Peran jejaring sosial dalam Revolusi Melati di Tunisia 2010 - 2011

PERAN JEJARING SOSIAL DALAM REVOLUSI
MELATI DI TUNISIA 2010-2011

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :
Achmad Sehabudin
NIM: 1110022000028

KONSENTRASI TIMUR TENGAH
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

PERAN JEJARING SOSIAL DALAM REVOLUSI

MELATI DI TUNISIA 201O-2OII

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untrjh Memenuhi ! ersy ar atan Merrrper o\eh
Gelar Saq'ana Humaniora (S.Hum)

Oleh :
Achmad Sehabudin
. II Illnn?rnnnl.\?Q
I\tIl\iI
tvvLLvvvv4u
lf ltYl,

Perrbimbing II.

Pernbimbing I,

r\
\1fo)&t
L/
V


(-

[w,ar):

.,.

MA

Dra. Hj. Tati Harlimah,
NIP:1 9550131 989032001

-----.?Utran-r. MA.
Dr.Saiful

NIP: 1 967 1208 1 99303 1 002

KONSENTRASI TIMUR TENGAH
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAN{
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
201s

M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Sla'ipsi clengan judul PERAN JEJARING SOSIAL DAI-AM REVOLUSI
MELATI DI TUNISIA 2010-2011 telah diujikan dalarn sidang munaqasyah
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah .Takarla
pada 10 Juli 2015. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sa{ana Humaniora (S.Hurn) pada prograrn studi Sejarah dan Kebudayaan
Islam.
.Iakafia, 10 Juli 2015

SIDANG MUNAQASYAH
Sekretari s Merangkap Anggota


Ketua Meran

NIP: I 969A72419970100 I

7

5041120050t2007

ANGCOTA

Penguji II

NIP

:1

967 0612 199403

1


006

PEMBIMBING
Pembimbing I

gr@.Fd/
Dra. Hj. Tati Harlimah MA
NIP:19550731 198903 2 001

Pembimbing II

G

ffiry,^thruA
Dr. Saiful Umam. MA
NIP:19671208 199303 1 002

,\


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi

ini

merupakaan hasil karyaasli saya yang

di

ajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana stara I di UIN
Syarif Hidayatullah J akarta.
2. Semua sumber


yang saya gunakan dalam penulisan

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

ini telah saya

di UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta
a

-r-

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Juli 2015


Achmad Sehabudin

ABSTRAK

Achmad Sehabudin
Peran Jejaring Sosial dalam Revolusi Melati di Tunisia 2010-2011
Tunisia di bawah kediktatoran rezim Ben Ali, terjadi pelanggaran Hak
Asasi Manusia dan kasus-kasus lainnya, seperti kekerasan fisik, pembungkaman
media massa, tekanan kebebasan berpendapat dan kebebasan berpolitik.
Ketidakstabilan pembangunan membuat tingginya angka pengangguran,
kemiskinan, yang juga melahirkan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat Tunisia.
Munculnya internet dan perkembangan jejaring sosial di abad ini menjadi alat
vital media informasi masyarakat Tunisia. Ketika media masa konvensional
(televisi, radio, koran) dikuasai oleh pemerintah, maka internet dan jejaring sosial
(facebook, twitter) menjadi jalan alternatif media informasi untuk mengerakkan
dan mengorganisir massa turun ke jalan. Melalui kajian pustaka yang intensif
terhadap perkembangan internet dan jejaring sosial di Tunisia, dapat dikatakan
bahwa penyebaran informasi secara massif melalui internet dan jejaring sosial
menyebabkan terjadinya revolusi melati. Revolusi melati di Tunisia ini menjadi

fenomena baru yang terjadi dikawasan Timur Tengah yang berakibat tergulingnya
rezim diktator Ben Ali.
Kata kunci: Tunisia, Revolusi, Diktator, Twitter, Facebook.

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul : PERAN JEJARING SOSIAL DALAM REVOLUSI MELATI
DI TUNISIA 2010-2011”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian Sarjana Humaniora Fakultas Adab dan Humaniora, UIN
(Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan
skripsi ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Cukup banyak
kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi Alhamdullilah

dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik.
Semua proses tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari banyak pihak yang
dengan tulus hati memberikan tenaga, pikiran, ilmu, inspirasi, motivasi,
akomodasi, saran, kritik, cinta dan kasih sayang. Maka izinkanlah saya untuk
mengucapkan banyak rasa terimakasih kepada sejumlah pihak yang bersangkutan.
1. kepada Ketua Prodi Sejarah Kebudayaan Islam, Nurhasan, M.A
Sekretaris Prodi, Sholikatus Sa'diyah, M.Pd, Dosen Pembimbing
Akademik: Awalia Rahma, MA, dan seluruh jajaran dosen-dosen jurusan

ii

Sejarah dan Kebudayaan Islam yang lelah memberikan banyak inspirasi
dan ilmu pengetahuan.
2. Kepada Dosen Pembimbing Skripsi Dra. Hj. Tati Hartimah, MA dan Dr.
Saiful Umam, MA, yang telah membimbing selama penulisan skripsi ini,
begitu banyak kritikan dan saran bimbingan maupun arahan sangat
berguna dalam penyusunan skripsi ini yang tanpa bimbingan mereka
mungkin belum dapat diselesaikan.
3. Kepada teman-teman seperjuangan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
angkatan 2010, dan juga adik-adik kelas yang telah mensuport, agar cepat

selesainya tugas akhir kuliah ini. Semua proses skripsi yang penulis alami
bersama kalian menjadi kenangan yang sulit dilupakan. Semoga kalian
segera menyusul dan selesai dalam menjalani misi ini.
4. Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih juga kepada keluarga
besar penulis, bapak Tata Mashudi dan almarhumah Ibu Kunainah. Semua
didikan dari kecil hingga dewasa ini, memberikan pelajaran hidup yang
sangat berguna. Semoga apa yang di cita-citakan keluarga besar ini
menjadi kenyataan. Kepada kakak saya Muhammad Jauhadi S.S,
Achoiriyah S.Sos, Mar’atussholihah S.Ud, Achmad Haris S.Sy, selalu
memberikan motifasi, saran dan pengalaman kalian menjadi inspirasi.
Juga adik-adik tersayang, Siti Romlah S.s, Almh Siti Muthohharoh, dan si
bontot Adah Mawaddah yang masih di Pondok Pesantren Al-Mu’minien,
yang setiap hari mendoakan dan memberikan dukungan untuk
keberhasilan semuanya.

