IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI : Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1495/UN.40.2.2/PL/2013

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERMUATAN PENDIDIKAN

ANTIKORUPSI

(Studi Deskiptif di SMA Negeri 8 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Novitasari

0906858

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Oleh Novitasari

0906858

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Novitasari, 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto kopi atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis.


(3)

NOVITASARI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP:19630820 198803 1 001

Pembimbing II,

Dr. Prayoga Bestari, M.Si. NIP:19750414 200501 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd., M.Si. 19721112 199903 1 001


(4)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Skripsi ini telah diuji pada tanggal 28 Februari 2013

Panitia ujian sidang terdiri atas:

Ketua

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 Sekertaris:

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001 Penguji terdiri atas:

Penguji I

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP.19590714 198601 1 001 Penguji II

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001 Penguji III

Drs. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001


(5)

ABSTRAK

Novitasari (0906858). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung).

Korupsi menjadi permasalahan utama di dunia, begitu juga di negara Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk dapat mencegah dan membersihkan korupsi, khususnya di negeri ini. Salah satu upaya untuk pencegahan ini adalah melalui pendidikan sebab pendidikan adalah tempat pembudayaan yakni di sekolah. Maka bergulirlah berbagai kebijakan untuk membersihkan korupsi melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah Pendidikan Antikorupsi. Pendidikan Antikorupsi diintegrasikan pada mata pelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan.

Bertitik tolak pada uraian di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana Pendidikan Antikorupsi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan PKn, (2) Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran PAk dalam PKn, (3) Faktor-faktor apa saja yang mendukung proses pembelajaran PAk dalam PKn.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari satu orang Wakil Kepala Sekolah, satu orang guru PKn, dan sembilan orang siswa SMA Negeri 8 Bandung. Teknik penelitian yang digunakan yaitu observasi, wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pada guru merencanakan pembelajaranPendidikan Antikorupsi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dimulai dari penentuan SK dan KD, karena tidak semua KD dapat dikaitkan dengan PAk. Selanjutnya pengembangan indikator, memilih media dan materi pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan Pendidikan Antikorupsi. Berikutnya, Guru sebagai pelaksana proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan kewarganegaraan bahwa, pembelajaran Pendidikan Antikorupsi diintegrasikan juga pada mata pelajaran lainnya, namun dalam hal ini dengan Pendidikan kewarganegaraan memiliki kedekatan. Selanjutnya adalah faktor-faktor pendukung proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan yakni keimanan yang kuat, kejujuran, guru dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana, dan lingkungan.


(6)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Novitasari (0906858). THE IMPLEMENTATION OF CIVIC EDUCATION ANTI-CORRUPTION EDUCATION (A Descriptive Study in SMA Negeri 8

Bandung).

Corruption becomes one of the biggest issues in the world, and also in Indonesia. Many efforts are conducted to prevent corruption especially in our country Indonesia. Education is one of way to prevent it, and school is a suitable place to educate people. Then the policy are made to clean off corruption through education. The education here means Anti-Corruption Education. Anti-Corruption Education is integrated in subject lesson especially civic education.

Refering to the explanation above, the author formulates the problems as to the following: (1) How the teacher are designing Anti-Corruption Education to reach civic education goals, (2) How the teacher implements Anti-Corruption Education process in civic education, (3) What are the factors that supported the Anti-Corruption Education process in civic education programe.

The method in this research is descriptive study method with qualitative approach. And the data to this research are collected from the vice headmaster, 2

civic education teachers, and 9 SMA Negeri 8 Bandung’s students. This research

use observation, interview, literature study, and documentation as a technique of collecting the data.

After the research conducted then it produce the result that the teacher designed Anti-Corruption Education to reach the goal of civic education,it begin with SK and KD decision, not all of KD be able to relate the PAk. Then the indicator development, choosing the education media and material which could relating to PAk. After that, teacher as the implementer of PAk and civic education process conclude that PAk intergrated to others subject, but in this case civic education subject have the closeness. Furthermore, it mentioned that the influenced factors in Anti-Corruption Education process are a strong faith, honesty, teacher in education process, medium and infrastructure, and the environment.


(7)

(8)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Pembelajaran ... 8

2. Hakikat Pembelajaran ... 9

3. Faktor-faktor Pembelajaran ... 10

B. Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 15

3. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 17

C. Pendidikan Antikorupsi ... 17

1. Pengertian Pendidikan ... 17

2. Pengertian Korupsi ... 19

3. Tujuan Pendidikan Antikorupsi ... 27


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 35

C. Prosedur Penelitian... 37

D. Definisi Operasional... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Observasi ... 39

2. Teknik Wawancara... 40

3. Studi Dokumentasi ... 40

4. Studi Literatur ... 41

F. Tahap Pengolahan Data... 41

1. Uji Kredibilitas ... 41

a. Perpanjangan Pengamatan ... 42

b. Meningkatkan Ketekunan ... 42

c. Triangulasi... 42

d. Menggunakan Bahan Referensi ... 44

e. Mengadakan Membercheck ... 44

2. Pengujian Tranferability ... 44

3. Pengujian Dependability ... 44

4. Pengujian Confirmability ... 44

G. Jadwal Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum SMA Negeri 8 Bandung. ... 47

1. Identitas sekolah ... 47

2. Sejarah Singkat... 48

3. Kondisi Fasilitas Sekolah ... 48

4. Data Penerimaan Siswa Baru ... 49

B. Deskripsi Hasil Penelitian. ... 50

1. Laporan hasil observasi ... 50


(10)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Guru dalam merencanakan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi

untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 52

b. Guru melaksanakan proses pembelajaran PAk dalam PKn ... 55

c. Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran PAk dalam PKn ... 58

C. Pembahasan Hasil penelitian... 60

1. Guru dalam merencanakan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 60

2. Guru melaksanakan proses pembelajaran PAk dalam PKn ... 63

3. Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran PAk dalam PKn ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 76

