Keuangan mikro Islam (suatu kajian nodel pembelajaran dalam praktek keuangan mikro Islam di Indonesia

(1)

i

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang layak terucap seiring dengan terselesaikannya penulisan buku ini kecuali ‟syukur alhamdulillah‛ karena hanya atas ijin-NYA , segala tantangan, hambatan, dan cobaan dapat terlewati satu per-satu sampai ke ujung penyelesaian Buku ini.

Buku ini merupakan hasil penelitian disertasi penulis pada Program Doctoral Bidang Pengkajian Islam dengan Konsentrasi Ekonomi Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan ini diawali ketika periode perkuliahan di mulai di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ketika harus memilih pokok kajian dasar keahlian (konsentrasi) di bidang ekonomi Islam Penulis mulai tertarik pada keuangan mikro Islam, pendalaman terhadap kajian topik ini berlanjut dengan keikutsertaan Penulis dalam Program-Program pengembangan keuangan mikro (microfinance) yang disponsori oleh Asean Development Bank (ADB) yang dilaksanakan di Aceh (NAD) selama dua tahun. Pengalaman di lapangan disertai dengan dukungan lingkungan yang kondusif dalam pengembangan keilmuan di Kampus SPs UIN inilah yang menyemangati Penulis untuk tetap bersemangat menyelesaikan tugas akhir ini.

Keuangan mikro Islam menjadi kajian yang sangat menarik karena ‚dunia‛ telah mengakui bahwa keuangan mikro menjadi instrumen yang efektif dalam mengatasi masalah kemiskinan di dunia. Islam sebagai al-di>n yang sempurna menyimpan nilai-nilai moral yang tinggi dalam mengangkat harkat dan martabat manusia, maka ketika praktek terbaik keuangan mikro yang dijalankan oleh berbagai masyarakat di seluruh dunia bersentuhan dengan prinsip-prinsip Islam (al-

maqos}id

al-shari’ah), lalu berkolaborasi diantara keduanya menjadikan ‚keuangan mikro Islam‛ lebih berwajah ramah, bersahabat, adil dan mensejahterakan umat.

Ucapan terima kasih ingin Penulis haturkan kepada mereka yang sangat berjasa dalam mengantarkan Penulis ke ujung penyelesaian penulisan buku ini. Prof.DR.Fathurahman Djamil,MA., beliau guru besar yang pertama penulis kenal ketika seleksi awal masuk ke SPs UIN, di kelas beliau telah memberikan pencerahan


(2)

ii

luar biasa dan di tugas akhir ini bersedia menjadi promotor. Prof. DR. Ir. H. M. Amin Aziz, M.Sc. Sosok yang bagi Penulis subhanallah luar biasa, pelopor dan penggerak keuangan mikro Islam ‚BMT‛ di Indonesia ini bersedia dengan sabar membimbing Penulis dari penyusunan desain riset sampai terselesaikannya penulisan ini. Prof. DR. H. Soewito, DR. Fuad Djabali, MA., DR. Yusuf rahman, MA., tiga serangkai yang mengawal, mendorong, dan memotivasi studi bagi teman-teman mahasiswa SPs UIN, termasuk Penulis merasakan manfaatnya atas peran mereka yang luar biasa. Prof. DR. Ahmad Rodoni, MM., yang sejak awal penulisan telah memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat. Prof. DR. Azyumardi Azra, MA., melalui kebijakan-kebijakan beliau di kampus tercinta ini telah banyak perubahan dan perbaikan yang sangat membanggakan, terutama fasilitas yang mendukung untuk dapat mengakses informasi, data dan literatur pustaka utama di seluruh dunia. Ketika detik-detik terakhir penyelesaian Buku ini, Penulis kembali harus menyempurnakan hasil penulisan ini, koreksi yang luar biasa dari Prof.DR. Sri Edi Swasono tentang pemahaman nilai-nilai luhur bangsa yang mesti dikaji dan menjadi landasan dalam keuangan mikro Islam di Indonesia, hal itu telah menjadi sumbangan yang luar biasa dan yang tak kurang evaluasinya dari Prof. DR. Bambang Pranowo juga patut Penulis sampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya atas koreksi dan masukannya, sehingga tulisan akhir ini menjadi buahnya.

Kepada seluruh ‚crew‛ Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, terutama Pak Feni dan Pak Rodian yang tiada jemu-jemu untuk direpoti Penulis. Petugas dan staf di perpustakaan Pasca yang sering nungguin Penulis pulang kesorean. Sahabat-sahabat seperjuangan ‚mahasiswa SPs UIN‛, wabil khusus kang Dede abd Fatah, Fudhail Rahman, Sofyan Rijal, Taufik Hidayat, Yadi Nurhayadi, Yulizar Sanrego, ibu Oneng Badariah, Gusriani, Ali Murtadho, Desmadi dan Abd Muflih. Kalian telah menjadi teman diskusi yang baik.

Ketua Yayasan Nusa Jaya, bapak H.Nudin Rifa’i yang telah mengijinkan Penulis untuk sering meninggalkan kampus ‚GICI Business School‛, karena aktivitas studi ini. Rekan-rekan kerja, bu Titin, bu Angel, mba Ika Lestari, Pak Ugik, pak Intan, mba Lina, mas Dian,pak Yono, pak Horas, dan rekan lainnya. Rekan kerja di MICRA


(3)

iii

FOUNDATION yang telah mengantarkan Penulis ke Aceh, rekan kerja di PT.MADEP yang telah memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan Instansi Pemerintah dalam pengembangan ‚Keuangan Mikro‛, rekan-rekan di PINBUK PUSAT, Bp. Aslichan Burhan yang membuka jalan untuk bertemu dengan BMT Seluruh Indonesia.

Ada orang yang luar biasa jasanya, dengan segala pengorbanan, kesabaran dan kesetiaannya telah mengantarkan, mendorong dan memotivasi Penulis hingga terselesaikannya tugas akhir studi ini, dia adalah Drg. Ari Kurniasih, istri dan motivatorku. Untuk putra-putraku : Avecenna karim Ahmad dan Averroes Raihan Ahmad, terima kasih dan mohon ma’af, ayah tidak dapat mendampingi kalian setiap saat di masa-masa kalian semestinya berhak untuk mendapatkannya.

Hanya kepada Allah SWT, Penulis berdo’a dan berharap semoga segala kontribusi yang telah kalian berikan tidak sia-sia adanya, dan menjadi catatan baik ‚amal sholeh‛ serta mendapatkan balasan ‚yang lebih baik‛ dari Allah ta’ala. Amin.

Akhirnya, Apa yang tertuang dalam buku ini hanyalah sebahagian kecil saja dari ‚begitu besarnya‛ topik dan permasalahan dalam keuangan mikro Islam, namun mudah-mudahan yang ‚kecil‛ ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan pemikiran ekonomi Islam yang dewasa ini sedang membutuhkan peranserta aktif dari umatnya.

Depok, 11 Januari 2011 M Ahmad Subagyo


(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Allah Subhanallahu Ta’ala

Kedua Orang tuaku :

Muhammad Jufrie (almarhum)

Zumaroh

Istri tercinta Drg. Ari Kurniasih

Kedua Putraku

:

Avecenna Karim Ahmad

Averroes Raihan Ahmad

Guru-Guruku Yang Mulia


(5)

v

ABSTRAK

Studi ini membuktikan bahwa konsep keuangan mikro Islam tidak sekedar ‚keuangan mikro minus interest‛ , namun justru sebaliknya, dari hasil penelusuran pustaka diketemukan bukti evolusi bayt al-ma>l sejak masa Rasulullah SAW, yang diteruskan oleh Khulafah al- Rasidin , terutama ketika ‘Umar Ibn al-Khattab menjadi khalifah, fungsi bayt al-mal menjadi lembaga keuangan mikro Islam (berfungsi menghimpun dana, menyalurkan kepada yang berhak, dan meminjamkan kepada yang membutuhkan). Perkembangan bayt al-mal terus berlanjut sampai ke khalifah berikutnya (masa kerajaan Islam) yang menjadikan bayt al-mal sebagai Badan Keuangan Negara. Di Cordoba telah berdiri usaha gadai (al-Rahn) pada tahun 1401, lalu di Irlandia tahun 1462 M berdiri juga usaha gadai dan Koperasi tanpa bunga yang sebelumnya belum dikenal di Eropa, sebagai bukti adanya perjalanan konsep Islam ‚benang merah‛ kepada pemikiran dan gerakan ekonomi di Eropa yang pelopori para pemikir barat Albertus Magnus(1206-1280M) tentang konsep harga yang adil dimana sejalan dengan Abu Yusuf (731-798M) dan St.Thomas Aquinas(1225-1274M) dalam bukunya summa theologica yang mengutuk bunga. Kehadiran paham baru ‚protestan‛ yang melahirkan ‚kapitalisme‛ di Eropa pada abad 15 telah mengubah tatanan ekonomi yang sudah ada, paham ini menganjurkan diberlakukannya ‚bunga‛. Sehingga lembaga-lembaga keuangan yang muncul setelah itu menjadi berbasis bunga. Maka konsep

dan prinsip keuangan mikro telah direduksi oleh paham kapitalis menjadi ‚minus keadilan

-kejujuran-kemitraan‛.

Dengan pendekatan fenomenologi maupun kajian fiqh ditemukan prinsip-prinsip keuangan mikro Islam berupa (1) prinsip keadilan (justice), (2) prinsip kejujuran (honesty), dan (3) prinsip kemitraan (partnership). Dalam bab yang sama dikaji praktek-praktek keuangan mikro terbaik di dunia yang dilakukan untuk menemukan prinsip-prinsip keuangan mikro konvensional, diketemukan tiga prinsip keuangan mikro, yaitu (1) Kedalaman jangkauan pelayanan (outreach), (2) keberlanjutan (sustainability), dan (3) pemberdayaan (social intermediary).

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang telah diketemukan berupa prinsip-prinsip kepatuhan sebagai variabel exogenous yang terdiri dari variabel sasaran, variabel tujuan, variabel akad, dan variabel jaminan, dan variabel performance lembaga sebagai variabel endegenous. Variabel-variabel tersebut diuji secara kuantitatif. Data yang dikumpulkan melalui kuisioner lalu ditabulasi dengan skala likert dan di analisis dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) serta dihitung dengan alat bantu komputer (software) LISREL 8.7. Diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap performance organisasi (LKMS) adalah variabel sasaran (kepatuhan terhadap prinsip keuangan mikro) dan variabel tujuan (kepatuhan terhadap prinsip shariah).

Kesimpulan akhir Studi ini adalah membantah pendapat Edib Smolo (2008), dan A.L.M. Abdul Gafoor (1997), yang menyatakan keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro konvensional minus interest dan mendukung pendapat Mohammad Obaidullah (2008) dan Ajaz Ahmed Khan (2008), yang menyatakan bahwa keuangan mikro Islam adalah mengawinkan keuangan mikro dengan prinsip-prinsip syariah, sedangkan pendapat penulis adalah model keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro konvensional plus prinsip shari’ah (K3-keadilan, kejujuran, kemitraan).


