Analisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Jln. Aceh No. 30 Bandung

(1)

(BANDOENGSCHE MELK CENTRALE) BRANCH ACEH BANDUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Program Diploma III Program Studi Manajemen Pemasaran

Fakultas Ekonomi

Oleh :

Oktaviani Suwarna 21408022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

v

(Bandoengsche Melk Centrale). Di bawah Bimbingan Rizki. Zulfikar, S.E., M.Si

Didalam Perkembangan ini ekonomi semakin pesat, membuat semakin banyaknya perusahaan yang bermunculan baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Hal tersebut akan membuat konsumen semakin banyak pilihan produk dengan berbagai merek dalam melaksanakan keputusan pembeliannya, tentunya dengan harga yang bervariasi di pasaran.

Jadi kualitas produk merupakan dari bauran pemasaran. Menurut Philiph Kotler bauran pemasaran adalah ” Seperangkat variabel pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran.“ (Saladin, 2006 : 5). Penulis mengambil penelitian yang berjudul

Analisis Kualitas Produk Susu Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Begitupun yang dilakukan oleh BMC (Bandoengsche Melk Centrale) salah satu divisi yang bergerak dibidang makanan dan minuman dari PT. Agronesia ini .Mereka mempunyai beberapa bidang usaha yaitu salah satunya Milk Processing, dulunya BMC merupakan pabrik susu pertama di Bandung.

Dari penelitian ini, penulis menggunakan populasi sebanyak 100 pengunjung selama satu bulan. Dalam penelitian ini metode pengambilan sample yang digunakan adalah metode Probability Sampling dengan teknik pengambilan sempel Random Sampling.

Jadi hasil penelitian Kualitas Produk Susu Milk Cup BMC dinilai baik dengan skor 75%, karena responden menilai bahwa rasa, dinilai cukup baik, sedangkan rasa aroma dinilai baik, dan yang terakhir kemasan dinilai tidak cukup baik.


(3)

iv

(Bandoengsche Melk Centrale). Below/Under Tuition Rizki. Zulfikar S.E., M.Si

In This growth is economic progressively fast, make progressively the many good popping out company of small scale enterprise and also company of large. [the] mentioned will make consumer more and more choice of product with various brands in executing the purchasing, is it is of course at the price of which vary in marketing.

So quality of product is from marketing mix. According To Philiph Kotler marketing mix is " A set marketing variable available for mastered by company and applied to reach purpose of in target market." (Saladin, 2006 : 5). Writer take research entitling Analysis Quality Of Milk product Milk Cup BMC ( Bandoengsche Melk Centrale)

So even also done by BMC (Bandoengsche Melk Centrale) one of division moving food and beverage area from PT. this Agronesia. They have some areas effort that is one of them Milk, Processing, formerly BMC was dairy firstly in Bandung.

So result of research of Quality Of Milk product Milk Cup BMC good assessed with score of 75%, because responder assess that flavor, good enough assessed, while flavor aroma good assessed, and last packaging of assessed is insufficient goodness.


(4)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, ditengah berbagai masalah dan kesulitan yang telah dialami, akhirnya saya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir. Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu sayrat kelulusan Diploma III Program Studi Manajemen Pemasaran.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, namun penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, kritik dan saran yang bersifat membangun.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, serta masukan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof.Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(5)

vii

6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha, serta Sub Bagian Administrasi Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

7. Bapak Avrian Sadeq, ST., selaku Kepala Divisi BMC PT.Agronesia. 8. Seluruh Staf dan Karyawan Divisi BMC PT.Agronesia.

9. Kedua Orang Tua Penulis yang selalu mendoakan untuk keberhasilan penulis.

10.Kedua kakak dan Saudara – saudara penulis atas memberikan Doa dan Semangatnya

11.Untuk Yofiana Junior yang selalu menemani dari pertama kuliah sampai penulis dapat menyesesaikan Tugas Akhir, dan yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis

12.Teman – Teman Kelas Manajemen Pemasaran 2008, Khususnya Sheny, Marlina dan Wilma atas bantuan dan dukungan kalian yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyesesaikan Tugas Akhir ini

13.Mohon maaf, kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu semoga Allah membalas kebaikan kalian semua


(6)

viii

semua pihak yang menjadikanya sebagai bahan tambahan ilmu,Amien.

Bandung, Juli 2011 Penulis


(7)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ekonomi semakin pesat membuat semakin banyaknya perusahaan yang bermunculan baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Hal tersebut akan membuat konsumen semakin banyak pilihan produk dengan berbagai merek dalam melaksanakan keputusan pembeliannya, tentunya dengan harga yang bervariasi di pasaran yang tersebar di berbagai daerah. Dan tidak bisa dipungkiri lagi dengan keadaan seperti itu tingkat persaingan pun semakin tinggi, perusahaan harus berkompetisi semakin ketat dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

Dengan keadaan tersebut perusahaan tidak dapat hanya memusatkan perhatiannya pada produk yang telah dihasilkan. Namun sebaiknya perusahaan juga harus memikirkan bagaimana cara yang akan di tempuh agar produk yang telah dihasilkan dapat menarik perhatian konsumen dari berbagai macam produk yang telah tersedia di pasaran. Sehingga akhirnya konsumen dapat memberikan tanggapan yang baik terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan sampai akhirnya konsumen dapat menjadi langganan yang loyal bagi perusahaan. Hal tersebut yang akan membuat perusahaan dapat mempertahankan siklus hidupnya dengan baik dalam menghadapi para pesanannya dari produk-produk sejenis.

Salah satu strategi pemasaran yang dapat dan berkembang yaitu dengan mempertahankan dan menjaga dengan baik kualitas dari produk yang sudah di


(8)

produksi oleh perusahaan tersebut. Selain itu, menjaga mutu atau kualitas dari suatu produk yang perusahaan produksi diharapkan dapat menjaga Citra Perusahaan itu sendiri dan tidak menutup kemungkinan dengan keadaan baik dan juga dengan nama baik dari suatu perusahaan akan meningkatkan penjualan perusahaan, bahkan konsumen pun akan semakin loyal terhadap perusahaan.

Jadi kualitas produk merupakan dari bauran pemasaran. Menurut Philiph Kotler bauran pemasaran adalah ”Seperangkat variabel pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran.“ (Saladin, 2006 : 5).

Menurut Philip Kotler (Hendra Teguh ; 2002 : 49) menyatakan bahwa : “Kualitas Produk itu adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan untuk tersirat“.

Dan ciri kualitas produk juga dapat dilihat dalam beberapa tahap diantaranya yang pertama dilihat dari kinerja produk dalam ukuran rasa dan aromanya, yang kedua dari segi keistimewaan poduk dalam ukuran keragaman rasa dan tidak mengandung bahan pengawet, yang ketiga dilihat dari kehandalan dalam ukuran kondisi produk saat dibeli dan kondisi rasa saat dibeli, yang keempat dilihat dari segi kesesuaian produk dalam ukuran kesesuaian khas rasa produk, yang kelima dilihat dari keawetan produk dalam ukuran daya tahan produk, yang keenam dilihat dari keindahan produk dalam ukuran warna produk saat dibeli, yang ketujuh dilihat dari kualitas yang dipersepsikan dalam ukuran kualitas produknya.


(9)

Sudah seharusnya bagi perusahaan membuat produk-produk berkualitas yang dibuat melalui suatu proses yang baik memiliki sejumlah keistimewaan, jelas bahwa produk yang berkualitas tinggi akan dipilih konsumen. Suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan konsumen, hal ini harus diperhatikan secara cermat sebab dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk tersebut. Sikap konsumen sangat bervariasi maka dari itu perusahaan harus dapat mengidentifikasi segmen konsumen berdasarkan kualitas produk yang diinginkan oleh konsumen.

Begitupun yang dilakukan oleh BMC (Bandoengsche Melk Centrale) salah satu divisi yang bergerak dibidang makanan dan minuman dari PT. Agronesia ini .Mereka mempunyai beberapa bidang usaha yaitu Food & Beverage, Pastry & Bakery, Milk Processing dan Air Minum Dalam Kemasan. Sebelum berkembang menjadi beberapa bidang usaha, dulunya BMC merupakan pabrik susu pertama di Bandung, dan konon katanya merupakan pabrik yang terbesar dan termodern di Asia Tenggara karena sudah melakukan pengolahan susu dengan cara pasteurisasi.

Susu merupakan makanan pelengkap yang memiliki kandungan gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita, didalam susu terdapat kandungan gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Rata-rata susu mengandung vitamin A, kalsium dan zat besi. Susu dengan segala manfaatnya tentu saja akan selalu di konsumsi oleh berbagai usia mulai dari bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa memerlukan susu untuk menjaga daya tahan tubuhnya dan untuk


(10)

pertumbuhan. Selain itu manfaat dari susu juga mencegah osteoporosis bagi dewasa atau usia lanjut.

