c. Konflik menjauh-menjauh
avoidance-avoidance conflict
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif negatif dan muncul kebimbangan karena menjauhi konflik yang satu berarti
harus memenuhi motif lain yang juga negatif.
5. Pembelajaran Sastra Di SMA
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresisi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia BSNP dalam
Sufanti, 2010:12. Rumusan ini menunjukkkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
bersosialisasi dengan sesama dengan berbagai kesempatan baik resmi, maupun tidak resmi, dengan berbagai alat komunikasi baik tulis maupun lisan.
Penyelenggaraan mata pelajaran Bahasa Indonesia juga dimaksudkan agar daya apresiasi sastra siswa terhadap hasil sastra Indonesia tumbuh dengan
baik Sufanti, 2010:12. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan komponen bersastra yang meliputi aspek-aspek: a mendengarkan, b berbicara, c membaca, d menulis BSNP, dalam Sufanti
2010:14. Komponen kemampuan bersastra adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk kegiatan apresiasi dan ekspresi dengan dengan materi
sastra yang meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis karya sastra Sufanti, 2010:14.
Sufanti 2010:15 memaparkan komponen bersastra merupakan komponen pembelajaran yang berupa aktivitas mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis dengan topik-topik sastra. Topik-topik dalam komponen ini meliputi antara lain: puisi, cerita pendek, novel, drama, cerita
rakyat, dan cerita melayu klasik. Topik-topik ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Di samping itu, digunakan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya sastra.
Kegiatan apresiasi sastra adalah kegiatan membaca dan mendengarkan karya sastra atau kegiatan resepsi sastra. Perwujudan kegiatan apresiasi sastra
yang paling dasar adalah membaca karya sastra. Dengan membaca karya sastra, siswa dapat memahami, menafsirkan, menghayati, dan menikmati,
sehingga mampu memberikan manfaat. Manfaat yang diharapkan dari proses membaca sastra ini adalah meningkatkan wawasan siswa, halus budi
pekertinya, meningkat pengetahuan bahasanya, dan meningkat kemampuan berbahasanya Sufanti, 2010:24-25.
Menurut Rahmanto 2004:16 pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu:
a Membantu keterampilan berbahasa
b Meningkatkan pengetahuan budaya
c Mengembangkan cipta dan rasa
d Menunjang pembentukan watak
Gani 1988:28 mengemukakan tujuan pengajaran sastra yaitu: a
Memfokuskan siswa pada pemikiran gagasan-gagasan dan perhatian yang lebih besar terhadap masalah kemanusiaan dalam bentuk ekspresi yang
mencerminkan perilaku kemanusiaan. b
Membawa siswa pada kesadaran dan peneguhan sikap yang lebih terbuka terhadap moral, keyakinan, nilai-nilai, pemilikan perasaan bersalah dan
ketaksaan dari masyarakat. c
Mengajak siswa mempertanyakan isu yang sangat berkaitan dengan perilaku personal.
d Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperjelas dan
memperdalam pengertian-pengertiannya tentang keyakinan, perasaan, dan perilaku kemanusiaan.
e Membantu siswa lebih mengenal dirinya yang memungkinkannya
bersikap lebih arif terhadap dirinya dan orang lain secara lebih cerdas, penuh pertimbangan dan kehangatan yang penuh simpati.
Novel merupakan salah satu sarana pendukung yang dijadikan sebagai bahan pengajaran oleh guru. Novel mengandung banyak pengalaman yang
bernilai pendidikan yang positif. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya tersebut dinikmati siswa
sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing secara perorangan Rahmanto, 2004:65-66.
Dalam dunia pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran sastra di SMA. Novel merupakan sarana siswa
dalam melakukan kegiatan apresiasi sastra. Tujuan pembelajaran ini yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk menafsirkan makna dari karya
sastra tersebut. Pembelajaran ini bersifat individual, karena di dalam pembelajaran sastra sangat memungkinkan terjadi perbedaan pendapat,
penafsiran, sehingga juga menimbulkan perbedaan penghargaan terhadap karya sastra.
H. Kerangka Pemikiran