(6)

vi

ABSTRACT

This study proves that the concept of Islamic micro finance is not merely ‚ micro finance minus interest‛, on the contrary, some evidences were found from the library research that the evolution of bayt al-ma>l from the era of Prophet Muhammad SAW to his successors, the Khulafa’ur Rashidin particularly during the reign of ‘Umar ibn al-Khattab, funtioned as Islamic micro finance with program as fund raising, distribution to the right target, and credit offering to the needy. The development of bayt al-mal continued to the following caliphates (during the kingdoms of Islam) which then turned the bayt al-ma>l into the state financial Institution. In 1401 AD, in Cordoba, a pawn institution (al-rahn) was established, and in Ireland, in 1462 AD, there were institution of pawn and cooperatives with no interest as it was not known before in Europe. This Islamic concept of ‚ no interest policy‛ is in line with the thoughts and economic movement in Europe initiated by thinkers as Albertus Magnus (1206-1280 AD) on the concept of fair price similar to that of Abu Yusuf (731-798 AD) and santo Thomas Aquinas (1225-1247 AD) in his book summa theologia that opposed interest. The presence of ‚protestant‛ which entailed the birth of ‚capitalism‛ in Europe in the 15th Century, changed the prevailing economic order with its concept of ‚interest’. Consequently, financial institution after this era mostly interest based. Thus, the concept and principle of micro finance were reduced

by capitalism to a ‚minus justice-honesty-partnership‛.

The tracing of islmaic values in micro finance were reviewed on Chapter II using both phenomenological approach and fiqh approach to find the principle of Islamic micro finance, namely (1) the principle of justice, (2) the principle of honesty, and (3) the principle of partnership. On the same chapter, reviews on the best practices of micro finance were also done in order to find the principle of conventional micro finance namely (1) the principle of outreach, (2) the principle of sustainability, and (3) the principle of social intermediary.

Based on the basic principles found in the previous chapter, principles of discipline as exegenous variables were established consosts of variable of target, variabel of goal, variable of aqad, variable of warranty, and institution performance variable as endegenous variable. Those variable are quantitatively analyzed. Data collected from the questionnaires were then tabulated using the Likert Scale and analyzed using Structutal Equation Model (SEM) assisted by computer technology with the software of LISREL 8.7 From this, it was found that the significant affecting variables to the organization performance (LKMS) are; variable of target (discipline toward the principle of micro finance) and the variable of goal (discipline towards the principle of sharia).

The final conclusion of this study is the rejection to the concept of Edib Smolo (2008), and A.L.M. Abdul Gafoor (1997) who claim that Islamic micro finance is a conventional micro finance minus interest. On the other hand, this dissertation support the concepts of Mohammad Obaidullah (2008) and Ajaz Ahmed Khan (2008) who claim that Islamic micro finance is the combination between micro finance and the principle of sharia. Meanwhile the concept of the writer himself is that the model of Islamic Micro finance is a conventional micro finance plus principle of sharia namely; Justice, Honesty and Partnership.


(7)

vii

ثحبلا صخلم

سكعلا و ق او ،ةدئافلا نودب ةرغصما ةيلاما در سيل ةرغصما ةيلاملل يماسإا موهفما نأ ةحورطأا ذ تبثت .

عاطاا دعبو

دعب ءاج نمو ملسو يلع ها ىلص ها لوسر دهع ذ م لاما تيب ي روطت نأشب عئاقو تفشتكا ةيملعلا رداصما ءاصقتسا ىلع ،ةيماسإ ةرغصم ةيلام ةئي رابتعاب فئاظو ةدع لاما تيب ىدأ دقو ،باط ا نب رمع ةفيل ا نع اضفو ،نيدشارلا ءافل ا نم نجاتحملل اهضارقإو نقحتسما ىلع اهعيزوتو لاومأا عم فئاظولا ذ نب نمو .

ءافل ا دوهع إ لاما تيب روطت رمتساو

ةيموكح ةيلام ةئي لاما تيب اولعج نيذلاو ،ةيماسإا ةلودلل نقحالا .

ماع ي ن ر ةكرش ةبوطرق ي تسسأت دقو

1401

امك ،

ةد لرإ ي تسسأت

1462

ابروأ ي لبق نم ؼرعت م ةدئاف نودب ةينواعت ةيعمو ن ر ةكرش م .

موهفم ةيما يد ىلع لدي كلذو

سو جام سوترلأ لاثمأ نم نويبرغلا نوركفما اهػتدايرب ماق يلا ابروأب ةيداصتقاا ةكر او راكفأل يئاقتناا ماسإا ( 1206 -1280 م ) فسوي يأ يأر عم بسا تي يذلاو ،لداعلا رعسلا موهفم نع ( 731 -798 م ) سا يوكأ اموط سيدقلاو ( 1225 -1274 م ) باتك ي

Summa Teologia

( ايجولويث عوم )

ةيوبر ةدئاف نعلأ يذلا .

يناتستورلا ديد ا ب ذما روهظ نإو

مئاقلا يداصتقاا ماظ لا ي ارغت ثدحأ دق رشع سما ا نرقلا ي ابروأ ي ةيلامأرلا روهظ إ ىدأ يذلا .

امأرلا ب ذما اذ و

ةدئافلا ماظن ىلع ةي بم كلذ دعب تأشن يلا ةيلاما تائي ا نأ إ ب ىدأ ام ،ةيوبرلا ةدئافلا قيبطتب ىدان .

موهفم نإف ،ا نمو

ةكارشلاو ؽدصلاو ةلادعلا نودب وأ اصقان نوكيل امأرلا ب ذما ىدل ضيفخ م اهسسأو رغصما ةيلاما .

اهيف ةساردلا تناكأ ءاوس ،ةحورطأا ذ نم ثلاثلا بابلا ي سردت ةرغصما ةيلاما ي ةيماسإا ميقلا ي ثحابما نإ ي و ،ةيماسإا ةرغصما ةيلاملل سسأ ةدع إ ةساردلا ةداعإ تلصوتو ،ةيهقف ةسارد مأ ير اوظلا لخدملل ةعبتم ( 1 ) ساسأ و ،ةلادعلا ( 2 ) و ،ؽدصلا ساسأ (

3

) ةكارشلا ساسأو .

م ماعلا ي ةرغصم ةيلام تاسرام دوجأ ثحابلا لوا تي بابلا سفن يو

ي سسأ ةثاث تفشتكاو ،ةيديلقتلا ةرغصما ةيلاما سسأ داجإ اهميظ ت (

1

) و ،تامد ا ؽاطن ةعس ( 2 ) و ،ةيرارمتساا ( 3 ) عمتجا نكم .

ايجراخ ارغتم ا رابتعاب مازتلااو ةعاطلا سسأ غاصت ،قباسلا بابلا ي اهضرع م يلا ةيساسأا ئدابما ىلع ءا بو ايلخاد ارغتم ةيلاما ةئي ا ءادأ رغتم رتعيو ،نامضلاو دقعلاو ةياغلاو ؼد ا تارغتم نم نوكتي .

لكشب ا رابتخا م تارغتما ذ و

يمك . ةلداعما جذوم مادختساب اهليلحتب ثحابلا ماقو ،تركيل سايقم عابتاب ةلود تانايبتساا قيرط نع اهعم م يلا تانايبلاو

ليرسيل بوسا ا جمانرب ةليسو مادختساب اهػباسح مو ،ةيلكي ا

(LISREL) 8.7

. نأ ا دافم ةصاخ إ ثحابلا لصوو

ؼد ا رغتم و ااد ارثأت ةئي ا ءادأ ي رثؤما رغتما (

ةرغصما ةيلاما سسأب ةئي ا مازتلا وأ ةعاط )

ةياغلا رغتمو (

ةئي ا مازتلا

ةيعرشلا سسأاب )

.

ولوم بيدأ يأر ضفرت ةحورطأل ةيئاه لا ةصا او ( 2008 ) عو . ل .م . رافغلا دبع ( 1997 ) ةيلاما نإ نلئاقلا

ها ديبع دم يأر ةحورطأا ديؤت ام يب ،ةدئافلا نودب ةيديلفتلا ةرغصما ةيلاما ي ةيماسإا ةرغصما (

2008

) ناخ دمأ زاجعو

(

2008

) ةيلاما جذوم نأ ثحابلا ىري نح ىلع ،ةيعرش سسأ ىلع ةرغصما ةيلاما جامدإ ةيماسإا ةرغصما ةيلاما نإ نلئاقلا

ةكارشلاو ؽدصلاو ،ةلادعلا ي و ةيعرشلا سسأا ىلع ةي بما ةيديلقتلا ةرغصما ةيلاما ي ةيماسإا ةرغصما .


(8)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI (ARAB-LATIN)

A. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

ا ’, ā ض d}

ب b ط t}

ت t ظ z}

ث th ع ‘

ج j غ gh

ح h} ف f

خ kh ق q

د d ك k

ذ dh ل l

ر r م m

ز z ن n

س s و w

ش sh ة ، ـه h, t

ص s} ي y

B. Vokal dan Diptong

َ_

َ__

__ َِ

a u i

ا __ َ ى __ َ

و __ َ

ā

á

ū

ي --- َِ

َْو َ__

ْي َ__

ī

aw ay


(9)

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

صخل مثحب لا………..……… vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 5

1. Identifikasi Masalah 5 2. Pembatasan Masalah 6 3. Perumusan Masalah 7 C. Kajian dan Penelitian Sebelumnya 8

D. Tujuan Penelitian 10 E. Manfaat Penelitian 10

F. Metodologi Penelitian 11 G. Sistematika Penulisan BAB II EVOLUSI KEUANGAN MIKRO A. Memahami Keuangan Mikro Islam dalam Berbagai Pendapat 22

B. Urgensi Keuangan Mikro Islam Dalam Pembangunan Ekonomi 23

C. Perkembangan Keuangan Mikro Islam di Dunia 25

1. Fase I : Perkembangan Peletakan Dasar Keuangan Mikro 25

2. Fase II: Masa Khulafaur Rasyidin 27

3. FaseIII : Masa Dinasti Kerajaan Islam 34

4. FaseIV: Masa Kolonialisme Barat 40

5. Fase V: Masa Kebangkitan Ekonomi Islam 42

a. Masa Perintisan 43

b. Masa Pertumbuhan 45

D. Perkembangan Keuangan Mikro Islam di Indonesia 48

E. Bentuk Aliran Dana Dalam Perkembangan Keuangan Mikro 51 F. Perubahan Paradigma Dalam Keuangan Mikro 53


(10)

x

BAB III ANATOMI NILAI-NILAI DASAR KEUANGAN MIKRO ISLAM A. Dimensi Ruhiyah Dalam Pembiayaan Keuangan Mikro Islam 62

