Agus Winarti, 2014 PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada
Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
116
melalui wawancara mendalam baik pada peserta, tutor, nara sumber, pemuka masyarakat maupun masyarakat lingkungan yang terdampak langsung oleh
bencana alam. Selain wawancara juga dengan observasi, observasi yang dilakukan ketika pelatihan sedang berjalan baik di dalam ruangan pada saat
penyampaian teori maupun ketika praktek dilapangan dengan sesungguhnya aplikatif, dan dokumentasi yaitu berupa data-data berupa catatan-catatan yang
terkait dengan kegiatan pelatihan kecakapan vokasional yang diperoleh dari penyelenggara, kantor kecamatan maupun kalurahan, gambarfoto yang diperoleh
ketika proses pelatihan kecakapan vokasional sedang berjalan. Baik pada waktu proses penyampaian teori maupun pada waktu praktek di lapangan dan ketika
test dilakukan sebelum pelatihan pretest dan setelah perlakukan posttest. Sedangkan data sekunder adalah data untuk melengkapi data primer, yang telah
diolah dan tersedia pada lembaga-lembaga formal maupun nonformal yang berada dilokasi penelitian.
Adapun alat pengumpul data dalam pelaksanaan pelatihan kecakapan vokasional pasca bencana teridentifikasi melalui tiga aspek kegiatan yaitu:
perencanaan yang meliputi; tujuan, sasaran, nara sumber, kurikulum, materi, media, metode, waktu dan tempat. Aspek pelaksanaan meliputi; Kegiatan
pelatihan dan praktek lapangan. Aspek evaluasi meliputi; evaluasi awal, evaluasi proses dan evaluasi akhir.
Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta pelatihan terhadap materi pelatihan kecakapan vokasional untuk
mewujudkan hidup mandiri masyarakat pasca bencana dengan melakukan evaluasi sebagai berikut: 1 sebelum peserta mengikuti pelatihan; 2 pengamatan
pada saat mengikuti pelatihan yaitu praktek pada bangunan yang sesungguhnya aplikatif; 3 pada akhir pelatihan aplikatif atau sebelum mengikuti magang,
untuk seterusnya peserta mengimplementasikan hasil pelatihan kecakapan vokasional terkait dengan Rekompak.
F. Teknik Pengumpulan Data
Agus Winarti, 2014 PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada
Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
117
Teknik pengumpulan data dalam analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah analisis dokumentasi, observasi partisipasi
pengamatan, wawancara mendalam pada pesertatokoh masyaratmasyarakat terdampak, dan triangulasi. Termasuk yang didalamnya data dari hasil diskusi
kelompok terfokus focus group discussion dan assesmen partisipatori Participatory Rural Appraisal
– PRA sebagai sumber data triangulasi yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Hasil penilaian dengan menghimpun hasil
observasi dan wawancara sebelum pelatihan dimulai atau awal pelatihan, proses pelatihan yaitu ketika peserta sedang melakukan pekerjaan praktek membangun
rumah dan akhir pelatihan sebelum magang. Dalam pengumpulan data kegiatan peneliti berkedudukan sebagai instrument
dalam penelitian key instrument atau alat penelitian. Dengan demikian maka peneliti berkedudukan sebagai perencana, pengumpul, penganalisis, dan penafsir
data, dengan pernyataan lain peneliti menjadi segalanya dalam keseluruhan kegiatan penelitian.
Untuk memperoleh data yang akurat, diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan
data dilakukan dengan: 1.
Teknik Observasi Partisipasi Teknik Observasi sebagai teknik pengumpulan data berkenaan dengan
perilaku manusia, proses pelatihan, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dibedakan menjadi participan observation observasi berperan serta dan non participant observation, penelitian ini bertujuan agar peserta sebagai sasaran
penelitian tidak merasa kalau dirinya sedang diobservasi. Selanjutnya dari segi instrumen yang digunakan dibedakan observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
Nasution menjelaskan bahwa tingkat partisipasi yang dapat dilakukan oleh observer yaitu; murni observasi non participation, partisipasi pasif passive
Agus Winarti, 2014 PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada
Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
118
participation, Partisipasi moderat moderat participation, partisipasi aktif active participation, dan partisipasi penuh complete participation, 1996:61.
Berdasarkan pada masalah dan sifat penelitiannya, maka kedudukan peneliti menjadi observer yang moderat moderat participation, karena dalam
pelaksanaan penelitian terdapat aspek-aspek masalah yang hanya cukup diamati saja, namun ada pula aspek-aspek masalah yang memang harus diikuti
berpartisipasi secara langsung oleh observer observasi partisipasif Observasi non partisipasif dilaksanakan untuk melihat secara langsung data-
data dari sumber data antara lain situasi dan kondisi di lapangan adalah peserta pelatihan, sumber belajar, dukuh, lurah, dan organisasi formal lainnya yang
terkait, data ini digunakan untuk melihat relevansinya dengan permasalahan penelitian.
