunan seperti kehutanan, pertanian, pertambangan, transportasi, pengairan, penanaman modal, pertanahan, dan lain-lain; serta 4 Banyaknya undang-undang sektoral yang harus disinergikan dengan penataan ruang. Pembangunan transportasi dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sampai saat ini masih menghadapi permasalahan dan tantangan, antara lain: a Pelayanan transportasi saat ini belum mampu menawarkan solusi yang andal dalam menciptakan jaringan transportasi yang secara efektif dalam memenuhi kebutuhan akan pergerakan dan efisien dalam biaya transportasi, terutama untuk wilayah perkotaan; b Pemgembangan teknologi sistem dan pola transportasi masih belum mampu mengurangi hambatan-hambatan geografis, sehingga kebutuhan terhadap aksesibilitas pelayanan transportasi bagi masyarakat di perdesaan, perbatas, wilayah terpencil, pulau-pulau terluar dan terdepan belum terpenuhi; c Kompetensi dan jumlah SDM dan kinerja kelembagaan transportasi belum mampu memenuhi tuntutan dalam mewujudkan tata kelola standar pelayanan minimal ; d Masalah sosial dan lingkungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan; e sistem transportasi nasional belum sepenuhnya siap dalam menghadapi tuntutan kompetisi global yang semakin tinggi; f Koordinasi antara I.2-37 sektoral dan daerah belum berjalan secara optimal dalam mensinergikan pola transportasi yang selama ini masih parsial untuk mewujudkan “domectic connectivity” yang mendukung ketahan pangan dan distribusi hasil-hasil produksi masyarakat Permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi dalam upaya meningkatkan dukungan terhadap ketahanan pangan pada tahun 2011 antara lain: 1 belum optimalnya jaminan ketersediaan air irigasi; 2 belum optimalnya fungsi jaringan irigasi karena kerusakan akibat bencana alam dan rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan jaringan; 3 tingginya alih fungsi lahan pertanian produktif seiring dengan pesatnya pertumbuhan pemukiman dan berkembangnya pusat-pusat perekonomian; 4 belum optimalnya pengembangan jaringan rawa sebagai alternatif lahan irigasi baru; 5 partisipasi masyarakat petani masih rendah dan kinerja kelembagaan pengelolaan irigasi yang belum optimal; dan 6 dampak perubahan iklim yang mempengaruhi pola distribusi ketersediaan air. Selain itu, permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi dalam upaya meningkatkan ketersediaan air baku yang salah satunya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi antara lain: 1 terkendalanya pelaksanaan pembangunan tampungan-tampungan air akibat terhambatnya proses pembebasan lahan; 2 tingginya laju sedimentasi pada tampungan-tampungan air, sungai dan saluran akibat kerusakan daerah tangkapan air, sehingga mengurangi tingkat keandalan pasokan air; 3 terbatasnya kapasitas, kuantitas dan kualitas SDM serta pendanaan untuk melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan tampungan-tampungan air. Permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi untuk meningkatkan dukungan infrastruktur sumber daya air terhadap prioritas nasional terutama dalam pengendalian banjir, antara lain: 1 tingginya tingkat kerusakan daerah tangkapan air dan perubahan iklim yang menyebabkan frekuensi dan intensitas bahaya banjir semakin meningkat; 2 pada daerah perkotaan, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya, banjir juga disebabkan oleh buruknya sistem drainase mikro dan pembuangan sampah di badan sungai; 3 tingginya eksploitasi air tanah yang menyebabkan penurunan muka tanah land subsidence, sehingga meningkatkan resiko banjir; 4 terhambatnya pelaksanaan pembangunan prasarana pengendali banjir akibat lambatnya proses pembebasan tanah; 5 padatnya pemukiman dan aktivitas di bantaran sungai yang menghambat upaya pengendalian banjir; dan 6 dampak perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan muka air laut, sehingga memicu terjadinya banjir robpasang air laut, abrasi pantai, dan gelombang pasang yang mengancam kawasan pantai Indonesia, terutama pada daerah yang menjadi pusat-pusat perekonomian, perkotaan, permukiman, dan industri. Meskipun upaya dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak telah