A. Kesimpulan ... 76

1. Kesimpulan Umum ... 76

2. Kesimpulan Khusus ... 76

B. Rekomendasi ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

3.5 Jadwal Penyusunan Skripsi ... 46

4.1 Jumlah Guru Berdasarkan Gender ... 49

4.2 Data Status Guru ... 49

4.3 Data Nilai Penerimaan Siswa Baru 2012/2013 ... 49

4.4 Triangulasi Sumber Hasil Penelitian Pendidikan Antikorupsi dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 61

4.5Triangulasi Teknik Penelitian Pendidikan Antikorupsi dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 62

4.6 Triangulasi Sumber Hasil Penelitian Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran PAk dalam PKn ... 65

4.7 Triangulasi Sumber Hasil Penelitian Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran PAk dalam PKn ... 68

4.8Triangulasi Sumber Hasil Penelitian Faktor-Faktor Yang Mendukung Proses Pembelajaran PAk dalam PKn ... 70

4.9 Triangulasi Sumber Hasil Penelitian Faktor-Faktor Yang Mendukung Proses Pembelajaran PAk dalam PKn ... 74


(12)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

3.1 Triangulasi Sumber Data ... 43 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 43 3.3 Triangulasi Waktu Penelitian ... 44


(13)

DAFTAR BAGAN

2.1 Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Pembelajaran ... 10 2.2 Strategi Anti Korupsi Transparansi Internasional Slowvakia ... 26


(14)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam berkehidupan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia, karena potensi yang terdapat pada setiap manusia tersebut berbeda-beda. Selain itu, pendidikan pun harus terencana dan terarah agar jelas akan tujuannya. Sebagaimana yang tercantum pada undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefenisikan pendidikan sebagai berikut:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UU Sisdiknas tersebut, pendidikan adalah proses yang terarah dan untuk mengembangkan diri dari berbagai aspek untuk dapat menjadi seseorang yang berguna, baik secara fisik maupun pemikirannya. Hal tersebut sangat berguna untuk memajukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan dari pada pendidikan tersebut sama halnya dengan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan, yakni untuk membentuk warga negara yang baik, menurut Wahab dan Sapriya (2011:334) adalah:

tiga sasaran pembelajaran PKn yang dikenal pula sebagai orientasi tujuan pembelajaran PKn untuk pembentukan warga negara demokratis, ialah membentuk warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen) dan bertanggung jawab (responsible citizen).

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab dan Sapriya di atas adalah pendidikan untuk mengembangkan potensi setiap individu, sama halnya dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Mendidik merupakan tujuan mulia, seperti Pendidikan Kewarganegaraan yakni pendidikan untuk warga negara yang isinya


(15)

2

tentang menjadikan warga negara yang baik. Warga negara yang baik ini termasuk mengetahui akan hak dan kewajibannya dan bertanggung jawab serta cerdas, yaitu cerdas dalam pemikiran dan bertindak. Adapun warga negara yang baik menurut Nurmalina dan Syaifullah (2008:19) adalah:

warga negara yang baik adalah yang memiliki kepedulian terhadap keadaan yang lain, memegang teguh prinsip etika dalam berhubungan dengan sesama, berkemampuan untuk mengajukan gagasan atau ide-ide kritis, dan berkemampuan membuat menentukan pilihan atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang baik.

Pendapat di atas memiliki arti bahwa, warga negara yang baik memiliki kepedulian tentang kesejahteraan orang lain, keberadaban dalam berkehidupan, mampu membuat keputusan terbaik dengan analitis dan kritis. Maksud dari pendapat tersebut yakni warga negara yang baik haruslah memiliki kepedulian dengan sekitarnya, serta mampu memajukan kesejahteraan di lingkungannya. Baik itu kesejahteraan berupa materi maupun immateriil Begitu pula dengan pendapat Winataputra (2003:745) bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengertian sebagai citizenship education, secara subtantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur

dan jenjang pendidikan.” Pendidikan Kewarganegaraan menurut pendapat

tersebut bahwa bertujuan untuk mendidik agar menajdi warga negara yang baik dan cerdas dalam seluruh aspek kehidupan. Tujuan-tujuan yang sangat mulia tersebut tak lain untuk bangsa dan negara agar tumbuh maju dengan didukung oleh warga negara yang dicita-citakan.

Berkaitan dengan tujuan-tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, adanya suatu masalah yang sangat penting berkaitan dengan terwujudnya To Be

Good Citizenship, yakni korupsi yang sudah menjadi penyakit yang mewabah dan

sangat sulit kendalikan bahkan dihilangkan, karena hal ini berkaitan pula dengan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut. Sebagaimana pada Koran Pikiran Rakyat edisi 9 Februari 2012, di negeri yang menjunjung tinggi nilai kejujuran ini, korupsi tumbuh subur di mana-mana. Istilah “pelicin” sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan telah menjadi bagian dari budaya. Lebih


(16)

3

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menyedihkan lagi, praktik korupsi banyak dilakukan oleh orang-orang berpendidikan.

Hal ini merupakan suatu peringatan bahwa korupsi sudah menjalar ke berbagai aspek kehidupan, serta korupsi dilakukan dengan berbagai cara yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golongan. Tidak ada batasan siapa yang ingin melakukannya, karena hampir setiap orang berkesempatan dalam melakukan tindakan korupsi. Korupsi dapat terjadi salah satunya karena adanya kesempatan. Tidak hanya itu, permasalahan korupsi ini menyangkut tentang moral pada individu.

Korupsi tidak hanya menjalar di Negara Indonesia saja, tetapi juga di seluruh negara di belahan dunia. Korupsi menjadi permasalahan penting di mana pun. Begitu pula di Indonesia adanya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan anti korupsi. Hal ini merupakan suatu bentuk dari upaya pemerintahan Indonesia dalam pemberantasan korupsi salah satunya lewat bidang pendidikan.

Terdapat beberapa aspek dalam mencegah dan meghilangkan korupsi, karena tidak hanya cukup melihat dari bidang hukum saja, kekuatan iman pun menjadi salah satu faktor terpenting dalam terbentuknya sikap anti korupsi.

Sependapat hal tersebut Atmasasmita (2004: 13) mengungkapkan bahwa “strategi

pemberantasan korupsi di Indonesia harus menggunakan 4 (empat) pendekatan yaitu, pendekatan hukum, pendekatan moralistik dan keimanan, pendekatan edukatif dan pendekatan sosio-kultural.”