Usaha ini tentu sangat prospek untuk di kembangkan dan akan membawa keuntungan bagi perusahaan, saat ini sudah banyak beredar susu dengan berbagai merk, sebut saja susu RealGood, KPBS dan lain sebagainya. Susu – susu tersebut sekarang sudah menjadi pesaing susu BMC.

Tabel 1.1

Data Pesaing Produk Susu Milk Cup BMC ( Bandoengsche Melk Centrale )

Nama Perusahaan Produk

PT. Susu Murni Pengalengan Susu KPBS

Susu yang diproduksi BMC adalah susu pasteurisasi yang daya tahannya tidak lama yaitu hanya 3 jam dalam suhu ruangan dan kurang lebih 5 hari dalam lemari pendingin. Dalam hal ini pihak BMC sendiri perlu mengetahui secara pasti bagaimana tanggapan konsumen atas kualitas produk Milk Cup BMC. Apakah kualitas produk tersebut dapat memenuhi selera konsumen atau tidak, maka hal ini diharapkan dapat menumbuhkan respon konsumen yang baik serta menambah konsumen yang baru untuk mengkonsumsi produk BMC. Pihak perusahaan pun telah berupaya agar konsumen bisa merasa puas dalam mengkonsumsi produk Milk Cup BMC.

Namun demikian pada kenyataannya masih ada konsumen yang belum merasa puas dengan produk Milk Cup BMC. Hal ini disebabkan karena adanya


(11)

masalah misalnya ketidakmenarikan dari kemasan Milk Cup atau ketidak sesuaian dengan ukuran isi bersih yang merupakan dimensi kualitas produk.

Tabel 1.2

Tabel Penjualan Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale ) Dan Susu KPBS Pangalengan :

Bulan Susu Milk Cup BMC Susu KPBS Pangalengan

Juli 2009 400 Cup 431 Cup

Agustus 2009 320 Cup 420 Cup

September 2009 470 Cup 321 Cup

Oktober 2009 480 Cup 450 Cup

November 2009 320 Cup 425 Cup

Desember 2009 405 Cup 310 Cup

Januari 2010 405 Cup 456 Cup

Febuari 2010 430 Cup 342 Cup

Maret 2010 420 Cup 315 cup

April 2010 480 Cup 210 Cup

Dari tabel diatas kita dapat meliat bahwa jumlah penjualan pada Susu Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) tiap bulan tidak stabil kadang naik tapi tidak jarang pula mengalami penurunan, sedangkan jumlah penjualan susu KPBS Pangalengan tiap bulan tidak setabil kadang naik dan kadang mengalami penurunan tiap bulan.

Kualitas produk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penjualan dan juga dapat mempengaruhi tingkat suatu produk menjadi lebih baik. Jika diinformasikan positif dan menarik maka akan menimbulkan kualitas produk


(12)

tersebut semakin tinggi juga keyakinan dan sikap konsumen akan semakin baik pula.

Dalam perkembangan saat ini kebutuhan makanan dengan berbagai bentuk dan rasa telah dijadikan sebagai sarana usaha untuk mencari penghasilan. Oleh karena itu, berbagai jenis bentuk dan rasa makanan telah banyak ditawarkan oleh para pelaku ekonomi yang bergerak dalam industri makanan dan minuman.

Dari hasil survey wawancara awal yang dilakukan dengan Kepala devisi Susu Milk Cup BMC ( Bandoengsche Melk Centrale ), perusahaan sejauh ini selalu berusaha melakukan perubahan dari segi kualitas produk. Kini kemasannya yang dibuat semenarik serta seaman mungkin, rasa dan aroma yang disesuaikan dengan cita rasa konsumen dan juga ukuran yang di sesuaikan dengan kebutuhan konsumen itu sendiri.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh penulis diperoleh bahwa berdasarkan kualitas produk, 65% menyatakan konsumen sudah mengenal Susu Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) karena sejauh ini sudah ada cabang. Berdasarkan Rasa dan aroma 30% Susu Milk Cup BMC ( Bandoengsche Melk Centrale) menyatakan rasa dan aroma enak dan bervariasi. Berdasarkan kemasan 15% menyatakan konsumen kurang setuju dengan kemasan dari Susu Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) karena kemasan kurang menarik para konsumen.

Kualitas dapat mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindakan dan keyakinanya akan suatu produk yang ditawarkan perusahaan, mempengaruhi penjualan bahwa kualitas produk akan mempengaruhi tingkat kenaikan atau


(13)

penurunan penjualan Susu Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) tergantung dari kualitas produk yang dihasilkan jika menginginkan atau meningkatkan pangsa pasar yang optimal atau tinggi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kualitas Produk Milk CupBMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka beberapa pokok permasalahan yang diidentifikasikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kualitas kemasan Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung kurang memenuhi selera konsumen.

2. Ketidaksesuaian khas rasa MilkCup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

1.2.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale ) Bandung.

2. Bagaimana tanggapan responden terhadap Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.


(14)

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk menganalisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

2. Untuk mengetahui Tanggapan Responden terhadap kualitas Produk Milk CupBMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi perusahaan untuk meganalisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini bermaksud untuk menjadi suatu informasi dan diharapkan bermanfaat bagi suatu ilmu pengembangan tentang Analisis


(15)

Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung terhadap komsumen.

1.4.2 Kegunaan Akademis Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Analisis Kualitas Produk terhadap pembelian pada khususnya.

Bagi Peneliti lain

Diharapkan menjadi sebuah acuan untuk bahan pertimbangan untuk peneliti lain mengenai analisis Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

1.5 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di BMC (Bandoengsche Melk Centrale) yang merupakan Divisi Industri Makanan dan Minuman dari PT. Agronesia yang beralamat di Jl. Aceh No 30 Bandung 40117, Telp ( 022 ) 4221765, Fax

Tabel 1.3

Jadwal Pengumpulan Data

Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Usulan Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data


(16)

10 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kualitas

2.1.1.1Pengertian Kualitas

Kata kualitas mengandung banyak sekali definisi makna, setiap orang berbeda-beda dalam mengartikannya antara lain menurut Fandy tjiptono dalam (2002 : 76) memberikan definisi mengenai kualias, yaitu:

“Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi standar yang telah ditetapkan”.

Pada dasarnya kualitas baik itu produk maupun pelayanan merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian utama dari perusahaan, karena kualitas berkaitan erat dengan masalah keputusan konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Pada hakekatnya pelanggan merupakan penilaian akhir dari kualitas, sehingga perioritas utama dari jaminan kualitas adalah penilaian konsumen terhadap perusahaan tersebut.


(17)

2.1.2 Produk

2.1.2.1Pengertian Produk

Dalam pemasaran, definisi produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Kepuasan konsumen tidak hanya mengacu pada bentuk fisik produk, melainkan satu paket kepuasan yang didapat dari pembalian produk kepuasan tersebut merupakan akumulasi kepuasan fisik, psikis, simbolis dan pelayanan yang diberikan oleh produsen.

Produk identik dengan barang. Dalam akutansi, barang adalah fisik yang tersedia di pasar. Sedangkan produk tidak berwujud disebut jasa. Dalam manajemen produk, identifikasi dari produk adalah barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Kata produk digunakan untuk tujuan mempermudah pengujian pasar dan daya serap pasar, yang akan sangat berguna bagi tenaga pemasaran, manger dan bagian pengendalian kualitas.

Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Juhardi (2000:84) memberikan definisi tentang produk sebagai berikut :

“Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Sedangkan menurut William. J Stanton dalam Buchari Alma (200:139), memberikan definisi sebagai berikut :

“Produk adalah seperangkat atribut yang berwujud maupun tidak berwujud termasuk didalamnya warna, harga, nama baik produk, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta


(18)

pelayananpengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan kebutuhan dan keinginan.“

Berdasarkan definisi diatas produk dapat dikatakan sebagai fokus inti dari semua bisnis. Produk adalah apa yang dilakukan perusahaan mulai dari mendesain, mengadakan sistem produksi dan operasi, menciptakan program pemasaran, sistem distribusi, iklan dan mengarahkan tenaga penjual untuk menjual. Sedangkan bagi konsumen, produk identik dengan perusahaan. Bagi pesaing, produk adalah sasaran yang harus dikerahkan.

2.1.2.2Tingkatan Produk

Berdasarkan definisi diatas produk dapat dikatakan sebagai fokus inti dari semua bisnis. Produk adalah apa yang dilakukan perusahaan, mulai dari mendesain, mengadakan sistem produksi dan operasi, menciptakan program pemasaran, sistem distribusi, iklan dan mengarahkan tenaga penjual untuk menjual produk tersebut.

Menurut Kotler dan Amstrong (2004:279) dalam merencanakan penawaran suatu produk, pemasar harus memahami lima tingkat produk, yaitu :

a. Produk Utama (Care Benefit), yaitu manfaat sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.

b. Produk Generik (Basic Produk), adalah produk dasar yang mampu memenuhi fungsi pokok yang paling dasar.


(19)

c. Produk Harapan (Expected Product), adalah produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisi secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.

d. Produk Pelengkap (Augment Product), adalah berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahkan dengan berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk pesaing.

e. Produk Potensial (Potential Product), adalah segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.