dilakukan, namun sampai saat ini upaya tersebut masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat, terutama MBR. Beberapa permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi dalam pembangunan perumahan antara lain 1 terbatasnya akses MBR terhadap penguasaan dan legalitas lahan; 2 terbatasnya akses MBR terhadap pembiayaan perumahan; 3 kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum mantap; 4 pasar primer dan pembiayaan sekunder perumahan yang ada belum berjalan secara optimal; 5 efisiensi pembangunan perumahan masih rendah; serta 6 pemanfaatan sumberdaya perumahan dan permukiman yang belum optimal. Dalam pembangunan air minum dan sanitasi, permasalahan pokok yang dihadapi pada tahun 2011 adalah rendahnya akses masyarakat terhadap air minum I.2-38 dan sanitasi air limbah, persampahan, dan drainase yang secara umum diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: 1 belum memadainya perangkat peraturan; 2 terbatasnya penyedia layanan yang kredibel dan profesional; 3 belum optimalnya sistem perencanaan; dan 4 terbatasnya ketersediaan pendanaan. Permasalahan pembangunan komunikasi dan informatika yang dihadapi pada tahun 2011 adalah 1 belum meratanya penyediaan akses komunikasi dan informatika, serta sangat terbatasnya pengembangan infrastruktur broadband nasional; 2 belum optimalnya pemanfaatan spektrum frekuensi radio yang terlihat dari masih banyaknya penggunaan spektrum frekuensi radio secara ilegal, padahal di sisi lain kebutuhan akan spektrum frekuensi radio sangat tinggi; 3 masih tingginya ketergantungan terhadap industri luar negeri dan teknologi proprietary; 4 belum optimalnya kerja sama dengan pemerintah daerah yang di antaranya terlihat dari kasus perobohan menara seluler di beberapa daerah sehingga menyebabkan rendahnya kualitas dan bahkan menghilangnya layanan telekomunikasi seluler kepada masyarakat setempat; 5 meningkatnya cyber crime di dunia perbankan dan penyalahgunaan abusemisuse TIK yang menimbulkan keresahan di masyarakat seperti penipuan, pencurian identitas, terorisme, dan pornografi; dan 6 rendahnya tingkat e-literasi. Adapun tantangan yang dihadapi pada tahun 2011 adalah konvergensi telekomunikasi, informatika, dan penyiaran yang semakin nyata sehingga harus segera diantisipasi melalui penyesuaian peraturan perundang-undangan, kelembagaan, dan struktur industri. Pada tahun 2011 pembangunan energi dan ketenagalistrikan diperkirakan masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu 1 bauran energi energy mix masih belum optimal sehingga masih adanya ketergantungan pada energi fosilkonvensional; 2 pasokan energi terbatas jumlah, kualitas dan keandalan; 3 kondisi sistem transmisi interkoneksi masih belum andal dengan tingkat susut losses masih di atas 10 persen; 4 teknologi dan pendanaan didominasi asing mengingat keterbatasan dana; 5 ketergantungan dengan teknologi asing mengingat prasarana energi merupakan padat teknologi; 6 regulasi yang masih perlu disempurnakan sejalan dengan konsistensi kebijakan; 7 kebijakan harga pricing policy masih belum tepat; 8 efisiensi dan konservasi energi masih belum berjalan dengan baik; 9 belum optimalnya parsitipasi pemerintah daerah dan swasta dalam pemenuhan kebutuhan energi. Iklim Investasi dan Iklim Usaha Kondisi perekonomian dunia pada tahun 2011 diperkirakan sudah akan membaik karena dampak resesi global sudah mereda. Namun demikian upaya peningkatan daya tarik investasi di Indonesia masih menghadapi masalah antara lain: keterbatasan dalam penyediaan infrastruktur; ketersediaan energi; belum optimalnya harmonisasi, sinkronisasi, dan simplifikasi berbagai perangkat peraturan pusat dan daerah; serta penyebaran investasi yang belum merata. Hal tersebut menandakan belum kondusifnya iklim investasi di Indonesia.. Dampak dari iklim investasi yang belum kondusif, menyebabkan penurunan realisasi investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan penurunan daya serap tenaga kerja sehingga belum mampu mendorong penciptaan kesempatan kerja formal lebih luas. I.2-39 Hal sebaliknya juga terjadi, yaitu iklim ketenagakerjaan menjadikan iklim investasi yang tidak kondusif.. Peraturan