Kesimpulan dari pendapat tersebut, korupsi merupakan suatu perbuatan yang harus segera dicegah. Pencegahan tersebut melalui berbagai aspek yang sangat berkaitan. Mencegah perbuatan korupsi tidak hanya cukup dengan dibuatnya peraturan-peraturan yang berisi mengenai perbuatan korupsi tanpa mempunyai keimanan dan moralitas yang kuat pada diri individu tersebut. Serta, pendekatan melalui pendidikan bermaksud untuk menanamkan sikap anti korupsi pada siswa dan membiasakan pada kebudayaan sekolah, begitu juga tak lupa menyesuaikan dari aspek sosial dan kebudayaan yang berlaku.


(17)

4

Pembinaan moral tidak hanya dapat di masukan ke dalam kurikulum tapi juga pembiasaan di kehidupan sehari-hari dan lingkungan yang mendukung dalam implementasi dari pembinaan moral, begitupun sama halnya dengan pemikiran Thorndike dan Skinner dalam Suyitno (2009: 108) memandang bahwa „perilaku

manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan.‟ Jadi, menurut

pendapat tersebut kehidupan manusia adalah bermasyarakat, bertemu dengan berbagai macam kondisi yang terjadi, secara terus-menerus, dan hal ini akan membentuk karakter individu tersebut.

Watak yang ada dalam setiap individu tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan karena terjadi secara terus-menerus sehingga membentuk kepribadian pada individu tersebut. Jadi, lingkungan mempunyai pengaruh penting dalam pembentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dalam dunia persekolahan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang mulia dalam menyumbangkan pada pembentukan kepribadian siswa untuk mencapai tujuan negara dalam menjadi warga negara yang baik.

Melihat dari tujuan pendidikan antikorupsi dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, mempunyai konsentrasi yang sama yakni pada perubahan perilaku utamanya adalah siswa untuk menjunjung tinggi moral. Pendidikan Antikorupsi (PAk) merupakan suatu upaya pemerintah dalam menciptakan generasi muda yang bersih dari tindakan tercela atau merusak moral bangsa khususnya Indonesia.

Salah satu upaya dalam pemberantasan korupsi, berdasarkan Inpres no. 5 tahun 2004 tentang upaya percepatan pemberantasan korupsi, SMA Negeri 8 Bandung yang merupakan salah satu pilot project PAk di Jawa Barat yang telah maupun masih melaksanakan Pendidikan antikorupsi. Pada sekolah ini tidak membuat mata pelajaran baru, namun diadakannya ekstrakulikuler yakni kantin kejujuran. Kantin kejujuran ini merupakan salah satu upaya dalam pembiasaan penanaman nilai kejujuran, dimana nilai kejujuran tersebut merupakan salah satu nilai yang sangat penting dalam mencegah tindak korupsi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini berusaha mengungkapkan bagaimana pengaruh dari implementasi pendidikan antikorupsi


(18)

5

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sebagai faktor pendukung Pendidikan Kewarganegaraan? maka penulis mencoba untuk mengetahui jawabannya melalui suatu penelitian yang berjudul,

“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN BERMUATAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung).”

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dikaji adalah tentang “Bagaimana

implementasi Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Bermuatan Pendidikan Antikorupsi?”

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut, maka peneliti mengidentifikasikan dalam beberapa submasalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi untuk

mencapai tujuan PKn?

2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran PAk dalam PKn? 3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung proses pembelajaran PAk dalam

PKn?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Bermuatan Pendidikan Antikorupsi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui guru merencanakan Pendidikan Antikorupsi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

b. Untuk mengetahui pelaksanaan guru pada proses pembelajaran PAk dalam PKn

c. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dari Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan.


(19)

6

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan acuan dalam memperkaya referensi khususnya tentang Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan Kewarganegaraan

b. Menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Pendidikan Antikorupsi sebagai faktor pendukung Pendidikan Kewarganegaraan

2. Secara Praktis

Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis, yakni sebagai berikut:

a. Diketahuinya guru merencanakan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

b. Diketahuinya pelaksanaan guru pada proses pembelajaran PAk dalam PKn c. Diketahuinya faktor-faktor pendukung dari Pendidikan Antikorupsi dalam

proses pembelajaran PAk dalam PKn.

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam penelitian ini di mana pada bab I terdapat: 1. Latar belakang masalah, 2. Rumusan masalah, 3. Tujuan penulisan, 4. Manfaat penulisan, 5. Struktur organisasi.

Selanjutnya pada bab II terdapat beberapa bagian dalam sub bagian, antara lain: 1. Pembelajaran, 2. Pendidikan Antikorupsi, 3. Pendidikan Kewarganegaraan, 4. Penelitian terdahulu.

Selanjutnya bab III yang merupakan penjelasan mengenai metodologi yang digunakan oleh peneliti dengan sub bab, diantaranya: 1. Lokasi dan subjek penelitian, 2. Metode penelitian dan Desain penelitian, 3. Definisi operasional, 4. Instrumen penelitian, 5.teknik pengumpulan data yang terdiri dari sub-sub bagian


(20)

7

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yaitu a.observasi, b. teknik wawancara, c. studi dokumentasi, d. studi literatur. 6. Teknik analisis data yang terdiri dari a. uji kredibilitas, b. pengujian tranferability, c. pengujian dependability, d. pengujian konfirmability.

Kemudian pada bab IV berisi mengenai hasil penelitian yang terdiri dari 1. Deskripsi subjek penelitian, 2. Deskripsi hasil penelitian, 3. Pembahasan hasil. Struktur organisasi terakhir adalah bab V yaitu terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian implementasi pembelajaran Pendidikan Antikorupsi sebagai faktor pendukung Pendidikan Kewarganegaraan seyogyanya akan dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandung di Jalan Solontongan 3 Bandung. Pemilihan lokasi penelitian pada sekolah tersebut, karena SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah satu pilot project se-Nasional wilayah Jawa Barat.

Serta, sekolah tersebut telah melaksanakan kegiatan yang mendukung dalam pendidikan yang berorientasi anti korupsi, dengan melaksanakannya tidak hanya dalam intrakulikuler atau mata pelajaran namun juga pada ekstrakulikuler yakni adanya kantin kejujuran pada sekolah tersebut.

