Manajemen risiko penyaluran pembiayaan bagi keluarga miskin di wilayah Bogor oleh koperasi pelayanan keuangan mikro baytul-ikhtiar Bogor
1
MANAJEMEN RISIKO PENYALURAN PEMBIAYAAN BAGI
KELUARGA MISKIN DI WILAYAH BOGOR OLEH KOPERASI
PELAYANAN KEUANGAN MIKRO BAYTUL-IKHTIAR
BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : BUDIMAN NIM. 107046102111
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 September 2011 M 16 Syawwal 1432 H
(3)
(4)
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
4. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 September 2011 M 16 Syawwal 1432 H
(5)
v
ABSTRAK
Budiman. Judul skripsi “Manajemen Risiko Penyaluran Pembiayaan Bagi
Keluarga Miskin di Wilayah Bogor Oleh Koperasi Pelayanan Keuangan Mikro Baytul-Ikhtiar Bogor”. Strata Satu (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1432 H / 2011 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potret dan implementasi manajemen risiko penyaluran pembiayaan bagi anggota koperasi yang berada di perkotaan dan pedesaan dilihat dari sisi sosiologi yang berbeda diantara keduanya. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang menguraikan dan memaparkan masalah yang ada sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dan masalah tersebut dapat dipecahkan serta diselesaikan dengan baik dan benar.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dan penelitian langsung terhadap pihak yang dianggap berkompeten. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data sekunder, yakni untuk memperoleh data ilmiah dan akurat yang bersumber pada buku-buku, dokumen, dan rujukan lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, implementasi manajemen risiko yang dilakukan oleh koperasi Baytul Ikhtiar Bogor dalam meminimalisir risiko yang terjadi, khususnya didalam risiko kredit atau pembiayaan dinilai cukup berhasil, dilihat dari data-data yang ada menunjukan bahwa koperasi ini memberikan hasil yang signifikan dari tahun ke tahun.
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah SWT, dan didorong oleh keinginan luhur,
Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “
MANAJEMEN RISIKO PENYALURAN PEMBIAYAAN BAGI KELUARGA MISKIN DI WILAYAH BOGOR OLEH KOPERASI PELAYANAN KEUANGAN
MIKRO BAYTUL-IKHTIAR BOGOR”, sebagai suatu syarat untuk mendapatkan
derajat S 1 pada Program Studi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini, sejak penyusunan rancangan penelitian, studi kepustakaan, pengumpulan data di lapangan, serta pengelolaan hasil penelitian sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik sumbangan pemikiran maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat penyelesaian tugas akhir.
(7)
vii
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi
Islam) Fakultas syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat dalam mengikuti perkuliahan.
3. Kepada Bapak Mu’min Rouf, M.A Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Anwar Abbas, M.Ag, sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu dan pikiranya, dan perhatianya membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.
5. Segenap pihak Koperasi Baytul-Ikhtiar Bogor yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini, khususnya kepada ibu Titin yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan
(8)
viii
8. Kepada kedua Orang Tua dan Kakak-Adik penulis yang tercinta, Bapak
Subadi dan Ibu Sriyati yang telah memberikan seluruh jiwa raga untuk mendidik, membesarkan, menyayangi, dan selalu memberi semangat kepada penulis.
9. Kepada teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2007, khususnya PS B
yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis hanya mampu berharap semoga bantuan yang telah diberikan dalam bentuk apapun dapat menjadi amal baik yang diterima disisi Allah SWT. Semoga skripsi yang sederhana dan masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang.
Jakarta, 15 September 2011 M 16 Syawwal 1432 H
(9)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 10
E. Metode Penelitian ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 21
A. Pengertian Manajemen Syariah ……… 21
B. Pengertian Manajemen Risiko ……… 26
C. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko ……… 28
D. Jenis-jenis Risiko ………. 31
(10)
x
BAB III PROFIL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR ……… 43
A. Sejarah berdirinya ……….. 43
B. Visi dan Misi ……….. 47
C. Produk – Produk Layanan Keuangan ………. 49
D. Perkembangan wilayah dan jangkauan ……… 52
E. Kinerja Keuangan ……… 53
BAB IV Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Koperasi Baytul-Ikhtiar ... 57
A. Manajemen Risiko Penyaluran Pembiayaan Bagi Keluarga Miskin Oleh Koperasi Pelayanan Keuangan Mikro Baytul-Ikhtiar 57
1. Potret penyaluran pembiayaan bagi keluarga miskin di koperasi Baytul-Ikhtiar ……….. 57
2. Potret penerapan manajemen risiko dalam penyaluran pembiayaan terhadap keluarga miskin oleh koperasi Baytul-Ikhtiar ……… 65
B. Analisis terhadap mekanisme manajemen risiko penyaluran pembiayaan oleh koperasi Baytul Ikhtiar ………... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
(11)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang melanda masih dirasakan dampaknya oleh seluruh rakyat Indonesia hingga saat ini. Kondisi hidup yang amat berat terlebih
dirasakan oleh kelompok masyarakat miskin dan tertinggal yang
berpenghasilan rendah. Meningkatnya harga-harga bahan kebutuhan pokok akibat naiknya harga BBM semakin memperburuk tingkat kesejahteraan kelompok masyarakat tersebut baik yang terdapat di kota maupun di desa.
Rendahnya tingkat kualitas hidup akibat minimnya fasilitas dasar, buruknya mutu sumber daya manusia, etos kerja yang lemah dan sulit berkembang, terbatasnya kemampuan mencari pekerjaan yang layak, rendahnya kemampuan menabung, sulitnya mengakses sumber-sumber permodalan, adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat miskin dan tertinggal. Sehingga, apabila ingin ada sebuah perubahan ke arah yang lebih baik maka diperlukan peran dari pihak eksternal untuk memecah lingkaran tersebut. Dorongan perubahan yang datang dari pihak eksternal berfungsi untuk memutuskan rantai kemiskinan sehingga membentuk siklus baru yang lebih baik. Keterlibatan pihak eksternal bersifat menstimulasi
(12)
2
berbagai faktor kunci yang penting dan strategis agar bergerak lebih cepat dan terarah dalam melakukan proses perubahan.
Faktor eksternal inilah yang memegang peran penting dan strategis dalam melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat miskin dan tertinggal dalam mengorganisir diri agar secara mandiri mampu melaksanakan program peningkatan ekonomi dan tingkat kesejahteraan hidup. Pola pemberdayaan masyarakat yang terkonsep, sistematis, terukur dan tepat sasaran merupakan upaya yang tepat dan efektif mendorong kemandirian masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan hidupnya.
Keluarga miskin dan pelaku usaha mikro yang kebanyakan menggeluti kegiatan ekonomi rumah tangga dan informal, ekonomi mereka amat rentan namun seringkali mereka malah membayar layanan publik yang lebih mahal. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dan sosial kapital mereka, karena tidak mampu memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang ada, kecuali dengan menguras sumber daya ekonomi mereka. Ketika krisis ekonomi berlangsung antara pertengahan 1997 sampai awal 1999, golongan termiskin paling terkena dampaknya, terutama perempuan dan anak-anak sebagai pihak terlemahkan. Mereka adalah kaum dhuafa wal mustadhafiin yang memerlukan penanganan yang sistemik dan
berkesinambungan, bukan hanya sekedar pertolongan sesaat.1
1 Baytul maal, warta gubernur 2008. Tim Baytul Maal Bogor. Inovasi Pemberdayaan masyarakat melalui pendekataan agama ( Studi kasus pengembangan Program Ikhtiar oleh Baytul
(13)
3
Inisiatif dan keterlibatan dari kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan, pengetahuan serta akses terhadap sumber-sumber informasi dan
pendanaan adalah merupakan upaya terobosan untuk memecah “lingkaran
setan” kemiskinan dan ketertinggalan serta sekaligus mendorong kemampuan agar secara mandiri mereka mampu meningkatkan taraf ekonomi dan kualitas hidupnya.