2.1.2.3Klasifikasi Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (2004:280) klasifikasi produk dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Barang Konsumen

Barang konsumen yaitu barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri, bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :

1) Barang kebutuhan sehari-hari (Convience goods) adalah barang-barang yang biasanya sering diberi konsumen (memiliki frekuensi pembelian tinggi), dibutuhkan dalam waktu segera dan memerlukan waktu yang minim dalam pembandingan dan pembeliannya.


(20)

2) Barang belanjaan (Shopping goods) adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan dengan berbagai alternatif yang tersedia oleh konsumen berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga dan daya dalam proses pemilihan dan pembeliannya.

3) Barang Khusus (Speciality goods) adalah barang-barang dengan karakteristik dan indentifikasi yang unik, yang untuknya sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia senantiasa melakukan usaha khusus untuk pembeliannya.

4) Barang yang tidak dicari (Unsought goods) adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau walau sudah diketahui namun secara umum konsumen belim terfikir untuk membelinya.

b. Barang Industri

Barang industri barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis) utuk keperluan selain konsumsi langsung, yaitu : untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali oleh produsen, untuk di jual kembali oleh pedagang tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi).

2.1.2.4Diferensiasi Produk

Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2007:9) produk fisik bervariasi dalam potensi mereka untuk dideferensiasikan, adapun diferensiasi produk adalah sebagai berikut :


(21)

1. Bentuk

Banyak bentuk dapat dideferensiasikan berdasarkan bentuk, ukuran, model atau struktur fisik produk itu sendiri seperti warna, lapisan luar, masa fungsi.

2. Fitur (feature)

Ciri-ciri keistimewaan tambahan, yaitu aspek performance yang menambahkan fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembanganya.

3. Mutu kinerja (performence quality)

Adalah level berlakunya karakteristik dasar produk, berkaitan dengan aspek fungsional dari barang itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu barang. 4. Mutu kesesuaian (conformance quality)

Adalah tinggkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan, dapat dikatakan juga bahwa mutu kesesuaian ini berkaitan dengan tinggkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan derajat dimana karakterristik desain produk dari karakteristik operasi memenuhi standar yang teah ditetapkan.

5. Daya tahan (durability)

Adalah ukuran usia yang diharapakan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal atau ukuran masa pakai suatu barang. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari barang itu. Daya


(22)

tahan juga merupakan atribut yang berharga bagi produk-produk tertentu.

6. Keandalan (reliability)

Berakaitan dengan probalitas atau kemungkinan suatu barang melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu dengan demikian keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan atau probalitas tingkat keberhasilan dalam penggunaan barang. Dapat dikatakan keandalan adalah ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.

7. Mudah diperbaiki (serviceability)

Ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal. Sifat mudah diperbaiki yang ideal adalah jika pemakai dapat membetulkan sendiri produk itu dengan biaya atau waktu yang relatif kecil.

8. Gaya (style)

Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli. Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand, name, image).

2.1.2.5Bauran Produk

Produk sebagai salah satu variabel bauran pemasaran memilki bauran produk tersendiri. Menurut Kotler dan Amstrong (2004:290) bauran produk terdiri dari :


(23)

a) Jenis produk b) Mutu atau Kualitas c) Rancangan

d) Ciri-ciri e) Nama merk f) Kemasan g) Ukuran h) Pelayanan

Salah satu bauran produk adalah kualitas. Untuk menciptakan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, maka perusahaan harus memproduksi produk yang berkualitas dan bermanfaat secara optimal.

2.1.2.6Siklus Hidup Produk

Produk tidak bertahan selamanya. Teknologi selalu meningkat dan gaya serta pendapat selalu berubah, sehingga produk memiliki jangka waktu.

1) Pengenalan

Produk itu pada awalnya mungkin berjalan lambat tergantung pada harga dan permintaan dan mungkin memerlukan investasi cukup besar untuk melancarkannya.

2) Pertumbuhan

Pengetahuan pasar dan pembelian meningkat, keuntungan bertambah dan rencana jangka penjang dibuat untuk produk itu.


(24)

3) Kematangan

Pertumbuhan penjualan menjadi lamban, tetapi inilah mungkin waktu yang paling menguntungkan bagi produk itu. Kerja akan dibutuhkan untuk menjaga produk pada tahap ini dan selalu ada ancaman penurunan dimasa mendatang.

4) Penurunan

Ini tidak dapat dihindari. Legislasi dapat membunuhnya, seperti yang terjadi dengan produk susu yang sedang menurun. Walaupun dengan sebagian besar produk terjadi penuruanan pendapatan, kurva itu menjadi tidak dalam dan semua biaya tertentu terbayar, profit yang baik dapat diperpanjang.

5) Penarikan

Produk itu mati atau diubah menjadii sesuatu yang lain biaya untuk melanjutkannya akan lebih banyak dari pada profitnya.

2.1.3 Kualitas Produk

2.1.3.1Pengertian Kualitas Produk

Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong yang diterjemahkan oleh T. Hermaya (2003 : 243) menyatakan bahwa :

“Kualitas produk adalah salah satu faktor yang paling diandalkan oleh seorang pemasar dalam memasarkan suatu produk”.

Sedangkan menurut F. Kleinsteubeur yang diterjemahkan oleh Siswanto Sutojo (2002 : 155) Kualitas mempunyai definisi :


(25)

“Kemampuan produk menunaikan fungsinutamanya, dengan perkataan lain tingkat kualitas produk ditentukan oleh kemampuannya memenuhi kebutuhan utama atau manfaat inti “.

Maka dari uraian diatas kualitas produk memiliki satu spesifikasi terhadap suatu barang atau jasa yang dapat menimbulkan kepuasan bagi konsumen yang menggunakannya.

2.1.3.2Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk menurut Fandy Tjiptono (2002 : 25) mengemukakan bahwa kualitas produk memiliki beberapa dimensi antara lain:

a. Kinerja (performance) adalah merupakan karakteristik operasi produk inti yang dibeli.

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) adalah karakteristik atau pelengkap.

c. Kesesuaian dengan spesifik (conformance to spesification) adalah sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

d. Kehandalan (realiability) adalah kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.

e. Daya tahan (durability) adalah berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan.


(26)

g. Kualitas yang dipersepsikan adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk.

h. Kemudahan perbaikan (service ability) adalah meliputi kecepatan, kompetisi, kemudahan penanganan, keluhan yang memuaskan.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari kualitas produk adalah dari karakteristik produk yang meliputi kinerja produk, fungsi produk, kehandalan produk, dan sebainya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

2.2 Kerangka Pemikiran

Menurut Philip Kotler (Hendra Teguh ; 2002 : 49) menyatakan bahwa : “Kualitas Produk itu adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan untuk tersirat “ .

Menurut David Garvin (Husein Umar ; 2001 : 147) ada 8 dimensi produk yaitu :

1. Kinerja (performance)

Dimensi ini merupakan yang paling dasar dan berhubungan dengan fungsi utama dari suatu produk bagi setiap produk, yang namanya kinerja bisa berlainan tergantung dari nilai fungsinya yang dijanjikan perusahaan. Jadi indikator dari kinerja yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah rasa Milk Cup.


(27)

2. Dimensi Keistimewaan Tambahan (feature)

Dimensi ini dapat dikatakan sebagai aspek sekunder karena dimensi ini menerangkan berbagai pernak-pernik yang melengkapi dan meningkatkan fungsi pasar produk. Karena perkembangan ini hampir tidak ada batasnya, maka dimensi ini menjadi target untuk berinovasi dalam upaya memuaskan pelanggan yang akhirnya pelanggan menjadi loyal. Jadi indokator-indikator dari dimensi keistimewaan tambahan yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah keragaman rasa Milk Cup dan produk Milk Cup tidak mengandung bahan pengawet.

3. Kehandalan (realiability)

Dimensi ini menunjukkan probabilitas adalah kemungkinan produk tersebut gagal menjalankan fungsinya. Hal ini berarti kualitas berkaitan dengan produk untuk bertahan selama penggunaan biasa. Jadi indikator-indikator dari dimensi kehandadalan yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah kondisi Milk Cup saat dibeli dan kondisi rasa Milk Cup.

4. Keawetan (durabiliti)

Produk ini disebut awet apabila sudah banyak digunakan atau sudah lama digunakan konsumen, awet dalam hal positif dan dapat dimengerti, sebagian besar produk-produk menjanjikan keawetan lebih menonjolkan masalah awet adalah waktu. Jadi indikator-indikator dari dimensi keawetan yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah daya tahan produk Milk Cup.


(28)

5. Kesesuaian (conformance)

Produk yang mempunyai kesesuaian tinggi berarti produknya sesuai standar yang telah ditentukan. Jadi indikator-indikator dari dimensi yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah kesesuaian khas rasa Milk Cup. 6. Dimensi keindahan (aesthetic)

Dimensi ini menunjukkan bagaimana suatu produk dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Jadi Indikator-indikator dari dimensi keindahan yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah keindahan warna Milk Cup.