iii

5. Kepada Titi Maria Ulfah, yang tidak merasa capek walau dalam keadaan
sakitpun, tetap membantu dalam mentraslate sumber-sumber bahasa asing,
terutama bahasa Inggris. Tanpa sumber-sumber asing, mungkin skripsi ini
tidak akan terasa lengkap. Semoga cita-citanya menjadi seorang translator
tercapai. Amin.
6. Kepada Pihak Perpustakaan UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan UI (Universitas Indonesia) Depok,
Perpustakaan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jakarta,
Perpustakaan Imam Jama Lebak Bulus, yang telah memberikan
kemudahan dalam mengakses koleksi buku-buku yang berkaitan mengenai
judul skripsi yang telah penulis garap selama ini.
7. Kepada dosen dan teman-teman di Universitas Zaitunah Tunisia sangat
besar dalam membantu proses penyusunan penelitian skripsi ini. Temanteman PPIT (Perkumpulan Pelajar Indonesia di Tunisia) terutama Zakiyya,
Zulfikar dan Mohamed Marven aktivis revolusi melati Tunisia, tanpa
bantuan kalian penelitian ini mungkin tidak rampung-rampung. Senang
bisa bertemen dengan kalian, saya harap kita bisa bertemu lagi di lain
waktu. Semoga kalian disana juga cepat selesai dengan program study
kalian.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Perbuatan kalian menjadi ladang
amal (ibadah) yang sangat berharga. Semoga kita menjadi orang-orang
yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa Indonesia.

iv

Akhir kata, selamat membaca skripsi sebagai hasil penelitian yang sangat
sederhana dan informasi ini, semoga dapat menambah khazanah wawasan Timur
Tengah, Afrika utara khususnya Tunisia. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Ciputat, 10 Juli 2015

Achmad Sehabudin

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKS……………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B. Batasan dan Perumusan Masalah………………………………….8
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..8
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………9
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..9
F. Kerangka Teori…………………………………………………...15
G. Metode Penelitian………………………………………………...19
H. Sistematika Penulisan…………………………………………….21

BAB II

SEKILAS SEJARAH PEMERINTAHAN TUNISIA 1881 – 2010
A. Tunisia Sebelum Kolonialisasi Eropa……………………………23
1. Geografis Negara Tunisia…………………………………….23
2. Sejarah Singkat Bangsa Tunisia ……………………………..26
3. Kehadiran Bangsa Arab……………………………………...26

vi

4. Pemerintahan Turki Utsmani………………………………...29
B. Protektorat Perancis ……………………………………………...32
C. Presiden Habib Bourgoiba ………………………………………36
D. Presiden Ben Ali …………………………………………………42
E. Kesimpulan.....................................................................................47
BAB III

KEHIDUPAN RAKYAT TUNISIA MASA BEN ALI
A. Sosial dan Budaya ……………………………………………… 49
B. Perekonomian… …………………………………………………55
C. Hak Asasi Manusia dan Pers ……..……………………………...57
D. Agama di Tunisia………………………………………………..59
1. Agama Kristen……………………………………………60
2. Agama Yahudi……………………………………………61
3. Agama Islam……………………………………………..62
E. Kesimpulan...................................................................................68

BAB IV

REVOLUSI DAN JEJARING SOSIAL
A. Kronologi Peristiwa Revolusi Melati di Tunisia 2010-2011…….72
B. Internet dan Perkembangan Jejaring Sosial di Tunisia Abad 21…90
C. Peran Jejaring Sosial dalam Revolusi Melati di Tunisia…………93
1. Penyebaran Informasi Melalui Twitter ……………………...92
2. Penyebaran Informasi Melalui Facebook ……………………98
3. Tunisia Setelah Revolusi........................................................110
D. Kesimpulan...................................................................................114

BAB V KESIMPULAN ………………..…………………………………..117
vii

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….119
LAMPIRAN……………………………………………………………………135

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Republik Tunisia sebuah negara Arab Muslim di Afrika utara, terletak di
pesisir laut tengah. Tunis merupakan ibu kota Tunisia. Tunisia berbatasan
langsung dengan negara al-Jazair di sebelah barat dan Libya di selatan dan timur.
Sejak zaman sebelum masehi, Tunisia merupakan daerah koloni dari bangsabangsa lain. Berawal dari koloni Funisia, Romawi, Vandal, Bizantium, Arab,
Turki dan Perancis yang menjadikan daerah Protektorat sampai memperoleh
kemerdekaannya. Suku Berber adalah penduduk asli Tunisia. sebelum agama
Islam masuk, negara ini disebut Ifriqiya dengan Ibu Kotanya Qairawan
(Kairouan).1
Dalam literatur islam, sejak abad ke-7 Uqba bin Nafi adalah tokoh penting
dalam sejarah bangsa tunisia yang berhasil berdakwah hingga mengislamisasi
masyarakatnya. Hingga kini mayoritas agama Tunisia adalah agama Islam. Diantara
dinasti dinasti islam yang pernah menguasai tunisia yaitu dinasti Umayyah, Abbasiyyah,
Aghlabiyyah, Fathimiyyah, Ziridiyyah, al-Muwahhidun, Hafsiyyah dan Turki Utsmani.2

Tahun 1574, Turki Utsmani memegang kekuasaan penuh atas wilayah itu
dan menjadikan provinsi tersebut di bawah imperiumnya. Pertengahan abad 19,

1

Sirojuddin, Ensiklopedi Islam 5 Sya-Zun, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve,1999), h.

112.