ketenagakerjaan dalam UU. No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, merupakan salah satu sebab yang masih menjadi kendala untuk dunia usaha. Pemahaman masyarakat khususnya serikat pekerja tentang UU. No. 13 tahun 2003 ini, telah memberikan makna yang menyebabkan kesalahpahaman tentang maksud Pemerintah untuk menyempurnakan peraturan ketenagakerjaan. Hingga saat ini, penyempurnaan UU tersebut belum dapat dipahami oleh kalangan serikat pekerja. Berkaitan dengan itu, beberapa peraturan seperti pesangon, pekerja kontrakoutsourcing perlu disempurnakan. Untuk pesangon, dalam UU Nomor 13 tersebut, ketentuan besarnya pesangon merupakan yang tertinggi dibandingkan ketentuan pesangon dari negara-negara lain, seperti Malaysia, Vietnam, dan China. Peraturan lain yang memerlukan penyempurnaan adalah mengenai prosedur dalam penetapan upah minimum, yang hingga saat ini masih membuahkan perdebatan diantara kalangan serikat pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Keinginan untuk mengaitkan antara upah dengan memperhatikan aspek produktivitas masih mengalami kendala untuk mewujudkannya. Aspek lain yang memerlukan penyempurnaan dalam UU Ketenagakerjaan mengenai pengaturan tenaga kerja kontrak atau outsourcing. Kurangnya pemahaman mengenai outsourcing yang sebenarnya telah menyebabkan permasalahan tersendiri. Sampai dengan akhir tahun 2009, upaya untuk menyempurnakan peraturan tersebut belum dapat direalisasikan. Tahun 2010, rancangan amandemen UU No. 13 tahun 2003 ini ditargetkan dapat diselesaikan, sehingga tahun 2011, mulai di lakukan sosialisasi amandemen UU tersebut. Energi Permasalahan sektor energi timbul karena adanya laju pertumbuhan peningkatan permintaan energi akibat kegiatan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk, yang melebihi laju pertumbuhan pasokan energi. Selain itu kondisi geografis negara kepulauan, yang terdiri atas belasan ribu pulau besar dan kecil, serta luasnya wilayah nusantara, mempengaruhi tingkat pelayanan, efisiensi dan keandalan sistem penyediaan dan penyaluran energi di seluruh Indonesia. Permasalahan lainnya adalah ketergantungan terhadap impor BBM yang terlalu tinggi disebabkan oleh karena infrastrukur kilang minyak masih sangat terbatas kapasitasnya. Saat ini, terdapat 10 sepuluh kilang minyak yang beroperasi, baik yang dimiliki oleh PT Pertamina Persero maupun oleh badan usaha swasta, dengan total kapasitas pengolahan sebesar 1,156 juta barel per hari. Karena konfigurasinya, tidak semua kilang yang ada dapat memproses minyak mentah dari dalam negeri dan hanya dapat memproses minyak mentah impor. Saat ini sekitar 48,4 persen energi yang dikonsumsi secara nasional berasal dari minyak bumi, sedangkan pemanfaatan sumber energi selain minyak bumi, seperti gas bumi, batubara, dan EBT masih terbentur oleh berbagai hal. Gas bumi belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Saat ini pemanfaatan gas untuk dalam negeri masih terkendala oleh kontrak-kontrak jangka panjang dari Perjanjian Jual Beli Gas yang ditandangani sebelum diterbitkannya UU No. 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dimana sebagian besar gas ini diekspor. Pemanfaatan gas untuk dalam negeri juga I.2-40 terkendala oleh terbatasnya infrastruktur di dalam negeri, seperti terminal penyimpan, jaringan transmisi dan distribusi gas, dan sebagainya. Demikian juga halnya pemanfaatan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mengahadapi kendala keterbatasan infratruktur, baik berupa pelabuhan maupun jaringan pengangkut batubara. Energi panas bumi, walaupun merupakan salah satu EBT bersih lingkungan, untuk mengembangkannya dalam skala yang besar membutuhkan investasi yang tinggi, kesiapan institusi, peraturan yang berkaitan dengan harga uaplistrik, dan sumber daya manusia. Pengembangan panas bumi, menurut UU No. 272003 tentang Panas Bumi, diserahkan kepada Pemerintah Daerah, dan hal ini menuntut ditingkatkannya kemampuan aparat Pemerintah Daerah. Untuk mengembangkan energi nuklir, kendala terbesar yang dihadapai adalah kekhawatiran masyarakat terhadap pengelolaan limbah uranium, disamping dibutuhkannya nilai investasi yang tinggi, dan teknologi