2. Subyek penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah SMA Negeri 8 Bandung. Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan informasi dalam bentuk lisan yang langsung diperoleh penulis dari sumber aslinya di lapangan, sedangkan data sekunder yang penulis gunakan adalah data tertulis yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari data sekunder dan data primer.

Penelitian ini memerlukan sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah dari mana data yang diperoleh. Sumber data merupakan situasi yang wajar atau natural setting yang dapat memberikan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menentukan sumber data yang terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai informan sedangkan benda sebagai merupakan sumber data dalam bentuk dokumen seperti artikel, jurnal dan hasil penelitian yang mendukung tercapaianya tujuan penelitian.


(22)

35

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun sumber informan tersebut adalah Kepala Sekolah, Guru PKn, dan Siswa SMA Negeri 8 Bandung.

Data sekunder adalah data yang digunakan berupa data tertulis yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data sekunder tersebut yakni berupa artikel, jurnal maupun hasil-hasil penelitian.

B. Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang “implementasi pembelajaran Pendidikan Antikorupsi sebagai faktor pendukung Pendidikan Kewarganegaraan” ini adalah kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan suatu perhitungan statistik yang menghasilkan angka-angka. Pendekatan kualitatif menurut Sukmadinata (2007: 96) bahwa “hal lain yang juga sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah pandangan bahwa kegiatan manusia sangat dipengaruhi oleh setting dimana hal tersebut berlangsung.” Didukung oleh pendapat Moleong (2012: 6) bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan cara memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dari pendapat-pendapat diatas, terbentuk sebuah alasan memilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena didasarkan pada pendekatan kualitatif memiliki adaptibilitas yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi penelitian ini.

Penelitian kualitatif mempunyai beberapa ciri yang sering disebutkan dalam beberapa literatur, yakni peneliti bertindak sebagai instrumen, sangat deskriptif, mementingkan proses, mengutamakan data langsung, triangulasi (data dari satu sumber harus dicek kebenarannya dengan memperoleh data yang sama dari sumber lain), mementingkan pandangan responden, sampling purposive, analisis dilakukan selama melakukan penelitian (dari awal hingga akhir penelitian), dan disain penelitian muncul selama proses penelitian.


(23)

36

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, menurut

Sugiyono (2009) bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Selain itu dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan didukung oleh pendekatan kualitatif. Sedangkan subjek penelitian dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu.

Digunakannya metode penelitian deskriptif, karena peneliti bermaksud untuk meneliti implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan Antikorupsi dengan cara mendeskripsikannya. Sebagaimana mengenai studi kasus menurut Arikunto (2010: 3) bahwa “penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu.” Pada penelitian ini bermaksud untuk memaparkan mengenai implementasi pembelajaran Pendidikan Antikorupsi, serta Pendidikan Kewarganegaraan yang bermuatan Pendidikan Antikorupsi.

Dari pendapat di atas digambarkan bahwa metode deskriptif berfokus pada memaparkan penelitian ini, adapun penelitian yang dimaksud adalah implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan Antikorupsi. Kasus tersebut dibatasi dalam suatu ruang lingkup sekolah menengah atas yang berada di Kota Bandung, yaitu SMA Negeri 8. Pengunaan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu mengungkap aspek-aspek yang diteliti terutama implementasi pembelajaran Pendidikan Antikorupsi sebagai faktor pendukung Pendidikan Kewarganegaraan mulai proses pelaksanaannya dalam pembelajaran, guru yang melaksanakannya, serta faktor-faktor yang mendukung proses pembelajaran PAk dalam PKn.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dua tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan tahap pelaksanaan penelitian. Tahap ini diawali


(24)

37

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan membuat rancangan penelitian yang mencakup, pemilihan masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, menentukan metode dan pendekatan penelitian, menentukan lokasi penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, menentukan lokasi penelitian,

Setelah membuat rancangan penelitian, peneliti mengajukan rancangan tersebut kepada pembimbing I dan II. Rancangan penelitian disetujui pada tanggal 15 Oktober 2012.

Selanjutnya peneliti melakukan beberapa hal sebelum terjun langsung ke lapangan, yakni:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian untuk melaksakan penelitian Kepada Ketua Jurusan PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Selanjutnya diteruskan kepada Pembantu Dekan I FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administrasi dan akademis.

c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor mengeluarkan surat pemohonan ijin penelitian, ditujukan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Bandung sebagai pemberitahuan penelitian.

Tujuan dari dari pra penelitian ini adalah mendapatkan informasi dan data awal dari aspek-aspek yang diteliti sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah persiapan pra penelitian selesai dan sudah lengkap selanjutnya adalah pelaksaan penelitian. Penulis mulai terjun langsung ke lapangan untuk memulai penelitian dengan berpedoman pada instrumen yang sudah ditentukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data dari responden.

Pada tahap ini kegiatan terpusat pada studi lapangan yang sesungguhnya, maksudnya kegiatan di lapangan difokuskan seluruhnya kepada sumber data untuk memperoleh data dan informasi sesuai dengan harapan peneliti.


(25)

38

a. Peneliti mendatangi langsung SMA Negeri 8 Bandung dengan membawa surat penelitian dari Pembantu Rektor I yang diatasnamakan Rektor UPI dan menjelaskan maksud kedatangan dari peneliti.

b. Setelah itu, peneliti meminta rekomendasi dari Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Bandung tentang siapa saja yang harus didatangi untuk melakukan wawancara.

c. Selanjutnya, peneliti mendatangi langsung responden yang direkomendasikan sebagai pemberitahuan awal serta untuk meminta kesediaannya dalam melakukan wawancara.

d. Penulis melakukan wawancara kepada Guru PKn, ketua program kantin kejujuran dan Siswa SMA Negeri 8 Bandung yang telah mendapatkan rekomendasi dari Wakil Kepala Kepala Sekolah bidang SMA Negeri 8 Bandung.

e. Penulis melakukan studi dokumentasi serta membuat catatan yang diperlukan dan relevan dengan masalah yang diteliti, salah satunya adalah meminta dokumen tertulis yang ada di bagian dokumentasi.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan responden, peneliti menuliskan kembali data hasil wawancara yang sebelumnya berbentuk rekaman, dengan tujuan agar data tidak hilang dan masih dalam ingatan peneliti.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah tafsir, maka dirumuskan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran

Pembelajaran menurut Komalasari (2010: 3) bahwa

pembelajaran dapat didefenisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau di desain, dilaksanakan, dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dari pendapat Komalasari di atas bahwa pembelajaran merupakan proses membelajarkan peserta didik secara terencana untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.