PPIT (Persatuan Pelajar Indonesia Tunisia) “Sejarah Tunisia” diakses 26 mei 2015,.
http://www.angelfire.com/planet/ppitunisia/tunisia/sejarah.htm
2

1

Tunisia menanggung problem yang sama sebagaimana yang di alami oleh Turki
Utsmani dan Mesir. Menghadapi kekuatan ekonomi Eropa yang sedang
berkembang pesat dan mengalami kemunduran dalam perekonomian internal,
para bey Tunisia berusaha untuk memodernisasikan rezimnya. Mendirikan
sekolah politeknik, mengundang sejumlah ahli Eropa untuk melatih pasukan
keamanan, dan sejumlah reformasi lainnya. Namun reformasi yang dijalankan
oleh bey Tunisia belum bisa membawa kearah kemajuan yang pesat. Tekanan
politik dan ekonomi internasional membuat Tunisia tidak mampu bertahan.
Negara-negara Eropa memainkan politik kolonialisasinya hingga akhirnya
Perancis menjadikan Tunisia sebagai negara protektorat, dengan ditanda
tanganinya Perjanjian Bardo pada 12 Mei 1881. 3
Perancis membangun sebuah sistem pertanian dan pendidikan modern,
mendukung kolonisasi dengan menjual tanah kolektif dan tanah wakaf, mengubah
perundang-undangan pertanahan, membuka lahan pertanian baru dan menjamin
hak milik para pembeli Eropa. Sistem pendidikan Perancis dikembangkan oleh
Alliance Francaise dan oleh Gereja Katolik. Hingga perguruan Masjid Zaitunah
berusaha direformasi dengan menambah mata pelajaran modern.4
Namun sekalipun dalam politik relatif tenang, para pejabat, intelektual dan
ulama Tunisia bangkit untuk menentang protektorat Perancis. Masyarakat Tunisia
tidak puas oleh pemerintahan protektorat. Maka suatu delegasi yang mewakili
elemen masyarakat dan diketuai oleh Syeikh Abd al-Aziz Taalbi seorang jurnalis

Ira M Lapidus “Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian ke Tiga” (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada) h 228-231.
4
Ira M Lapidus “Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian ke Tiga” (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada) h 232-233.
3

2

dan reformer Arab mempresentasikan sebuah petisi di depan Paris Peace
Conference pada tahun 1919 yang menuntut penentuan nasib sendiri (selfdetermination) oleh bangsa Tunisia. Meski tuntutan ini ditolak mentah-mentah
oleh pemerintahan protektorat Perancis, namun hal ini menjadi basis terbentuknya
partai Destour. Dua dekade kemudian partai Destour semakin menguat. Namun
karena perbedaan visi misi di kalangan elit, ia pecah menjadi dua partai. Syeikh
Abd al-Aziz Taalbi tetap memimpin partainya yang disebut Old Destour.
Sedangkan partai baru, Neo Destour, dipimpin oleh tokoh baru yaitu Habib
Bourguiba.5
Dengan dukungan dari masyarakat Tunisia, para petani, dan orang-orang
kota, Habib Bourguiba menjadi pemimpin yang menentang dan melawan
kolonialisme di Tunisia. Aksi yang dilancarkan oleh Bourguiba membuat Perancis
gerah hingga menutup gerakan Bourguiba serta anggotanya dari partai Neo
Destour dan memenjarakan Bourguiba.6 Ketika Perang Dunia II, aliansi Axis
Jerman dan Italia yang menguasai Tunisia dari tahun 1940-1943 membebasakan
tokoh-tokoh pergerakan Tunisia, termasuk Bourguiba. Saat koalisi pimpinan
Amerika Serikat mengusir aliansi Axis dari wilayah Tunisia dan mengembalikan
kekuasaan ke Perancis, pengaruh nasionalisme di Tunisia di bawah pimpinan
Bourguiba telah kuat. Kondisi itu membuat Perancis terpojok hingga

Ridwan Rosdiawan “REVOLUSI MENUJU DEMOKRATISASI: Pengalaman Tunisia” artikel
diakses 26 mei 2015 https://www.academia.edu/5728612/Demokratisasi_di_tunisia
6
Ira M Lapidus “Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian ke Tiga” (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada) h 233
5

3

mereformulasi kebijakannya dengan lebih terbuka dan semakin sensitif terhadap
tuntutan-tuntutan rakyat Tunisia.7
Setelah perang Dunia II berakhir, pemerintahan protektorat Perancis di
Tunisia melemah. Anti-kolonialisme partai Neo Destour pimpinan Bourguiba
semakin radikal dan ekstrem. Di awal tahun 1950, perlawanan terhadap
protektorat Perancis berubah menjadi aksi perjuangan fisik dan genjatan
bersenjata pun tak terelakkan. Walaupun Perancis melakukan aksi penahanan
terhadap figur-figur perlawanan seperti Mohammad Chenik, Bourguiba, Salah ben
Youssef dan yang lainnya. Namun aksi itu semakin membuat kemarahan dan
perlawanan yang besar dan meluas. Kondisi Tunisia yang semakin tidak kondusif,
Perancis memutuskan untuk memberikan otonomi kepada Tunisia pada tanggal 3
Juni 1955. 8
Kemerdekaan penuh akhirnya diperoleh Tunisia pada tanggal 20 Maret
1956, dan Habib Bourguiba menjadi Perdana Menteri. Setelah lewat lima hari,
dibentuklah lembaga perwakilan National Constituent Assembly yang bertugas
untuk menyusun rancangan Undang-Undang Dasar. Posisi perdana menteri yang
dipegang Bourguiba kemudian berubah menjadi Presiden seiring dengan
penghapusan sistem monarki bey dan Tunisia menjadi negara Republik pada
tanggal 25 Juli 1957. Undang-Undang Dasar Tunisia pun akhirnya terbentuk dan
secara resmi mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Juni 1959.9

Ridwan Rosdiawan “REVOLUSI MENUJU DEMOKRATISASI: Pengalaman Tunisia” artikel
diakses 26 mei 2015 https://www.academia.edu/5728612/Demokratisasi_di_tunisia
8
Ridwan Rosdiawan “REVOLUSI MENUJU DEMOKRATISASI: Pengalaman Tunisia” artikel
diakses 26 mei 2015 https://www.academia.edu/5728612/Demokratisasi_di_tunisia
9
Ridwan Rosdiawan “REVOLUSI MENUJU DEMOKRATISASI: Pengalaman Tunisia” artikel
diakses 26 mei 2015 https://www.academia.edu/5728612/Demokratisasi_di_tunisia.
7