Komitmen dan semangat kebersamaan tersebut diimplementasikan
melalui berbagai program pengembangan masyarakat community development
yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya.2
Jika semula untuk mempertahankan hidupnya seseorang bekerja menghasilkan suatu barang untuk digunakan sendiri atau untuk keluarganya, maka dalam perkembanganya , usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya dan untuk mencapai keinginanya itu bukan lagi sebagai individu, tetapi sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat. Dimana mereka
harus bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya3.
Bagi kota-kota besar di Indonesia, terutama kota Bogor persoalan kemiskinan merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang kronis dan
Maal Bogor). Jurnal otonomi dan pembangunan daerah warta gubernur Vol.2 Tahun 1edisi Februari, 2007.
2
http:// Wahyu A.Permana /program-pemberdayaan-masyarakat-miskin.html, diakses pada 12 April 2011, pukul 08.35 WIB
3
Hendrojogi, Koperasi:Asas-Asas,Teori,Dan Praktik, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2007),h.1
(14)
4
kemudian menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman bagi eksistensi kota yang mensejahterahkan. Untuk itu kewajiban pemerintah sangat diperlukan keefisienannya dalam menghadapi permasalahan masyarakat miskin
kota ini.4 di Kota Bogor sendiri jumlah masyarakat miskin mencapai kurang
lebih 200 ribu orang atau sekitar 25 % dari 825 ribu jumlah penduduk Kota
Bogor.5 Sedangkan saat ini jumlah warga miskin di Kabupaten Bogor 446.040
orang dari total jumlah penduduk sebanyak 4.763.209 jiwa.6
Dalam setiap perekonomian modern , keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan merupakan sesuatu yang penting guna mendukung kegiatan perekonomian, terutama melaluio pengerahan sumber-sumber pembiayaan dan penyaluranya secara efektif dan
4
http://qurow-yun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin-perkotaan.html, diakses pada 14 April 2011, pukul 19.44 WIB.
5
http://masjidkotabogor.com/index.php/news/view/259, diakses pada 14 April 2011, pukul 19.44 WIB
6
http://bisnis-jabar.com/index.php/2011/06/pemkab-bogor-tekan-angka-kemiskinan-hingga-697/, diakses pada 25 juli 2011, pukul 06.45
(15)
5
efisien. Sejalan dengan itu sejak tahun 1998 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk lebih memperkuat sistem lembaga keuangan nasional
melalui pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan7,
diantaranya adalah koperasi.
Dengan kehadiran dan berkembangnya Koperasai Baytul Ikhtiar di wilayah Bogor, dapat membantu memberikan dampak yang signifikan dalam pengembangan usaha kecil melalui pembiayaan yang diberikan, dengan pembiayaan tersebut diharapkan dapat membantu para masyarakat miskin dalam menjalankan usahanya dengan baik. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mengupayakan agar keluarga miskin bisa produktif, memiliki penghasilan yang lebih baik, bisa menabung, dan lebih bermartabat sehingga bisa meningkatkan status sosialnya.
Aktivitas yang paling mendasar dalam kegiatan koperasi ini adalah penghimpunan dan penyaluran dana , penghimpunan dana berasal dari para agniya yang kelebihan dana, sedangkan penyaluranya kepada masyarakat yang membutuhkan dengan kriteria tertentu. yang dalam praktiknya menggunakan sistem bagi hasil. Sejak Berdirinya koperasi ini tahun 1999 sampai dengan tahun 2011 pencapaian asset terus meningkat yakni sampai bulan juli 2011 sebesar Rp 8.245.188.024 dengan sebaran wilayah yaitu: 16 Kecamatan, dan
7
Dahlan , Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga penerbit FEUI, 1999), h. 229.
(16)
6
594 Majlis. Dengan jumlah Anggota Sebanyak 9.162 jiwa, dengan perincian Kota Bogor 1.733 jiwa, Kabupaten Bogor 6516 jiwa, dan Sukabumi 913 jiwa.
Dalam praktiknya koperasi haruslah mempunyai manajemen yang baik dan teratur untuk keberlangsungan hidupnya, dengan melihat kepada risiko-risiko yang akan terjadi dalam penyaluran pembiayaan kepada anggotanya, terutama kepada permasalahan manajemen risiko pembiayaan, agar risiko yang timbul dimasa yang akan datang dapat diminimalisir sedemikian rupa.
Semua organisasi tentunya mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari pendirinya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah mekanisme yang mengintregasikan proses dari kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan, dan kegiatan tersebut kita kenal sebagai kegiatan manajemen. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga, dan jasa, tidak terkecuali jasa keuangan didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien.8
Dalam perkembanganya koperasi tidak selalu berjalan mulus ada saja kendala yang harus dihadapi , ada saja risiko yang muncul dalam penyaluran pembiayaan ini, karena target yang di terapkan lebih kepada keluarga miskin perkotaan dan pedesaan untuk memajukan ekonomi rumah tangga agar mereka bisa menabung untuk keperluan dimasa mendatang, dalam hal ini koperasi
8
Zainul , Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah,( Jakarta: Pustaka alvabet, 2006), h. 90.
(17)
7
Baytul Ikhtiar tidak menggunakan sistem jaminan materi kepada anggotanya dalam hal penyaluran pembiayaan, tetapi jaminan di sini lebih kepada sosial dan kepercayaan diantara koperasi dan anggota. Sebagai suatu badan usaha maka koperasi Baytul Ikhtiar haruslah menerapkan manajemen risiko untuk mengelola risiko yang muncul dalam transaksi secara efektif, risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang diperkirakan, maupun yang tidak diperkirakan yang berdampak negatif terhadap permodalan dan pendapatan, risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan , oleh karena itu sebagai badan usaha koperasi memerlukan serangkaian prosedur dan metedologi yang dapat mengukur, mengidentifikasi, memantau, dan mengendalikan risiko yang muncul dari kegiatan usaha. Perusahaan yang melekukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih
dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah
diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko kerugiannya, dengan demikian, proses manajemen risiko menjadi suatu kebutuhan bagi setiap
perusahaan bukan menjadi kewajiban yang dipersyaratkan oleh regulator.9
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana praktik manajemen risiko pembiayaan pada Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor. sehingga penulis tertarik
mengambil judul “ MANAJEMEN RISIKO PENYALURAN PEMBIAYAAN
9
Mahammad , Muslich, Manajemen risiko operasional : Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 3.
(18)
8
BAGI KELUARGA MISKIN DI WILAYAH BOGOR OLEH KOPERASI
PELAYANAN KEUANGAN MIKRO BAYTUL-IKHTIAR BOGOR”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup manajemen risiko pembiayaan, yaitu sesuai dengan skripsi yang ingin diangkat ” MANAJEMEN RISIKO PENYALURAN PEMBIAYAAN BAGI KELUARGA MISKIN DI
WILAYAH BOGOR OLEH KOPERASI PELAYANAN
KEUANGAN MIKRO BAYTUL-IKHTIAR BOGOR.
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan manajemen risiko oleh Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor dalam penyaluran pembiayaan bagi keluarga miskin di wilayah Bogor?
b. Apakah strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh Koperasi
(19)
9
C. Tujuan dan manfaat Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah diatas, diharapkan adanya suatu kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi penerapan manajemen risiko oleh Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor dalam penyaluran pembiayaan bagi keluarga miskin di wilayah Bogor.
2. Apakah cara-cara penerapan manajemen risiko oleh Koperasi
Baytul-Ikhtiar sudah sesuai dengan teori yang ada.
Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin agar penelitian ini bisa memberikan manfaat:
1. Untuk menambah wawasan tingkat pemahaman dan pengetahuan bagi
penulis sendiri khususnya, dan bagi para praktisi maupun akademisi pada umumnya dalam memahami manajemen risiko penyaluran pembiayaan
2. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait
dengan manajemen risiko penyaluran pembiayaan.
3. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam
penelitian selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.
(20)
10
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu.
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa penelitian skripsi:
Judul Tempat
penelitian
metode Hasil penelitian
1.Skripsi yang ditulis
oleh Ilham Ruhyat
(2010), dengan
judul “
Pembiayaan Bagi
Pemberdayaan Perempuan”.study
kasus pada
koperasi baik
(Baytul Ikhtiar)Bogor.
koperasi baik
(Baytul Ikhtiar)Bogor. Mengunakan metode analisis kualitatif menjelaskan bagaimana
dampak atau
pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh koperasi
Baytul Ikhtiar
Bogor pada
pemberdayaan
ekonomi, dan
berorentasi pada pemberdayaan
(21)
11
perempuan.
2.Skripsi yang ditulis
oleh Ratih
Ratnasari, (2010),
dengan judul “Pola
Grameen Syariah
untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat
berbasis rumah
tangga)”
koperasi baik
(Baytul Ikhtiar)Bogor Mengunakan metode pendekatan kualitatif menjelaskan
mengenai pola
grameen bank
syariah melalui pendampingan kelompok perempuan
dalam rumah
tangga, dan juga
dampak yang
diperoleh dari
pendampingan kelompok oleh koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor
terhadap
kualitas hidup
perempuan
dalam rumah
(22)
12
3.Skripsi yang ditulis
oleh Nursyamsyiah
(2009), dengan
judul “Peran Manajemen Risiko Dalam Pembiayaan Murabahah (Studi kasus pada Bank
BNI Syariah
Sudirman)”
.Bank BNI Syariah Sudirman. Mengunakan metode kualitatif, dengan metode analisis data berupa deskriftif analysis evaluatif Menjelaskan proses manajemen
risiko, sistem
pengelolaan pada
pembiayaan murabahah dan mengidentifikasi penyebab
pembiayaan bermasalah yang terjadi di Bank
BNI Syariah
Sudirman
4. Skripsi yang
ditulis oleh Een
Kurniati (2010),
dengan judul “
Manajemen Risiko
Pada Produk
Bank BNI Syariah Mengunakan
metode analisis deskriptif kualitatif, pengumpulan Menjelaskan mengenai risiko kredit yang ada
pada Hasanah
Card serta
(23)
13 Hasanah Card (
Study Kasus Pada PT. BNI Syariah)”
data dengan cara
observasi.
manajemen risiko pada Bank BNI syariah
5.Skripsi yang ditulis
oleh Murni
Yulianti (2010)
“Manajemen
Risiko dan
Aplikasinya Pada Pegadaian syariah”
Pegadaian Syariah Metode
penelitian kualitatif deskriptif
Menjelaskan mengenai
dampak risiko
yang dihadapi
oleh pegadaian syariah dan juga langkah-langkah
yang diambil
dalam
penanggulangan
risiko yang
terjadi.
6.Skripsi yang ditulis
Helmi Adam
(2010), dengan
judul “ Strategi
Manajemen Risiko Pada Pembiayaan
BMT Al
Munawwarah &
BMT Berkah
Madani. Mengunakan metode analisis deskriptif kualitatif, Membandingkan strategi manajemen
risiko yang
dilakukan BMT Al Munawwarah
(24)
14 UKM Di BMT Al
Munawwarah &
BMT Berkah
Madani ’’
dengan manajemen
risiko yang
dilakukan oleh
BMT Berkah
Madani dalam
hal pembiayaan UKM
Berbeda dengan karya-karya ilmiah diatas, bahwa penelitian yang akan penulis lakukan dengan judul “ Manajemen Risiko Penyaluran Pembiayaan Bagi Keluarga Miskin di Wilayah Bogor Oleh Koperasi Pelayanan Keuangan Mikro Baytul-Ikhtiar Bogor ” adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana potret penerapan manajemen risiko yang di jalankan oleh koperasi Baytul-Ikhtiar Bogor dalam penyaluran pembiayaan bagi keluarga miskin di wilayah Bogor.
Demikian perbedaan pokok bahasan serta materi antara penulis dengan skripsi tersebut diatas.
(25)
15
E. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pegumpulan data dengan cara observasi
Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.
Pendapat lainnya mengatakan “ bahwa metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”10.
2. Pendekatan Penelitian.
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa penelitian langsung pada Koperasi Baytul Ikhtiar
10
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : Rajawali Press, 2004), h 22.
(26)
16
dalam rangka Mengetahui secara langsung bagaimana mekanisme manajemen risiko yang dijalankan .
a. Jenis data dan sumber data.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka,
kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang11. Serta
menggunakan dua sumber data yaitu : 1) Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor yang kompeten dan ahli mengenai mekanisme Manajemen risiko pembiayaan.
2) Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, internet, Surat kabar, jurnal serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.
11
(27)
17
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Arsip Dokumen
Yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalakan atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum
teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan
melalui buku-buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan responden. Dalam wawancara terdapat instrumen pedoman wawancara antara pewawancara dengan responden. Dalam hal ini penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi yaitu Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor. Dengan
(28)
18
lembaga tersebut Penulis menggunakan teknik wawancara atau interview ini dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas.
c. Observasi (Penelitian Lapangan)
Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai metode
pengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara
pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik. Dalam hal ini penulis mengamati secara lansung analisis mekanisme pembiayaan dam implementasi manajemen risiko pada Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor.
4. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik
melalui library research maupun field research, lalu data diperiksa
kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam
(29)
19
5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai mekanisme dan manajemen risiko pada penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II Tijauan Teoritis Manajemen Risiko Pembiayaan Bagi keluarga
miskin perkotaan dan Pedesaan di wilayah Bogor, bab ini membahas tentang pengertian nmanajemen syariah, manajemen risiko,
(30)
20
Fungsi dan tujuan manajemen risiko, jenis-jenis risiko, penerapan mekanisme manajemen risiko.
BAB III Profil Lembaga, bab ini membahas sekilas tentang profil singkat Koperasi Baytul Ikhtiar, meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, Produk-produk yang ada di Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor, perkembangan wilayah dan jangkauan, dan Kinerja keuangan.
BAB IV Implementasi Manajemen Risiko Penyaluran Pembiayaan Bagi Keluarga Miskin di wilayah Bogor Oleh Koperasi Pelayanan Keuangan Mikro Baytul-Ikhtiar Bogor. merupakan bagian pembahasan mengenai bagaimana potret penyaluran pembiayaan bagi masyarakat miskin di koperasi Baytul Ikhtiar serat macam-macam risiko yang dihadapi koperasi dalam penyaluran pembiayaan dan bagaimana potret manajemen risiko yang dijalankan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor dalam penyaluran pembiayaan.
BAB V Penutup, merupakan bagian terakhir penulisan yang akan menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan, saran dan lampiran.
(31)
21
BAB II KAJIAN TEORI
A. Manajemen dalam islam
Manajemen dalam bahasa arab disebut dengan idarah dari perkataan
addartas syai’a yang juga dapat didasarkan pada kata ad dauran. Oleh karena
itu, dalam elias modern dictionary english arabic kata management (inggris),
sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa arab.
Secara istilah sebagian pengamat mengartikan sebagai alat untuk
merealisasikan tujuan .oleh karena itu mereka mengatakan bahwa idarah
(manajemen) itu adalah sebuah aktivitas khusus menyangkut kepemimimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap
pekerjaan – pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu
proyek.12
Manajemen islam dibangun atas tiga ranah, yaitu: manajemen, etika, dan spiritualitas, ketiga ranah itu berjalan membangun kekuatan dalam menjalankan amanah, dengan demikian jika suatu proses manajemen berjalan menjalankan amanah, maka amanah merupakan metafora yang akan dibentuk. Secara umum dalam manajemen islam keberadaannya harus mengkaitkan antara material dan spiritul antara iman dan material.