7. Dimensi Kemudahan Perbaikan (serviceability)

Dimensi ini meliputi kecepatan, kenyamanan, dan kemudahan kualitas yang dipersepsikan, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Jadi Indikator-indikator dari dimensi kemudahan perbaikan yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah produk tidak sesuai (cacat) .

8. Dimensi Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

Dimensi ini yang menunjukkan citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap produk tersebut. Jadi Indikator-indikator dari dimensi kualitas yang dipersepsikan yang akan diteliti untuk produk Milk Cup adalah kualitas yang dipersepsikan.

2.3 Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai


(29)

hubungan variabel yang akan diuji sebenarnya. Karena sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Analisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.”

2.4 Model Pendekatan

Model pendekatan yang digunakan oleh peneliti, yaitu Model Fishbein, dimana suatu kualitas produk tentunya melekat pada suatu sikap ataupun tanggapan dari konsumen dari mengetahui tanggapan dari sikap konsumen kepada sebuah kualitas Produk maka dapat diketahui pula kualitas produk mana yang paling memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan kualitas produk lainnya hal ini yang membuat penulis merasa bahwa model ini sesuai dengan masalah pada penelitian ini.

Model Fishbein pada prinsipnya akan menghitung Ao (Attitude toward the object), yaitu Sikap seseorang terhadap sebuah objek, yang dikenali lewat kualitas yang melekat pada obyek tersebut. Dengan mengenali sebuah obyek melalui cara melihat, meraba, mencoba dan menggunakan obyek itu untuk sekian waktu lamanya, maka seorang konsumen akan mempunyai sikap tertentu terhadap obyek dipakai atau digunakannya tersebut. Biasanya sebelum konsumen mengkonsumsi sebuah obyek tentunya ia memiliki suatu harapan-harapan terhadap obyek tersebut. Sehingga setelah melihat, mencoba dan menggunakannya, konsumen tersebut dapat menilai apakah obyek yang bersangkutan telah sesuai dengan


(30)

harapannya. Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa ada dua komponen penting pada pengukuran sikap Fishbein, yaitu adanya evaluasi dan belief yang ada pada diri konsumen terhadap sebuah obyek tertentu.


(31)

25 3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung dengan judul “Analisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.”

Alat utama untuk pengukuran analisis kualitas produk Milk Cup ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang telah diisi oleh konsumen kemudian ditetapkan melalui sebuah nilai (skor).

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2005:21) “penelitian deskripif adalah jenis penelitian yang mengambarkan apa yang di lakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data”. Data tersebut kemudian di analisis untuk memperoleh kesimpulan, dalam penelitian deskriptif digunakan untuk mengambarkan mengenai Analisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan


(32)

berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian. Menurut Sugiyono (2008:13).

3.2.2 Unit Penelitian

Penulis melakukan peneitian ini adalah sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan data-data untuk Laporan Tugas Akhir, penulis melakukan penelitian ini pada BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bandung. Jl. Aceh No.30 Bandung. Dengan itu penulis sangatlah tertarik untuk melakukan penelitian tentang kualitas produk ditempat tersebut.

3.2.3 Operasional Variabel Penelitian

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal karena skala ordinal tidak memiliki angka absolute (angka nol), tidak memiliki interval data yang sama dan angka-angka yang ada dalam penomoran tersebut hanyalah menunjukan tingkat saja, dan lebih sederhana hanya mengelompokkan. Adapun konsep operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian dapat diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

Kualitas produk

Keseluruhan ciri serta dari suatu produk yang berpengaruh pada

kemampuannya untuk

memuaskan

1. Kinerja Produk Dalam ukuran Rasa Milk Cup Aroma Milk Cup

Tingkat

kesesuaian rasa Milk Cup

Tingkat

kesesuaian aroma Milk Cup


(33)

kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat Philip Kotler (2002 : 67)

2. Dimensi Keistimewaan Produk

Keragaman rasa Milk Cup Tidak

mengandung bahan pengawet 3. Kehandalan

Ukuran

Kondisi Produk Milk Cup saat dibeli

Kondisi rasa Milk Cup saat dibeli

4. Kesesuaian Ukuran Kesesuaian khas rasa produk Milk Cup

5. Keawetan

Dalam ukuran Daya tahan Milk Cup

6. Dimensi Keindahan

Ukuran Warna Milk Cup saat dibeli

7. Kualitas yang dipersepsikan

Ukuran

Kualitas Milk Cup

Tingkat kesesuaian keragaman rasa Tingkat

kesesuaian tidak mengandungbahan pengawet

Tingkat

kesekesesuaian Milk Cup saat dibeli

Tingkat

kesesuaian rasa Milk Cup saat dibeli

Tingkat

kesesuaian khas rasa Milk Cup

Tingkat

kesesuaian daya tahan Milk Cup

Tingkat kesesuaian warna Milk Cup saat dibeli Tingkat kesesuaian kualitas Milk Cup Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(34)

3.2.4 Jenis dan Teknik Penentuan Data 3.2.4.1Jenis Data

Jenis data merupakan data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian, untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel untuk mengetahui tanggapannya mengenai kualitas jasa dan loyalitas konsumen. Oleh karena itu metode penarikan sampel untuk penelitian ini hanya terbatas kepada konsumen. Selain itu data primer juga meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah pengembangan perusahaan, struktur organisasi, dan data-data statistik mengenai jumlah konsumen dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian yang berasal dari berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik itu dari dokumen perusahaan, wawancara dengan bagiaan yang berhubungn dengan analisis di perusahaan, dan sumber-sumber lain yang menunjang analisis.


(35)

3.2.4.2Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:115) mendefinisikan Populasi adalah sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini sasaran populasi yang akan di pilih adalah konsumen yang datang ke outlet BMC. Konsumen yang datang membeli Produk Milk Cup BMC (Bandoengshe Melk Centrale) Bandung Jl. Aceh No. 30 Bandung adalah sebanyak 1500 perbulanya. 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008:116), mendefinisikan Sampel adalah sebagai berikut:

“Sampel adalah sebagai dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Jenis sampel yang digunakan adalah teknik sampling yaitu non probability (pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang). Dalam non probability sampling kemungkinan atau peluang seseorang untuk terpilih menjadi anggota sampel tidak diketahui. Dengan demikian, sampel yang diambil tidak dapat dikatakan sebagai sampel yang


(36)

representative sehingga sukar untuk melakukan generalisasi diluar sampel yang diteliti.

Dalam menghitung sampel penulis menggunakan rumus slovin (Umar 2000 : 146), dengan derajat kepercayaan 90% dan tingkat kegagalan 10%. Rumus tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Jumlah Kesalahan

dibulatkan menjadi 100 orang

Dari hasil pengitungan populasi, mengapa dibulatkan menjadi 100 untuk menjaga terjadinya kerusakan dan ketidak selesaian pengisian kuesioner oleh konsumen.

Dari penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak 1500 pengunjung selama satu bulan dengan tingkat kesalahan 10% (0,01) dari


(37)

perhitungan didapat hasil 100 orang untuk mengadakan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada para responden.

Dimana :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Jumlah Kesalahan

dibulatkan menjadi 100 orang

Dari penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak 1500 pengunjung selama satu bulan dengan tingkat kesalahan 10% (0,01) dari perhitungan didapat hasil 100 orang untuk mengadakan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada para responden.

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel Random Sampling. Menurut Sugiyono (2009:120), cara pengambilan sampel dengan teknik ini ialah “pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.


(38)

Metode pengumpulan data yang dilakukan berasal dari sumber-sumber sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulisan melakukan penelitian dengan metode lapangan yaitu penulisan terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan sebagai bahan bukti di tempat penulis teliti. Penelitian lapangan yang dilakukan penulis yaitu dengan cara sebagai berikut:

a. Obvervasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

b. Wawancara, yaitu dengan cara melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait sesuai dengan topik yang penulis teliti. c. Kuesioner, yaitu dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud memperoleh data sekunder yang berfungsi sebagai landasan teori guna mendukung dan sebagai pembanding data primer yang diperoleh selama penelitian. Data sekunder ini didapat dari membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas baik dari buku-buku, catatan, kuliah atau bahan tertulislainnya.


(39)

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan pengelolaan data. Setelah data terkumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi, yaitu memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Scoring dilakukan dengan menggunakan skala likert yaitu 5, 4, 3, 2, 1.

3.2.6.1Analisis Kualitatif

Menurut Sugiyono (2009:9) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Analisis kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif dengan menggunakan alat bantu analisis data statistik baik yang bersifat deskriptif yang digunakan dalam pemilihan ini untuk maksud mendeskrifsikan data pada setiap variabel penelitian terutama untuk melihat gambaran secara umum penilaian responden atau tanggapan responden dilakukan dengan membuat pengkategorian.

