Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan yang utama, sebab melalui kegiatan belajar mengajar akan dicapai tujuan pendidikan. Keberhasilan dalam belajar salah satunya dipengaruhi juga oleh
kemampuan guru menggunakan strategi dan model atau teknik belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada.
Kualitas hasil belajar siswa, berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran siswa di kelas, maupun laboratorium di sekolah. Proses pembelajaran merupakan
salah satu tahap yang menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan pengajaran dapat dilakukan melalui
perbaikan beberapa komponen seperti siswa, dan guru. Penentuan model yang digunakan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan komponen
pendidikan seperti pembelajaran dengan diadakannya pengembangan berbagai model pembelajaran dalam dunia pendidikan.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamais, dan dialogis. Harus
mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan. Memberi teladan dan menjaga sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya seperti yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Seorang guru, di dalam
melaksanakan kompetesi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodelogis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Penentuan
cara belajar yang efektif haruslah dapat diputuskan oleh seorang guru. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 Ayat 1 tentang
Guru dan Dosen, memberikan pengertian tentang pendidik, sebagai berikut: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Peraturan Pemerintah No.742008 pasal 19
Seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang meliputi tugas-tugas sebagai tenaga pendidik, tugas-tugas sebagai manusia secara individu maupun
dalam bermasyarakat sosial. Tugas-tugas tersebut merupakan langkah-langkah dari suatu proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenagkan, menantang, memotifasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Peraturan Pemerintah No.192005 pasal 19
Proses pembelajaran senantiasa menuntut guru untuk menerapkan model-
model belajar dalam pelaksanaannya agar pembelajaran berjalan dengan sistematis, nyaman serta dapat mencapai tujuan pembelajaran. Guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, model, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Penguasaan model
pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Perkembangan dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan siswa
mengalami perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar mengajar yaitu
model yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Ketika model yang digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif besar kemungkinan tujuan yang
diharapkan tidak tercapai dan hasil belajar siswa kurang. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung merupakan salah satu SMK
bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa. Didirikannya SMKN ini, harapannya mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan siap
pakai didunia industri. Salah satu kompetensi keahlian yang ditawarkan SMK Negeri 6 Bandung ini adalah kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan TKR.
Kompetensi keahlian TKR untuk mata pelajaran Produktif terdiri atas dua kelompok mata pelajaran, yaitu mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan, dan
Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kompetensi kejuruan. Salah satu mata pelajaran pada kelompok kompetensi kejuruan adalah dasar kompetensi kejuruan Produktif 1. Pada mata pelajaran
Produktif 1, ditetapkan sepuluh standar kompetensi kelulusan, salah satunya adalah pengidentifikasian komponen motor Diesel. Kompetensi yang diharapkan
pada standar kompetensi ini adalah peserta didik mampu mengembangkan keterampilan pengidentifikasian komponen motor Diesel. Pembelajaran mata
pelajaran Produktif 1 Standar kompetensi pengidentifikasian komponen motor
Diesel ini merupakan meteri penunjang untuk mata pelajaran Produktif 2, apabila siswa kurang memahami materi dasarnya untuk tahap pembelajaran selanjutnya
besar kemungkinan siswa menjadi kebingungan terhadap materi yang akan disampaikan selanjtunya.
Hasil survey awal penulis yang dilakukan di SMKN 6 Bandung menemukan bahwa, pelaksanaan proses pembelajaran standar kompetensi
pengidentifikasian komponen motor Diesel yang diberikan pada peserta didik kelas X semester I, ternyata masih terfokus pada guru teacher centere. Guru
mendominasi proses pembelajaran, sehingga peserta didik kurang aktif dan terkesan pasif dalam belajarnya. Pembelajaran dikelas hanya berlangsung satu
arah, yaitu dari guru ke peserta didik. Hal ini tidak sejalan dengan karakteristik kurikulum yang digunakan, yaitu kurikulum 2013, dimana hasil belajar harus
mencapai aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Model pembelajaran dimana saat proses pembelajaran berlangsung,
seorang guru sebaiknya mengeksplorasi pengetahuan anak didiknya dengan cara menghadirkan pengalaman maupun pengetahuan baru kepada peserta didiknya.