4

Pemerintahan Habib Bourguiba banyak melakukan perubahan ke arah
kemajuan yang bersifat modernisasi dan westernisasi. Reformasi sosial yang
dibentuk terutama difokuskan pada peningkatan kualitas pendidikan, partisipasi
wanita dan perbaikan ekonomi. Di tahun 1960-an, pemerintah menegakkan sistem
kebijakan sosialis, tapi kemudian kembali pada pola liberalism dengan
mempertahankan keterlibatan negara pada beberapa sektor substansial ekonomi.
Pada Tahun 1987, Bourguiba dilengserkan dari kursi kepresidenan atas alasan
kesehatan dan digantikan oleh Zine El Abidine Ben Ali yang sebelumnya
menjabat sebagai Perdana Menteri. 10
Awal Api Revolusi
Pada 14 Januari 2011, Presiden Tunisia Zine Al-Abidine Ben Ali
melarikan diri ke Arab Saudi.11 Sebelum pergi ke Arab Saudi, Ben Ali sempat
pergi ke Perancis, namun ditolak untuk tinggal di negara mode tersebut. Presiden
Tunisia beserta keluarganya pergi pada Jum‟at malam meninggalkan negaranya
dalam kondisi amburadul oleh para demonstran. Orang nomor satu Tunisia yang
telah

berkuasa selama 23 tahun itu jatuh setelah sebulan unjuk rasa dan

demonstrasi massal berdarah yang banyak menjatuhkan korban jiwa.12
Revolusi berawal pada tanggal 17 Desember 2010, di pusat kota Sidi
Bouzid Tunisia. Seorang pedagang sayur dan buah-buahan membakar dirinya

Ridwan Rosdiawan “REVOLUSI MENUJU DEMOKRATISASI: Pengalaman Tunisia” artikel
diakses 26 mei 2015 https://www.academia.edu/5728612/Demokratisasi_di_tunisia
11
Salanova, Regina “Social Media and Political Change: The Case of The 2011
revolutions in Tunisia and Egypt”, Institut Català Internacional Per La PauBarcelona, Desember
2012, h. 19.
12
“Tunisia's uprising, Chronicle of nationwide demonstrations over the country's
unemployment crisis”. Aljazeera.com 23 Januari 2011 diakses 5 Juli 2015 http://www.
aljazeera.com/indepth/spotlight/tunisia/2011/01/201114142223827361.html
10

5

sendiri sebagai protes terhadap penghinaan dan pelecehan dari seorang petugas
kota (Polisi) setelah barang dagangannya disita.13 Pedagang itu adalah Mohamed
Bouazizi seorang pemuda usia 26 tahun. Dikatakan Bouazizi adalah seorang
sarjana yang selama kurang lebih tujuh tahun berjibaku menjadi tukang sayur dan
buah-buahan untuk memenuhi kebutuhannya. Polisi menyita gerobak yang
menjadi satu satunya penopang hidupnya, dengan tuduhan berjualan tanpa izin.
Bouazizi menolak dan berusaha agar gerobaknya tidak disita. Walau sudah
membayar 10 dinar Tunisia, ia malah ditampar lalu diludahi dan ayahnya yang
sudah meninggal dihina. Kendati demikian Bouazizi belum putus asa. Ia putuskan
untuk melapor ke provinsi pusat, berharap keluhannya didengarkan. Namun
sebagaimana biasanya, para pejabat enggan bertemu dengannya, dengan alasan
sedang dalam rapat. Lagi-lagi usaha Mohamed Bouazizi pun gagal. Merasa putus
asa, frustasi dan dihinakan oleh pemerintahnya sendiri, Bouazizi mengambil
langkah tragis. Dia menuangkan bahan bakar ke tubuhnya dan membakar
dirinya.14 Bouazizi meninggal di rumah sakit karena luka-lukanya yang parah
pada tanggal 4 Januari 2011. 15
Tidak ada yang mengira bahwa kasus Bouazizi ini memicu gelombang
protes terhadap pemerintahan rezim Ben Ali. Setelah kejadian tersebut kota-kota
di Tunisia seperti Sidi Bouzid, Thala dan Kasserine menjadi tempat protes para

Salanova, Regina “Social Media and Political Change: The Case Of The 2011
revolutions in Tunisia and Egypt”, Institut Català Internacional Per La PauBarcelona, Desember
2012, h. 18.
14
Masyarakat Tunisia mendapatkan berita kejadian tragis tersebut dari media sosial
terutama facebook dan twitter. Channel TV nasional Tunis belum memberitakan hal tersebut. Dan
channel Al Jazeera lah yang memberitakan pertama kali (wawancara dengan Mohamed Marven
aktvis kampus Ez Zitouna, Tunis.)
15
Jennifer Pogue-Geile, Two Tunisias:How A Revolution Which Brought The Country
Together Also Highlighted A Deep Divide, ed. Terrence Hopmann & William Zartman. Johns
Hopkins University, School For Advanced International Studies. h. 27.
13

6

pemuda Tunisia. Demonstrasi cepat menjalar ke pusat-pusat kota Tunisia hingga
slogan-slogan berubah menajdi ekstrim, "Ben Ali Degage" (Keluar Ben Ali),
"Freedom" dan "Demokrasi".16 Semua kalangan masyarakat dari semua usia, lakilaki maupun perempuan, dari semua golongan masyarakat, dan dari berbagai
macam daerah, berpartisipasi dalam protes untuk menyuarakan keluhan mereka
terhadap rezim yang berkuasa.17
Untuk memantau aksi unjuk rasa Ben Ali mengendalikan semua media
konvensional, baik itu koran, radio maupun televisi, bahkan menteror wartawan
yang meliput aksi demonstrasi. Internet sangat diawasi dengan ketat. Situs-situs
atau Blog yang dianggap berbahanya segera diblokir. Dailymotion dan youtube
pun diblokir. Entah kerena lupa atau disengaja facebook dan twitter tidak diblokir.
Dari sinilah pergerakkan dimulai dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan
masyarakat Tunisia hingga aktivis pro demokrasi di luar negeri. Penyebaran
informasi dan penggalangan aksi yang massif via media sosial telah menyebabkan
runtuhnya kekuasaan Ben Ali yang telah berkuasa selama 23 tahun.18
Twitter dan facebook merupakan dua jejaring sosial yang berpengaruh
dalam pergerakan revolusi Tunisia. Twitter didesain dengan 140 karakter untuk