Sesuai dengan pernyataan dari Redi Panuju (1995:45) “Bahwa untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendah terlebih dahulu harus menentukan nilai Indeks minimum, maksimum dan intervalnya serta jarak intervalnya” sebagai berikut :

Skor minimum dalam persentase = min 100% maksimum

skor

imum skor

= 100% 5

1


(40)

Skor maksimum dalam persentase = min 100% maksimum

skor

imum skor

= 100% 5

5

= 100%

Interval dalam persentase = skor maksimum- skor minimum = 100% - 20% = 80%

Panjang interval =

Jenjang Interval

= 5

% 80

= 16

Sehingga pengkategorian skor jawaban responden untuk masing-masing item penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pengkategorian Skor Jawaban Responden Interval Tingkat Intensitas Kriteria

20% - < 36% Sangat tidak baik

36% - <52% Tidak baik

52% - <68% Cukup baik

68% - <84% Baik

84% - <100% Sangat baik

3.2.6.2Analisis Fishben

Untuk analisis atau penelitian tanggapan konsumen, maka penulis dalam pengerjaan menggunakan model pendekatan analisis Fishben.

Dalam pengerjaan menggunakan model Fishben harus menentukan : 1. Salient Belief


(41)

Setiap produk mempunyai banyak kualitas, namun akan lebih baik jika kepada konsumen (responden) ditanya tentang kualitas yang relevan atau penting saja, yang disebut SalientBelief. Dalam kasus ini ditentukan kualitas kinerja produk, keistimewahaan, kehandalan, kesesuaian produk, keawetan produk, keindahan produk,dan kualitas yang dipersepsikan.

2. Membuat Pertanyaan untuk Mengukur Belief

Setelah kualitas produk ditentukan, konsumen akan ditanya bagaimana keyakianan (belief) dia terhadap kualitas produk tersebut. Isi pertanyaan tentu tidak baku, hanya diusahakan mengukur keyakinan seseorang terhadap kualitas produk

Contoh :

Analisis Kualitas Produk Milk Cup BMC (bandoengshe melk centrale) sudah dikenal oleh konsumen :

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju

3 = Ragu - ragu 4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

3. Membuat Pertanyaan untuk Mengukur Evaluation

Sama dengan pengukuran belief, konsumen akan ditanya bagaimana evaluasi dia terhadap kualitas yang telah diukur belief-nya, apakah penting atau tidak.


(42)

Contoh :

Rasa Susu Produk Milk Cup BMC (bandoengshe melk centrale) bagi konsumen :

1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting

3 = Cukup 4 = Penting

5 = Sangat Penting

4. Mengukur Sikap terhadap Produk

Pengukuran Sikap dilakukan dengan mengukur keseluruhan kualitas produk, dengan rumus :

Ao = Σ (bi x ei) Dimana :

• Ao = Sikap terhadap Susu Produk Milk Cup BMC (bandoengshe melk centrale)

• bi = Keyakinan konsumen terhadap Susu Produk Milk Cup BMC (bandoengshe melk centrale), sebelum ia membeli atau mengkonsumsinya

• ei = evaluasi konsumen terhadap Susu Produk Milk Cup BMC (bandoengshe melk centrale) secara umum tanpa dikaitkan dengan merk susu yang lain.

• tanda Σ = penjumlahan dari sejumlah kualitas I yang dalam hal ini ada 7 kualitas produk


(43)

Konsumen dikatakan mempunyai sikap yang positif terhadap produk adalah jika nilai A0 = positif (+), begitu juga sebaliknya jika nilai A0 = negatif (-)


(44)

37

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Restoran BMC adalah restoran masakan Indonesia dan modern yang terdapat di kota Bandung, yang dimana kota Bandung sangat dikenal dengan kuliner dan fashion nya sehingga Bandung menjadi tujuan wisatawan dalam berlibur sehingga usaha ritel restoran sangat menguntungkan sekali di Bandung, dan restoran BMC juga menjual aneka pastry and bakery, yoghurt, dan fresh milk, BMC pun berusaha jadi peritel restoran yang baik.

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Tidak banyak yang tahu bahwa BMC merupakan kepanjangan dari bandoengsche melk centrale. BMC merupakan Divisi Industri Makanan dan Minuman dari PT.Agronesia sepanjang perjalananya BMC melalui beberapa periode yaitu :

Periode Sebelum 1945

Pada bulan Maret 1903, sebuah kapal Perancis yang bernama “La Seyne” mendarat di Pelabuhan Tanjung priok dengan mengangkut 20 orang Broer yang berasal dari Afrika Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa orang-orang Broer ini yang mendirikan Bandoengsche Melk Centrale di Bandung, sebagai tempat pengolahan produksi susu yang dihasilkan dari peternakan mereka di Pangalengan dan Lembang. Fasilitas bangunan pengolahaan susu ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan


(45)

konsumsi orang Belanda akan susu (dan berbagai macam produk olahan susu lainnya) setiap hari. Karena itu diperkirakan bahwa BMC didirikan sekitar tahun 1935.

Sejak awal berdirinya, BMC merupakan satu-satunya koperasi dan pusat pengolahan susu pertama di Bandung. Menurut catatan Haryanto Kunto, pada tahun 1938 terdapat 22 usaha pemerahan susu dengan produksi 13.000 liter susu per hari. Semua hasil produksi susu tersebut ditampung oleh Bandoengsche Melk Centrale untuk diolah (dipasteurisasi dan dikemas) sebelum disalurkan kepada para pelanggan didalam maupun diluar kota Bandung.

Berdasarkan sejarah kepemilikan, diketahui bahwa pemilik pertama bangunan BMC dengan melihat persil tanah nomor 1713 dan 1714 berdasarkan pengukuran tanah tanggal 18 Juni 1932 (Jl. Aceh No. 30 sekarang) adalah Louis Hirschland. Ia bersama Van Zijl adalah pemilik peternakan sapi.

Periode 1945 - 1998

Setelah Indonesia merdeka kemudian dengan berdasarkan UU No. 86 1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, maka pengelolaan BMC dilimpahkan kepada Kodam Siliwangi, yang dua tahun kemudian diserahkan kepada Departemen Peternakan.

Pada Tahun 1965 pengelolaan BMC diserahkan kepada Pemerintah Propinsi Jawa Barat, sesuai dengan Keputusan Mendagri No.1 Tahun 1965.


(46)

Pada pelaksanaannya, pengelola langsung BMC adalah PD Kerta Sari Mamin melalui salah satu unit usahanya yaitu unit Pusat Susu Bandung.

Periode 1999 - 2000

Pada Tahun 1999 Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1999, tentang peleburan Perusahaan-perusahaan Daerah Tingkat I Jawa Barat dari 10 Perusahaan Daerah menjadi hanya 3 Perusahaan Daerah, yang salah satunya adalah Perusahaan Daerah Industri Propinsi Jawa Barat yang bergerak di bidang industri perkaretan, industri makanan dan minuman dan industri lainnya. Dimana BMC (Industri Makanan Minuman) adalah merupakan salah satu Unit dari pada PD, Industri Propinsi Jawa Barat tersebut.

Periode Juni 2002 – sekarang

Perusahaan PD Industri Prov. Jawa Barat berubah bentuk hukum menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. AGRONESIA yang didirikan pada tanggal 17 Juni 2002 melalui SK Menteri Kehakiman RI no. Y.A 7/6/25 Tgl 22-3-1982 juncto No. C.87-HT.03.01 Th 1990 Tgl 8-10-1990 serta Akta Notaris Popy Kuntari Sutresna, SH,M Hum no.8 Thn 2002.

Dan berikut gambar restoran BMC pada tahun 1928 dapat terlihat di gambar 4.1 dan restoran BMC sekarang, Jl.Aceh No.30 Bandung pada gambar 4.2


(47)

Sumber : PT.Agronesia Divisi BMC

Gambar 4.1

Restoran BMC Pada Tahun 1928

Sumber : PT.Agronesia Divisi BMC Gambar 4.2


(48)

Divisi usaha PT. AGRONESIA :

1. Industri Teknik Karet dengan merk dagang “Inkaba” 2. Industri Plastik dengan merk dagang “Agroplas” 3. Industri Es dengan merk dagang “Saripetojo”

4. Industri Makanan Minuman dengan merk dagang “BMC”

Industri Makanan Minuman dengan merk dagang “BMC” memiliki 3 cabang outlet yaitu di :

OUTLET ACEH

JLN. ACEH 30 BANDUNG

OUTLET MAAL PARIS VAN JAVA JLN. SUKAJADI BANDUNG

OUTLET BAALEVARD

JLN. BAALEVARD ARTA GADING BLOK A 6 NO. 17 – 18 JAKARTA


(49)

Visi

Dengan Azas-azas profesionalisme PT. Agronesia berdaya saing tinggi serta menjadi andalan pendapatan asli daerah dan stake holders lainya dalam era globalisasi’’

Misi

Total Customer Satisfaction

- Total Customer Care - Total Customer Service - Total Customer Friendly

Good Corporate Governance (GCG)  Iklim yang Kondusif (Favourable)Local Content

 IPTEK serta R & D

Good House Keeping (5 R)

Corporate Social Responsibility (CSR)

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan kerangka kerja yang menggambarkan hubungan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap jenjang yang ada pada ruang lingkupnya, untuk melaksanakan kegiatan agar tercapai tujuan yang telah digariskan. Suatu kriteria penting untuk mengukur dan menetapkan baiknya organisasi apabila ditinjau dari pengendalian intern bahwa organisasi


(50)

tersebut harus secara jelas mengatur pembagian tugas berdasarkan wewenang dan tugas yang telah ditetapkan.