Sedangkan observasi partisipasif ini peneliti anggap cocok karena dapat memahami bagaimana manusia berperilaku dan memandang realitas kehidupan
mereka dalam lingkungan mereka yang biasa, rutin, dan alamiah. Observasi partisipasi dilakukan di lokasi penelitian di daerah pasca bencana alam erupsi
merapi Kecamatan Cangkringan, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pelatihan kecakapan vokasional dalam tahap rehabilitasi melalui
pemberdayaan masyarakat pasca bencana erupsi merapi. Untuk memperoleh hasil pengamatan yang memiliki validitas yang tinggi, maka perlu dilakukan
pengamatan secara berulang-ulang sehingga memberikan keyakinan bahwa situasi tersebut memang merupakan situasi yang sebenarnya. Disamping itu, harus dapat
menafsirkan sendiri objek yang diteliti. 2.
Teknik Wawancara Mendalam Teknik wawancara merupakan komunikasi lisan dua arah antara peneliti dan
sumber informasi dengan tujuan untuk menggali dan mengungkap data yang ingin di ketahui dari informen secara langsung. Pada awalnya peneliti
menggunakan wawancara yang tidak terstruktur yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara untuk selanjutnya dilakukan dengan terstruktur dan
Agus Winarti, 2014 PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada
Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
119
dilakukan melalui tatap muka face to face maupun dengan menggunakan telepon. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara
mendalam in-depth interview atau wawancara tak terstruktur karena jenis ini lebih luwes, susunan pertanyaan atau kata-kata dapat diubah saat wawancara,
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi, termasuk karakteristik sosial budaya agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb.
Maksud mengadakan wawancara adalah untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, kepedulian, dan sebagainya.
Wawancara juga dilakukan dengan maksud untuk memverivikasikan dan untuk menentukan keabsahan data dari apa yang telah dan akan diobservasi.
Wawancara yang akan dilakukan adalah kepada tutor, fasilitator dan warga belajar, tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap sebagai kunci dalam penelitian ini
serta pemerintah daerah. Sebagai informasi primer untuk mencari informasi tentang data yang berhubungan dengan kebiasaan, norma-norma yang berlaku,
kebutuhan, potensi, serta kendala dan upaya mengantisipasinya. 3.
Teknik Studi Dokumentasi Dalam dokumentasi yang diperoleh catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambarfoto, atau karya-karya monumental dari seseorang. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaring data atau dokumen tertulis
yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan pelatihan kecakapan vokasional untuk peningkatan kemandirian masyarakat pasca bencana alam.
Dalam penelitian ini data yang digali berasal dari sumber yang berbeda serta situasi dan kondisi yang berbeda pula, oleh karena itu diperlukan instrument yang
peka dan fleksibel agar diperoleh data yang akurat dan mendalam. Alat pengumpul data harus dapat memahami makna dari setiap objek yang
diobservasi, oleh karena itu sebagai instrument digunakan manusia yakni peneliti sendiri yang didukung oleh seperangkat alat bantu yang dapat merekam apa yang
terjadi dan ada di lapangan. Alat bantu tersebut antara lain, pedoman wawancara
Agus Winarti, 2014 PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada
Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
120
yang berupa daftar pertanyaan yang dapat dikembangkan lebih detail sesuai kondisi lapangan, pedoman observasi, serta kamera.
4. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sember data yang
telah ada. Peneliti melakukan pengumpulan dengan triangulasi, sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Teknik triangulasi, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dokumentasi maupun
Diskusi Kelompok Terfokus Fokus Group Discussion untuk sumber data yang sama secara serempak. Teknik Participatory Rural Appraisal PRA. Yaitu
metode yang digunakan dalam penyusunan program kegiatan adalah metode PRA. Metode ini digunakan untuk mengnalisis situasi, masalah, kebutuhan dan hasil
yang dicapai saat proses penelitian. Indikator yang terkait dengan variabel ini adalah pengetahuan, sikap, nilai,
dan keterampilan masyarakat pasca bencana alam yang efektif dalam mewujudkan hidup mandiri. Indikator yang terkait dengan variable sikap adalah tingkat
kemauan dan kemapuan masyarakat dalam mewujudkan hidup mandiri. Demikian juga untuk menjaring data variabel keterampilan. Indikator terkait
dengan variable keterampilan untuk senantiasa bekerja keras, lebih baik dan rajin, mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik serta memiliki pola
kehidupan yang efektif. Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi untuk mempertahankan hidup dari keterpurukan akibat bencana alam.
Data yang didapat dianalisis bersama partisipan dan secara bersama-sama didiskusikan untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
pasca bencana. Dengan kata lain mitra kerja pengkaji diakui keberadaannya, hasil karyanya, ide, pikiran, keahlian serta kemampuan yang dimilikinya.
Agus Winarti, 2014 PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada
Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
121
G. Analisis Data Kualitatif