16

Setelah Bouazizi meninggal, orang-orang semakin ramai untuk berdemo, terutama di
kota Sidi Bouzid kota Bouazizi tinggal. Ketika itu masyarakat Tunisia terbagi menjadi dua
kelompok, ada yang mendukung Ben Ali. Namun mayoritas masyarakat Tunisia sangat marah
dengan Ben Ali dan sepakat untuk berkumpul di La Kasbah dan di depan Kementrian Dalam
Negeri dengan berteriak DEGAGE, DEGAGE, DEGAGE. (wawancara Mohamed Marven aktivis
kampus Ez Zitouna, Tunis.)
17
Jennifer Pogue-Geile, Two Tunisias:How A Revolution Which Brought The Country
Together Also Highlighted A Deep Divide, ed. Terrence Hopmann & William Zartman. Johns
Hopkins University, School For Advanced International Studies. h. 27.
18
Masyarakat Tunisia berdemo dengan menuntut kesejahteraan, hak-hak mereka tanpa
memakai senjata tajam atau yang membahayakan. “Senjata yang kami pakai hanyalah jejaring
sosial, karena kami tidak bisa mengadu di televisi, kalaupun kita berbicara di televisi tidak ada
satupun yang mendengar dan menjawab apa yang masyarakat keluhkan”. (wawancara dengan
Mohamed Marven aktvis kampus ez-Zitouna, Tunis.)

7

diposting sehingga dapat dengan mudah disebarkan dan facebook dengan fiturfiturnya memudahkan informasi membantu mengumpulkan massa turun aksi ke
jalan. Sebagian besar dukungan datang dari serikat buruh“Union G´en´erale des
Travailleurs Tunisiens” (UGTT) yang turut dalam demonstrasi untuk reformasi
dan menyerukan pemogokan. Ada juga dukungan dari badan-badan lain seperti
Tunisia Bar Association, hingga setiap hari gerakan rakyat memperoleh
pendukung baru. Masyarakat Tunisia dari semua lapisan turun ke jalan-jalan,
mengorganisir diri mereka sendiri melalui internet, ponsel dan alat komunikasi
lainnya. Akhirnya, Ben Ali tumbang oleh kekuatan rakyatnya.19
Revolusi Melati atau 'jasmine revolution' digagasi oleh seorang wartawan
surat kabar Tunisia "Essahafa", bernama Zied El Hani, dalam suatu tulisan pada
sebuah blog yg dipublikasikan pada 13 Januari 2011, sehari sebelum presiden Ben
Ali melarikan diri dari negaranya. Bunga Melati menajadi simbol revolusi karena
melati adalah bunga nasional Tunisia. Di Tunis, ibu kota Tunisia, tempat
perbelanjaan dan jalan-jalan dipenuhi oleh penjual "machmoum" (Bouquet), yaitu
tangkai kecil karangan bunga yang disusun dari bunga melati.20
B. Batasan dan Rumusan Masalah

Schiller Thomas, “Tunisia A Revolution and Its Consequences” International Report,
Berlin, 16 Mei, 2011.
20
Dibeberapa sumber ada menyebutkan nama “melati” diambil dari lambang negara
tersebut. Melati sebagai lambang kesucian mempunyai aroma yang wangi. Demonstran yang
gugur dianggap sebagai para syuhada yang darahnya harum seharum melati. Fersi lainnya yaitu
Revolusi Melati adalah suatu istilah yang diberikan oleh orang-orang Timur Tengah untuk
mengidentikkan pergolakan rakyat di negara-negara Timur Tengah bagaikan bunga Melati yang
sedang mekar. Bunga melati adalah jenis tumbuhan bunga yang menarik untuk dipandang, harum,
dan simbol dari ekspresi kesucian dan ketulusan kasih sayang. Negara-negara yang bergejolak
tersebut ibaratnya merupakan sebuah tangkai yang berada satu di Afika utara dan kawasan Timur
Tengah. Satu persatu kuncup itu mulai mengeluarkan baunya yang harum yaitu peristiwa-peristiwa
yang memicu terjadinya revolusi.
19

8

Skripsi ini akan membahas dua persoalan yang menjadi fokus perhatian
dalam penelitian.
1. Bagaimana Tunisia di bawah pemerintahan rezim Ben Ali (1987-2010) ?
2. Bagaimana peranan jejaring sosial dalam ikut mensukseskan revolusi
dalam waktu yang relatif singkat ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengungkapkan sejauh mana
peran jejaring sosial (facebook dan twitter) dalam mensukseskan revolusi melati
di Tunisia 2010-2011.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi yang berjudul “Peran Jejaring Sosial Dalam
Jasmine Revolution di Tunisia 2010-2011” antara lain adalah menambah
khazanah pengetahuan dan perkembangan sejarah Peradaban Islam di Timur
Tengah, terutama di negara Tunisia. Selain itu tulisan skripsi ini memberikan
pengetahuan yang jelas tentang akar permasalahan kawasan Timur Tengah
khususnya Revolusi Melati di Tunisia sehingga Presiden yang telah menjabat
selama 23 tahun itu tumbang; hingga menimbulkan efek kepada negara-negara
tetangganya hingga disebut Arab Spring.
E. Tinjauan Pustaka
Sven Pöhle menulis artikel dengan judul ”Peran Jejaring Sosial Dalam
Revolusi Tunisia“ artikel yang dimuat di Deutsche Welle. Dalam tulisannya, dia
menerangkan bagaimana peran, facebook dan twitter dan jejaring sosial lainnya