(26)

39

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. PAk

Pendidikan antikorupsi menurut Faridli (2010: 18) bahwa:

Pendidikan antikorupsi dapat dipandang sebagai inovasi pendidikan hal ini sesuai dengan dinamika masyarakat. Masyarakat kita sedang berubah dari masyarakat yang otoritarian dengan ciri ketertutupan menuju masyarakat demokratis yang menjungjung tinggi keterbukaan dan demokratis.

3. PKn

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Danial (2009: 2) menyatakan bahwa: secara akademik di sekolah dikembangkan Pendidikan Kewarganegaraan, yang sejak lama mengalami perubahan nama mata pelajaran tertentu walaupun (core) intinya membina warga negara yang memiliki karakter, bernilai, bermoral, berahlaq mulia, berbasis budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada metode penelitian dan pendekatan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka, dalam melakukan penelitian diperlukan adanya sebuah teknik untuk mengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi ini dilakukan di SMA Negeri 8 Bandung. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi non partisipasi, karena dalam observasi ini peneliti tidak langsung ke dalam objek pengamatan, namun tetap bisa memperoleh gambaran mengenai objek yang dituju, karena observasi harus dilakukan secara intensif, dengan begitu peneliti banyak melakukan pengamatan secara langsung. Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui secara langsung peran dan upaya-upaya yang dilakukan SMA Negeri 8 Bandung dalam penanaman sikap anti korupsi kepada siswa-siswinya.

Observasi menurut Creswell (2012: 213) bahwa “observation is the process of gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at


(27)

40

a research site.” Pendapat tersebut menyatakan bahwa observasi adalah proses pengumpulan data paling awal untuk mendapatkan informasi dari orang dan tempat yang diteliti.

Sedangkan observasi menurut Satori dan Komariah (2011: 105)

menyatakan bahwa “observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi konteks dan

maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.”

Uraian di atas mengemukakan bahwa observasi haruslah pengamatan langsung pada objek yang diteliti guna mendapatkan informasi secara langsung berupa pengamatan peneliti.

Jadi, dari beberapa pendapat mengenai observasi memiliki satu kesamaan yakni observasi harus merupakan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti guna mendapatkan informasi bagi peneliti.

Alasan penulis menggunakan teknik observasi, karena untuk mendapatkan data yang mempunyai validitas yang tinggi, artinya dapat mempertanggungjawabkan data yang didapat serta menghindarkan penulis dari data yang tidak nyata. Observasi ini dilakukan ketika pembelajaran PKn. Peneliti mengikuti pelajaran PKn dan mengamati proses pembelajaran tersebut.

2. Teknik wawancara

Pada penelitian ini menggunakan wawancara dalam teknik pengumpulan data penelitian. Menurut Sukmadinata (2007: 216) “wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual.” Dari pendapat tersebut jelas bahwa wawancara adalah teknik untuk memperoleh data yang dilaksanakan secara individual.

Begitu juga dengan pendapat Creswell (2012: 2017) menyatakan bahwa “a qualitative interview occurs when researchers ask one or more partisipants general, open-ended questions and record their answer.” Pada pernyataan ini mengemukakan bahwa wawancara dilakukan secara orang perorangan atau kelompok dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan merekam pernyataan responden tersebut.


(28)

41

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Guru PKn SMA Negeri 8 Bandung. Wawancara ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang lebih tentang bagaimana peranan SMA Negeri 8 dalam menanamkan sikap antikorupsi terhadap siswa. Pada penelitian ini peneliti mengutamakan pertanyaan dengan teknik wawancara. Oleh sebab itu, peneliti harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden. Dalam hal ini, peneliti harus penuh perhatian dengan apa yang diungkapkan, berusaha bertanya pada responden secara rinci, untuk

menghindari jawaban “ya” atau “tidak’’, dan berusaha menghubungkan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sehingga pertanyaan/proses tanyajawab mengalir pada percakapan sehari-hari. Dengan demikian, peneliti diharapkan memperoleh data yang lengkap dari responden.

3. Studi Dokumentasi

Pada teknik ini peneliti menghimpun sejumlah data dan menganalisis dokumen yang berupa tulisan, yakni artikel, jurnal, hasil penelitian maupun peraturan-peraturan dasar hukum. Dokumen tersebut tentunya yang berkaitan dengan pendidikan antikorupsi.

4. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian diharapkan dapat memperoleh data teoritis sebagai penunjang penelitian. Serta buku-buku yang digunakan adalah buku yang berkaitan dengan penelitian.

F. Tahap Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data diolah dan dianalisis setiap kali selesai melakukan wawancara, hal ini bertujuan agar data tersebut tidak kadaluarsa. Data harus bermakna jika ditafsirkan pada konteksnya, oleh Karena itu data diperoleh dari observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur perlu dianalisis secara akurat dan seksama.


(29)

42

Tahap akhir dari analisis penelitian ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori subtantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

Proses analisis data dimulailah dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan difokuskan pada hal-hal yang penting. Sesuai dengan kajian yang penulis teliti, yakni mengenai bagaimana pengaruh dari implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan Antikorupsi.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama proses penelitian dan akhir penelitian. Pengolahan dan analisa penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan, yaitu:

a. Uji kredibilitas

Menurut Sugiyono (2009: 270) “uji kredibilitas data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan

membercheck.”

1) Perpanjangan pengamatan

Menurut Sugiyono (2009: 270) “perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan dan melakukan pengamatan kembali dengan

sumber data yang pernah ditemui atau yang baru.”

2)Meningkatkan ketekunan

Menurut Sugiyono (2009: 272) “meningkatkan ketekunan berarti

melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.”