tinggi maupun kesiapan sumber daya manusia. Demikian pula halnya dengan energi surya yang sampai saat ini belum dapat berkembang menjadi salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan secara masal. Hal ini disebabkan oleh karena biayanya yang relatif masih tinggi. Meskipun telah banyak kemajuan dalam upaya meningkatkan efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan energi, inefisiensi masih tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya angka elastisitas energi, dan intensitas energi nasional, yakni sekitar 400 SBMjuta US PDB 2008, melebihi angka-angka intensitas energi negara-negara di Asean, seperti Malaysia 335 SBMjuta US PDB, dan jauh diatas rata-rata negara maju yang tergabung dalam OECD 136 SBMjuta US PDB. Inefisiensi terutama terjadi dalam pemakaian BBM di sektor transportasi perkotaan yang disebabkan oleh belum melembaganya layanan sistem transportasi umum masal dengan konsumsi energi rendah. Walaupun dirancang untuk menyediakan energi yang terjangkau oleh masyarakat luas, subsidi harga BBMLPG dan listrik ikut menyumbang terhadap inefisiensi dan pemborosan penggunaan energi – tidak mendorong prakarsa masyarakat untuk melakukan penghematan energi. Disamping menyumbang terhadap pemborosan, subsidi harga BBM juga melemahkan upaya penggunaan energi alternatif selain BBM. Harga energi non-BBM menjadi tidak lagi kompetitif, jauh diatas harga energi BBM bersubsidi. Hal ini berdampak terhadap tidak berkembangnya pengusahaan EBT, seperti tenaga surya, angin, BBN, dan sebagainya. Konsumsi energi yang inefisien juga berdampak kepada laju peningkatan emisi karbondioksida CO2. Saat ini emisi CO2 dari sektor energi menyumbang sekitar 14 dari total emisi CO2 secara nasional, kedua sesudah emisi yang bersumber dari deforestasi. Disamping itu, kepedulian masyarakat dunia terhadap fenomena perubahan iklim global semakin tinggi, namun upaya-upaya mitigasi dari fenomena perumbahan iklim ini, yakni penurunan emisi CO2 di tingkat nasional melalui pemanfaatan jenis bahan bakar dan teknologi bersihramah lingkungan, masih dalam taraf awal dan belum membuahkan konsensus yang melembaga. Disamping inefisiensi, penyediaan energi final, terutama listrik dan BBM, juga terkendala oleh terbatasnya tingkat pelayanan infrastruktur energi, seperti fasilitas produksi, pengolahan, pengangkutan dan distribusi terutama didaerah-daerah perdesaan, terpencil, dan perbatasan. Hal ini mengakibatkan ongkos penyediaan energi menjadi I.2-41 tinggi serta harga energi yang harus dibeli masyarakat menjadi mahal, dan akhirnya akses masyarakat terhadap energi menjadi terkendala. Rendahnya akses akan energi ditunjukkan oleh rendahnya konsumsi energi per kapita, yakni sekitar 0,467 SBM. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya penyediaan informasi terkait dengan perubahan iklim adalah: kurang optimalnya kinerja operasional Sistem Peringatan Dini; kurangnya kalibrasi peralatan operasional secara periodik berdasarkan ketentuan dalam operasional peralatan; kurang optimalnya Sistem Peringatan Dini Cuaca, Iklim dan Tsunami serta Pusat Peringatan Dini Badai TCWC; belum berlakunya Undang-Undang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dan Peraturan Pemerintah dari UU tersebut; semakin kritisnya masyarakat terhadap fenomena alam sehingga menuntut pelayanan yang semakin cepat, tepat dan akurat, terutama aspek dari perubahan iklim; dan terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia SDM di bidang teknis untuk mendukung operasional dan pemeliharaan peralatan serta SDM untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan, baik di kantor pusat maupun daerah. Sedangkan tantangan yang akan dihadapi antara lain adalah: bertambahnya lahan kritis, perlunya koordinasi dalam pengelolaan hutan, konservasi dan kerusakan hutan dan lahan, pengawasan pemanfaatan ruang, serta pengelolaan terumbu karang, lamun dan mangrove. Masalah dan tantangan pokok pengendalian kerusakan lingkungan pada tahun 2011 adalah tingkat pencemaran terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayatinya sudah melebihi baku mutu lingkungan, rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola, iii