12
(32)
22
Dengan demikian untuk mengukur keberhasilan dalam menjalankan
manajemen dapat diukur dengan parameter: iman dan materi.13
1. Tujuan manajemen syariah
Tujuan hidup manusia menurut ajaran Allah adalah bertitikan pada tauhid dengan seruan agar manusia beriman dan cinta kepada Allah dan rasulnya.
Segala tindakan kegiatan manusia hendaknya dilandasi untuk memperoleh keridhoaan allah, manajemen didalam suatu badan usaha baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan didorong oleh motif mendapatkan keuntungan , untuk mendapatkan keuntungan yang besar manajemen harus diselenggarakan dengan efisien, sikap ini harus dimliki oleh setiap pengusaha dan manajer dimanapun mereka berada. Perbedaanya hanyalah pada falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
2. Unsur manajemen syariah dan implikasinya pada bank syariah.
Manajemen sebagai suatu sistem didalamnya terdapat unsur-unsur yang salaing terkait antara yang satu dengan yang lainya dalam rangka mencapai sasaran. Unsur yang satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Hal inilah sebagai suatu konsep keutuhan, terkait dengan
13
(33)
23
manajemen suatu sistem, maka didalamnya terdapat unsur-unsur, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan,
Suatu perencanaan yang baik dapat dilakukan melalui berbagai proses
kegiatan yang meliputi:14
a. Forecasting
Forecasting adalah sebuah ramalan usaha yang sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang dengan dasaar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan, semua dasar manajemen haruslah terintegrasi, konsisten dan saling menunjang satu sama lainya, untuk menjadikan konsistensi kearah pencapaian tujuan maka setiap usaha haruslah didahului oleh proses perencanaan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melihat kondisi internal dan eksternal dalam rangka perumusan kebijakan dasar, kondisi internal meliputi potensi dan fasilitas yang tersedia, distribusi aktiva, posisi dana-dana, pendapatan dan biaya, sedangkan kondisi eksternal meliputi menelaah situasi moneter, lokal dan internasional, peraturan-peraturan, situasi dan kondisi perdagangan.
14
(34)
24 b. Objective
Objective adalah tujuan adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh seseorang atau badan usaha, tujuan suatu organisasi harus dimasukan dengan jelas, realistis dan dapat diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam organisais, tujuan menejemen syariah tidak saja meningkatkan kesejahteraan bagi para stakeholders, tetapi juga harus mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip islam, oleh karena itu aktifitas perencanaa tujuan masa depan harus dilakukan dengan baik, teliti, lengkap dan rinci.
c. Policies.
Policies berarti rencana kegiatan (plan of action) atau juga dapat diartikan suatu pedoman pokok yang diadakan oleh suatu badan usaha yang menentukan kegiatan yang berulan-ulang. Suatu policies dapat dikenal denga dua sifat, pertama merupakan prinsip2 dan yang kedua sebagai aturan untuk kegiatan-kegiatan oleh karena
itu policies merupakan prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan
yang terus menerus, setidak-tidaknya dalam jangka waktu pelaksanaan organisasi.
(35)
25
Bidang kegiatan bank perlu dirumuskan dalam wujud kebijakan
dasar ( basic policies) umunya meliputi bidang penting bagi aktifitas
bank, yaitu sebagia berikut:
1. Tipe nasabah yg dilayani
2. Jenis layanan yang disediakan bagi nasabah
3. Daerah atau wilayah pelayanan
4. Sistem penyampaian produk dan jasa bank
5. Distribusi aktiva produktif
6. Prefensi likuiditas
7. Persaingan
8. Pengembangan dan pelatihan staf
d. Programmers.
Programmers adalah sederetan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies, program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilakukan secara bertahap, dan terikat denagn ruang dan waktu, program itu harus merupakan suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang telah ditentukan dalam organisisi
(36)
26
Pembagian yang harus di selesaikan menurut urutan-urutan waktu tertentu, dalam keadaan terpaksa, schedules dapat berubah, tetapi progran dab tuhuan tidak boleh berubah
f. Procedures.
Procedures adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaanya dengan program adalah program menyatakan apa yang harus dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya g. Budget
Adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus di keluarkan dan pendapatan yang harus diperoleh dimasa yang akan datang dengan demikian budget dinyatakan dalam waktu, uang, material dan unit-unit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh yang diharapkan.
B. Pengertian Manajemen risiko
Ada beberapa pendapat mengenai definisi manajemen risiko, manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
(37)
27
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.15
Manajemen Risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.16
Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian dari risiko tertentu.
Pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga, masyarakat. Jadi mencangkup kegiatan
merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin, dan mengawasi
(termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko.17
Manajemen risiko menurut Bank Indonesia adalah serangkaian prosedur dan metedologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau
dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.18
Semua definisi ini bertujuan agar bank atau perusahaan dapat mengatasi dan mengelola risiko yang terjadi sehingga tidak sampai merugikan perusahaan.
15
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di Indonesia, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2008), h. 5
16
Herman Darmawi, , Manajemen Risiko, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2006),h. 17
17
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta : Salemba Empat. 2003), h. 4
18
Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004),h. 33.
(38)
28
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa manajemen risiko adalah serangkaian metode yang di gunanakn oleh bank atau perusahaan untuk memitigasi risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank atau perusahaan guna untuk menghindari kerugian, menekankan pada mekanisme dari manajemen risiko itu sendiri, maka dapat dikatakan bahwa manajemen risiko bertugas untuk mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko, dan selanjutnya barulah di cari jalan atau cara untuk menangani risiko tersebut.
Pengelolaan risiko oleh Bank atau perusahaaan dengan
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengantisipasi
terjadinya risiko dan mengendalikan risiko seminimal mungkin dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Manajemen risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan hal-hal diluar dugaan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Manajemen risiko juga memberikan pertimbangan mengenai tindakan yang harus diambil guna menangani berbagai risiko tersebut.19
C. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko. 1. Fungsi Manajemen risiko
19
Leo. J Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Nonperbankan (Jakarta:PPM Manajemen, 2010), h.1
(39)
29
Manajemen risiko mempunyai beberapa fungsi, Fungsi pokok
manajemen risiko adalah sebagai berikut20 :
a. Mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan mengelola eksposur
risiko.21
b. Mendukung pencapaian tujuan.
c. Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan
peluang yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi; risiko yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi yang sesuai terhadap risiko.
d. Mengurangi kemungkinan kesalahan fatal.
e. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap individu pada
setiap aktivitas dan tingkatan dalam organisasi sehingga setiap individu harus mengambil dan mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Tujuan Manajemen Risiko
Manajemen risiko mempunyai tujuan tersendiri, ada beberapa tujuan penting manajemen risiko yang dapat diklasifikasikan atas dua
20
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di Indonesia, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2008), h. 6
21
Tariqullah khan, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 17
(40)
30
kategori: Tujuan menghindari risiko sebelum terjadi kerugian (preloss objectives), dan setelah terjadi kerugian (postloss objectives)22
Preloss Objectives mempunyai beberapa tujuan :
a. Perusahaan harus siap siaga menghadapi potensi kerugian dengan
cara se-ekonomis mungkin (economical way)
b. Mengurangi keresahan.
c. Perusahan dapat memenuhi kewajiban/tuntutan dari luar yang
harus dipenuhi.
Postloss Objective mempunyai beberapa tujuan :
a. Setelah terjadi kerugian perusahaan masih tetap dapat bekerja
minimal beberapa periode yang dapat dipilihnya.
b. Dapat meneruskan operasi perusahaan.
c. Menstabilkan perusahaan.
d. Pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan.
e. Tanggung jawab sosial, yakni meminimalkan kerugian yang harus
ditanggung seseorang atau masyarakat banyak.
