LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

Novitasari, 2013 Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam berkehidupan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia, karena potensi yang terdapat pada setiap manusia tersebut berbeda-beda. Selain itu, pendidikan pun harus terencana dan terarah agar jelas akan tujuannya. Sebagaimana yang tercantum pada undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefenisikan pendidikan sebagai berikut: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UU Sisdiknas tersebut, pendidikan adalah proses yang terarah dan untuk mengembangkan diri dari berbagai aspek untuk dapat menjadi seseorang yang berguna, baik secara fisik maupun pemikirannya. Hal tersebut sangat berguna untuk memajukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan dari pada pendidikan tersebut sama halnya dengan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan, yakni untuk membentuk warga negara yang baik, menurut Wahab dan Sapriya 2011:334 adalah: tiga sasaran pembelajaran PKn yang dikenal pula sebagai orientasi tujuan pembelajaran PKn untuk pembentukan warga negara demokratis, ialah membentuk warga negara yang baik dan cerdas good and smart citizen dan bertanggung jawab responsible citizen. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab dan Sapriya di atas adalah pendidikan untuk mengembangkan potensi setiap individu, sama halnya dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Mendidik merupakan tujuan mulia, seperti Pendidikan Kewarganegaraan yakni pendidikan untuk warga negara yang isinya Novitasari, 2013 Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tentang menjadikan warga negara yang baik. Warga negara yang baik ini termasuk mengetahui akan hak dan kewajibannya dan bertanggung jawab serta cerdas, yaitu cerdas dalam pemikiran dan bertindak. Adapun warga negara yang baik menurut Nurmalina dan Syaifullah 2008:19 adalah: warga negara yang baik adalah yang memiliki kepedulian terhadap keadaan yang lain, memegang teguh prinsip etika dalam berhubungan dengan sesama, berkemampuan untuk mengajukan gagasan atau ide-ide kritis, dan berkemampuan membuat menentukan pilihan atas dasar pertimbangan- pertimbangan yang baik. Pendapat di atas memiliki arti bahwa, warga negara yang baik memiliki kepedulian tentang kesejahteraan orang lain, keberadaban dalam berkehidupan, mampu membuat keputusan terbaik dengan analitis dan kritis. Maksud dari pendapat tersebut yakni warga negara yang baik haruslah memiliki kepedulian dengan sekitarnya, serta mampu memajukan kesejahteraan di lingkungannya. Baik itu kesejahteraan berupa materi maupun immateriil Begitu pula dengan pendapat Winataputra 2003:745 bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengertian sebagai citizenship education, secara subtantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan.” Pendidikan Kewarganegaraan menurut pendapat tersebut bahwa bertujuan untuk mendidik agar menajdi warga negara yang baik dan cerdas dalam seluruh aspek kehidupan. Tujuan-tujuan yang sangat mulia tersebut tak lain untuk bangsa dan negara agar tumbuh maju dengan didukung oleh warga negara yang dicita-citakan. Berkaitan dengan tujuan-tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, adanya suatu masalah yang sangat penting berkaitan dengan terwujudnya To Be Good Citizenship, yakni korupsi yang sudah menjadi penyakit yang mewabah dan sangat sulit kendalikan bahkan dihilangkan, karena hal ini berkaitan pula dengan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut. Sebagaimana pada Koran Pikiran Rakyat edisi 9 Februari 2012, di negeri yang menjunjung tinggi nilai kejujuran ini, korupsi tumbuh subur di mana- mana. Istilah “pelicin” sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan telah menjadi bagian dari budaya. Lebih Novitasari, 2013 Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menyedihkan lagi, praktik korupsi banyak dilakukan oleh orang-orang berpendidikan. Hal ini merupakan suatu peringatan bahwa korupsi sudah menjalar ke berbagai aspek kehidupan, serta korupsi dilakukan dengan berbagai cara yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golongan. Tidak ada batasan siapa yang ingin