Sumber : PT.Agronesia Divisi BMC

Gambar 4.3

Struktur Organisasi Divisi BMC di PT.Agronesia GENERAL MANAGER

DEPARTEMEN PEMASARAN DEPARTEMEN

UMUM & KEUANGAN

DEPARTEMEN MILK PROCESSING

DEPARTEMEN OUTLET BANDUNG

DEPARTEMEN OUTLET ARTHA GADING DEPARTEMEN

AMDK SEKTOR UMUM & SDM

SEKTOR KEUANGAN

SEKTOR UMUM & KEUANGAN

SEKTOR PROD & PENJUALAN SEKTOR UMUM & KEUANGAN SEKTOR DISTRIBUSI SEKTOR PPIC SEKTOR PRODUKSI SEKTOR MAIN KITCHEN SEKTOR DISTRIBUSI SEKTOR PRODUKSI SEKTOR OUTLET JL. ACEH

SEKTOR ANDAL PASAR SEKTOR PENJUALAN SEKTOR PENGADAAN & PERGUDANGAN SEKRETARIAT DEPARTEMEN NON OUTLET SEKTOR PATRY & BAKERY

SEKTOR CATERING


(51)

4.1.3 Deskripsi Jabatan

Adanya job description dalam suatu perusahaan sangatlah penting karena akan terdapat pemisahan tugas dan wewenang antara pimpinan dan bawahan. Di bawah ini penulis hanya menguraikan job description PT. Agronesia Divisi makanan dan minuman BMC, adalah sebagai berikut :

1. Direktur Utama

a. Menetapkan kebijakan dalam perencanaan strategis perusahaan baik jangka pendek, menengah dan panjang yang menyangkut aspek Pemasaran, Pengembangan, Administrasi dan Keuangan. b. Melakukan dan menjaga jaringan hubungan keluar untuk

mendapatkan peluang dan informasi.

c. Mentransformasikan informasi kepada para Direktur baik lisan maupun tulisan.

d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang berkaitan dengan usaha pengembangan perusahaan.

e. Menyusun dan memberikan laporan kepada RUPS melalui jajaran komisaris mengenai pengembangan perusahaan dan mempertanggungjawabkan atas segala tindakan manajemen yang dilakukan perusahaan.


(52)

2. Direktur Administrasi dan Keuangan

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengendalikan perusahaan dalam program pengembangan perusahaan dibagian Administrasi dan Keuangan.

b. Melakukan pembinaan dan memberikan instruksi kepada satuan kerja dibawahnya dengan disertai pengawasan melekat.

c. Mewakili Direktur Utama dalam melaksanakan perjanjian-perjanjian dengan pihak lain di bagian Administrasi dan Keuangan serta tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama.

d. Mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada satuan kerja di bawahnya apabila diperlukan, yang disertai dengan pengawasan melekat.

e. Menyusun dan memberikan laporan, serta mempertanggung jawabkan atas segala tindakan manajemen yang dilakukan kepada Direktur Utama.

3. General Manager Pemasaran

a. Merencanakan pengendalian pelaksanaan, operasional perusahaan di lingkungan divisi/industri makanan dan minuman yang terdiri dari departement marketing, admin & keuangan, department outlet. b. Bertanggung jawab terhadap kelangsungan oprasional di semua

departemen terkait.

c. Membuat perencanan dan strategi pengelolaan Divisi makanan dan minuman.


(53)

d. Melaksanakan oprasional di semua department terkait dengan rencana kerja perusahaan.

e. Membuat laporan kepada Direksi mengenai pelaksanaan pengelolaan Divisi makanan dan minuman.

f. Melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil pelaksanaan oprasional. g. Membuat kontrak kerjasama dengan instansi lain atas persetujuan

prinsip Direktur.

h. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan. 4. Manager Pemasaran

a. Merencanakan serta merumuskan program kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran.

b. Mengkoordinasikan serta mengevaluasi dan mengendalikan pelaksanaan program pemasaran.

c. Melakukan pembinaan dan memberikan instruksi yang di sertai dengan pengawasan melekat terhadap personil di bagian pemasaran.

d. Mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh bawahan.

e. Membuat dan menyusun laporan mengenai kegiatan umum serta melaporkannya kepada General Manager Pemasaran.


(54)

5. Manager Umum

a. Merencanakan serta merumuskan program kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan umum, pemeliharaan sarana dan prasarana kantor, penginventarisasian asset-aset perusahaan serta pengadaan bagi kebutuhan perusahaan.

b. Mengkoordinasikan serta mengevaluasi dan mengendalikan pelaksanaan program pelayanan umum, pemeliharaan sarana dan prasarana kantor.

c. Melakukan pembinaan dan memberikan instruksi yang di sertai dengan pengawasan melekat terhadap personil di bagian umum. d. Mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh bawahan. e. Membuat dan menyusun laporan mengenai kegiatan umum serta

melaporkannya kepada General Manager

f. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan.

6. Manager Keuangan

a. Merencanakan dan merumuskan perencanaan kegiatan operasional di Sektor Keuangan yang meliputi kegiatan : Anggaran dan Verifikasi, Akuntansi, dan Perbendaharaan.

b. Mengkoordinasikan, melaksanakan, serta mengevaluasi, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan di Sektor Keuangan.

c. Melakukan pembinaan dan memberikan instruksi yang disertai dengan pengawasan melekat terhadap personil di Sektor Keuangan. d. Mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh bawahan.


(55)

e. Membuat dan menyusun laporan mengenai kegiatan di Sektor Keuangan serta melaporkan kepada General Manager.

f. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan. 7. Manager Sumber Daya Manusia

a. Merencanakan serta merumuskan program kegiatan konpensasi dan administrasi personil, rekruitmen dan penempatan, pelatihan dan pengembangan serta perburuhan dan keselamatan.

b. Mengkoordinasikan serta mengevaluasi dan mengendalikan pelaksanaan program Sumber Daya Manusia.

c. Melakukan pembinaan dan memberikan instruksi yang di sertai dengan pengawasan melekat terhadap personil di bagian Sumber Daya Manusia.

d. Mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh bawahan. e. Membuat dan menyusun laporan mengenai kegiatan sumber daya

manusia serta melaporkannya kepada General Manager Administrasi dan Keuangan.

f. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan.

4.2 Karakteristik Responden

Dari hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan terhadap 100 responden yang telah mengkonsumsi SusuMilk Cup pada konsumen outlet BMC. Mengenai responden, Maka dari hasil penyebaran kuesioner itu dapat diperoleh responden sebagai berikut :


(56)

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Sumber : Data Primer yang diolah

Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 100 orang yang terdiri dari pria dan wanita, dimana responden wanita 35% dan sedangkan pria sebesar 74%. Dengan demikian yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas kelamin laki-laki.

2. Responden Berdasarkan usia

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

S

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

40%

60%

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 60 60%

Perempuan 40 40%

Jumlah 100 100%

Usia Frekuensi Presentase (%)

<15 17 17%

15 -20 26 26%

21 – 30 37 37%

31- 40 20 20%


(57)

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah usia 21 - 30 tahun sebesar 37%, 15-20 tahun sebesar 26%, 31 - 40 tahun sebesar 20%, dan <15 tahun sebesar 17%. Dengan demikian mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah usia 21-23 tahun.

3. Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3

Profit Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

SD - -

SMP 19 19%

SMA 30 30%

Perguruan Tinggi 51 51%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Jenis Kelamin Responden

<15 15-20 21-30 31-40

17%

26% 20%

37%

42% 45%

13% 51%

Pendidikan Responden

SD SMP SMA


(58)

Dari tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah, Perguruan Tinggi sebesar 51%, SMA sebesar 30%, dan SPM sebesar 19%. Dengan demikian mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini Perguruan Tinggi.

4. Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.4

Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

Mahasiswa 13 13%

Pegawai negri 36 36%

Pegawai swasta 24 24%

Lainnya 27 27%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa yang menjadi responden berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini adalah pegawai negri sebesar 36%, lain – lain sebesar 27%, pegawai swasta sebesar 24%, mahasiswa sebesar 13%. Dengan demikian mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Pegawai Negri.