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian yang potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank, mengingat bahwa seluruh kegiatan
22
Hinsa Siahaan, ,Manajemen Risiko: Kasus Konsep dan Implementasi, (Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2007) h.316
(41)
31
operasional bank mengandung sebuah risiko, oleh sebab itulah penerapan manajemen risiko sangat penting dilakukan dalam setiap kegiatan operasional bank, dalam hal ini manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan
usaha bank.23
D. Jenis-jenis risiko.
Banyak teori yang tersedia untuk mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam menjalankan bisnis perbankan, Secara bahasa risiko adalah akibat yg kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan: apa pun risiko nya, saya akan menerimanya. dia berani menanggung
risiko dari tindakannya itu24
Risiko menurut istilah adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin di capai.25
Yang paling mendasar adalah risiko bisa diartikan sebagai ketidakpastian
yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.26
23
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),h. 800-801.
24
http://kamusbahasaindonesia.org/risiko#ixzz1XnRwtGtz, diakses pada tanggal 15 september 2011, pukul 21.30 wib.
25
Ferry N.Idroes,Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan:Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia(Yogyakarta:Graha Ilmu,2006),h. 4
26
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, ( Jakarta: PPM, 2006), h. 14.
(42)
32
Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sementara itu, kerugian memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian
financial maupun kerugian non-finansial.27
Pada dasarnya risiko yang dihadapi oleh bank dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu risiko finansial dan nonfinansial (klasifikasi diambil dari Gleason 2000). Risiko finansial selanjutnya dibagi menjadi risiko pasar dan risiko kredit, sedangkan risiko non-finansial diantaranya meliputi risiko
operasional, risiko regulator, dan risiko hukum.28
Adapun Jenis–jenis risiko menurut komite Basel II, yang termasuk risiko
finansial adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko konsentrasi kredit, risiko suku bunga, serta suku bunga pada buku bank, sementara itu risiko bisnis, stratejik, serta reputasional termasuk kedalam risiko nonfinansial.29
Adapun jenis-jenis risiko-risiko perbankan yang harus dikelola menurut peraturan Bank Indonesia, walaupun berbeda dengan sedikit dengan pengertian
27
Fachmi Basyaib, Manajemen Risiko ( Jakarta : PT Grasindo, 2007), h. 1
28
Tariqullah khan, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 11
29
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di
(43)
33
yang dimuat dalam kesepakatan Basel II , antara lain adalah risiko pasar, kredit,
operasional, likuiditas, hukum, Reputasi Stratejik, dan kepatuhan30
Perbedaan mengenai penetapan jenis-jenis risiko diantara ketiga pendapat tersebut tidak jauh berbeda dalam menetapkan jenis-jenis risiko. Perbedaannya terletak di dalam peraturan Bank Indonesia tidak terdapat risiko konsentrasi kredit dan risiko suku bunga pada buku bank.
Adapaun pengertian jenis-jenis risiko dari ketiga pendapat, adalah sebagai berikut :31
1. Risiko Kredit.
Risiko yang timbul akibat kegagalan debitur dan atau lawan transaksi (counterparty) dalam memenuhi kewajibanya.
2. Risiko pasar.
Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku bunga dan nilai tukar.
3. Risiko Likuiditas.
Risiko yang antara lain bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
4. Risiko Operasional.
30
Ibid., h. 54.
31
(44)
34
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
5. Risiko Hukum.
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.
6. Risiko Reputasi.
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7. Risiko Stratejik.
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
(45)
35
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
9. Risiko Suku Bunga pada Buku Bank.
Risiko suku bunga pada bunga bank merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada struktur yang mendasari
yaitu pinjaman dan simpanan.32
10. Risiko Konsentrasi Kredit
Risiko ketika penempatan aktiva produktif bank terkonsentrasi pada satu sektor atau kelompok tertentu, apabila terjadi masalah pada sektor atau kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada
dalam bahaya.33
E. Penerapan Mekanisme Manajemen Risiko.
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait didalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan dengan definisi manajemen risiko yang telah dikemukakan, yaitu identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor
dan pelaporan risiko.34
32
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di
Indonesia,(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2008),h. 23.
33
Ibid., h.23
34
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di
(46)
36
1. Identifikasi dan pemetaan risiko
a. Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko
secara keseluruhan.
b. Menentukan definisi kerugian.
c. Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme pengumpulan
data.
d. Membuat pemetaan kerugian kedalam kategori risiko yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima.
2. Kuantifikasi/menilai/melakukan peringkat risiko.
a. Aplikasi teknik permodelan dalam mengukur risiko.
b. Perluasan dengan memanfaatkan tolak ukur, permodelan, dan
peramalan yang berasal dari luar organisasi atau ekternal.
3. Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko.
a. Identifikasi selera risiko organisasi, apakah manajemen secara
umum terdiri dari : penghindar risiko, penerima risiko sewajarnya, atau sebagai pencari risiko.
b. Identifikasi visi stratejik dari organisasi, apakah organisasi berada
dalam visi : agresif yang terobsesi untuk peningkatan volume usaha serta keuntungan sebesar-besarnya untuk mendukung pertumbuhan, atau konservatif yang ingin menjaga kelangsungan
(47)
37
usaha pada situasi aman dengan volume usaha dan keuntungan yang stabil.
4. Solusi risiko atau implementasi tindakan terhadap risiko
a. Hindari (avoidance) : keputusan yang diambil adalah tidak
melakukan aktivitas yang dimaksud.
b. Alihkan (Transfer): membagi risiko dengan pihak lain.
Konsekuensinya terdapat biaya yang harus dikeluarkan atau barbagi keuntungan yang diperoleh.
c. Mitigasi risiko (Mitigate Risk): menerima risiko pada tingkat
tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap aktivitas pelaksanaan aktivitas dan risikonya.
d. Menahan risiko residual (retention of residual risk) : menerima
risiko yang mungkin timbul dari aktivitas yang dilakukan.35
5. Pemantauan dan pengkinian atau kaji ulang risiko dan kontrol.
a. Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen
risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.
b. Melakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindaklanjuti
hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risko
yang terintegrasi ke dalam strategi risiko keseluruhan.36
35
(48)
38
Untuk menyusun program manajemen risiko yang efektif, manajer risiko harus mengambil langkah-langkah tertentu. Ada lima langkah didalam proses
manajemen risiko, yaitu :37
1. Mengenal pasti potensi kerugian.
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam satu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam indentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Indentifikasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang menyebabkan
kerugian bank.38Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi
risiko antara lain:
a. Brainstorming.
b. Survei.
c. Wawancara.
d. Informasi historis.
e. Kelompok Kerja.
2. Pengukuran Risiko.
36
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di Indonesia,(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2008),h.10
37
Hinsa Siahaan , Manajemen Risiko: kasus Konsep dan Implementasi,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2007) h.317
38
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),h. 806
(49)
39
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangat sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu.Selain itu,
mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk
asset immateriil.
Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko.
Dampak Biaya Waktu Kualitas
Sangat rendah Dana mencukupi Agak
menyimpang dari target Agak berkurang namun masih dapat digunakan
Rendah Membutuhkan dana
tambahan Agak menyimpang dari target Gagal untuk memenuhi janji pada stakeholder
Sedang Membutuhkan dana
tambahan
Berdampak pada stakeholder
Beberap fungsi tidak dapat
(50)
40
dimanfaatkan
Tinggi Membutuhkan dana
tambahan yang signifikan
Gagal memenuhi deadline Gagal untuk memenuhi kebutuhan banyak stakeholder Sangat tinggi Membutuhkan dana
tambahan yang substansial
Penundaan merusak proyek
Proyek tidak efektif dan tidak berguna
Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka dapatlah mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko dapat menggunakan skala 1-5 sebagai berikut :
No Skala Probabilitas Dampak
1 Sangat rendah Hampir tidak mungkin terjadi Dampak kecil
2 Rendah Kadang terjadi Dampak kecil pada
biaya, waktu dan
kualitas
3 Sedang Mungkin tidak terjadi Dampak sedang pada
waktu, biaya dan
kualitas
4 Tinggi Sangat mungkin terjadi Dampak subtansial pada
waktu, biaya dan
kualitas
5 Sangat tinggi Hampir pasti tejadi Mengancam kesuksesan
proyek
3. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko: a. Risk avodaince
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukan, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensi kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
(51)
41 b. Risk reduction
Atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. c. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko pada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi).
d. Risk deferral
Dampak risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
e. Risk retention.