masih rendahnya kesadaran masyarakat, pendekatan pelaksanaan pembangunan yang kurang berwawasan lingkungan, kebijakan pengelolaan keanekaragaman hayati yang belum terpadu, serta potensi timbulnya konflik antar daerah dalam pemanfaatan dan pengelolaan SDA Masalah dan tantangan pokok dalam membangun sistem peringatan dini adalah penyediaan sistem informasi yang cepat perlu ditingkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola, serta ketersediaan sistem data dan informasi. Masalah dan tantangan pokok dalam penanggulangan bencana adalah pelaksanaan tanggap darurat dan penanganan korban bencana alam dan kerusuhan sosial yang terkoordinasi, efektif dan terpadu, pembentukan dan penguatan kapasitas kelembagaan bencana di daerah sampai dengan tingkat kabupatenkota, peningkatan kapasitas penanganan kedaruratan Satuan Reaksi Cepat-Penanggulangan Bencana yang dilengakapi dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai, pengarusutamaan pengurangan risiko bencana yang sinergis antara pusat dan daerah dalam sistem perencanaan pembangunan daerah, serta penguatan jaringan informasi dan komunikasi serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengurangi risiko bencana. Selain itu dalam pembangunan data dan informasi spasial akan dihadapi masalah- masalah, antara lain data dan informasi spasial belum memadai baik dalam kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, ketersediaan data dan informasi geospasial berupa peta I.2-42 rawan bencana belum mencakup seluruh wilayah rawan bencana. Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam bidang data dan informasi spasial di tahun 2011adalah penyediaan peta rawan bencana bagi keperluan mitigasi bencana dalam proses perencanaan pembangunan nasional. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik Berdasarkan perkiraan hasil capaian pada tahun 2010, beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2011 antara lain : 1 Belum disepakatinya seluruhnya batas wilayah negara dan batas yurisdiksi dengan negara tetangga; 2 Masih maraknya kegiatan ilegal seperti penyelundupan, pencurian ikan, penebangan hutan illegal, dan perdagangan manusia yang terjadi di kawasan perbatasan; 3 Masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya di kecamatan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar; dan 4 Masih rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur yang menyebabkan sulit berkembangnya perekonomian wilayah Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan daerah tertinggal sebagai berikut: 1 Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam pengembangan perekonomian daerah tertinggal; 2 Rendahnya kualitas SDM dan tingkat kesejahteraan masyarakat daerah tertinggal, yang tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan angkatan kerja, rendahnya derajat kesehatan masyarakat, dan tingginya tingkat kemiskinan; 3 Lemahnya koordinasi antarpelaku pembangunan di daerah tertinggal dan belum dimanfaatkannnya kerjasama antardaerah tertinggal pada aspek perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan; 4 Belum optimalnya tindakan afirmatif kepada daerah tertinggal, khusunya pada aspek kebijakan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, koordinasi, dan pengendalian pembangunan; 5 Rendahnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah, khususnya terhadap sentra-sentra produksi dan pemasaran karena belum didukung oleh sarana dan prasarana angkutan barang dan penumpang yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah tertinggal; 6 Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung ekonomi lainnya, yang meliputi energi listrik, telekomunikasi, irigasi dan air bersih; 7 Masih terdapat beragam permasalahn terkait pertanahan serta pembangunan sarana dan prasarana fisik di kawasan tranhsmigrasi. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Tantangan yang selalu dihadapi dalam pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, serta apresiasinya, adalah memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi tumbuh-mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa. Sedangkan tantangan yang selalu dihadapi dalam pembangunan kapasitas iptek nasional dalam inovasi teknologi meliputi: 1 meningkatkan kemampuan sisi litbang menyediakan solusi-solusi teknologi; 2 meningkatkan kemampuan sisi pengguna dalam menyerap teknologi baru yang tersedia; serta 3 membangun integrasi sisi penyedia dan I.2-43 pengguna teknologi belum terbangun dengan baik. Dengan kata lain, belum integrasi iptek di antara penyedia dan pengguna. Permasalahan Lainnya di Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Masalah dan tantangan pokok yang dihadapi pada tahun 2011 terkait dengan peran Indonesia dalam menjaga keamanan nasional dan menciptakan perdamaian dunia antara lain adalah masih belum efektif dan belum tersedianya legitimasi upaya-upaya reformasi PBB, khususnya Dewan Keamanan. Indonesia akan terus berada di garis depan dalam memajukan peranan PBB mengatasi krisis global dan pada saat yang sama untuk menyerukan perlunya reformasi PBB. Selain itu, politik luar negeri Indonesia di tahun 2011 akan terus berupaya mengatasi apa yang disebut sebagai akar permasalahan atau kondisi yang kondusif bagi tumbuhnya terrorisme melalui “Inter-faith dialogue” dan keseluruhan spektrum “soft power”. Permasalahan yang dihadapi dalam upaya Pelayanan dan Perlindungan WNIBHI di Luar Negeri antara lain masih banyak TKI ilegal yang belum tertangani, masih terjadinya deportasi terhadap WNI, dan masih banyaknya tindak kekerasan terhadap TKI. Pemerintah Indonesia menghadapi keterbatasan penampungan, bantuan dan advokasi hukum yang kurang memadai, dan keterbatasan fasilitasi pemulangan tersedia. Untuk itu, selain mengupyakan perbaikan terhadap keterbatasan ini, setiap diplomat Indonesia akan terus dipandu dengan prinsip keberpihakan dan perlindungan WNI. Terkait dengan pelaksanaan diplomasi ekonomi, salah satu tantangan sekaligus peluang diplomasi Indonesia adalah partisipasi Indonesia dalam G-20, yang oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan negara-negara maju. Seiring dengan penegasan status G-20 selaku forum utama bagi penanganan isu-isu ekonomi dunia, politik luar negeri Indonesia ditantang untuk dapat menunjukkan ciri khas di dalam kelompok ini, yaitu sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, negara dengan penduduk Muslim terbesar, dan dapat memainkan peran strategis sebagai negara yang menyuarakan moderasi. Masih terjadinya serangkaian aksi terorisme di Indonesia, menunjukan bahwa terorisme masih menjadi ancaman bagi keamanan nasional. Walaupun Kepolisian RI telah menunjukan keberhasilan dengan menangkap gembong-gembong teroris, namun munculnya beberapa tokoh terorisme baru yang relatif muda dan terdidik mengindikasikan bahwa kemampuan jaringan terorisme dalam merekrut anggota baru sangat lihai. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk mencegah kelompok masyarakat terdogma oleh jaringan terorisme. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah sosialisasi dan pendekatan terhadap masyarakat untuk mengenal bahayanya terorisme, diikuti dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk menurunkan potensi terjadinya tindakan terorisme di masa depan. Perkembangan pemenuhan, perlindungan, pemajuan dan penegakan HAM, belum secara optimal dilaksanakan. Salah satu penyebabnya antara lain, peraturan perundang- undangan nasional mengenai HAM belum sepenuhnya sejalan dengan kovenan dan konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia. Oleh karena itu, pemenuhan hak- hak sosial, ekonomi, budaya dan politik masih belum optimal pelaksanaannya. Keadaan I.2-44 tersebut secar konkrit terlihat dengan masih adanya tindak kekerasan, diskriminasi, dan penyalahgunaan kekuasaan khususnya oleh penyelenggara negara, sebagai pengemban UUD 1945. Meskipun Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kovenan internasional dan prinsip-prinsip perlindungan HAM, dan telah diakomodasi dalam mekanisme penyusunan peraturan perundang-undangan, namun pada praktiknya masih banyak ditemukan peraturan perundang-undangan nasional dan daerah yang masih belum sejalan dengan prinsip-prinsip HAM. Untuk menjamin pelaksanaan prinsip-prinsip HAM di daerah, dalam kerangka pelaksanaan RANHAM 2004-2009, telah dibentuk 407 