1 Prinsip Keadilan 64

2 Prinsip Kejujuran 73

3 Kemitraan 75

B Praktek Terbaik Keuangan Mikro di Dunia 77

C. Metodologi Pembiayaan Dalam Keuangan Mikro 80

D. Prinsip-Prinsip keuangan Mikro 83

1 Skala dan Kedalaman Jangkauan Pembiayaan 84

2 Keberlanjutan Organisasi 88

3 Pemberdayaan 90

BAB IV PRAKTEK KEUANGAN MIKRO ISLAM

A. Penetapan Tujuan Pembiayaan 93

B. Sasaran Pembiayaan Dalam Keuangan Mikro Islam 98

C. Mode Pembiayaan Keuangan Mikro Islam 102

1 Mud}araba 102

2 Musyarakah 105

3 Murabahah 109

4 Salam 111

5 Ijarah Muntahiiya bit-Tamlik 113

D. Jaminan Pembiayaan Pada Keuangan Mikro Islam 117 E. Analisis Struktural Model Keuangan Mikro Islam 122

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 148

B. Saran 149

DAFTAR INDEKS 151

GLOSSARY 156

DAFTAR PUSTAKA 162

LAMPIRAN 170


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Evolusi Keuangan Islam di Indonesia

Tabel 2.2 Mode Produk Keuangan Mikro Islam di Dunia

Tabel 3.1 Performa Lembaga Keuangan Mikro Dunia

Tabel 3.2 Tingkat Akses Penduduk terhadap Jasa Keuangan di Berbagai Negara

Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan dan Akses Keuangan di berbagai Negara

Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan dan Bentuk Jasa Keuangan

Tabel 4.3 Klasifikasi Pendapatan Masyarakat

Tabel 4.4 Indikator Variabel Exogenous

Tabel 4.5 Variabel dan Indikator Endogenous

Tabel 4.6 Sebaran Lokasi LKMS Sampel

Tabel 4.7 Variasi Tahun Berdiri LKMS Sampel

Tabel 4.8 Skala Jangkauan Pelayanan Sampel

Tabel 4.9 Tingkat Kedalaman Pelayanan Keuangan

Tabel 4.10 Kualitas Pembiayaan LKMS Sampel

Tabel 4.11 Tingkat Kesehatan BPR Nasional

Tabel 4.12 Tingkat LDR LKMS Sampel

Tabel 4.13 Performance Sampel

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan LISREL 1

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan LISREL 2

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan LISREL 3


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lack Off Pelayanan Keuangan Mikro

Gambar 4.1 Jenis Etika Keuangan Mikro

Gambar 4.2 Konsep keterkaitan variabel endeogenous dan Variabel Exogenous

Gambar 4.3 Sebaran Lokasi Sampel Riset

Gambar 4.4 Variasi Asset LKMS Sampel

Gambar 4.5 Skala jangkauan Pelayanan LKMS sampel

Gambar 4.6 Tingkat Kedalaman Pelayanan LKMS Sampel

Gambar 4.7 Performance Kualitas Pembiayaan LKMS Sampel

Gambar 4.8 Tingkat LDR LKMS Sampel

Gambar 4.9 Diagram Portofolio Kepatuhan


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Pengujian Kuisioner

Lampiran 2 Analisis Portofolio Kepatuhan

Lampiran 3 Uji Validitas Kuisioner

Lampiran 4 Hasil Output Analisis LISREL

Lampiran 5 Tabel P-Value

Lampiran 6 Tabel t-distribution Lampiran 7 Kuisioner Penelitian


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada sekitar 3 miliar orang dari penduduk dunia yang hidup dengan pendapatan kurang dari US$2 per hari. Mereka adalah masyarakat miskin dengan lima anak dan satu diantaranya meninggal sebelum usia 5 hari1. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari US$2 perhari hampir sama dengan jumlah total penduduk yang hidup dari semua negara di kawasan Asia Timur kecuali Cina2. Setiap 100 penduduk Indonesia terdapat 15 orang miskin

atau secara total ada 35.000.000 penduduk miskin menurut perhitungan Badan Pusat Statistik tahun 2008.3

Kemiskinan telah menjadi masalah akut masyarakat dunia. Upaya memberantas kemiskinan menjadi agenda bersama. Berbagai studi telah dilakukan oleh banyak kalangan ilmuwan di dunia barat maupun di timur. Hasil studi menyimpulkan bahwa alat pemberantas kemiskinan yang saat ini dianggap paling berhasil adalah implementasi microfinance (keuangan mikro).4

Masyarakat miskin di dunia muslim jumlahnya lebih dari 1,2 miliar orang. Dalam wilayah yang membentang dari Senegal sampai ke Philipina yang meliputi enam benua, Afrika Utara, Afrika Sahara, Timur tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Pertumbuhan tingkat kemiskinan di wilayah ini paling tinggi, kecuali di Asia Tenggara dan Timur Tengah. Di Indonesia yang

1 Michael S Barr, Microfinance and Financial Development (Michigan: The John M.

Olin Centre for Law & Economics Working Paper Series, University of Michigan Law School, 2005), 271.

2 The World Bank, Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia,( office

Jakarta, November 2006)

3 Rohmatin Bonasir . Wartawan, BBC Siaran Indonesia . 26 Januari, 2009 - Published

13:24 GMT. Pada tahun 2009 menurut laporan BPS Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Walaupun angka kemiskinan terlihat menurun namun beberapa pakar sosial ekonomi seperti Prof. Sri-Edi Swasono meragukan angka tersebut, karena kemiskinan telah direduksi definisinya. Garis kemiskinan yang digunakan BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang disetarakan dengan pendapatan tertentu. Pendekatan yang dipergunakan oleh BPS untuk menarik garis kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran, sedangkan pengeluaran agregat (rata-rata) tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Pendekatan BPS hampir sama dengan pendekatan yang dipergunakan oleh Bank Dunia yang menggunakan 1 dolar AS per orang per hari sebagai standar perhitungannya. Sedangkan menurut Michael jika garis kemiskinan dihitung 2 dolar AS per orang per hari, maka hampir separoh penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan.

4 Mohammed Obaidullah, Role of Microfinance in Poverty Alleviation (Jeddah: Islamic


(15)

2 memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, lebih dari separoh penduduknya yaitu sekitar 129 juta orang tergolong miskin dengan pendapatan kurang dari $2 perhari. Bangladesh dan Pakistan dengan jumlah 122 juta orang, diikuti Negara India dengan jumlah kurang lebih 100 juta muslim berada di bawah garis kemiskinan. 5 Negara – Negara yang penduduknya mayoritas muslim memiliki Product Domestic Bruto (PDB) dalam kategori rendah (miskin) yaitu sebesar 40% dari 55 negara6.

Suatu kondisi yang kontradiksional antara kelimpahan sumber daya alam yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut dengan kondisi ekonomi yang melingkupinya. Sementara penduduknya yang sebagaian besar muslim berada dalam kemiskinan. Padahal Tuhan telah berfirman dalam kitab sucinya ‚ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,..‛.7 Menangani persoalan sosial ekonomi ini telah dilakukan berbagai ikhtiar dan strategi, baik dalam skala lokal, nasional maupun global.

Beberapa pakar sepakat untuk mengubah kondisi perekonomian di Negara-negara miskin dan berkembang dengan menggunakan paradigma baru, yaitu memberdayakan kaum miskin dan cara yang terbukti paling efektif adalah implementasi microfinance (studi kasus di Bangladesh dapat mengentaskan kemiskinan dari 52% penduduk di Bangladesh)8.

Sebagai upaya untuk mendorong peningkatan pembangunan dunia, PBB meluncurkan program The Millennium Development Goals (The MDGs) yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan pada tahun 2015. Sedangkan PBB merekomendasikan microfinance sebagai bentuk pembangunan financial yang tujuan utamanya adalah pengurangan kemiskinan.9 Menindaklanjuti program

tersebut PBB mencanangkan tahun 2005 sebagai the International Year of Microcredit.

Keuangan mikro (microfinance ) telah menjadi isu internasional dan menjadi pusat perhatian masyarakat dunia dewasa ini, terutama sejak

5 Muhammad Obaidullah, ‚Introduction to Islamic Microfinance,‛ IBF Net: The Islamic

Business and Finance Network (September-2008)

6 IMF, Annual Report, dalam Ahmad Subagyo ‚ Analisis Perbandingan Implementasi

Islamic Microfinance di Negara negara Muslim,‛ (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), 13.

7 Q.S. Ali Imran (3): 110

8Wawancara Muhamad Yunus dengan www.ikhlasmedia.com

9 The MDGs ditandatangani oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan dalam acara UN

Millenium Summit bulan September 2000. Ada 8 agenda utama (goals) yaitu (1) memberantas kemiskinan dan kelaparan,(2) meningkatkan pendidikan dasar seluruh dunia, (3) mempromosikan persamaan jender dan pemberdayaan wanita,(4) mengurangi angka kematian bayi, (5) peningkatan kesehatan ibu, (6) memberantas HIV/Aids, malaria dan penyakit lainnya, (7) menjamin keberlanjutan lingkungan hidup,(8) membangun kerjasama global dalam pembangunan. Framework and Strategies for Development of Islamic Microfinance Services, Working Paper for IFSD Forum 2007 edisi May 27, 2007. Published by (Senegal: Islamic Development Bank, 2007)


(16)

3 Muhammad Yunus memenangkan hadiah Nobel Perdamaian tahun 200610. Mainstream telah berubah, masyarakat miskin dengan segala keterbatasannya dari sudut pandang Bank Komersial dianggap tidak layak untuk diberikan pinjaman (pembiayaan) karena unbankable.11 Namun bukti empiris dari

pengalaman Grameen Bank ternyata NPF (Non Performing Finance)-nya tidak lebih dari 1%12, artinya tingkat pengembalian pembayaran nasabah mencapai 99%. Nasabah bank tersebut 98%nya adalah wanita dan berasal dari keluarga miskin. ini telah membalikkan paradigma lama yang mengatakan bahwa wanita

itu lemah dan orang miskin itu tidak ada kemampuan ‚berdaya‛ adalah keliru.

Sebaliknya, apabila mereka diberi jalan dan dipercaya maka mereka memiliki potensi untuk berubah menjadi lebih baik, secara social maupun ekonominya.