9

memainkan peran penting, bahkan beberapa media menyebutkan bahwa revolusi
yang terjadi di Tunisia sebagai ”revolusi media sosial“. Akan tetapi tidak semua
pengamat setuju dengan hal tersebut. Richard Heeks, seorang Profesor
Informatika di Universitas Manchester kepada Deutsche Welle berpendapat
bahwa ”ada gambaran yang bias tentang peran teknologi informasi dan
komunikasi dalam hubungannya dengan musim semi Arab“. Sependapat dengan
Richard, ahli politik dilembaga jerman Deutsches Institut Fur Entwicklungshilfe
(DIE), Anita Breuer, yang mengikuti secara intensif perkembangan di Tunisia
mengatakan ”facebook tidak menyebabkan pecahnya reolusi, tapi media itu
membangun dan mengumpulkan massa di jalan“.21
Jejaring sosial di internet bisa mempercepat dan memperkuat gerakan
massa. Hal ini disebabkan karena media cetak seperti koran, televisi dan radio
diawasi ketat oleh pemerintah, maka jejaring sosial menjadi solusi untuk
menyebar informasi dan sebagai penerus aspirasi massa. Richard lebih lanjut
mengatakan bahwa media sosial juga bisa menjadi alat penindasan. Banyak rezim
yang sudah menyadari bagaimana jejaring sosial bekerja sebagai media informasi.
Semakin banyak pemerintah yang sekarang mengawasi penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai alat untuk mengawasi dan menindas
perlawanan.22
Gilad Lotan menulis artikel dengan judul “The Revolutions Were
Tweeted: Information Flows During The 2011 Tunisian And Egyptian

Sven Pöhle, “Peran Jejaring Sosial Dalam Revolusi Tunisia”. 15 april .2013 diakses 16
maret 2015. http://www.dw.de/peran-jejaring-sosial-dalam-revolusi-tunisia/a16744069
22
Sven Pöhle, “Peran Jejaring Social Dalam Revolusi Tunisia” 15 April 2013 diakses 16
maret 2015.http://www.dw.de/peran-jejaring-sosial-dalam-revolusi-tunisia/a6744069
21

10

Revolutions” yang dimuat dalam International Journal of Communication 5.
Artikel ini adalah hasil sebuah penelitian yang digarap oleh beberapa orang, selain
Gilad Lotan, yaitu Erhardt Graeff (Web Ecology Project), Mike Ananny
(Microsoft Research,) Devin Gaffney (Web Ecology Project), Ian Pearce (Web
Ecology Project), Danah Boyd (Microsoft Research), tentang fenomena revolusi
yang terjadi di negara Tunisia dan Mesir yang pergerakan massanya digawangi
oleh para aktivis lewat jejaring sosial terutama twitter. Revolusi tersebut adalah
wajah baru yang belum pernah terjadi di kawasan Timur Tengah hingga
lengsernya pemerintahan diktator. Protes di Tunisia 17 desember 2010 diawali
oleh seorang diri, Mohamed Bouazizi, 26 tahun, seorang pedagang sayur berdiri
di depan gedung pemerintahan kemudian mengguyur minyak cat kesekujur
tubuhnya dan membakar dirinya hingga tewas di rumah sakit.
Lebih lanjut Gilad Lotan menerangkan tentang bagaimana twitter
menggerakkan massa Tunisia dan Mesir. Dia juga membahas tentang jaringan dan
penyebaran berita di twitter selama kurun waktu tahun 2011 ketika terjadi revolusi
di Tunisia dan Mesir yang dipantau memalui aktivis, blogger, jurnalis, media
utama, dan mayarakat lain yang terlibat. Kemudian menerangkan pola jenis
pengguna dan menganalisis pola sumber dan informasi jumlah diantara mereka
dan menggambarkan hubungan simbiosis antara media, individu dan peran yang
berbeda beda sesuai jenis pengguna yang ikut terlibat. Bila disimpulkan artikel ini
memfokuskan bagaimana twitter memainkan peran penting dalam memperkuat
dan menyebarkan informasi yang tepat waktu di seluruh dunia, terutama kasus
yang terjadi di Tunisia dan Mesir.

11

Faizal Musada menulis skripsi dengan judul “Demokratisasi Tunisia dan
Pengaruhnya Terhadap Negara-Negara Arab” yang di ajukan Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif, dan data yang
dihimpun hanya data sekunder. Hasil penelitian dalam skripsi ini menyatakan
bahwa demokrasi di Tunisia terjadi akibat perekonomian dan perpolitikan.
Perekonomian Tunisia yang buruk dan Banyaknya pengangguran serta tingkat
hidup yang rendah menjadi indikatornya. Perpolitikan Tunisia di bawah Ben Ali
yang memerintah dengan otoriter, melakukan korupsi, nepotisme sehingga
mengurangi uang negara. Rezim Ben Ali hanya memberlakukan partai tunggal
untuk mempertahankan kekuasaan. Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia)
menjadi isu yang panas, dan juga menjadi salah satu faktor terjadinya
demokratisasi Tunisia. Dengan menggunakan internet dan medai sosial, rakyat
Tunisia berhasil menjatuhkan rezim Ben Ali dan menciptakan pemerintahan yang
demokrasi. Tumbangnya rezim diktator Ben Ali, memberikan efek domino
kepada beberapa negara dikawasan Timur Tengah. Kondisi keadaan politik dan
keadaan sosial yang hampir sama menyerupai kasus Tunisia, menginspirasi rakyat
Timur Tengah bangkit dan melawan rezim di negaranya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui lebih mendalam tentang faktor-faktor terjadinya demokratisasi
di Tunisia serta melihat bagaimana demokratisasi Tunisia dapat mempengaruhi
negara-negara Arab di Timur Tengah.
Nukman Lutfie, menulis artikel dengan judul “Internet, Twitter,
Demokrasi dan Revolusi” yang dimuat di majalah Rolling Stone Indonesia edisi
71, Maret 2011, menerangkan peran internet dan jejaring sosial menurut

12

pandangan

para

ahli,

sehingga

melahirkan

istilah

cyberutopianism.