Panitia Pelaksana RAN-HAM ProvinsiKabupatenKota. Namun, pelaksanaan tugas dari panitia RAN-HAM di daerah belum jelas kerangkanya, karena masih rendahnya pemahaman HAM di kalangan Pemerintah. Peningkatan peran industri pertahanan dalam negeri merupakan suatu keharusan dalam rangka mewujudkan kemandirian pertahanan dan keamanan nasional. Belajar dari pengalaman masa lalu, kemampuan pertahanan Indonesia sempat melemah akibat embargo dari negara-negara suplier yang menilai indonesia bermasalah dengan pelanggaran HAM. Secara umum peran industri pertahanan nasional dalam keamanan nasional relatif belum maksimal, yaitu dicerminkan dari potensi Industri pertahanan yang belum sepenuhnya dapat direalisasikan dan termanfaatkan dalam sistem keamanan nasional. Pengadaan Alustsista TNI dan alat utama POLRI dari luar negeri seyogyanya dihindari jika Alustsista dan peralatan utama tersebut sudah dapat diproduksi oleh industri pertahanan nasional. Pengadaan Alutsista TNI dan alat utama POLRI dari luar negeri sedapat mungkin harus dikaitkan dengan proses alih teknologi, offset dan kerjasama produksi sehingga memperkuat industri pertahanan nasional dan memberikan nilai tambah bagi bangsa Indonesia. Di sisi lain, industri pertahanan nasional yang saat ini identik dengan inefisiensi, kurang kompetitif, dan tidak memiliki keunggulan komperatif, dan tidak mampu memenuhi persyaratan dalam kontrak, juga harus mentransformasi perilaku bisnisnya agar mampu mengemban kepercayaan yang telah diberikan, yang antara lain dicerminkan dari kesesuaian harga dan kualitas produk serta ketepatan waktu penyerahan. Permasalahan Lainnya di Bidang Perekonomian Permasalahan yang dihadapi sektor industri dapat dikelompokkan atas permasalahan yang ada dalam sektor itu sendiri masalah internal dan permasalahan yang berada di luar sektor industri masalah eksternal. Persalahan internal utamnya bersumber pada lemahnya postur dan jumlah populasi usaha industri manufaktur, lemahnya struktur industri, serta rendahnya produktivitas. Sedangkan masalah eksternal industri mencakup 1 ketersediaan dan kualitas infrastruktur jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik, pasokan gas yang belum memadai, 2 pengawasan barang-barang impor yang belum mampu menghentikan peredaran barang impor illegal di pasar domestik, 3 hubungan industrial dalam perburuhan belum terbangun dengan baik, 4 masalah kepastian hukum, dan 5 suku bunga perbankan yang masih tinggi. Penyelesaian masalah ini berada di luar kewenangan departemen perindustrian sehingga tantangannya adalah memprakarsai penyelesaiannya dengan berkoordinasi dengan kementerianlembaga yang berwenang. I.2-45 Menyempurnakan Kebijakan dalam rangka meningkatkan Pelayanan TKI. Pengaturan mengenai calon pekerja yang akan bekerja ke luar negeri dimuat dalam Undang-undang No. 39 tahun 2004 tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri. Pelaksanaan UU ini masih menghadapi kendala untuk dapat menangani kerentanan yang dihadapi tenaga kerja migrant. Jika kebijakan ketenagakerjaan untuk pekerja migran sejuah ini masih menitikberatkan pada aspek prosedur penempatan tenaga kerja, untuk tahun 2011 penekanan diarahkan pada aspek perlindungan pekerja, di dalam maupun diluar negeri. Meningkatkan Kebijakan Perlindungan TKI di Luar Negeri. Pemerintah berupaya memberikan perlindungan bagi TKI, dengan mengeluarkan UU No. 392004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, Perpres No. 81 tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI dan Inpres No. 62006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI. Namun demikian instrument hukum nasional tersebut tidak dapat menjamin perlindungan yang efektif tanpa instrument hukum internasional, baik dalam tataran bilateral maupun multilateral. Permasalahan Lainnya di Bidang Kesejahteraan Rakyat Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan kepariwisataan adalah belum optimalnya dukungan dari sektorbidang lain dalam meningkatkan kesiapan tujuan pariwisata nasional terkait daya tarik pariwisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas dan promosi pariwisata. Hambatan lain yang perlu mendapat perhatian antara lain: a