Model pembelajaran ekploration learning dengan media engine stand adalah model pembelajaran dimana siswa dapat merasakan objek yang dipelajarinya
secara nyata tidak hanya sekedar berbentuk gambar. Model belajar ini dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of Integrated Information System
sebagai model terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses
Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang efektif dan interaktif. Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan,
pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa
untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan
belajar Heimo H. Adelsberger, 2000. Berdasarkan dari pengamatan pembelajaran di SMK otomotif, proses belajar
mengajar sering kali menggunakan model ceramah banyak teori sedangkan untuk praktik sedikit dilakukan. Sedangkan siswa SMK otomotif cenderung lebih
senang untuk melakukan praktek. Hal seperti ini dapat mengakibatkan motifasi belajar siswa yang pada awalnya sangat ingin mengetahui secara nyata objek yang
dipelajarinya menjadi menurun. Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di SMK Negeri 6 Bandung Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
1532003 bahwa dalam pembelajaran Produktif 1 dengan kompetensi dasar Mengenal Fungsi Komponen Engine Diesel siswa dikatakan telah kompeten atau
lulus jika mendapatkan nilai KKM ≥ 76. Kenyataan dalam mata pelajaran
Produktif 1 belum mampu mencapai kriteria pembelajaran tuntas tersebut mencapai nilai KKM.
Tabel 1.1 Nilai hasil belajar Kompetensi Dasar Mengenal Fungsi Komponen
Engine Diesel 2013-2014. Nilai
Frekuensi 97-100
1712.68 81-90
1712.68 71-80
2115.68 70
7958.69 Jumlah
100 Sumber: Dokumen Guru Kompetensi Dasar Mengenal Fungsi
Komponen Engine Diesel
Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Melihat data di atas jelas hasil belajar pada mata pelajaran Produktif 1 sangat kurang. Berdasarkan dari pengamatan khususnya pembelajaran di SMK,
terdapat faktor-faktor yang ditemukan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, identifikasi masalah diantaranya yaitu: 1 Guru hanya menjelaskan materi
dengan model ceramah; 2 Model pembelajaran yang disampaikan oleh guru masih bersifat verbalistik hafalan; 3 Pada umumnya guru tidak memberi
inspirasi kepada peserta diklat untuk berkreasi dan tidak melatih peserta diklat untuk belajar mandiri; 4 Kurangnya pelatihan atau konsentrasi siswa terhadap
apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini merupakan permasalahan yang mengakibatkan hasil belajar peserta
didik masih banyak dibawah KKM. Dengan demikian, perlu sebuah pemecahan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi tersebut, akan dicoba dengan menerapkan model pembelajaran eksploration learning. Hal ini dimaksudkan untuk menggantikan model
pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru yaitu model pembelajaran konvensional. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah 1996, model
pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan model ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran model konvensional ditandai dengan
ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Secara konseptual, model pembelajaran eksploration learning berkembang
sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Model pembelajaran eksploration learning, mengintegrasikan pendekatan dengan lima
faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif
yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran. Pengalaman
menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas mampu meningkatkan kinerja belajar siswa dalam melakukan
Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
langkah-langkah eksploratif. Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang
baik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu
dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana
membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi
serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah.
Model pembelajaran eksploration learning pelaksanaan kegiatannya dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman
sekelompoknya siswa menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang
dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna. Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai
produk belajar. Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih
jauh tentang pengaruh penerapan model eksploration learning dengan menggunakan media engine stand terhadap hasil belajar peserta didik pada
standar kompetensi Pengidentifikasian Komponen Motor Diesel dengan melakukan studi eksperimen pada peserta didik SMK. Adapun judul penelitian
yang penulis lakukan adalah:
“Studi Komparasi Hasil Belajar Exploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional Menggunakan Media
Engine Stand Studi Komparasi Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif 1 Siswa SMK Negeri 6 Bandung
”.
Muhamad Nurachim, 2015 Studi Komparasi Hasil Belajar Eksploration Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional
Menggunakan Media Engine Stand Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah Penelitian