13%

36% 24%

27%

Pekerjaan Responden

Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Lainnya


(59)

5. Responden Berdasarkan Pengeluaran Tabel 4.5

Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran Perbulan Besar Pengeluaran Frekuensi Presentase (%)

< Rp 1.000.000 12 12%

Rp 1000.000 - Rp 2.000.000 36 36%

Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 28 28%

Rp 3.000.000 – Rp. 4.000.000 24 24%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui pengeluaran perbulan para pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini sebesar <Rp. 1.000.000 sebanyak 12%, Rp. 1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 36%, Rp. 2.000.000 – 3.000.000 sebanyak 28% dan Rp. 3.000.000 – 4.000.000 sebesar 24%.

12% 36% 28%

24%

Pengeluaran perbulan Responden

< Rp 1,000,000

Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000


(60)

6. Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungn Tabel 4.6

Profil Responden Berdasarkan Mengkomsumsi

Mengkomsumsi Frekuensi Presentase (%)

Pernah 85 85%

Belum pernah 15 15%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa yang pernah meminum Susu Milk Cup BMC adalah sebanyak 85%, sedangkan yang belum pernah meminum ke Susu Milk Cup BMC sebanyak 15%. Dengan demikian mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang pernah meminum susu Milk Cup BMC.

7. Responden Berdasarkan Kunjungan Tabel 4.7

Profil Responden Berdasarkan Kunjungan

Banyak Kunjungan Frekuensi Presentase (%)

Sangat sering 12 12%

Sering 19 19%

Tidak sering 35 35%

Kadang - kadang 34 34%

Jumlah 100 100%

85% 15%

Frekuensi Mengkomsumsi

Pernah Belum pernah


(61)

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui kunjungan para responden dalam penelitian sebagian besar melakukan kunjungan kadang-kadang, sebanyak 34%, tida sering sebanyak 35%, sering 19%, sedangkan sangat sering 12%. Dengan demikian mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang kadang-kadang berkunjung ke susu Milk Cup BMC.

4.3 Analisis Deskriptif

4.3.1 Deskriptif Variabel Independen

Untuk mengetahui tentang Analisis Kualitas produk Susu Milk Cup BMC di Kota Bandung, maka dapat dilihat melalui tanggapan responden terhadap Kualitas produk tersebut yang mencakup 7 (tujuht) variabel, kinerja (performance), dimensi keistimewahaan (feature), kehandalan (realiability), keawetan (durabiliti), kesesuaian (conformance), dimensi keindahan (aesthetic), dan dimensi kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Setiap item pertanyaan item positif dan negative, oleh karena itu pembobotan

12%

19%

35%

Frekuensi Kunjungan Responden

Sangat Sering Sering Tidak Sering Kadang-kadang 34%


(62)

atau pemberian skor jawaban sangat setuju adalah 5 (lima), dan untuk jawaban sangat tidak setuju adalah 1 (satu).

1. Kinerja (performance)

Ukuran Rasa Susu Milk Cup BMC

Tabel di bawah ini akan menjelaskan tingkat rasa Milk Cup BMC menurut responden :

Tabel 4.8

Penilaian Responden Terhadap Rasa Milk Cup

No Kategori Penilaian Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Setuju 35 35%

2. Setuju 40 40%

3. Ragu – ragu 14 14%

4. Tidak Setuju 11 11%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 100 100,%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap Rasa Milk Cup adalah adalah 35% menyatakan sangat setuju terhadap rasa enak Milk Cup, 40% menyatakan setuju terhadap rasa enak Milk Cup ini dikarenakan rasanya yang khas, enak,

35% 40%

14%

11% 0%

Ukuran Rasa Susu

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju


(63)

14% menyatakan ragu-ragu terhadap rasa enak Susu Milk Cup ini, 11% menyatakan Tidak Setuju terhadap rasa enak Milk Cup yang terbuat dari susu yang sejenis. Dengan demikian mayoritas responden memilih setuju bahwa Susu Milk Cup BMC memiliki rasa yang enak.  Aroma Susu Milk Cup BMC

Tabel di bawah ini akan menjelaskan tingkat aroma Milk Cup BMC menurut responden :

Tabel 4.9

Penilaian Responden Terhadap Aroma Susu Milk Cup BMC No Kategori Penilaian Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Setuju 18 18%

2. Setuju 30 30%

3. Ragu – ragu 11 11%

4. Tidak Setuju 20 20%

5. Sangat Tidak Setuju 21 21%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap aroma Milk Cup BMC adalah 18% menyatakan sangat setuju terhadap aroma Milk Cup BMC, 30% menyatakan setuju terhadap aroma Milk Cup karena aromanya sangat kental dengan rasa

18% 30% 11%

20% 21%

Aroma Susu

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju


(64)

susunya. 11% menyatakan ragu-ragu terhadap aroma Susu Milk Cup karena aroma Susu Milk Cup tidak terasa saat dikonsumsi, 20% menyatakan Tidak Setuju terhadap aroma Susu Milk Cup dan 21% menyatakan sangat tidak setuju.

Analisis deskripsi tentang tanggapan responden terhadap Kualitas produk Susu Milk Cup BMC Bandung dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Produk Susu Milk Cup BMC

No Indikator Skor

1 Ukuran Rasa Susu Milk Cup BMC 399

2 Aroma Susu Milk Cup BMC 304

Total 703

Analisa deskripsi terhadap Kinerja Produk Susu Milk Cup BMC Bandung sebagai berikut :

Tabel 4.11

Skor Tanggapan Responden Terhadap Kinerja

Skor Skor dalam (%)

703

Tabel 4.12

Pengkategorian Skor Jawaban Intervak Tingkat Intensistas Kriteria

20 % - < 36 % Sangat Tidak Baik 36 % - < 52 % Tidak Baik 52 % - < 68 % Cukup Baik

68 % - < 84 % Baik


(65)

Berdasarkan tabel 4.12 tentang tanggapan responden terhadap kinerja produk maka menunjukan skor 70% dan berada diantara 68 % - < 84 % dengan kriteria Baik. Hal ini menunjukkan tanggapan responden terhadap kinerja produk dinilai baik, dikarenakan memiliki perbedaan dengan susu pesaing sejenisnya.

2. Dimensi Keistimewaan Tambaha (feature)

Keragaman Rasa Milk Cup BMC

Tabel dibawah ini akan menjelaskan Keragaman rasa Susu Milk Cup BMC menurut responden :

Tabel 4.13

Penilaian Responden terhadap Keragaman Rasa Milk Cup BMC No Kategori Penilaian Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Setuju 28 28%

2. Setuju 35 35%

3. Ragu – ragu 18 18%

4. Tidak Setuju 12 12%

5. Sangat Tidak Setuju 7 7%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data Primer Yang Diolah 28%

35% 18%

12% 7%

Keragaman Rasa

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak Setuju


(66)

Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap dimensi keistimewaan tambahan Milk Cup BMC adalah 28% menyatakan sangat setuju terhadap dimensi keistimewaan tambahan Milk Cup BMC, 35% menyatakan setuju terhadap dimensi keistimewaan tambahan rasa Milk Cup BMC. karena dimensi keistimewaan tambahan susunya kental dengan rasa susu yang asli, 12% menyatakan tidak setuju terhadap dimensi keistimewaan tambahan Susu Milk Cup BMC karena saat dikonsumsi kurang kerasa susunya. Dengan demikian mayoritas responden menyatakan setuju terhadap ciri khas rasa Milk Cup BMC saat dikonsumsi.

Tidak Mengandung Bahan Pengawet

Tabel dibawah ini akan menjelaskan Tentang Susu Milk Cup BMC tidak mengandung bahan pengawet menurut responden :

Tabel 4.14

Penilaian Responden terhadap Milk Cup BMC Yang Tidak Menggunakan Bahan Pengawet

No Kategori Penilaian Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Setuju 27 27%

2. Setuju 25 25%

3. Ragu – ragu 35 35%

4. Tidak Setuju 9 9%

5. Sangat Tidak Setuju 4 4%


(67)

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan tabel 4.14 dinatas menunjukkan bahwa 27% responden menyatakan sangat setuju terhadap Milk Cup BMC yang tidak mengandung bahan pengawet, 25% menyatakan setuju terhadap Milk Cup BMC yang tidak mengandung bahan pengawet karena rasanya sudah menunjukkan bahwa itu susu asli, 35% menyatakan ragu-ragu terhadap Milk Cup BMC yang tidak mengandung bahan pengawet karena belum mengetahui bagaimana proses pembuatannya, 9% menyatakan tidak setuju terhadap Milk Cup BMC yang tidak mengandung bahan pengawet, dan 4% menyatakan sangat tidak setuju terhadap Milk Cup BMC yang tidak mengandung bahan pengawet. Demikian mayoritas responden menyatakan ragu- ragu terhadap Milk Cup BMC yang tidak mengandung bahan pengawet.