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko haruslah tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
4. Implementasi Manajemen Risiko.
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.
(52)
42
Mengidentifikasi, menganalisa, dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disini saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah, sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon
yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.39
Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan:40
a. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber datta
dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko.
b. Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan
kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi, dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat material
39
s2informatics.files.wordpress.com/2007/.../proses_manajemen_risiko.pdf, diakses pada 12 mei 2011, pukul 08.35 WIB
40
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 260.
(53)
43
BAB III
OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Koperasi Baytul Ikhtiar.
1. Sejarah Berdirinya Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK)
Koperasi BAIK (Baytul Ikhtiar) merupakan suatu lembaga keuangan mikro dimana fokus layanannya adalah masyarakat miskin yang miskin akses terhadap lembaga keuangan seperti bank, bahkan sekelas BMT sekalipun.
Peramu melakukan upaya pemberdayaan masyarakat sejak 1994, Program Iktiar mulai digulirkan Peramu pada tahun 1999, bekerjasama dengan Baytul Maal Bogor dan para pihak yang perduli.
Koperasi Baytul Ikhtiar membantu para anggota majlis ikhtiar
dengan memberikan pelayanan community based syariah micro-finence.
ciri Holistik dan besinambungan tercermin melalui pendekatan metodologi dan upaya pemberdayaan pada program ikhtiar pemberian stimulasi bagi bertambahnya pendapatan keluarga di sertai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengelola asset ekonomi rumah tangga.
Melalui cara ini diharapkan dapat terakumulasi surplus untuk memperkuat survival mereka. Melalui pendidikan dan penguatan
(54)
44
kelembagaan di harapkan terjadi peningkatan daya kritis, kemampuan
artikulasi, kemampuan analisis dan problem solving41
Proses pelayanan pinjaman berkelompok dimulai dari tahun 1999. Inisiatif awalnya dimulai oleh sejumlah mahasiswa IPB yang sedang melakukan KKN di desa Sukaluyu yang menurut data kabupaten Bogor merupakan desa termiskin. Dalam salah satu program KKN, mereka mengadakan program sembako murah dengan syarat para penerima senbako tersebut harus memberikan data-data identitas serta profil keluarga mereka. Dari progran inilah diperoleh data-data masyarakat miskin di daerah tersebut.
Keberadaan lembaga keuangan mikro seperti BMT serta BPRS BIRU (Binaan Peramu) belum sepenuhnya menjangkau masyarakat miskin. Dari fenomena inilah para aktivitas Peramu dan rekan dari IPB berinisiatif untuk membuat suatu program keuangan untuk menjangkau masyarakat miskin. Maka mereka pun melakukan kunjungan ke Grameen Bank di Bangladesh yang merupakan induk dari pola penyaluran pinjaman dengan metode kelompok serta ke Amanah Ikhtiar Malaysia untuk melihat dan mempelajari bagaimana prosesnya. Setelah menempuh pendidikan di dua lembaga tersebut, mulainya untuk meramu dan mendisain suatu metode untuk pemberdayaan masyarakat miskin yang
41
(55)
45
menjangkau perempuan dengan mengadopsi pola yang digunakan oleh Grameen Bank, namun dengan tetap berusaha memegang nilai-nilai islami, maka munculah pola Grameen Syariah. Desa Sukaluyu inilah yang dijadikan uji coba pertama dilakukanya layanan keuangan dengan pola grameen dengan jumlah masyarakat yang dilayani kurang lebih 60 sampai dengan 90 orang.
Awal mula Program ini berjalan dengan nama Kelompok Ikhtiar Swadaya (KIS) yang merupakan bagian dari divisi CO (divisi pengorganisasian) Program Peramu. Program ini berjalan dari tahun 1999 sampai dengan 2003.
Dalam rapat evaluasi tahun buku 2003 yang dilaksanakan tahun 2004 dilakukan pengkajian ulang tentang Kelompok Ikhtiar Swadaya, maka munculah nama Unit Pelayanan Keuangan Ikhtiar (UPK Ikhtiar) yang masih menjadi bagian dari Divisi Program Peramu.
Pada tahun 2002 yayasan Peramu bekerjasama dengan PLAN
Internasional - sebuah organisasi dunia – untuk membuat suatu program
yang menyentuh ekonomi masyarakat miskin di wilayah perkotaan. Program ini diawali dengan proses layanan tabungan pendidikan berencana bagi anak-anak sekolah dimana pesertanya adalah anak-anak yang secara teknis dilapangan diikuti pula oleh orang tua mereka. Walaupun pada saat itu proses layanan bagi anggota sudah dikelompokan.
(56)
46
Namun masih bersifat service point dengan jumlah anggota yang berbeda di setiap titik wilayah. Tetapi pada dasarnya mereka mengetahui menjadi anggota di titik mana.
Pada awalnya, proses layanan di wilayah perkotaan tidak disebutkan bahwa program ini mengadopsi pola Grameen hingga tahun 2004 walaupun secara praktek sudah diterapkan. Karena pola Grameen sendiri pada dasarnya yang menjadi fokus layanan adalah perempuan yang sudah berumah tangga.
Pada tahun 2005, proses rekrutmen anggota mulai dilakukan dengan standar metode Grameen Syariah, dimulai dari assement wilayah meliputi penentuan wilayah, CHI (Check House Index), penentuan calon anggota, dilanjutkan dengan proses UK (Uji Kelayakan), dan LWK (Latihan wajib Kelompok).
Dengan semakin berkembanganya wilayah layanan serta
meningkatnya jumlah keanggotaan serta asset yang dimiliki, maka UPK Ikhtiar disarankan untuk membentuk lembaga tersendiri dengan bentuk koperasi. Pada tahun 2007 mulai dilakukan lokakarya-lokakarya untuk dibentuknya koperasi. Pada bulan Januari 2008 koperasi pun dibentuk dengan nama Koperasi BAIK ( Baytul Ikhtiar) dengan badan hukum :
(57)
47
Koperasi, Tahun 2008 Nomor 518/169/BH/KPTA/KKUKM/2008 dan berjalan hingga saat ini.42
2. Visi dan Misi
Visi : Menjadi organisasi keuangan mikro syariah yang memberdayakan masyarakat miskin melalui pelayanan simpan pinjam, pendidikan dan pengorganisasian perempuan dari keluarga miskin.
Misi :
a. Memperluas jangkauan pelayanan keuangan mikro syariah kepada
masyarakat miskin.
b. Melakukan pendampingan dan pelayanan secara berkelompok yang
terorganisir.
c. Membangun jaringan untuk memperkuat layanan dan
pendampingan dengan NGO, Pemerintah, Swasta, LAZ, LKM dan perorangan.
42
(58)
48
Tabel 3 .1 Struktur Organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar (Baik)
3.
Sumber : Koperasi Baitul Ikhtiar.