Diperkirakan ada 72% masyarakat yang hidup di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim tidak dapat menggunakan jasa keuangan formal. Studi yang dilakukan oleh Honohon menyatakan bahwa 56 negara anggota Islamic Development Bank (IDB), hanya 28% penduduk dewasa yang menggunakan lembaga keuangan formal, baik dalam menabung maupun meminjam. Persentase ini termasuk penduduk non-muslim yang tinggal di Negara tersebut.13

Asian Development Bank (ADB) telah membentuk Microfinance Task Force untuk mempersiapkan strategi pengembangan microfinance. Proposal dari tim yang dibentuk ADB tersebut telah disetujui oleh ADB pada tanggal 6 Juni 2006.14 hasilnya disebarkan ke seluruh dunia dan mengajak semua komponen,

10 Muhammad Yunus, ‛Banker to the Poor: Micro-Lending and the Battle Againts World

Poverty‛. Pendiri Grameen Bank ini memulai sebuah proyek percontohan tahun 1976 di desa Jebra dekat kampus Chittagong University, di mana ia mengajar. Penduduk miskin Jebra inilah yang mengilhami Yunus tentang bagaimana pemberian kredit ke kaum miskin bukanlah suatu

yang mustahil, bahkan mampu berperan m emotong lingkaran setan kemiskinan. Ia menemukan ‛metodologi‛ dan ‛cara kerja‛ baru yang

mampu membantu si miskin dengan ‛kredit mikro‛. Intinya adalah bagaimana memberdayakan si miskin dengan usaha mandiri, self-employment, dan percaya bahwa si miskin selalu dapat membayar kembali pinjamannya. Kendati kredit mikro bukan obat ajaib untuk melenyapkan kemiskinan, namun kekuatan kredit mikro dapat membantu kaum dhuafa untuk memulai usaha sendiri atau memperluas usaha bisnisnya (Bangladesh, Chittagong University, 1997)

11Bankable jika memenuhi persyaratan antara lain : (1) Collateral – yaitu memiliki

jaminan yang dapat mengkover pinjamannya, (2) Capacity – yaitu memiliki kemampuan dan pengalaman yang sudah cukup lama (minimal 2 tahun, (3) Character – sudah teruji kepribadiannya, (4) Cash Flow : yaitu memiliki pembukuan dan memiliki kemampuan bayar, (5) Condition of economic – yaitu kondisi ekonomi di lingkungan dimana mereka berada dinilai kondusif (baik).

12 www.ikhlasmedia.com

13 Patrick Honohon, Cross-Country Variations in Household Access to Financial

Services. Presented at Conference on Access to Finance(Washington, D.C: The World Bank 15 March 2007)


(17)

4 baik swasta maupun negara untuk terlibat dalam microfinance sebagai upaya membangun ekonomi baru dunia.

Perkembangan microfinance di seluruh dunia mengalami percepatan yang luar biasa setelah menjadi mainstream keuangan dunia. Beberapa Negara muslim telah mengadakan First International Islamic Conference on Inclusive Islamic Financial Sector Development di Negara Brunei Darussalam pada tanggal 17

sampai 19 April 2007, dengan mengusung tema ‚meningkatkan jasa pelayanan

keuangan Islam untuk Usaha Skala Mikro dan Menengah ‚. Konferensi tersebut

mengangkat topik tentang Keuangan Mikro Islam sebagai bahasan utamanya dan para peserta menyampaikan pengalamannya dalam mempraktekkan dan mengimplementasikan kegiatan keuangan mikro (microfinance) di negaranya masing-masing.

Ciri khas praktek keuangan mikro Islam yang dimiliki oleh masing-masing lembaga keuangan mikro di seluruh dunia pada hakekatnya dibedakan hanya pada aplikasi produk (akad) dan metodologi (cara kerja) keuangan mikro.15 Dalam praktek keuangan mikro konvensional dikenal beberapa model dalam kaitannya dengan metodologi (cara kerja) keuangan mikro tersebut dalam melayani jasa keuangan kepada sasarannya, yaitu (1) model Grameen Bank berasal dari Bangladesh, (2) model bank desa (Village Bank) muncul dari Philipina dan berkembang luas di Amerika Latin, (3) model Self Help Group (SHG) yang berkembang di India, dan (4) model Credit Union yang berkembang di Srilanka.

Di Indonesia nilai-nilai keuangan mikro sudah lahir sebelum Indonesia ini ada lalu teraktualisasi secara eksplisit dalam Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia (UUD 45)16. Founding Fathers negara ini telah meletakkan

dasar-dasar yang kuat dalam membangun sistem ekonomi untuk masa yang akan datang. Falsafah dan nilai-nilai ekonomi yang positif ini tereduksi dalam praktek kenegaraan dan perekonomian nasional17, namun di sektor keuangan mikro

prinsip ini mengemuka dengan munculnya lembaga keuangan mikro Islam yang

15Mudrajad Kuncoro Grameen Bank & Lembaga Keuangan Mikro‛ , Kedaulatan

Rakyat, http://www.kr.co.id Sabtu, 2 Agustus 2008.

16 Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Ayat 1 dalam pasal ini menyebutkan bahwa

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam hal ini Mohammad Hatta sebagai desainer ekonomi Indonesia telah mengejawantahkan nilai-nilai budaya bangsa yang telah mengakar kuat di masyarakat beratus-ratus tahun sebelumnya, yang mana masyarakat Indonesia memiliki budaya gotong royong, kebersamaan dan kekeluargaan.

Lihat Anwar Abbas dalam bukunya Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), 125-166

17 Praktek privatisasi Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang bersifat strategis bagi

kepentingan rakyat dan maraknya hypermart di Indonesia, serta masuknya pasar-pasar modern ke lingkungan terkecil masyarakat (kecamatan dan desa-desa) telah memicu persaingan yang tidak sehat dan telah menyingkirkan masyarakat (ekonomi) lemah ke jurang kebangkrutan, terlebih lagi kepentingan rakyat banyak terabaikan demi mengejar keuntungan. Lihat Sri Edi Swasono dalam Kelengahan Kultural dalam Pemikiran Ekonomi (Catatan Akhir Tahun 2010), (Jakarta: BAPPENAS, 2010).


(18)

5 dipelopori oleh Muhammad Amin Aziz dalam gerakan ekonominya melalui PINBUK18.

Keberadaan lembaga keuangan mikro Islam sebagai upaya pemberdayaan masyarakat miskin merupakan fungsi sosial dan ekonomi sebagai wujud mas}lah}ah19 bagi umat. Potensi keuangan mikro Islam di negara Indonesia yang

mayoritas penduduknya muslim saat ini belum mencapai jumlah yang maksimal.20 Hal ini diperlukan kajian yang mendalam tentang model keuangan mikro Islam yang sesuai dengan ke-indonesia-an dan memenuhi kaidah shari’ah.

Maka dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji secara mendalam tentang bentuk model keuangan mikro Islam di Indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki metodologi yang berbeda dengan model-model sebelumnya. Judul dalam penelitian ini adalah Keuangan Mikro Islam (Suatu Kajian Model Pembiayaan dalam praktek keuangan mikro Islam di Indonesia)

B. PERMASALAHAN

1. Identifikasi Masalah

Dalam prakteknya keuangan mikro berkembang sesuai dengan kondisi, budaya, lingkungan dan karakter bangsa dimana keuangan mikro itu diimplementasikan. Bentuk praktek keuangan mikro yang memiliki perbedaan antara negara satu dengan negara lainnya mendorong munculnya suatu pola tertentu (Model) yang khas di wilayah tersebut dan menjadi rujukan bagi bentuk praktek keuangan mikro di wilayah lainnya.

Pengelompokan praktek keuangan mikro ke dalam beberapa model dilakukan dengan menganalisis fitur yang dimiliki oleh masing-masing lembaga keuangan mikro dalam melayani sasaran pasarnya. Ada delapan fitur yang

18 M.Amin Aziz adalah seorang Perintis Keuangan Mikro Islam di Indonesia melalui

lembaga yang didirikannya yaitu Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha kecil. Saat ini PINBUK telah membina lebih dari 3.000 BMT di Indonesia. Lihat M.Amin Aziz , Kegigihan Sang Perintis( Jakarta: Embun Publishing, 2007), 55

19Mas}lah}ah yaitu terpeliharanya prinsip-prinsip shari’ah yaitu memelihara kemanfaatan

atau mencegah kemudaratan dari kesulitan manusia. Lihat:’Abd al-Wahha>b Khalla>f, ‘Ilm Us}ūl al-Fiqh (Kuwait: Dār al-Qalam, 1398H/1978), 84; Dalam ilmu ushul fikih keberadaan lembaga bayt al ma>l dan bayt al tamwil (BMT) merupakan bentuk dari al-mas}lah}ah al-mursalah. Arti al -maslah}ah al-mursalah yaitu kemaslahatan manusia yang tidak atau belum diatur ketentuannya oleh syara’ dan tidak ditemukan naṣ yang menyatakan kebolehan atau tidaknya. Mohammad Hashim Kamali, Principles of Islamic Jurisprudence (Cambridge: The Islamic Texas Society, 1991), 267

20Hal ini terlihat adanya ketimpangan antara potensi zakat dengan hasil yang terkumpul.

Karena sebagian besar penduduk berdasarkan survey hanya 6% dan 1,2% responden yang menyalurkan zakatnya ke BAZ atau LAZ, sementara 59% menyalurkannya ke mesjid atau panitia khusus di sekitar rumah. Sumber: Mustafa Edwin Nasution (Ed), Indonesia Zakat & DevelopmentReport 2009, Kerjasama DD Republika, CID & PEBS FEUI, 29


(19)

6 membedakan antara model satu dengan lainnya, yaitu (1) pelayanan, (2) proses pembiayaan, (3) pengikatan, (4) jaminan, (5) cara pembayaran, (6) plafon pembiayaan, (7) sistem tabungan, (8) sasaran pelayanan.21 Ada empat kerangka kerja sistem yang membagi dan membedakan antara model keuangan mikro satu dengan lainnya.22 Pertama: keuangan mikro menjadi intermediasi finansial, atau penyediaan produk dan jasa keuangan seperti tabungan, pembiayaan, asuransi, dan sebagainya. Kedua : keuangan mikro menjadi intermediasi sosial, atau proses pengembangan modal manusia dan sosial yang dibutuhkan oleh intermediasi finansial berkelanjutan bagi masyarakat miskin. Ketiga : Jasa pengembangan usaha, atau jasa non-keuangan yang membantu pengusaha mikro. Meliputi : pelatihan bisnis, jasa pemasaran dan teknologi, pengembangan ketrampilan, dan sebagainya. Keempat : Layanan sosial, atau jasa bukan keuangan yang memusatkan perhatian pada kesejahteraan pengusaha mikro. Meliputi : pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Jika suatu lembaga keuangan mikro tidak mempraktekkan salah satu kategori dari keempat kategori yang ada, berarti tidak mempraktekkan secara penuh prinsip keuangan mikro (minimalis).