Cyberutopianism adalah pandangan yang mengatakan teknologi informasi dan
internet mampu mengubah dunia. Internet, misalnya, akan menggedor demokrasi
di negara-negara tiran. Internet, bisa meredam teror. Bahkan Internet bisa
meningkatkan taraf ekonomi sebuah negara. Internet diyakini sebagai senjata yang
amat ampuh untuk mengatasi segala macam masalah dunia saat ini. Utopia bisa
terjadi di Internet. Penyebaran informasi, penggalangan aksi yang masif via sosial
media dan jatuhnya rezim Ben Ali setelah 23 tahun berkuasa inilah yang
kemudian menimbukan asumsi bagi para penganut faham cyberutopianism:
”Yang terjadi di Tunisia merupakan revolusi twitter pertama didunia”.
Disisi lain beberapa ahli menafikan peran internet dan jejaring sosial
sebagai alat untuk memecahkan berbagai masalah negara. Malcolm Gladwell,
penulis buku best-seller The Tipping Point berpendapat dalam tulisannya di The
New Yorker bahwa, revolusi twitter itu ilusi. Revolusi adalah gerakan yang
berisiko tinggi, termasuk kerusuhan dan kehilangan nyawa. Risiko tinggi itu
hanya bisa dihadapi oleh aktivis sosial yang memiliki akar yang kuat ke bawah
dan hubungan yang kuat dengan yang lain. Pengguna twitter, facebook dan
jejaring sosial lainnya tidak memiliki dua syarat itu. Hubungan pertemanan di
facebook itu encer. Apalagi di twitter yang hanya following/follower saja.
Mustahil keduanya menjadi elemen penting revolusi. “Sudah berabad-abad terjadi
revolusi yang menurunkan rezim penguasa, terjadi di mana-mana, jauh sebelum
facebook dan twitter ada,” kata Gladwell.23 Evgeny Morozov, penulis buku The

Malcolm Gladwell “Small Change, Why the revolution will not be tweeted.” The New
Yorker, diakses 13 November 2014 http://www.newyorker.com/ magazine/ 2010/10/04/smallchange-3
23

13

Net Delution, menganggap kaum cyberutopianism terlalu berlebihan memandang
peran Internet, dengan cara lebih lunak mengatakan, meletakkan teknologi
sebagai kunci tunggal itu pendekatan yang sangat dangkal.24
Melirik kasus Tunisia, jejaring sosial terbesar dunia yang kebetulan tidak
diblokir saat sosial media lain diblokir, hal itu dimanfaatkan untuk berbagi video
tentang kekejaman rezim dan kehidupan mewah para pejabat dan istrinya. Segala
fitur dan aplikasi di facebook termasuk wall, email, chat, group, fanpage dan
agenda, dimanfaatkan para aktivis pro demokrasi. Di situlah mereka bisa berbagi
informasi, membangun agenda, mengorganisasikan gerakan turun ke jalan.
Sebagai jejaring komunikasi dan informasi, facebook dan twitter sangat powerful.
Inilah senjata untuk melawan rezim. Militer sangat faham, mematikan komunikasi
adalah strategi ampuh menekan lawan. Tentu, twitter dan facebook bukan pemicu
revolusi. Tapi mengabaikan peran senjata itu juga keliru.25
Apriadi Tamburakan, dalam buku judul “Revolusi Timur Tengah”
menceritakan revolusi Timur Tengah yang dimulai tanggal 17 Desember 2010, di
depan kantor Gubernur Sidi Bouzid Tunisia. Mohamed Bouazizi melakukan aksi
mengejutkan, yaitu membakar dirinya sendiri. Aksi nekat ini dipicu oleh
kekesalan Bouazizi atas pengaduan yang tidak direspons baik oleh pemerintah
setempat. Hingga akhirnya Mohamed Bouazizi meninggal setelah sebelumnya
dilarikan kerumah sakit. Kejadian ini menyebabkan kemarahan warga Tunisia.
Hal ini kemudian menambah tuntutan pendemo agar Presiden Zine el-Abidine
24

Evgeny Morozov, The Net Delusion, The Dark Side of Internet Freedom, (United
States: Publicaffairs,2011) h. 314.
25
Nukman Lutfie “Internet, Twitter, Demokrasi dan Revolusi.” Majalah Rolling Stone,
Edisi 71 Maret 2011, diakses 17 Desember 2014 http://www.sudutpandang.com/2011/04/internettwitter-demokrasi-dan-revolusi/

14

Ben Ali turun dari kursi kepresidenan. Pada akhirnya revolusi Tunisia ini tak
berhenti disana karena memiliki efek berantai, menjalari beberapa negara tetangga
di Timur Tengah.
Halaman-halaman buku yang dikarang Apriadi Tamburakan ini,
menjelaskan tentang beberapa revolusi yang terjadi pada negara-negara di
kawasan Timur Tengah. Mulai dari penyebab, pemicu, bahkan sampai jalannya
revolusi-revolusi tersebut diceritakan, dari revolusi Tunisia, revolusi Mesir,
revolusi Al-jazair, revolusi Bahrain, revolusi Yaman, dan revolusi Libya.
Kejadian ini disebut dengan Arab Spring.26
M. Agastya ABM dalam buku judul “Arab Spring Badai Revolusi
Timur Tengah Yang Penuh Darah” menjelaskan bahwa Arab Spring adalah
gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab. Revolusi
tersebut bertujuan menggulingkan diktator yang berkuasa di negara-negara di
Timur Tengah. Buku ini secara umum menjabarkan tentang revolusi-revolusi
yang terjadi di Timur Tengah yang dimulai dari negara Tunisia, kemudian Mesir,
Libya, Yaman, Suriah, dan Bahrain. Dijelaskan pula mengenai profil para
pemimpinnya termasuk Ben Ali, Husni Mubarak, Muhammad Mursi, Muammar
Khadafi, Ali Abdullah Saleh, Bashar al-Assad, dan Syekh bin Salman al-Khalifah.
Buku ini memaparkan pula bentuk-bentuk pemberontakan dan aksi rakyat di
negara-negara yang mengalami revolusi tersebut, berikut dengan gambar-gambar
penjelasnya.