3. Produk- Produk Layanan Keuangan. MANAJER UNIT
SIMPAN PINJAM
DIREKTUR PENGURUS
PENGAWAS
PEMBUKUAN KAS
ADMP TPL
Divisi Humas & Kesekretariatan
Divisi IT
Kabag Operasional
RAPAT ANGGOTA
DIVISI AUDIT INTERNAL
DIVISI USAHA
ANGGOTA
Kabag Finansial Officer
DIVISI HRD Divisi
(59)
49
Adapun produk layanan keuangan pada Koperasi BAIK terdiri dari simpanan, pinjaman, dan pembiayaan.
a. Produk Penghimpuna Dana Koperasi BAIK
Produk penghimpunan dana pada Koperasi ini baru sebatas simpanan berupa tabungan belum merambah pada deposito, adapun jenis tabungan yang ada di koperasi ini meliputi:
1) Tabungan Wajib : tabungan wajib merupakan tabungan yang
wajib dibayarkan setiap minggunya (setiap pertemuan kelompok) selama menjadi anggota dan merupakan bagian dari komponen angsuran tanpa bagi hasil. Tabungan wajib ini hanya boleh diambil jika nasabah memutuskan untuk keluar menjadi anggota koperasi dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
2) Tabungan Sukarela : Tabungan yang disetorkan oleh anggota
sesuai dengan kemampuan menabungnya, dengan saldo minimal Rp 2000,-. Tabungan sukarela merupakan simpanan milik pribadi anggota dimana pemilik rekening tabungan sukarela dapat melakukan transaksi tarik tabungan kapanpun dalam batas waktu layanan saat pertemuan majlis ( satu kali dalam seminggu ) dan tidak dibenarkan melakukan penarikan
(60)
50
dan penyetoran diluar pertemuan majlis. Tidak ada batas minimal setoran tabungan yang disetorkan.
3) Tabungan Cadangan : tabungan cadangan atau sering disebut
dengan cadangan tabungan (catab) merupakan tabungan yang terikat dalam setiap satu kali pembayaran angsuran atau dengan kata lain tabungan cadangan adalah tabungan yang terikat dengan angsuran karena menjadi komponen dari angsuran. Tabungan ini hanya dapat diambil saat kewajiban angsuran anggota tersebut telah dilunasi yakni sebanyak 50 kali angsuran (pinjaman dan pembiayaanya sudah lunas)
4) Tabungan Kelompok : tabungan yang bersumber dari anggota
dalam satu kelompok, dimana besarnya tabungan tergantung dengan besarnya plafond yang diberikan sesuai dengan kebijakan. Sama halnya dengan tabungan wajib dan tabungan cadangan, tabungan kelompok pun merupakan komponen dari angsuran. Berbeda dengan tabungan cadangan, tabungan kelompok hanya dapat dibagikan jika semua anggota kelompok tersebut telah menyelesaikan atau melunasi pinjaman maupun pembiayaan serta bilamana majlis tersebut memutuskan untuk membubarkan diri dan keluar dari keanggotaan.
(61)
51
b. Produk Penyaluran Dana.
Adapun produk penyaluran dana terdiri dari pinjaman
kebaikan dan pembiayaan.
1) Pinjaman Kebaikan (Qardul Hasan)
Produk ini merupakan produk yang diberlakukan bagi semua anggota untuk pinjaman pertama baik untuk kebutuhan usaha yang produktif maupun untuk kebutuhan konsumtif.
Tidak ada profit atau fee dalam produk ini. Produk pinjaman
ini lebih bertujuan untuk mendidik para anggota dan mengenalkan bagaimana aturan main dalam proses pinjaman ataupun pembiayaan. Sekaligus pihak lembaga dapat melihat bagaimana karakter dari anggota dalam hal tanggung jawab terhadap pembayaran.
2) Produk pembiayaan dengan prinsip jual beli (Ba’i)
Produk pembiayaan dengan prinsip jual beli
menggunakan akad al-murabahah, baik untuk modal kerja
(seperti sektor perdagangan, pertanian, home industri), konsumtif, maupun investasi.
3) Produk pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah), seperti
biaya sekolah.
(62)
52
c. Perkembangan wilayah dan jangkauan.
a. Sebaran anggota koperasi BAIK Per Juni 2011.
No Wilayah Kelompok Anggota
A Kota Bogor
1 Kec. Kota Bogor Barat 24 317
2 Kec. Kota Bogor Selatan 30 487
3 Kec. Kota Bogor Tengah 2 28
4 Kec. Kota Bogor Utara 33 455
5 Kec. Kota Bogor Timur 11 193
6 Kec. Tanah Sareal 23 253
Sub Kodya bogor 123 1733
B Kabupaten Bogor
1 Kec. Ciomas 35 464
2 Kec. Tamansari 144 1998
3 Kec. Tenjolaya 63 944
4 Kec. Dramaga 44 887
5 Kec. Cibungbulang 47 687
6 Kec. Ciampea 31 478
7 Kec. Rumpin 31 546
8 Kec. Rancabungur 34 512
Sub Kabupaten Bogor 429 6516
C Kabupaten Sukabumi
1 Kec. Cicurug 16 359
2 Kec. Cidahu 26 554
Sub Kabupaten Sukabumi 42 913
GRAND TOTAL 594 9162
Jumlah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar sangat besar. Ditahun 2011, jumlah anggota berjumlah 9162 jiwa, dengan jumlah kelompok atau majlis 594
Sebaran wilayah keanggotaan koperasi Baytul Ikhtiar terbagi kedalam 3 wilayah, yaitu kota Bogor yang menjangkau 6 kecamatan, kabupaten Bogor dengan 8 jangkauan kecamatan, dan
(63)
53
yang ketiga adalah wilayah kabupaten Sukabumi dengan jangkauan 2 kecamatan yaitu kecamatan Cicurug dan Kecamatan Cidahu.
d. Laporan Kinerja Keuangan Koperasi Baytul Ikhtiar.
a. Neraca (tahun akhir dan proyeksi)
Des-08 Des-09 Des-10 Proyeksi Des-11
KAS 39.134.600 60.907.100 90.380.800 33.103.129
REKENING BANK 1.039.863.465 1.400.852.677 1.198.250.025 1.070.334.518
PIUTANG 1.462.651.288 2.156.702.081 3.166.817.803 5.246.203.777
CPP (56.205.567) (63.675.578) (83.954.936) (161.586.111)
TANAH 150.600.000 150.600.000 1.051.647.525 1.051.647.525
GEDUNG - - 235.238.840 375.238.840
Akum.Pe nyusutan Ge dung - - (12.942.856) (52.136.128)
INVENTARIS 4.378.000 68.157.000 121.399.250 292.474.250
Akum. Pe nyusutan Inve ntari s (196.083) (18.515.888) (63.012.705) (102.205.977)
RUPA - RUPA AKTIVA 226.279.432 183.391.166 162.510.529 492.114.201
TOTAL AKTIVA 2.866.505.135 3.938.418.558 5.866.334.275 8.245.188.024
Des-08 Des-09 Des-10 Proyeksi Des-11
TABUNGAN SUKARELA 420.461.390 385.443.040 692.665.960 847.076.960
TABUNGAN CADANGAN 117.020.300 272.489.343 173.995.263 427.222.782
HUTANG LANCAR 62.533.925 166.623.294 266.508.766 341.280.139
TABUNGAN MITRA 327.413.980 490.151.930 635.982.142 1.085.430.154
KEWAJIBAN BERJANGKA 1.132.451.363 1.358.057.363 2.851.386.513 4.256.834.624
MODAL SENDIRI 469.492.551 827.347.781 699.252.792 762.189.614
MODAL PENYERTAAN 302.690.000 344.727.869 421.583.234 421.583.234
LABA/RUGI
Laba/ rugi Th. Lalu - -
-Laba/Rugi Th. Be rjalan 34.441.626 93.577.938 124.959.605 103.570.517
TOTAL PASIVA 2.866.505.135 3.938.418.558 5.866.334.275 8.245.188.024
ACCOUNT
PASIVA
ACCOUNT
AKTIVA
Sumber : koperasi Baytul Iktiar
(64)
54 Sumber : koperasi Baytul Iktiar
Kinerja keuangan koperasi BAIK dari tahun 2008 sampai dengan 2011 selalu meningkat dengan kata lain mengalami kemajuan yang signifikan, hal ini dipengaruhi oleh jumlah pembiayaan yang diberikan kepada anggota dengan volume yang terus meningkat.
(1)
98
2. Siapakah yang menjadi sasaran Program Ikhtiar?
sasaran khusus adalah perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah melalui mekanisme kelompok dan sistem tanggung renteng. Plafond yang diberikan berkisar antara Rp 300.000 – 5.000.000 dengan skema angsuran pekanan selama 50 pekan.