3)Triangulasi

Pada penelitian ini, triangulasi dimaksudkan untuk menguji kredibilitas data. Hal ini didukung oleh pendapat Sugiyono (2009: 273) "triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.” Adapun beberapa teknik triangulasi dalam penelitian ini ada tiga macam, yakni


(30)

43

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

triangulasi sumber data, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu pengumpulan data.

Berikut ini triangulasi yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian:

Gambar 3.1

Triangulasi sumber data

Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Studi Dokumentasi

Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013

Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Bandung

Guru PKn Siswa

Studi Dokumentasi


(31)

44

Gambar 3.3

Triangulasi Waktu Penelitian

Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013

4) Menggunakan bahan referensi

Menurut Sugiyono (2009: 275) “adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan peneliti agar dianggap lebih kredibel. Bentuknya berupa rekaman wawancara, foto atau dokumen autentik sehingga hasil

penelitian terpercaya.” Pada penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai bahan referensi untuk menunjang dari penelitiannya. Seperti, foto, dokumen dan rekaman hasil wawancara.

5) Mengadakan membercheck

Setelah penelitian awal dimulai, untuk lebih meyakinkan maka peneliti kembali mewawancarai beberapa sumber agar data yang didapat benar-benar valid dan dapat diterima. Menurut Sugiyono (2009: 276)

membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data guna mendapat data yang valid.”

Bulan Januari


(32)

45

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Pengujian transferability

Pengujian transferability ini bertujuan agar hasil penelitian ini dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan ataupun mengembangkan penelitian ini dapat lebih paham maksud dari peneliti. Menurut

Sugiyono (2009: 276) “transferbility berkenaan dengan pertanyaan hingga mana

hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.” c. Pengujian dependability

Pada pengujian dependability, penulis berkaitan dengan hasil penelitian mengaudit hasil penelitian bersama dengan pembimbing. Menurut Sugiyono

(2009: 277) “suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat

mengulangi/dapat mereplikasi proses penelitian tersebut.” d. Pengujian confirmability

Menurut Sugiyono (2009: 277) “menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.”


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat bermanfaat

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan yang telah diuraikan tampak bahwa implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan pada dasarnya menekankan pada satu tujuan utama dari pendidikan itu sendiri, yakni usaha sadar dalam mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang baik, berakhlak mulia, cerdas, kritis, yang pada tujuan akhirnya adalah dapat menjadi warga negara yang baik. Implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan Antikorupsi bahwa dalam pelaksanaannya Pendidikan Antikorupsi dalam hal ini mendukung Pendidikan Kewarganegaraan karena memiliki tujuan akhir yang sama yakni menjadikan warga negara yang baik, yang bebas dari tindakan korupsi.

2. Kesimpulan Khusus

Berikut beberapa pemaparan kesimpulan penulis yang didasarkan kepada rumusan masalah yang telah ditentukan, sebagai berikut:

a. Guru dalam merencakan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dimulai dari penentuan SK dan KD, karena tidak semua KD dapat dikaitkan dengan PAk. Selanjutnya pengembangan indikator, memilih media dan materi pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan Pendidikan Antikorupsi.

b. Guru sebagai pelaksana proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan karena berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa, pertama pembelajaran Pendidikan Antikorupsi diintegrasikan juga pada mata pelajaran lainnya, namun dalam hal ini dengan


(34)

76

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pendidikan kewarganegaraan memiliki kedekatan. Kedua, kewajiban seorang guru dalam membelajarkan kepada peserta didiknya untuk menanamkan sikap-sikap yang baik dan menciptakan akhlak yang mulia. Ketiga, dalam proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan, guru senantiasa mengintegrasikannya, tidak terlepas dalam hal yang terkecil sekalipun.

c. Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan yakni pertama, keimanan yang kuat dari peserta didik itu sendiri. Kedua, Kejujuran adalah hal yang paling penting dalam menanamkan sikap anti korupsi. Ketiga, guru karena guru merupakan hal yang terpenting dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya guru maka proses pembelajaran yang baik sekalipun tidak akan berjalan dengan semestinya.

Keempat adalah sarana dan prasarana, dalam hal ini sarana dan prasarana

sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai pendukung mencapai tujuan dan kelima adalah faktor lingkungan, lingkungan peserta didik berkembang menjadi salah satu faktor dalam penanaman sikap anti korupsi pada peserta didik tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi keada berbagai pihak yang terkait yaitu:

1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung:

a. Hendaknya agar terus meningkatkan dan mendukung Pendidikan Antikorupsi di bidang pendidikan.

b. Hendaknya terus melakukan berbagai macam upaya dalam usaha membersihkan tindakan korupsi dan menjauhkannya agar tidak terjadi di masa yang akan datang.

2. Bagi Pihak SMA Negeri 8 Bandung:

a. Mempertahankan dan meningkatkan semangat dalam mendidik dan menanamkan sikap anti korupsi pada siswa maupun warga sekolah guna menciptakan penerus bangsa yang bebas dari perbuatan korupsi.


(35)

77

b. Hendaknya agar terus meningkatkan dan mendukung keberlangsungan implementasi Pendidikan Antikorupsi selain pada pembelajaran di dalam kelas yakni di bagian ektrakulikuler guna penerapan teori-teori yang sudah didapat oleh siswa agar lebih terbiasa lagi

c. Kepada siswa-siswi SMA Negeri 8 Bandung agar terus meningkatkan sikap anti korupsi agar menjadi generasi penerus bangsa yang bebas dari tindak korupsi dan dapat merubah keadaan masa depan bangsa kearah yang lebih baik.

3. Bagi Lembaga Sejenis yang Terkait dengan Pendidikan Antikorupsi

Bagi lembaga-lembaga sejenis hendaknya mengadopsi pelaksanaan pembelajaran PKn bermuatan PAk yang diterapkan di SMA Negeri 8 Bandung.