2. Pembatasan Masalah

Kajian dalam penelitian ini akan menitikberatkan pada beberapa berikut ini :

a. Pengkajian tentang prinsip-prinsip keuangan Islam;

Kajian ini bersumber pada berbagai referensi utama tentang teori dan konsep keuangan Islam kontemporer.

b. Lembaga keuangan mikro Islam yang menjadi obyek penelitian adalah lembaga keuangan mikro Islam (LKMS) yang beroperasi di wilayah Indonesia.

c. Fitur model keuangan mikro terindikasi dalam bentuk produk pembiayaan yang dihasilkan dari lembaga keuangan tersebut. Sehingga analisis terhadap model keuangan mikro dibatasi pada variabel prinsip keuangan mikro yang terdiri dari 23 :

(1) Sasaran pembiayaan, (2) Jaminan pembiayaan,

Sedangkan variabel prinsip keuangan mikro Islam, terdiri dari :

21 Ahmad Subagyo, Budi Purnomo, Grassroot and Commercial Microfinance, Konsep

dan Implementasi (Aceh : Penerbit Bank BPD Aceh ,2009),16.

22 Joanna Ledgerwood,. Microfinance handbook, An Institusional and Financial

Perspective. Internatinal Bank for Recontruction and Development. The Word Bank, (Toronto, The World Bank, 2008) 75, Lembaga keuangan mikro yang hanya berfungsi sebagai lembaga intermediasi saja, maka penulis buku tersebut menyebutnya sebagai keuangan mikro minimalis, bahkan Muh.Yunus pendiri Grameen Bank tidak memasukkan lembaga tersebut sebagai keuangan mikro. www.ikhlasmedia.com

23Ahmad Subagyo dan Budi Purnomo, Account Officer for Commercial Microfinance,


(20)

7 (1) Tujuan pembiayaan ;

(2) Akad pembiayaan

Keempat variabel tersebut di atas disebut dengan variabel eksogen.

Data kuantitatif yang merupakan indikator performance (sruktur keuangan) lembaga antara lain :

a) Jumlah total asset lembaga b) Jumlah non performing financing c) Loan to Deposit Ratio (LDR)

d) Rasio nasabah dengan jumlah pembiayaan (outreach) Keempat variabel data kuantitatif di atas disebut dengan variabel endogen

3. Perumusan Masalah

Model keuangan mikro sebagaimana diuraikan di atas telah menjadi mainstream dalam sistem keuangan mikro saat ini, sementara tujuan ekonomi Islam adalah kesamaan, keterbukaan, solidaritas sosial melalui risk sharing, hak kepemilikan dan kesucian akad. Kewirausahaan, kerjasama, peningkatan penda patan melalui aktivitas produktif untuk mengurangi kemiskinan.24 Tujuan

keuangan mikro itu sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan ekonomi Islam. Namun prinsip keuangan ekonomi Islam25 memiliki tataran ideologis yang

berbeda, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dari berbagai pemikir muslim, antara lain model keuangan mikro Islam cukup hanya model keuangan mikro minus interest (bunga) atau dalam istilah Farook (2009), Obaidullah (2008), Smolo (2008), Ahmed (2004) ‚mengawinkan keuangan mikro dengan keuangan Islam‛26. Untuk mengetahui dan memahami praktek keuangan mikro

Islam di Indonesia perlu dilakukan kajian secara mendalam. Untuk mencapai tujuan penelitian dirumuskan beberapa rumusan masalah berikut ini :

(1) Bagaimana praktek keuangan mikro Islam di Indonesia ditinjau dari aspek kepatuhan terhadap prinsip-prinsip shari’ah dan prinsip-prinsip keuangan mikro?

24Mohammad Obaidullah, Model of Islamic Microfinance. IRTI & Islamic Development

Bank dalam Sanabel Fourth Annual Conference. 2009. 141

25 Prinsip Ekonomi Islam menurut Metwally (1995) menyebutkan ada 5 (lima) prinsip,

yaitu (1) segala sumber daya adalah titipan Tuhan kepada manusia, (2) Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, (3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama, (4) Asset tidak boleh menganggur (tidak produktif), (5) Islam menjamin kepemilikan masyarakat bermanfaat untuk orang banyak, dan (6) Muslim takut kepada Allah, sehingga tingkah lakunya mengacu kepada ketentuan-NYA.

26 Sayd Farook, Social Responsibility. Islamic Banking & Finance Volume Six Issue

Five Number 20,2008, 18. Pemikir lainnya antara lain: Edib Smolo (2008) dalam thesisnya juga menyatakan yang sama bahwa keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro minus bunga. Ahmed, Habib (2004) dalam artikelnya berjudul Frontiers of Islamic Banking : A synthesis of Social Role and Micro Finance, yang dimuat dalam The European Journal of Management and Public Policy, Jeddah. Menyatakan bahwa bank Islam dapat mendanai orang miskin dengan tanpa biaya ekstra yaitu dengan menggunakan skema linkage dengan lembaga keuangan mikro.


(21)

8 (2) Apakah variabel kepatuhan (compliance) berpengaruh secara signifikan

terhadap performance lembaga keuangan mikro Islam di Indonesia?

C. KAJIAN DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pakar keuangan mikro Islam, yang melihat dari berbagai perspektif yang berbeda menghasilkan beberapa pendapat dan pandangan sebagaimana tersebut di bawah ini :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hans Seibel (2004) yang berjudul

‚Islamic Microfinance in Indonesia‛ menguraikan tentang studi kasus

lembaga keuangan mikro di Indonesia yang meliputi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Koperasi Simpan Pinjam Syariah (Baitul Maal wat Tamwil – BMT). Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana proses pengembangannya, perbandingan dengan lembaga keuangan konvensional, dan bagaimana prospek pertumbuhannya. Peneliti merekomendasikan bahwa selama 13 tahun terakhir sejak ‚Islamic microfinance‛ populer di masyarakat dalam bentuk lembaga keuangan

(bank dan non-bank) berbasis syariah seperti BPRS dan BMT, ada dua opsi dalam meningkatkan jasa keuangan syariah, yaitu :

a. Focus secara penuh kepada Bank Komersial Islam (Bank Syariah) dan mendampingi mereka sehingga mapan dalam membangun jaringan ke cabang-cabang dengan menawarkan produk keuangan mikro.

b. Menilai kembali proses partisipasi (keterlibatan) BMT dan BPRS dalam memasuki masyarakat mikro, yang mana dapat memisahkan secara jelas pasar sasaran untuk BPR Syariah dan Koperasi Simpan Pinjam Syariah. Sehingga tidak muncul adanya lack of yaitu daerah yang kosong (tidak terlayani) antara orang yang miskin dan tidak miskin dalam sebuah pertumbuhan pasar keuangan yang dinamis.


(22)

9 2. Widiyanto dan Abdul Ghafar dalam risetnya yang berjudul Sustainability of BMT Financing for Developing Micro-enterprises meneliti tentang keberlanjutan Islamic Microfinance dalam membangun Usaha mikro di Indonesia. Ada dua cara yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini, yaitu menilai keberlanjutan dengan analisis DEA dan level of outreach. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pada umumnya tingkat efisiensi BMT adalah relatif rendah. Skala efisiensi juga mengindikasikan bahwa BMT di Indonesia beroperasi masih jauh dari skala optimal. Persoalan yang dihadapi BMT Indonesia adalah masalah managerial. Kesimpulan kedua menyatakan bahwa keuangan mikro Islam dalam usahanya membangun usaha mikro dan memberikan kontribusi manfaat yang besar bagi masyarakat, walaupun tingkat keuntungan BMT relatif rendah, namun pembiayaan syariah diprediksikan dapat berlanjut dan mampu menjadi penyedia pembiayaan keuangan Islam yang berkelanjutan.

3. Thesis yang berjudul Islamic Microfinance : Outreach & Sustainability yang ditulis oleh Muhammad Keequzzaman menjelaskan pemfokusan perluasan dan keberlanjutan menjadi faktor paling signifikan atas keberhasilan keuangan mikro, membandingkan efektivitas penerapan prinsip-prinsip Islam dengan praktek-praktek sekuler dan tuntunan kerangka operasional dalam keuangan mikro Islam. Meskipun prospek pengembangan keuangan mikro Islam sangat besar terutama di wilayah berpenduduk mayoritas muslim tapi kebanyakan memiliki keterbatasan sumber daya (manusia)-nya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain permodalan yang lemah, terkosentrasi pada produk tertentu27,

kurangnya ahli syariah28, upaya anjuran untuk menghubungkan antara persepsi kebijakan publik dengan modal sosial Islam29 untuk mencapai

keunggulan dalam kualitas dan komitmen umat masih rendah. Kesimpulan akhir dalam thesisnya adalah bahwa mainstream dan pendekatan komersial dalam Islamic microfinance dapat membawa perbedaan aktual30.

27Di negara-negara berkembang, produk keuangan Islam (perbankan) lebih terkosentrasi

pada akad murabahah, sedangkan bentuk akad-akad lainnya kurang berkembang, seperti musyarakah dan mudharaba.

28 Ahli syariah yang memahami terhadap konteks bisnis riil.

29Modal sosial Islam adalah semangat keagamaan, etika, akhlak, jihad, saling tolong

menolong, bersedia berkorban dalam bentuk apapun untuk mendapatkan keridloan Allah SWT. Modal sosial Islam seperti Semangat jihad, akhlakul karimah, tolong-menolong dan sebagainya.

30 Membawa dampak perubahan yang signifikan, misalnya : sustainabilitas usaha yang

lebih terjamin, dari aspek pasar mampu diterima (marketabel), menguntungkan sehingga memberikan dampak sosial yang lebih besar karena usahanya mampu berekspansi.


(23)

10 Berdasarkan uraian dan pendapat di atas bahwa keberlanjutan keuangan mikro Islam dapat terjamin jika dikelola secara komersial31 namun menggunakan pendekatan modal sosial Islam32.

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atas beberapa pokok masalah yang ada dalam perumusan masalah di atas. Adapun tujuannya adalah :

1. Untuk menemukan model keuangan mikro Islam di

Indonesia.

2. Untuk menguji tingkat signifikansi keterkaitan antara variabel-variabel kepatuhan dengan performa lembaga keuangan mikro Islam di Indonesia.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang berarti bagi pihak-pihak berikut ini :

1. Manfaat teoritis

Berdasarkan analisis sumber pustaka yang penulis kaji, sampai penelitian ini dilakukan belum diketemukan peneliti yang menganalisis model keuangan mikro di Indonesia. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini sumbangan pemikiran bagi perkembangan teori keuangan Islam, terutama keuangan mikro Islam di dunia dan di Indonesia khususnya. Dimensi keuangan mikro Islam yang diketemukan dalam penelitian ini dapat digunakan bagi para peneliti selanjutnya untuk menilai tingkat ketaatan suatu praktek keuangan mikro Islam kepada syariah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Regulator (pemerintah)

Model keuangan mikro Islam dapat dipertimbangkan sebagai bagian integral dari sistem keuangan negara karena peran, fungsi dan fitur produknya yang aplicable33, proven34 dan syar’i. Hasil penelitian ini dapat

31Komersial maksudnya adalah lembaga pengelola keuangan mikro Islam harus ‚untung‛

dalam usahanya, sehingga semua biaya organisasi dapat tertutup dan sebagaian keuntungannya dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya.