melakukannya, karena hampir setiap orang berkesempatan dalam melakukan tindakan korupsi. Korupsi dapat terjadi salah satunya karena adanya kesempatan. Tidak hanya itu, permasalahan korupsi ini menyangkut tentang moral pada individu. Korupsi tidak hanya menjalar di Negara Indonesia saja, tetapi juga di seluruh negara di belahan dunia. Korupsi menjadi permasalahan penting di mana pun. Begitu pula di Indonesia adanya Instruksi Presiden Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan anti korupsi. Hal ini merupakan suatu bentuk dari upaya pemerintahan Indonesia dalam pemberantasan korupsi salah satunya lewat bidang pendidikan. Terdapat beberapa aspek dalam mencegah dan meghilangkan korupsi, karena tidak hanya cukup melihat dari bidang hukum saja, kekuatan iman pun menjadi salah satu faktor terpenting dalam terbentuknya sikap anti korupsi. Sependapat hal tersebut Atmasasmita 2004: 13 mengungkapkan bahwa “strategi pemberantasan korupsi di Indonesia harus menggunakan 4 empat pendekatan yaitu, pendekatan hukum, pendekatan moralistik dan keimanan, pendekatan edukatif dan pendekatan sosio- kultural.” Kesimpulan dari pendapat tersebut, korupsi merupakan suatu perbuatan yang harus segera dicegah. Pencegahan tersebut melalui berbagai aspek yang sangat berkaitan. Mencegah perbuatan korupsi tidak hanya cukup dengan dibuatnya peraturan-peraturan yang berisi mengenai perbuatan korupsi tanpa mempunyai keimanan dan moralitas yang kuat pada diri individu tersebut. Serta, pendekatan melalui pendidikan bermaksud untuk menanamkan sikap anti korupsi pada siswa dan membiasakan pada kebudayaan sekolah, begitu juga tak lupa menyesuaikan dari aspek sosial dan kebudayaan yang berlaku. Novitasari, 2013 Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pembinaan moral tidak hanya dapat di masukan ke dalam kurikulum tapi juga pembiasaan di kehidupan sehari-hari dan lingkungan yang mendukung dalam implementasi dari pembinaan moral, begitupun sama halnya dengan pemikiran Thorndike dan Skinner dalam Suyitno 2009: 108 memandang bahwa „perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan.‟ Jadi, menurut pendapat tersebut kehidupan manusia adalah bermasyarakat, bertemu dengan berbagai macam kondisi yang terjadi, secara terus-menerus, dan hal ini akan membentuk karakter individu tersebut. Watak yang ada dalam setiap individu tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan karena terjadi secara terus-menerus sehingga membentuk kepribadian pada individu tersebut. Jadi, lingkungan mempunyai pengaruh penting dalam pembentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dalam dunia persekolahan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang mulia dalam menyumbangkan pada pembentukan kepribadian siswa untuk mencapai tujuan negara dalam menjadi warga negara yang baik. Melihat dari tujuan pendidikan antikorupsi dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, mempunyai konsentrasi yang sama yakni pada perubahan perilaku utamanya adalah siswa untuk menjunjung tinggi moral. Pendidikan Antikorupsi PAk merupakan suatu upaya pemerintah dalam menciptakan generasi muda yang bersih dari tindakan tercela atau merusak moral bangsa khususnya Indonesia. Salah satu upaya dalam pemberantasan korupsi, berdasarkan Inpres no. 5 tahun 2004 tentang upaya percepatan pemberantasan korupsi, SMA Negeri 8 Bandung yang merupakan salah satu pilot project PAk di Jawa Barat yang telah maupun masih melaksanakan Pendidikan antikorupsi. Pada sekolah ini tidak membuat mata pelajaran baru, namun diadakannya ekstrakulikuler yakni kantin kejujuran. Kantin kejujuran ini merupakan salah satu upaya dalam pembiasaan penanaman nilai kejujuran, dimana nilai kejujuran tersebut merupakan salah satu nilai yang sangat penting dalam mencegah tindak korupsi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini berusaha mengungkapkan bagaimana pengaruh dari implementasi pendidikan antikorupsi Novitasari, 2013 Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebagai faktor pendukung Pendidikan Kewarganegaraan? maka penulis mencoba untuk mengetahui jawabannya melalui suatu penelitian yang berjudul, “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung.”

B. RUMUSAN MASALAH