kurang kondusifnya iklim investasi di bidang pariwisata dalam meningkatkan investasi di bidang pariwisata di Indonesia; b belum optimalnya pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi information and communication technologiesICTs sebagai sarana pemasaran dan promosi yang efektif; c terbatasnya kualitas dan kuantitas serta profesionalisme sumber daya manusia SDM pariwisata. Oleh karenanya, tantangan utama pembangunan kepariwisataan tahun 2011 adalah meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan swasta termasuk masyarakat Public Private Partnership dan koordinasi lintas bidang; mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi, dan menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi di bidang pariwisata serta pengembangan dan peningkatan profesionalisme SDM pariwisata Partisipasi pemuda, budaya dan prestasi olahraga yang rendah. Pembangunan pemuda dan olahraga telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Namun demikian, pada tahun 2011 masih dihadapkan pada beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain: 1 masih terbatasnya peran serta pemuda sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan; 2 belum optimalnya pemberian fasilitasi kepada pemuda untuk memperoleh serta meningkatkan kapasitas, kompetensi, kreativitas, dan keterampilan; 3 masih rendahnya tingkat partisipasi pemuda dalam organisasi kepemudaan; 4 masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga; 5 terbatasnya upaya pembibitan atlet unggulan; dan 6 belum optimalnya penerapan Iptek olahraga dan kesehatan olahraga. Kualitas kehidupan beragama yang belum optimal. Beberapa masalah dan tantangan penting yang dihadapi pembangunan bidang agama meliputi: a Harmonisasi I.2-46 sosial dan kerukunan di kalangan umat beragama belum sepenuhnya terwujud. Masih terjadi konflik bernuansa keagamaan. Tantangan ke depan adalah membentuk dan membangun FKUB di tingkat provinsi, kabupatenkota, bahkan di tingkat kecamatan apabila diperlukan, serta meningkatkan efektivitas forum; dan b Penyelenggaraan ibadah haji belum optimal. Penyelenggaraan ibadah haji masih belum memuaskan bagi sebagian kalangan masyarakat. Tantangan ke depan adalah meningkatkan kualitas pelayanan haji dan umrah antara lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu kebijakan, penerapan standardisasi pelayanan, pembenahan manajemen asrama haji, peningkatan kepastian keberangkatan, peningkatan profesionalisme petugas, peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana penyelenggaraan haji, pengurangan beban biaya tidak langsung jemaah, penyesuaian kuota, peningkatan kualitas pemondokan, transportasi dan konsumsi, serta penguatan sistem informasi haji yang terintegrasi dan handal. Jati diri bangsa yang belum mantap dan pelestarian budaya yang belum optimal. Oleh karena itu tantangan pokok tahun 2011 dalam upaya mempertahankan dan memperkuat jati diri dan karakter bangsa adalah 1 memelihara dan melestarikan nilai- nilai tradisi luhur seperti, cinta tanah air, nilai solidaritas sosial, dan keramahtamahan yang menjadi identitas budaya; 2 meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya serta perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual HKI; 3 meningkatkan upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya sebagai sarana rekreasi, edukasi, dan pengembangan kebudayaan; dan 4 meningkatkan kapasitas sumber daya pembangunan kebudayaan. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan yang belum optimal. Tantangan yang dihadapi ke depan adalah: 1 meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan terkait dengan pentingnya pembangunan yang responsif gender; 2 meningkatkan koordinasi pelaksanaan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; dan 3 meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan, serta koordinasi pelaksanaannya. Perlindungan anak yang belum optimal. Walaupun sudah banyak kemajuan yang dicapai di bidang perlindungan anak sampai dengan tahun 2009 sebagaimana diuraikan di atas, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi pada tahun 2011. I.2-47 B. TEMA PEMBANGUNAN TAHUN 2011 DAN SASARAN PEMBANGUNAN

1. Tema Pembangunan