32 Lihat ref. 33 di atas tentang pengertian modal sosial Islam.

33 Maksudnya dimensi operasi dan dimensi layanan yang secara inklusif terdapat dalam

suatu produk keuangan syariah dapat menjadi salah satu line produk bagi lembaga keuangan syariah (LKS-seperti: Bank).

34Maksudnya teruji secara bisnis dapat menguntungkan, karena sudah dipraktekkan

dalam rentang waktu tertentu. Cara dan metode yang digunakan mampu mencapai sasaran dan tujuan keuangan mikro Islam.


(24)

11 menjadi bahan dalam pengambil kebijakan di bidang pengembangan keuangan mikro di Indonesia.

b. Bagi praktisi keuangan mikro

Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dalam menjalankan praktek keuangan mikro Islam di lembaga-lembaga yang dikelolanya.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang keuangan mikro Islam. Memahami pemikiran para ahli yang telah mengkaji tentang keuangan mikro Islam dalam beberapa dekade terakhir ini. Sehingga pemahaman secara komprehensif tentang keuangan mikro Islam dapat diperoleh melalui penelitian ini.

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode penelitian yang dipilih adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif 35,

dengan menggunakan pendekatan phenomenologi36. Edmund Husserl dalam

Muhadjir menyatakan bahwa Ilmu tidak terbatas pada yang empirik (sensual), melainkan mencakup phenomena yang tidak lain daripada persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek, ada sesuatu yang transenden disamping yang aposteriorik.37

Untuk menilai tingkat kepatuhan lembaga keuangan mikro terhadap ketentuan syariah dan pemenuhan terhadap fitur-fitur keuangan mikro Islam digunakan penelitian survei.

2. Data yang dibutuhkan

a. Data Primer : sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ini akan dipergunakan untuk menganalisis sampel dari sejumlah populasi yang dipilih dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder : sumber data sekunder diperoleh dari hasil-hasil riset sebelumnya yang telah dipublikasikan, baik berbentuk Jurnal Ilmiah,

35Nazir, M. (2003) mendefinisikan metode deskriptif sebagai Suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki . .54. Dengan menggunakan data kualitatif lihat Koentjaraningrat (1991: 31).

36 Untuk mengkaji praktek-praktek terbaik (the best practices) dalam keuangan mikro

modern digunakan pendekatan phenomologik melalui penelusuran pustaka dan studi lapangan akan diperoleh data tentang berbagai fenomena empiris dimana fitur-fitur keuangan mikro berhasil mencapai tujuan dan sasarannya sehingga teruji (proven) baik sistem maupun produknya.

37 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi III (Yogyakarta: Rake


(25)

12 Laporan Keuangan yang dipublikasikan, annual review, Yearbook, bibliografi, Journal Indeks, Journal abstract, dan sebagainya.38

3. Tahapan Penelitian

a. Tahap pertama : pada tahap ini akan dilakukan kajian pustaka (library research). Dalam pembahasan kajian pustaka ini akan diuraikan kerangka acuan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan pokok masalah dalam penelitian ini. Hasil pembahasan dalam peneltiain ini menjadi pijakan dalam menentukan langkah – langkah penelitian selanjutnya. Kajian pustaka dipaparkan dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian pengembangan yang sudah dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat.39 Dalam kajian ini akan diperoleh jawaban dari perumusan

masalah pertama dan perumusan masalah kedua.

b. Tahap kedua : pada tahapan ini akan dilakukan penelitian survei untuk menguji elemen-elemen fitur keuangan mikro Islam dalam model yang diketemukan di kajian pustaka (riset) sebelumnya. Peneliti akan mengambil sampel dari populasi yang ada berdasarkan kriteria yang ditentukan. Dalam tahap ini pertanyaan ketiga dari perumusan masalah akan dijawab, apakah lembaga keuangan mikro Islam yang ada di Indonesia sudah memenuhi kaidah syariah dan kriteria fitur model yang ditemukan ?.

c. Tahap Ketiga : Menerjemahkan makna formulasi statistik hasil uji model yang ditemukan dalam penelitian ini.

d. Tahap Keempat : Menyimpulkan hasil analisis model setelah dilakukan pembahasan pada tahap sebelumnya.

4. Populasi

Pada penelitian tahap kedua, peneliti akan menganalisis tingkat kepatuhan terhadap syariah (grade of sharia compliant) dan tingkat pengaplikasian kriteria (grade of utilizing criteria) fitur model terbaik pada lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian survei ini adalah lembaga keuangan mikro syariah yang telah memiliki legalitas organisasi, dan telah beroperasi minimal 2 (dua) tahun.

5. Tahapan Survei

Survei sampel berkenaan dengan pengukuran keadaan ataupun atribut dari entitas tertentu. Atribut serta obyek yang menjadi tujuan penelitian disebut

38 Muhammad Nazar, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gia Indonesia,2003), 102 39 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, , Artikel, Makalah, dan Laporan


(26)

13 dengan sifat atau ciri (characteristic). Unit yang mempunyai sifat ini dinamakan unsur atau elemen. Unsur atau elemen adalah sebuah obyek dimana akan dilakukan pengukuran-pengukuran baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif.40 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Langkah-Langkah Penentuan Sampel :

(1) Peneliti memilih data LKMS di Indonesia;

(2) Survei dilakukan melalui pengiriman kuisioner ke alamat responden;

(3) Responden yang mengembalikan kuisioner akan diinput sebagai data;

(4) Data responden akan diseleksi menurut kriteria yang sudah ditentukan;

(5) Responden terpilih akan dijadikan sampel dalam analisis data ;

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian survei dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Metode pengamatan;

b. Metode Wawancara, dan

c. Metode Kuisioner.

Untuk kegunaan penganalisaan dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan kuisioner dalam mengumpulkan data dari obyek yang diteliti. Skala Guttman akan digunakan dalam proses penyusunan kuisioner. Skala guttman dapat mengukur dimensi dari suatu variabel yang memiliki beberapa dimensi, selain itu skala ini merupakan bentuk skala kumulatif.41 Berdasarkan analisis pustaka akan diketemukan fitur produk

pada model keuangan mikro yang kemudian disebut dengan dimensi fitur produk tersebut. Untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap syariah (sharia compliant grade) akan dipergunakan alat ukur berupa kuisioner. Pengujian penggunaan kuisioner berdasarkan dimensi-dimensi yang akan diukur tiap pertanyaan yang disusun akan uji terlebih dahulu dengan menggunakan koofiesien reprodusibilitas dan koofisien skalabilitas. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah teruji akan dipergunakan dalam kuisioner. Metode pengukuran kuisioner menggunakan semantik deferensial scala (skala perbedaan semantik).42

40 Muhammad Nazar, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gia Indonesia,2003), 272-273. 41 Umar, Husein , Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997),

65

42Muhammad Nazar, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gia Indonesia, 2003), .344. Skala

perbedaan semantik adalah bentuk skala kuisioner yang dikembangkan oleh Osgood,Suci dan Tannenbaum yang berkehendak untuk mengukur pengertian suatu obyek atau konsep oleh seseorang. Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau obyek dalam skala bipolar. Misal: baik-buruk, tinggi-rendah dan sebagainya (pen.)


(27)

14 7. Definisi Istilah

a. Keuangan mikro adalah aktivitas keuangan yang memberikan pelayanan jasa keuangan kepada usaha mikro (microenterprises). b. Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:43

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

c. Keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro yang menjalankan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

d. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.44

e. Dimensi adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek45

8. Pengujian Instrumen Penelitian

a. Skala Pengukuran

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan penelitian survei, ini disebabkan penelitian ini akan mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu fenomena maupun pengukuran tentang status sosial ekonomi, kelembagaan, dan proses kegiatan lainnya. Pengukuran menggunakan skala Likert dengan menerjemahkan variabel-variabel ke dalam indikator-indikator. Kemudian indikator variabel dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan. Skala gradasi dari setiap item mulai dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, buruk,dan sangat buruk atau sangat puas, puas, cukup puas, tidak puas, sangat tidak puas.

Selanjutnya untuk keperluan analisis kuantitatif, maka pada lembar jawaban itu diberi skor mulai dari 1 s/d 5, seperti di bawah ini :

- Indikator implementasi

a) Sangat tinggi : 5

b) Tinggi : 4

c) Cukup : 3

d) Rendah : 2

43 Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008. Pasal 6 44 www.wikipedia.org/wiki/model


(28)

15

e) Sangat Rendah : 1

Data nominal kuantitatif ( classificatory) akan diubah menjadi skala ordinal (ranking)46, dengan teknik sebagai berikut :

1) Mencari nilai rata-rata (mean) ;

2) Mencari nilai tertinggi dan nilai terendah

3) Pengelompokan nilai antara nilai rata-rata dan nilai di atas rata-rata

4) Pengelompokan nilai antara nilai rata-rata dan nilai di bawah rata-rata

Nilai

Nominal Terendah(a) d Rata (b) Rata- e Tertinggi (c) Nilai

Ordinal 1 2 3 4 5

Pengujian instrumen penelitian digunakan uji validitas konstruksi ( construction validity) dan uji realibilitas (realibility).

Penentuan Kriteria untuk variabel construct a. Validitas Konstruksi

Validitas konstruksi dilakukan dengan mengkorelasikan masing –

masing variabel terhadap nilai total. Indikator perilaku (behavior validitation) meliputi 4 faktor yaitu : sasaran pembiayaan dikembangkan menjadi lima (5) pertanyaan, faktor akad dikembangkan menjadi lima (5) pertanyaan, faktor tujuan dikembangkan menjadi lima (5) pertanyaan, faktor jaminan dikembangkan menjadi lima (5) pertanyaan. Faktor –

faktor pertanyaan ini menjadi pertanyaan kuisioner variabel perilaku , sedangkan variabel konstruksi meliputi 4 (empat) faktor yaitu (1) total aset, (2) non performing financing, (3) outstanding pembiayaan, dan (4) total dana pihak ketiga . Setelah menentukan komponen skala pengukur, maka skala pengukur ini akan diuji kevaliditasannya, dengan menggunakan teknik korelasi product moment yakni dengan melakukan korelasi antar skor faktor.