4. Bagi Pihak Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan:

Penulis menyampaikan rekomendasi khususnya bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, karena Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk mampu membelajarkan sebagaimana tujuannya yaitu menjadikan warga negara yang baik. Adapun rekomendasinya sebagai berikut:

a. Mahasiswa perlu meningkatkan ilmu dan pengetahuan mengenai sikap anti korupsi, agar dapat memiliki sikap dalam segala peristiwa korupsi terutama yang terjadi nyata di lingkungan sekitar. Serta hendaknya melakukan kajian tentang kasus perbuatan korupsi yang berkaitan erat dengan kemampuan akademik, sehingga mahasiswa memiliki pemikiran yang kritis dan konstruktif yang bisa digunakan dalam menciptakan perubahan negara menjadi negara yang bersih dari perbuatan korupsi. Sebagaimana harapan terhadap mahasiswa adalah sebagai agen perubahan, yakni pembaharu dalam kehidupan yang lebih baik.

b. Mata kuliah yang terkait dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengharapkan mengalami pengayaan wawasan dan pengetahuan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat umum mengenai Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri.


(36)

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku

Alatas, S.H. (1986). Sosiologi Korupsi. Jakarta: LP3ES.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Atmasasmita, R. (2004). Sekitar Masalah Korupsi: Aspek Nasional dan

Internasional. Bandung: Mandar Maju.

______________. (2010). Globalisasi dan Kejahatan Bisnis. Jakarta: Prenada Media.

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research (Fourth Edition). USA:

Pearson Education

Daryono, M. (2008). Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Komunikasi dan Informatika. (2006). Menuju Masyarakat Anti

Korupsi Persfektif Agama Khonghucu. Jakarta: Departemen Komunikasi

dan Informatika.

Kesuma, D et al. (2008). Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi. Jakarta: Pustaka Aulia Press

Klitgaard, R. (2005). Membasmi Korupsi. Terjemahan oleh Hermojo dari Controlling Corruption. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama. Komalasari, K dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia.

Bandung: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratotium Pendidikan Kewarganegaraan.


(37)

79

Sanjaya, W. (2007). Strategi PembelajaranBerorientsi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Satori, D dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Semma, M. (2008). Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sofhian, S dan Gatara, A.S. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education). Bandung: Fokus Media.

Sugiyono.(2012).Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&B, Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Suparno, A.S. (2000). Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional

Suryabrata, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Suyitno, Y. (2009). “Landasan Psikologis Pendidikan”, dalam Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahab, A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Sumber Skripsi, Tesis dan Disertasi

Faridli, Efi Miftah. (2010). Pengaruh Model Project Citizen Dalam Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi Siswa SMA Pada Konsep Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional (Studi Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA 1 Cimahi. Tesis pada Program


(38)

80

Novitasari, 2013

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Bermuatan Pendidikan Antikorupsi (Studi Deskriptif di SMA Negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu D. Sumber Lainnya

Andi, T.N. (2009). Pendidikan Antikorupsi Sejak Dini [Online]. Tersedia: http://borneotribune.com/pdf/headline/pendidikan-anti-korupsi-sejak dini.pdf [28 februari 2012]

Bestari, P. (2009). “Pembentukan Karakter Bangsa Dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”. Upaya Mengembangkan Karakter PKn Masa Depan.

12, (1), 7-13.

Danial, E. (2009). “Aktualisasi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membina WNI Masa Depan”. Upaya Mengembangkan Karakter PKn Masa Depan. 12, (1), 1-6.

Cogan, J.J. (2002). “Membangun “Civil Society”: Tugas Pendidikan

Kewarganegaraan”. Terjemahan oleh Sapriya dari makalah Developing the Civil Society: The role of Civic Education. Kompetensi Berdemokrasi

Dalam Masyarakat Madani. 1, (2), 146-161.

Harmanto dan Yudiani, Dayang Djuanida Dewi. “Pengintegrasian Pendidikan

Antikorupsi Melalui Pembelajaran PKn dan Budaya Sekolah”. Upaya Mengembangkan Karakter PKn Masa Depan. 12, (1), 26-35.

Montessori, M. (2006). “Pola Pikir Guru SMA tentang Perannya dalam

Mengajarkan Pendidikan Kewarganegaraan.” Forum Pendidikan. 31. (1),

1-12.

Mulyadin, Taufik. (2012, 9 Februari). Sekolah dan Pendidikan Anti Korupsi.

Pikiran Rakyat [Koran], halaman 21.

Winataputra, U.S. (2003). “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Pendidikan Kebudayaan. 045, (9), 745-768.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat bermanfaat

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan yang telah diuraikan tampak bahwa implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan pada dasarnya menekankan pada satu tujuan utama dari pendidikan itu sendiri, yakni usaha sadar dalam mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang baik, berakhlak mulia, cerdas, kritis, yang pada tujuan akhirnya adalah dapat menjadi warga negara yang baik. Implementasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bermuatan Pendidikan Antikorupsi bahwa dalam pelaksanaannya Pendidikan Antikorupsi dalam hal ini mendukung Pendidikan Kewarganegaraan karena memiliki tujuan akhir yang sama yakni menjadikan warga negara yang baik, yang bebas dari tindakan korupsi.

2. Kesimpulan Khusus

Berikut beberapa pemaparan kesimpulan penulis yang didasarkan kepada rumusan masalah yang telah ditentukan, sebagai berikut:

a. Guru dalam merencakan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dimulai dari penentuan SK dan KD, karena tidak semua KD dapat dikaitkan dengan PAk. Selanjutnya pengembangan indikator, memilih media dan materi pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan Pendidikan Antikorupsi.

b. Guru sebagai pelaksana proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan karena berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa, pertama pembelajaran Pendidikan Antikorupsi diintegrasikan juga pada mata pelajaran lainnya, namun dalam hal ini dengan


(2)

Pendidikan kewarganegaraan memiliki kedekatan. Kedua, kewajiban seorang guru dalam membelajarkan kepada peserta didiknya untuk menanamkan sikap-sikap yang baik dan menciptakan akhlak yang mulia. Ketiga, dalam proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan, guru senantiasa mengintegrasikannya, tidak terlepas dalam hal yang terkecil sekalipun.

c. Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan yakni pertama, keimanan yang kuat dari peserta didik itu sendiri. Kedua, Kejujuran adalah hal yang paling penting dalam menanamkan sikap anti korupsi. Ketiga, guru karena guru merupakan hal yang terpenting dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya guru maka proses pembelajaran yang baik sekalipun tidak akan berjalan dengan semestinya.