3. Produk apa saja yang ada di dalam Koperasi Baytul-Ikhtiar?
Produk layanan adalah simpanan (tabungan sukarela, wajib, kelompok dan cadangan) dan pinjaman / pembiayaan meliputi QH (qordhun Hassan), MBA (Murabahah), IJR (Ijarah) dan AHA ( al Hiwalah).
4. Apakah diperlukan jaminan?
Jaminan berupa materi tidak ada didalam Koperasi Baik, tetapi jaminan Trust dan Sosial yang menjadi modal utama dalam pemberian pembiayaan.
5. Berapakah jumlah anggota, majlis, dan sebaran wilayah baik sampai tahun 2011?
Anggota berjumlah 594, anggota berjumlah 9162, sedangkan Sebaran wilayah keanggotaan koperasi Baytul Ikhtiar terbagi kedalam 3 wilayah, yaitu kota Bogor yang menjangkau 6 kecamatan, kabupaten Bogor dengan 8 jangkauan kecamatan, dan yang ketiga adalah wilayah kabupaten Sukabumi dengan jangkauan 2 kecamatan yaitu kecamatan Cicurug dan Kecamatan Cidahu.
(2)
99
6. Berapakah jumlah staff baik & juga TPL nya?
Jumlah staff Baik berjumlah 54 orang, dengan rincian laki-laki sebanyak 34 orang, sedangkan perempuan sebanyak 20 orang.
7. Indikator apa yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Program Ikhtiar dalam mencapai outputs dan outcomes?
a. Ketepatan sasaran atau penerima pembiayaan yakni perempuan
dari keluarga berpenghasilan rendah.
b. Pemanfaatan atas pinjaman dan pembiayaan yang diberikan
(alokasi) memang untuk kebutuhan dasar dari para keluarga miskin yakni modal usaha, pendidikan, perumahan, asset dan kesehatan. c. Tingkat kelancaran angsuran atau kualitas portofolio yang diukur
dengan tingkat PAR (Portofolio at Risk)
8. Apa saja tahap-tahap pelaksaanan kegiatan Program Ikhtiar?
Proses rekrutmen anggota mulai dilakukan dengan standar metode Grameen Syariah, dimulai dari assement wilayah meliputi penentuan wilayah, CHI (Check House Index), penentuan calon anggota, dilanjutkan dengan proses UK (Uji Kelayakan), dan LWK (Latihan wajib Kelompok).
(3)
100
Bahwa pembiayaan yang diberikan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar dengan sasaran khusus perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah melalui mekanisme kelompok dan system tanggung renteng. Plafond yang diberikan berkisar antara 300.000 – 5.000.000 dengan skema angsuran pekanan selama 50 pekan.Urutan alokasi pembiayaan yang diterima oleh anggota adalah modal usaha, perumahan dan pendidikan.
10. Apa saja risiko yang di hadapi dalam penyaluran pembiayaan?
Risiko yang dihadapi dalam penyaluran pembiayaan adalah Kredit macet, tetapi bukanya tidak terbayarkan sama sekali, melainkan anggota terlambat dalam mengangsur cicilannya.
11. Bagaimana potret manajemen risiko yang dijalankan dalam koperasi Baik, khususnya dalam penyaluran pembiayaan?
Potret penerapan manajemen risiko yang dijalankan oleh koperasi Batul-Ikhtiar adalah dengan proses Identifikasi berupa data historis, kerja kelompok, dan wawancara, setelah itu proses pengukuran risiko dengan skala High, medium, dan low , setelah diketahui skala risiko, maka diambilah pengeloaan risiko berupa transfer risk kepada pihak asuransi, dan juga dengan memakai sistem tanggung renteng diantara anggota majlis, setelah itu dilakukan implementasi dengan cara membuat strategi atau kebijakan dengan cara seleksi anggota, uji kelayakan, latihan wajib kelompok bagi anggota koperasi, rapat komite antara manajer, TPL, dan
(4)
101
Supervisor dalam melihat history kehadiran anggota dalam majlis, Tingkat kelancaran angsuran pinjaman sebelumnya, dan saldo rata-rata tabungan sukarela. Untuk melihat track record anggota yang ingin mengajukan pembiayaan, setelah itu dilakukan monitoring terhadap proses manajemen risiko oleh manajer, supervisor, TPL, dan anggota majlis untuk melihat sejauh mana keefektifannya.
12. Kendala yang dihadapi oleh koperasi Baik?
a. Penjelasan margin terhadap anggota, karena keterbatasan
pengetahuan
b. Banyak dari anggota yang ingin mengajukan pembiayaan yang
lebih besar, tetapi tidak dalam tujuan yang sebenarnya. 13. Strategi untuk mengurangi risiko dalam penyaluran pembiayaan?
a. Dengan cara seleksi anggota
b. Proses uji kelayakan.
c. Wajib kelompok
d. Analisis pembiayaan oleh manager koperasi
14. Faktor penyebab kredit bermasalah ( internal dan eksternal) dan keadaan yang bersifat Force Majeure?
a. Karena tulang punggung keluarga meninggal dunia
b. Gagalnya usaha yang di jalankan oleh kepala keluarga
(5)
102
d. Ada anggota keluarga yang sakit
15. Adakah tindakan revitalisasi yaitu tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan/kredit yang telah diberikan kepada anggota? selain dengan tanggung renteng?
Tidak ada karena semua penyelesaian baru melalui proses tanggung renteng.Kehadiran anggota menjadi kunci utama meminimalisir pembiayaan bermasalah misalnya si anggota tidak memeiliki uang maka dengan hadir di majlis akan memudahkan penyelesaian bersama di majlis dengan proses penalangan / galang oleh majlis. Asuransi jiwa terhadap kredit adalah upaya juga untuk penyelamatan kredit apabila anggota yang bersangkutan meninggal.
Tahap pertama dilakukan adalah penutupan pembiayaan dari tabungan sukarela anggota yang bersangkutan. Apabila anggotanya kabur maka proses rescheduling dengan tanggung renteng sesuai kemampuan anggota majlis yang lain, Apabila majlisnya juga bermasalah (anggota kurang dari 10, kehadiran kurang dari 70%, tunggakan tinggi dan banyak) maka penyelesaian pembiayaan dengan pembubaran majlis dan ditutup dari seluruh tabungan anggota (tabungan cadangan, wajib dan kelompoknya)
16. Kapankah menilai atau mengukur risiko pembiayaan itu High, Medium dan Low?
(6)
103
a. Yang dilakukan adalah PREVENTIF / Manajemen Resikonya
artinya Koperasi BAIK harus mengantisipasi dari seleuruh aspek berjenjang terhadap resiko yang akan muncul dari sebuah proses pembiayaan.
b. Proses analisa usaha dan ekonomi rumah tangga, persetujuan
bertahap, ketepatan alokasi, jumlah yang diajukan, prestasi pembiayaan sebelumnya, tingkat kehadiran di majlis, rataan tabungan saat pembiayaan sebelumnya harus dianalisa sebagai tahap preventif.
c. Koperasi BAIK tidak akan membiarkan proses pembiayaan menjadi
High karena secara kondisi anggota yang dilayani oleh Koperasi BAIK adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan dan beresiko. Hari ini usahanya atau kerja suaminya bagus besok ada PHK atau penggusuran maka otomatis yang tadinya termasuk low akan menjadi high karena sumber penghasilan keluarganya hilang.
d. Sehingga agak sulit mengkatagorikan diawal proses pembiayaan
termasuk katagori yang mana. Yang pasti apabila semua tahapan proses pembiayaan dilalui dengan disiplin, analisa usaha dan ekonomi Rumah Tangga detail dan menyeluruh dan kualitas performa majlisnya kuat dan kompak maka itulah Sosial Capital Dan Sosial Collateral penjamin pembiayaan anggota.