Berikut ini merupakan rumus teknik product moment : �= � ∑ − (∑ ∑

[�∑ 2– ()2[�∑ 2− ∑ 2]

46 Lihat Widi, R.K., , Asas Metodologi Penelitian.(Yogyakarta: Graha Ilmu ,2009),


(29)

16 b. Realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali- untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif sama, maka alat ukur tersebut dapat disebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. (Singarimbun : 1989). Berikut ini adalah rumus pengukuran realibilitas :

�11=

� −1 1−

∑�2

��2

Berikut ini kriteria indeks realibilitas yang dipaparkan oleh Arikunto (dalam Agung,W, Febuari 2010 :95) :

No Interval Kriteria

1 ‹ 0,200 Sangat Rendah

2 0,200 – 0,399 Rendah

3 0,400 – 0,599 Cukup

4 0,600 – 0,799 Tinggi

5 0,800 – 1,00 Sangat Tinggi

9. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di Indonesia.47 Jumlah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di

Indonesia sebanyak 3.174 LKMS.48 Adapun sebaran lokasi wilayah LKMS

tersebut adalah sebagai berikut :

47 Istilah populasi dalam penelitian kualitatif oleh Spradley dinamakan ‚social

situation‛ yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Lihat Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif. Hal. 215

48 Adapun jumlah seluruh LKMS di Indonesia sampai akhir tahun 2009 sebanyak 3174

unit yang tersebar mulai dari banda Aceh sampai tanah Papua. Lihat Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. ICMI, Jakarta. 2010. Hal. 20-21


(30)

17 Sumber : Data diolah dari Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. ICMI, Jakarta.2010

11. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling, dengan teknik proportionate stratified random sampling .49

Berdasarkan teknik tersebut , peneliti menentukan proporsi sampel berdasarkan keterwakilan dari seluruh wilayah di Indonesia.50

12. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

49 Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara

proporsional. Lihat Riduwan dan Engkos. Analisis Jalur. Alfabeta.Bandung. 2009. Hal. 41. Lihat juga Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, Alfabeta. Bandung. 2009. Hal. 82. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

50 Syarat LKMS yang dapat menjadi responden ada dua kriteria, yaitu (1) telah berdiri

minimal dua tahun (2) Bersedia menjadi responden serta bersedia memberikan data dan informasi lembaganya.

2% 5% 2% 2% 0% 1% 2% 1% 5% 20%19%

2% 19%

0% 1% 0% 1% 1% 2% 0% 1% 8%

3% 0% 1% 1%

AC E H SU MU T SUM BAR RIAU JAMBI B E N G K U LU SU MSE L LAM P UN G DKI JABA R JAT E N G DIY JAT IM BALI KALBA R K ALT E N G KALT IM KALSE L SU LUT SU LT E N G SU LT RA SU LSE L N T B N T T MALUK U PAPU A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

SEBARAN JUMLAH LOKASI LKMS DI

INDONESIA


(31)

18 Data primer yang dikumpulkan melalui instrumen kuisioner akan diolah dengan menggunakan analisis structural equation modelling (SEM)51 yang

dibantu dengan perangkat lunak (software) aplikasi Linear Structural Relationship (LISREL) versi 8,7.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan ini terbagai dalam enam bab sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian literatur, kajian teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyusunan

Bab kedua berisi uraian tentang Evolusi keuangan mikro yang menganalisis dan mengkaji kronologi munculnya keuangan mikro yang terdiri dari dua pembahasan, yaitu (1) menjelaskan tentang perkembangan keuangan mikro Islam, dan (2) menjelaskan tentang perkembangan keuangan mikro Islam di Indonesia.

Bab Ketiga membahas tentang Prinsip-Prinsip Keuangan Mikro Islam dengan pendekatan phenomologi, dengan sub-kajian yang meliputi (1) mode pembiayaan keuangan mikro Islam , (2) Dimensi ruhiyah dalam pembiayaan keuangan mikro Islam, dan (3) Pemaparan praktek terbaik keuangan mikro di dunia .

Bab keempat berisi kajian tentang Praktek Prinsip-Prinsip Keuangan Mikro Islam. Bab ini menguraikan Praktek Keuangan Mikro Islam dalam menerapkan prinsip-prinsip keuangan mikro dan prinsip keuangan Islam. Hubungan Dimensi Produk Pembiayan Keuangan Mikro dengan Performance

51 Adapun tahapan dalam analisis Structural Equation Modeling ini adalah sebagai

berikut : Tahap pertama adalah konseptualisasi model. Tahap ini berhubungan dengan pengembangan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel laten yang lain, dan juga indikator-indikatornya. Dengan kata lain, model yang dibentuk adalah persepsi kita mengenai bagimana variabel laten dihubungkan berdasarkan teori dan bukti yang kita peroleh dari disiplin ilmu kita. Konseptualisasi model ini juga harus merefleksikan pengukuran variabel laten melalui bebagai indikator yang dapat diukur. Tahap kedua yaitu penyusunan diagram alur (path diagram construction), akan memudahkan kita dalam memvisualisasikan hipotesis yang telah kita ajukan dalam konseptualisasi model di atas. Tahap ketiga adalah spesifikasi model dan menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi. Tahap keempat adalah identifikasi model. Informasi yang diperoleh dari data diuji untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model. Tahap kelima dilakukan setelah model struktural dapat diiedntifikasi, maka estimasi parameter untuk suatu model diperoleh dari data karena program LISREL menghasilkan matriks kovarian berdasarkan model yang sesuai dengan matriks kovarian sesungguhnya. Uji signifikansi dilakukan dengan menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol. Tahap keenam dilakukan penilaian model fit. Suatu model dikatakan fit apabila kovarian matriks suatu model (model-based covariance matrix) adalah sama denan kovarian matriks data (observed). Lihat lebih lanjut pada Imam Ghozali, Structural Equation Modeling (SEM), (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008), 8-10


(32)

19 Lembaga. yang menguraikan model keuangan mikro Islam dengan menggunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui konstruk model kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syari’ah dan prinsip-prinsip keuangan mikro. Kajian terhadap kondisi responden, verifikasi dimensi model, lalu menguji signifikasi model berdasarkan hasil penelitian.

Bab Kelima berisi kajian tentang rumusan akhir sebagai kesimpulan dari hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya. Dalam bab kelima juga berisi implikasi dan saran-saran sebagai masukan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Selain itu, hasil penelitian ini disertai pula sumber rujukan (pustaka) yang dijadikan sumber dalam penelitian serta dilengkapi dokumen berupa lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.


(33)

20

BAB II

EVOLUSI KEUANGAN MIKRO ISLAM

Kajian terhadap evolusi keuangan mikro Islam diperlukan untuk menemukan nilai-nilai historis yang telah diwariskan oleh para pendahulu ( al sala>fus} al-s}oleh) dalam upayanya untuk memberdayakan umat melalui kegiatan keuangan dengan mendasarkan pada ajaran-ajaran agama Islam. Penelusuran pustaka ini juga dimaksudkan untuk mencari benang-merah ‚titik-temu antara praktek keuangan yang dijalankan saat ini dengan nilai-nilai Islam‛.

Perkembangan keuangan mikro Islam mengalami proses perjalanan panjang sejak dirintis oleh Muhammad SAW. yang mewariskan prinsip-prinsip dasarnya1, pemikiran ekonomi Islam berusia setua Islam itu sendiri.2 Hal ini berdasarkan bahwa ajaran Islam, yang bersumber pada Al-Quran dan al-Hadith, sejak awal sangat mendorong dan berpandangan positif terhadap kegiatan ekonomi.3 Bahkan nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diangkat sebagai Rasul berprofesi sebagai seorang pedagang yang berhasil,4 lalu keteladanan

beliau di bidang muamalah dikembangkan oleh Khulafaur Rasyidin dan dilanjutkan oleh para intelektual muslim5 dalam mengembangkan prinsip-prinsip

dasar keuangan Islam yang kemudian dipraktekkan oleh pemerintahan Islam dalam menjalankan kebijakan di bidang keuangan negara dan keuangan publik.

Tahapan perkembangan keuangan mikro Islam ini disebut dengan evolusi keuangan mikro Islam. Menurut Spencer (1972:71) dalam Piotr Sztompka dikatakan bahwa evolusi menjadi prinsip umum semua realitas, alam dan sosial.

1Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam tercantum dalam al-Qur’an dan keteladanan

Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi tertuang dalam al-Hadith.

2M.Nejatullah Siddiqie, Muslim Economic Thinking, a survey of contemporary literature

(Jeddah: ICRI Economics King Abdul Aziz University, 1981).

3 lihat misalnya 10 surat pertama yang diturunkan Tuhan setelah surat ‘Alaq dan

al-Mudatsir, hampir seluruhnya berkaitan dengan respon al-Quran terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat, di samping berbagai ayat-ayat lainnya, seperti QS. Jum’at : 10, dan Al-An’am : 165.

4 Lihat, Afzalurrahman, Muhammad as trader, yang diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia oleh Tim Yayasan Swarna Bhumi, Muhammad Sebagai pedagang,( Jakarta : Yayasan Swarna Bhumi, 1996),18

5 Intelektual muslim di abad pertengahan menguasai berbagai macam bidang ilmu. Ibn

Sina (980-1037 M) sebagai contoh selain terkenal sebagai ahli kedokteran juga adalah ahli filsafat, bahkan ia juga mendalami psikologi dan musik. Al-Ghazali (1058 –1111 M), selain banyak membahas masalah-masalah fiqh (hukum), ilmu kalam (teologi), dan tasauf, beliau juga banyak membahas masalah filsafat, pendidikan, psikologi, ekonomi, dan pemerintahan. Ibn Khaldun (1332-1404) selain banyak membahas masalah sejarah juga banyak menyinggung masalah-masalah sosiologi dan antropologi budaya, ekonomi, geografi pembangunan dan peradaban bahkan futurology


(34)

21 Adanya sifat umum (generality) ini adalah karena realitas pada dasarnya adalah material, yang terdiri dari zat, energi, dan gerakan. Evolusi didefinisikan sebagai perubahan dari homogenitas tak beraturan ke heterogenitas yang logis, yang diikuti kehilangan gerak dan integrasi zat. Evolusi berlangsung melalui differensiasi struktural dan fungsional sebagai berikut: (1) dari yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks; (2) dari tanpa bentuk yang dapat dilihat ke keterkaitan bagian-bagian; (3) dari keseragaman, homogenitas ke spesialisasi, heterogenitas; dan (4) dari ketidakstabilan ke kestabilan.

Definisi keuangan mikro (microfinance) adalah microenterprises finance

yang berarti ‚pelayanan keuangan bagi usaha mikro‛6. Menurut pakar yang lain

mendefinisikan microfinance sebagai jasa keuangan yang melayani orang-orang yang berpendapatan rendah.7 Peneliti Microfinance 8United State‛ menjelaskan

bahwa microfinance adalah layanan keuangan skala kecil khususnya pembiayaan dan simpanan, bagi mereka yang bergerak di sektor pertanian, perikanan, peternakan; kepada perseorangan atau kelompok baik di pedesaan maupun di perkotaan di negara-negara berkembang. Mereka mengelola usaha kecil atau mikro yang meliputi kegiatan produksi, daur ulang, reparasi atau perdagangan.