27% 25% 35%

9% 4%

Tidak Mengandung Bahan

Pengawet

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju


(68)

Tabel 4.15

Tanggapan Responden Terhadap Keistimewaan Produk

No Indikator Skor

1 Keragaman Rasa Susu Milk Cup BMC 365

2 Tidak Mengandung Bahan Pengawet 362

Total 727

Sumber : Data primer yang diolah

Analisa deskripsi tentang Rasa Pisang Ijo Justmine dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.16

Skor Tanggapan Responden Terhadap Rasa

Skor Skor dalam (%)

727 727 × 100 % = 72 % 5×2×100

Maka dihasilkan data keistimewaan produk dilihat pada tabel 4.16 berikut ini :

Tabel 4.17

Pengkategorian Skor Jawaban

Intervak Tingkat Intensistas Kriteria 20 % - < 36 % Sangat Tidak Baik

36 % - < 52 % Tidak Baik

52 % - < 68 % Cukup Baik

68 % - < 84 % Baik

84 % - < 100 % Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.17 tentang tanggapan responden terhadap keistimewaan produk maka menunjukan skor 72% dan berada diantara 68% - < 84 % dengan kriteria Baik. Hal ini menunjukkan tanggapan responden terhadap keistimewaan produk dinilai baik. karena sesuai dengan keragaman rasa dan tidak mengandung bahan pengawet.


(69)

3. Kehandalan (realiability)

Kondisi Milk Cup Saat Dibeli

Tabel berikut ini akan menunjukkan tanggapan responden terhadap kondisi Milk Cup BMC saat dibeli menurut responden :

Tabel 4.18

Penilaian Responden Terhadap Kondisi Susu Milk Cup BMC Saat Dibeli

No Kategori Penilaian Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat penting 28 28%

2. penting 50 50%

3. Ragu – ragu 12 12%

4. Tidak penting 10 10%

5. Sangat Tidak penting 0 0%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap kondisi Susu Milk Cup BMC saat dibeli dengan layak adalah 28% menyatakan sangat setuju terhadap kondisi Susu Milk Cup saat dibeli, 50% menyatakan setuju terhadap kondisi Susu Milk Cup saat dibeli karena setiap membeli produk tersebut tutup produk dalam keadaan baik, 12% menyatakan ragu-ragu terhadap

28%

50% 12%

10% 0%

Kondisi Susu

Sangat Penting Penting Ragu-ragu Tidak Penting Sangat Tidak Penting


(70)

kondisi Susu Milk Cup saat dibeli karena tutup kemasan yang mungkin produk ini untuk dipalsukan dan juga ada beberapa kemasan yang kotor karena tidak dibersihkan. Dengan demikian mayoritas perponden menyatakan setuju terhadap kondisi Susu Milk Cup BMC saat dibeli dalam keadaan baik.

Kondisi Rasa Saat Dibeli

Tabel dibawah ini menunjukan tanggapan responden terhadap Susu Milk Cup BMC dalam kondisi rasa saat dibeli menurut responden :

Tabel 4.19

Penilaian Responden terhadap Kondisi Susu Saat Dibeli

No Kategori Penilaian Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat penting 42 42%

2. penting 45 45%

3. Ragu – ragu 13 13%

4. Tidak penting 0 0%

5. Sangat Tidak penting 0 0%

Jumlah 100 100%

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukan bahwa tanggapan responden terhadap keadaan Susu Milk Cup BMC saat dikonsumsi adalah 42% menyatakan sangat setuju, 45% menyatakan setujutu terhadap

42% 45%

13% 0% 0%

Kondisi Susu saat dibeli

Sangat Penting Penting Ragu-ragu Tidak Penting Sangat Tidak Penting


(1)

96 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Analisis Penelitian konsumen mengenai Kualitas Produk Pada Susu Milk Cup BMC Bandung, yang bertepat di Jin. Aceh No.30 Bandung. Serta mengacu pada apa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya. Penulis mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran sebagai bahan masukan untuk perusahaan, sehingga dapat memberikan maafaat bagi perusahaan Susu Milk Cup BMC Bandung, yang melaksanakannya baik bagi masa kini maupun masa yang akan datang khususnya yang berkaitan dengan judul Tugas Akhir ini.

5.1Kesimpulan

1. Jumlah keseluruhan tanggapan responden terhadap Kualitas Produk Susu Milk Cup BMC dinilai Baik dengan skor 75.

2. Berdasarkan kualitas kemasan Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk Central) Bandung, kurang memenuhi selera konsumen dengan skor 60% menyatakan tidak baik dan kemasan standar seperti susu – susu lain. 3. Berdasarkan ketidaksesuaian rasa Milk Cup BMC (Bandoengsche Melk

Central) Bandung, menyatakan bahwa kesesuaian khas rasa berbeda dengan propduk susu lain.


(2)

Sedangkan dari hasil Fishben dapat dilihat dari :

a. Keyakinan konsumen terhadap kualitas produk , maka Rasa dinilai sangat penting bagi Konsumen, setelah maupun sebelum kita melakukan pembelian.

b. penilaian setelah konsumen melakukan kepercayaan terhadap Rasa maka konsumen menempatkan dimensi keistimewahan sebagai hal yang dianggap penting, dari hal tersebut maka akan menghasilkan sikap konsumen yang positif terhadap Kualitas Produk.

c. Keyakinan konsumen terhadap kualitas produk, maka konsumen merasa sedikit kecewa atas dimensi keistimewahan, karena dari kemasan Susu Milk Cup BMC kurang menarik atau tidak meyakinkan konsumen tersebut.

5.2 Saran

Setelah penulis melakukan survey di lapangan pada Susu Milk Cup BMC, Jln Aceh No.30 Bandumg. Dengan demikian ketatnya persaingan bisnis pada perrusahaan-perusahaan susu saat ini, maka sebaiknya perusahaan Susu Milk Cup BMC benar-benar memperhatikan kekurangan tentang pelaksanaan Kualitas Produk. Maka dari itu saran penulis akan dikemukakan sebagai berikut :

a. BMC Bandung sebaiknya lebih memperhatikan lagi Kualitas dari produknya, yaitu Salah satunya Susu Milk Cup, karena kualitas merupakan hal yang utama dalam melakukan pembelian bagi konsumen.


(3)

98

b. Perusahaan harus lebih memperhatikan dari desain kemasan. Karena kemasan juga yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan transaksi pembelian produk tersebut. Maka perusahaan harus memperbaiki dari segi kemasan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam penjualan Susu Milk Cup BMC.

c. Dalam hal Aroma pun perusahan harus bisa mempertahankan aroma yang khas pada Susu Milk Cup BMC, agar konsumen waktu mengkomsumsi merasa ada khas aroma yang melekat pada Susu Milk Cup BMC agar berbeda dengan khas-khas rasa pada susu lainya.

d. Dalam Kualitas Produk, disini rasa memang menjadi patokan utama bagi perusahaan, maka perusahaan harus terus mempertahankan rasa dari Susu Milk Cup BMC, sedangkan untuk kualitas yang masih kurang yaitu dari segi kemasan yang harus diperhatikan lagi karena kekurangan dari salah satu kualitas dapat berdampak pada kualitas-kualitas lainnya.


(4)

99

DAFTAR PUSTAKA

David Garvin (Husen Umar : 2001 tentang dimensi produk)

Djaslim Saladin (2006). Manajemen Pemasaran. Bandung : Lina Karya

F. Kleinsteuber diterjemahkan oleh Siswanto Sutojo. (2002). Stategi Pemasaran Jakarta : PT. Damar Mulia Pustaka. Cetakan Pertama

Fand Tjiptono. (2002). Strategi Pemasaran, Edisi kedua, Cetakan Pertama Jakarta : Andi Offset

Kotler Philip dan Amstrong Gary. diterjemahkan oleh T. Hermaya (2003) Kotler, Philip dan Amstrong Gary. (2004). Marketing Principles. New Jersey Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, (2007). Manajemen Pemasaran (jilid dua)

Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang

Sugiyono, (2010) Metode Penelitian Bisnis Bandung : Alfabeta

Vincent, Gasperz, (2002) Membangun Tujuh Kebiasan Kualitas dalam Praktek Bisnis Global, Cetakan tujuh. Jakarta ; PT. Gramedia Pustaka Utama Wiliam J Stonton (200), Definisi Produk

Kotler, Philip. Diterjemahkan oleh Juhardr (2000) Definisi Produk Stanton J. Wiliam dan Alma Buchari (200) Definisi Produk

Kotler Philip dan Amstrong Gary. diterjemahkan oleh T. Hermaya (2003) Definisi Kualitas Produk


(5)

100

100 Sumber Lain :

Alamat website http :// www.gogle.co.id/http://karmila.staff.gunadarma.ac.id/riset kualitas produk


(6)

Nama : OktavianiSuwarna

TempatTanggalLahir : Bandung, 29Oktober 1990

Alamat : Komp. Melong Green Garden

JL. Boeing IX NO. 15

GolonganDarah : A

Agama : Islam

JenisKelamin : Perempuan

Pendidikan

TK Nusa Indah Bandung SDNKaryaBakti I Bandung SMP Negeri 39 Bandung SMA Pasundan 2 Bandung

MasihtercatatsebagaiMahasiswi Program

StudiManajemenPemasaranFakultasEkonomiUniversitasKomputer Indonesia (UNIKOM) Bandung