Keempat adalah sarana dan prasarana, dalam hal ini sarana dan prasarana

sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai pendukung mencapai tujuan dan kelima adalah faktor lingkungan, lingkungan peserta didik berkembang menjadi salah satu faktor dalam penanaman sikap anti korupsi pada peserta didik tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi keada berbagai pihak yang terkait yaitu:

1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung:

a. Hendaknya agar terus meningkatkan dan mendukung Pendidikan Antikorupsi di bidang pendidikan.

b. Hendaknya terus melakukan berbagai macam upaya dalam usaha membersihkan tindakan korupsi dan menjauhkannya agar tidak terjadi di masa yang akan datang.

2. Bagi Pihak SMA Negeri 8 Bandung:

a. Mempertahankan dan meningkatkan semangat dalam mendidik dan menanamkan sikap anti korupsi pada siswa maupun warga sekolah guna menciptakan penerus bangsa yang bebas dari perbuatan korupsi.


(3)

77

b. Hendaknya agar terus meningkatkan dan mendukung keberlangsungan implementasi Pendidikan Antikorupsi selain pada pembelajaran di dalam kelas yakni di bagian ektrakulikuler guna penerapan teori-teori yang sudah didapat oleh siswa agar lebih terbiasa lagi

c. Kepada siswa-siswi SMA Negeri 8 Bandung agar terus meningkatkan sikap anti korupsi agar menjadi generasi penerus bangsa yang bebas dari tindak korupsi dan dapat merubah keadaan masa depan bangsa kearah yang lebih baik.

3. Bagi Lembaga Sejenis yang Terkait dengan Pendidikan Antikorupsi

Bagi lembaga-lembaga sejenis hendaknya mengadopsi pelaksanaan pembelajaran PKn bermuatan PAk yang diterapkan di SMA Negeri 8 Bandung.

4. Bagi Pihak Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan:

Penulis menyampaikan rekomendasi khususnya bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, karena Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk mampu membelajarkan sebagaimana tujuannya yaitu menjadikan warga negara yang baik. Adapun rekomendasinya sebagai berikut:

a. Mahasiswa perlu meningkatkan ilmu dan pengetahuan mengenai sikap anti korupsi, agar dapat memiliki sikap dalam segala peristiwa korupsi terutama yang terjadi nyata di lingkungan sekitar. Serta hendaknya melakukan kajian tentang kasus perbuatan korupsi yang berkaitan erat dengan kemampuan akademik, sehingga mahasiswa memiliki pemikiran yang kritis dan konstruktif yang bisa digunakan dalam menciptakan perubahan negara menjadi negara yang bersih dari perbuatan korupsi. Sebagaimana harapan terhadap mahasiswa adalah sebagai agen perubahan, yakni pembaharu dalam kehidupan yang lebih baik.

b. Mata kuliah yang terkait dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengharapkan mengalami pengayaan wawasan dan pengetahuan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat umum mengenai Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku

Alatas, S.H. (1986). Sosiologi Korupsi. Jakarta: LP3ES.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Atmasasmita, R. (2004). Sekitar Masalah Korupsi: Aspek Nasional dan

Internasional. Bandung: Mandar Maju.

______________. (2010). Globalisasi dan Kejahatan Bisnis. Jakarta: Prenada Media.

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research (Fourth Edition). USA:

Pearson Education

Daryono, M. (2008). Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Komunikasi dan Informatika. (2006). Menuju Masyarakat Anti

Korupsi Persfektif Agama Khonghucu. Jakarta: Departemen Komunikasi

dan Informatika.

Kesuma, D et al. (2008). Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi. Jakarta: Pustaka Aulia Press

Klitgaard, R. (2005). Membasmi Korupsi. Terjemahan oleh Hermojo dari Controlling Corruption. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama. Komalasari, K dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia.

Bandung: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratotium Pendidikan Kewarganegaraan.


(5)

79

Sanjaya, W. (2007). Strategi PembelajaranBerorientsi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Satori, D dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Semma, M. (2008). Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sofhian, S dan Gatara, A.S. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education). Bandung: Fokus Media.

Sugiyono.(2012).Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&B, Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Suparno, A.S. (2000). Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional

Suryabrata, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Suyitno, Y. (2009). “Landasan Psikologis Pendidikan”, dalam Landasan

Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahab, A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Sumber Skripsi, Tesis dan Disertasi

Faridli, Efi Miftah. (2010). Pengaruh Model Project Citizen Dalam Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi Siswa SMA Pada Konsep Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional (Studi Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA 1 Cimahi. Tesis pada Program


(6)

D. Sumber Lainnya

Andi, T.N. (2009). Pendidikan Antikorupsi Sejak Dini [Online]. Tersedia: http://borneotribune.com/pdf/headline/pendidikan-anti-korupsi-sejak dini.pdf [28 februari 2012]

Bestari, P. (2009). “Pembentukan Karakter Bangsa Dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”. Upaya Mengembangkan Karakter PKn Masa Depan.

12, (1), 7-13.

Danial, E. (2009). “Aktualisasi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membina WNI Masa Depan”. Upaya Mengembangkan Karakter PKn Masa Depan. 12, (1), 1-6.

Cogan, J.J. (2002). “Membangun “Civil Society”: Tugas Pendidikan

Kewarganegaraan”. Terjemahan oleh Sapriya dari makalah Developing the Civil Society: The role of Civic Education. Kompetensi Berdemokrasi

Dalam Masyarakat Madani. 1, (2), 146-161.

Harmanto dan Yudiani, Dayang Djuanida Dewi. “Pengintegrasian Pendidikan

Antikorupsi Melalui Pembelajaran PKn dan Budaya Sekolah”. Upaya

Mengembangkan Karakter PKn Masa Depan. 12, (1), 26-35.

Montessori, M. (2006). “Pola Pikir Guru SMA tentang Perannya dalam

Mengajarkan Pendidikan Kewarganegaraan.” Forum Pendidikan. 31. (1),

1-12.

Mulyadin, Taufik. (2012, 9 Februari). Sekolah dan Pendidikan Anti Korupsi.

Pikiran Rakyat [Koran], halaman 21.

Winataputra, U.S. (2003). “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Pendidikan Kebudayaan. 045, (9), 745-768.