Ada pengertian microfinance yang lebih komprehensif didefinisikan oleh Seibel (2005) microfinance yaitu sektor keuangan formal maupun informal yang memberikan pelayanan jasa keuangan microsaving9, microcredit10, dan

microinsurance11 yang diberikan kepada pelaku ekonomi mikro , dan

mengalokasikan sumber daya yang langka ke investasi mikro dengan tingkat imbal jasa yang tertinggi.12 Microfinance menurut pengertian di atas dapat

berupa lembaga keuangan mikro informal bukan Bank yang berlokasi di daerah maupun lembaga keuangan Bank yang memiliki jasa keuangan untuk melayani usaha mikro yang berlokasi secara nasional. Keuangan mikro menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat miskin produktif yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi mereka. Program keuangan mikro yang baik memiliki karakter antara lain: pinjaman jangka pendek, penilaian investasi (analisis

6 Maria Otero, Microfinance (Washington D.C.: The World Bank, 2005), 2

7 Don Johnson, ‚CommercialMicrofinance‛, Makalah Workshop, Asean Development

Bank , 4 Februari 2007. 2-3

8 Marguearte Robinsom, Revolotuin ofMicrofinance (Washington D.C : The World

Bank, 2007)

9 Microsaving adalah fasilitas tabungan untuk simpanan yang akan digunakan

memenuhi kebutuhan konsumsi, darurat dan alat penyimpan kekayaan (asset).

10 Microcredit adalah akses pembiayaan untuk berbagai kebutuhan masyarakat miskin

(konsumsi, emergensi, dan investasi) dengan jumlah dan jangka waktu yang disesuaikan dengan kemampuannya

11Microinsurance adalah jasa pelayanan asuransi khusus untuk melayani orang miskin

(jiwa,kesehatan dan kecelakaan) dan jasa jaminan atas simpanan dan pembiayaan dalam kaitannya dengan risiko pembiayaan (pembiayaan).

12 Matthias Range, Islamic Microfinance, thesis di RWTH Aachen University, Jerman.


(35)

22 pembiayaan) sederhana, waktu proses yang singkat (cepat), pemberian pinjaman kembali setelah pelunasan, dan lokasi pelayanan yang mendekati tempat tinggal nasabah.13

Dari beberapa pengertian diatas tidak ada suatu definisi baku mengenai microfinance. Pengertian mikro tidak dikaitkan dengan ukuran, karena sangat relatif antar wilayah, tapi lebih dikaitkan dengan inferioritas/keterbatasan akses terhadap pelayanan jasa keuangan formal.

Berbagai perbedaan pendapat tentang pengertian keuangan mikro telah memunculkan berbagai bentuk praktek dalam lembaga keuangan mikro. Dalam kenyataannya saat ini keuangan mikro Islam hanya menjadi follower dalam dinamika perkembangan keuangan mikro itu sendiri dan belum menemukan model yang dianggap paling ideal dalam tataran syariah (syariah compliance) dan proven dalam aspek implementasinya.

A. MEMAHAMI KEUANGAN MIKRO ISLAM DALAM BERBAGAI

PENDAPAT

Sarjana muslim yang mendefinisikan Islamic Microfinance, antara lain Ajaz Ahmed Khan (2008) :

Microfinance sebagai jasa keuangan mikro yang mengimplementasikan prinsip-prinsip keuangan syariah (Islam). Sementara sarjana non-muslim Segrado (2005) menulis Islamic microfinance is constituted by a range of financial services for people who are traditionally considered non bankable, mainly because they lack the guarantees that can protect a financial institution against a loss risk.. Diterjemahkan secara bebas oleh penulis sebagai berikut : keuangan mikro Islam adalah dimaksudkan sebagai skim pelayanan keuangan terhadap orang-orang yang pada umumnya dianggap tidak bankabel, terutama mereka yang tidak memiliki jaminan yang dapat melindungi lembaga keuangan mereka terhadap risiko kerugian. Dalam keuangan Islam suatu institusi bisnis tidak hanya bertanggung jawab terhadap kemampuan untuk mendapatkan laba namun lebih dari itu14. Chiara belum memasukkan yang paling prinsip yaitu adanya larangan bunga dalam keuangan Islam. Sehingga penulis lain Edib Smolo (2008) mengatakan bahwa dalam prakteknya Islamic microfinance tidak berbeda dengan konvensional hanya bebas bunga. Pendapat ini juga didukung oleh Abdul Gafoor (1997) yang menyatakan bahwa Perbankan komersial dapat diterima di

13 Tariqullah Khan, Islamic Microfinance Development (Clenges and Initiatives). Policy

Dialoge Paper No. 2. (Jeddah: IRTI-IDB,2008), 1

14Tujuan utama adalah maksimasi kemanfaatan social sebagai lawan dari maksimisasi

profit, melalui penciptaan lembag a keuangan yang lebih sehat yang dapat menyediakan jasa keuangan secara efektif dalam level akar rumput (mikro). Beberapa pengarang (Al Harran, 1996) berargumen bahwa keuangan Islam jika masuk menjadi sebuah paradigma baru yang dapat menjadi alternative dalam krisis social ekonomi yang hidup dalam paradigma barat.


(1)

(2)

185

Lampiran 5 : Tabel P - value


(3)

186

Lampiran 6 : Tabel t - Distribution


(4)

187

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 7 :

KUISIONER PENELITIAN DISERTASI

“MODEL KEUANGAN MIKRO ISLAM “

IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden Umur Responden Alamat Responden Pekerjaan Responden

OBYEK YANG DINILAI : Nama Lembaga (KJKS/BMT) Alamat Lembaga

Petunjuk

Berilah penilaian secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab terhadap lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang Anda nilai , khususnya terhadap hal-hal yang terkait dengan sasaran pembiayaan, tujuan, akad dan bentuk jaminan, dengan cara melingkari angka pada kolom skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut.

1 = Sangat rendah 3 = cukup 5 = Sangat Tinggi 2 = Rendah 4 = Tinggi

No. Aspek yang dinilai Skor

A. Sasaran Pembiayaan

1. Menurut anda, lembaga ini memberikan kredit (pembiayaan) kepada orang-orang miskin

1 2 3 4 5 2. Sepengetahuan anda, yang menjadi nasabah lembaga ini adalah sebagaian besar

wanita

1 2 3 4 5 3. Sebagaian besar nasabah lembaga ini sudah memiliki penghasilan dari usahanya 1 2 3 4 5 4. Penghasilan nasabah rata-rata kurang dari Rp. 25.000,- per-hari atau Rp.

750.000,- per-bulan

1 2 3 4 5 5. Lokasi (alamat) nasabah rata-rata jaraknya lebih dari 10KM dari lokasi kantor

lembaga ini

1 2 3 4 5 Skor A

B. Tujuan Pembiayaan

6. Menurut anda, pemberian kredit (pembiayaan) lembaga ini akan membantu

meningkatkan kesejahteraan keluarga nasabah

1 2 3 4 5 7. Setiap nasabah lembaga ini mengadakan pertemuan rutin dengan sesama nasabah

lainya dan petugas dalam mingguan

1 2 3 4 5 8. Lembaga pernah memberikan pembinaan dan pengembangan ketrampilan kepada

nasabahnya

1 2 3 4 5 9. Petugas pembiayaan pernah memberikan pengarahan dan bimbingan usaha 1 2 3 4 5


(5)

188

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

No. Aspek yang dinilai Skor

10. Nasabah mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam bertransaksi dan berhubungan dengan lembaga

1 2 3 4 5 Skor B

C. Jenis Pembiayaan (akad)

11. Menurut anda, biaya yang harus dibayar nasabah dalam rangka pencairan pembiayaan termasuk murah dan tidak memberatkan

1 2 3 4 5 12. Akad yang digunakan dalam transaksi pembiayaan adalah jual beli 1 2 3 4 5 13. Nasabah mendapatkan pembiayaan dalam bentuk barang (bukan uang tunai) 1 2 3 4 5

14. Bagi hasil/marjin yang dibayarkan nasabah tidak memberatkan (murah) 1 2 3 4 5

15. Sampai saat ini anda tidak pernah menjumpai nasabah yang merasa dibohongi

yaitu adanya perbedaan antara yang ditawarkan dan kenyataannya

1 2 3 4 5 Skor C

D. Bentuk Jaminan

16. Jaminan atas pembiayaan yang diberikan tidak harus berupa fisik seperti BPKB Kendaraan, Sertifikat Hak Milik (SHM) tanah dan bangunan

1 2 3 4 5 17. Apabila tidak tepat waktu dalam membayar angsuran kewajiban, petugas

pembiayaan menghubungi nasabah dengan santun dan memberikan solusi

1 2 3 4 5 18. Penanggung jawab pinjaman selain nasabah itu sendiri juga menjadi tanggung

jawab pasangannya (istri/suami)

1 2 3 4 5 19. Apabila nasabah tidak membayar kembali pinjaman (kewajiban)nya, hal pertama

yang ditakuti nasabah adalah Murka Tuhan

1 2 3 4 5 20. Anggota nasabah lain akan memberikan tekanan kepada setiap nasabah yang

tidak memenuhi kewajibannya

1 2 3 4 5 Skor D

Skor Total

Di tulis (dinilai) pada tanggal : ... ..., ... Penilai (Responden) ...


(6)

SINOPSIS

Dimensi ruhiyah yang menjadi landasan gerak dalam keuangan mikro Islam meliputi , (1) Prinsip

keadilan (

justice

), (2) Prinsip keterbukaan dan kejujuran (

transparance

&

fairness

),

dan Prinsip

kemitraan

(partnership

), sedangkan prinsip-prinsip keuangan mikro yang telah menjadi landasan

terbaik praktek keuangan mikro modern antara lain : (1) Skala dan kedalaman jangkauan

pembiayaan, (2) Keberlanjutan (

sustainability

), (3) Pemberdayaan (

social intermediatory

), (4)

Komersial

(financial intermediatory

).

Buku ini yang merupakan hasil penelitian disertasi membuktikan bahwa keuangan mikro Islam yang

dioperasionalisasikan dengan menerapkan prinsip-prinsip kepatuhan melalui fitur-fitur

pembiayaannya akan berpengaruh terhadap

performance

lembaga (institusi) yang menjalankannya.

Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain (1) sasaran pembiayaan, yaitu sasaran pembiayaan untuk

orang miskin, memprioritaskan wanita sebagai sasaran utamanya, masyarakat produktif, dan tidak

terakses pelayanan jasa keuangan lainnya, dan (2) kepatuhan kepada tujuan pembiayaan, yaitu

memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan, mendorong kepada anggotanya untuk

melakukan kegiatan silaturahim melalui pertemuan-pertemuan, menjadi media untuk membina para

anggotanya, baik dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) maupun usahanya,

Pembiayaan menjadi wahana dalam peningkatan ketrampilan hidup (

life skill

) para anggota

(nasabah)nya, dan memberikan ketenangan hati bagi semua pihak, terutama anggota dan petugasnya.