26

Tamburakan, Apriadi. Revolusi Timur Tengah: Keruntuhan Para Penguasa Otoriter,
(Yogyakarta , Penerbit Narasi , 2011)

15

F. Kerangka Teori
1. Teori Public Sphere
Jurgen Habermas adalah seorang filsuf ternama aliran Frankfurt, sosiolog
Jerman dalam tradisi teori kritis dan juga pragmatisme Amerika. Ia lahir pada 18
Juni 1929 di Dusseldorf, North Rhine Westphalia, Jerman. Jurgen Habermas
sangat dikenal dengan karyanya tentang konsep ruang publik, dari buku
pertamanya “The Structural Transformation of The Public Sphere”. Habermas
menawarkan sistem demokrasi, dimana suatu wilayah sosial bebas dari sensor dan
dominasi. 27
Habermas mencatat ruang publik yang muncul di abad 17 sampai pada
transformasinya di abad 18 dan 19. Ketika itu kaum borjuis membentuk forumforum diskusi di salon, warung kopi, club dan table societies. Pada mulanya ruang
publik yang dibentuk kaum borjuir bukan hanya masalah ekonomi, namun bersifat
literer yang berkaitan dengan sastra yang dimuat di buku-buku dan jurnal. Namun
seiring perkembangan zaman, berbagai media massa mulai bermunculan dengan
alat yang lebih canggih. Media penyiaran dan komunikasi menjadi lebih efektif,
seperti koran harian, radio, televisi dan internet. Kondisi demikian ini membuat
perubahan signifikan dalam perkembangan public sphere Habermas. Media massa
seperti televisi, radio, koran, majalah, internet dan jejaring sosial mengandung
pemahaman public sphere.28

27

K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman, cet. IV (Jakarta: Gramedia,
2002), h. 236.
28
Galih Prasetyo, Antonius, “Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran Jürgen
Habermas tentang Ruang Publik”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 16, Nomor 2,
November 2012, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. h. 95-186.

16

Dalam bukunya, Habermas menerangkan ruang publik borjuis yang
sesungguhnya menyimpan suatu ideal-ideal normatif warisan Pencerahan yang
secara implisit terkandung di dalamnya adalah: liberte, fraternite, egalite
(kebebasan, solidaritas, persamaan).29 Antonius Galih Prasetyo, menjelaskan
dalam artikelnya yang berjudul “Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran
Jürgen Habermas tentang Ruang Publik”, Habermas mengatakan tiga ideal
normatif yang inheren dalam konsep Ruang Publik, yaitu:
1. Ruang publik merupakan suatu perkumpulan sosial dimana setiap orang
dipandang sama, tidak memiliki status.
2. Setiap orang mempunyai kepentingan, namun apa yang menyatukan
orang-orang yang bertemu di ruang publik adalah kesamaan akan
penggunaan pemikiran yang berkarakter “tanpa kepentingan. Maksudnya,
kebenaran terhadap argumen yang muncul dalam ruang publik itu harus
berlandaskan kepada kepentingan umum dan bukan kepentingan
tertentu/khusus.
3. Ruang publik bersifat inklusif. yaitu setiap anggota yang dapat
menggunakan rasionalitasnya.30

2. Teori Gerakan Sosial
Gerakan sosial (social movement) menurut Turner dan Killian yang
dijelaskan oleh Syafiruddin Jurdi dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

Galih Prasetyo, Antonius, “Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran Jürgen
Habermas tentang Ruang Publik”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 16, Nomor 2,
November 2012, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. h. 95-186
30
Galih Prasetyo, Antonius, “Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran Jürgen
Habermas tentang Ruang Publik”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 16, Nomor 2,
(Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta November 2012), h. 95-186
29

17

Nusantara adalah “a collectivity acting with some continuity to promoter or resist
a change in the society or organization of which it is part” adalah suatu tindakan
kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam
masyarakat atau organisasi yang menjadi bagian dari masyarakat itu.31 Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial berkaitan dengan aksi organisasi
atau kelompok civil society dalam mendukung dan menentang perubahan sosial.32
Perubahan politik dan modernisasi yang terjadi dalam masyarakat
mendorong lahirnya gerakan sosial dengan berbagai macam isu dan agendaagenda yang diperjuangkan. Gerakan sosial yang masih hangat kita rasakan ini
adalah peristiwa yang terjadi di Timur Tengah lima tahun silam. Gerakan sosial
yang mendorong demokratisasi tumbuh dan berkembang di negara-negara Timur
Tengah. Bermula dengan lengsernya presiden Tunisia, Ben Ali, kemudian Mesir,
Hosni Mubarok tumbang setelah 30 tahun berkuasa. Gerakan sosial serupa
ternyata terus bergerak seperti virus mematikan yang menulari negara Yaman,
Bahrain, Jordania, hingga kematian presiden Libia, Moamar Khadafi.
Organisasi gerakan sosial mempunyai beberapa aspek yang secara utuh
guna memahami suatu bangunan organisasinya. Menurut John Lofland terdapat
enam aspek penting yang terdapat di tubuh gerakan sosial yaitu:
1. Aspek kepercayaan, aspek ini mengandung makna sebagai hal-hal yang
dianggap benar, di mana anggapan tersebut digunakan sebagai penggerak

31

Syarifuddin Jurdi, SOSIOLOGI NUSANTARA, Memahami Sosiologi Integralistik,
(Jakarta: kencana 2013) h 301
32
Darmawan Triwibowo, GERAKAN SOSIAL, Wahana Civil Society Bagi Demokrasi,
(Jakarta: LP3ES 2006) h xvi

18

untuk menantang realitas, yang termasuk di dalamnya doktrin, ideology,
pandangan hidup, harapan, kerangka berfikir, dan wawasan.
2. Organisasi gerakan sosial, dengan adanya pelembagaan gerakan sosial
merupakan sarana yang efektif dalam mencapai tujuan. Adanya organisasi
adalah sebagai cara untuk menggerakkan orang-orang yang mempunyai
kepercayaan sama, agar mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
3. Sebab-sebab timbulnya gerakan sosial. Sebagian besar dari gerakan sosial
yang tumbuh dan berkembang pesat lahirnya dari tradisi, budaya, dan
mempunyai sistem kepercayaan dan doktrin yang secara setidaknya
terdapat ideology yang dipegang teguh oleh actor gerakan yang kemudian
mendorong mereka untuk bergerak.
4. Keikutsertaan. Setiap gerakan sosial memerlukan adaanya keikutsertaan
dalam gerakan. Ketika banyak orang yang merasa tidak puas dan kecewa
terhadap perlakuan tidak adil, ketimpangan sosial dan ekonomi, kebijakan
yang diskriminatif atau adanya gangguan dalam keyakinan individu,
mereka berusaha mencari upaya yang bermakna agar kondisi dan keadaan
yang mereka hadapi dapat di ubah yang dimanifestasikan dalam bentuk
gerakan, baik individu maupun kolektif.
5. Strategi. Setiap gerakan sosial mempunyai sasaran gerakan yang bersifat
jangka pendek, menengah, dan panjang.
6. Efek, (pengaruh) gerakan. Gerakan sosial yang membuat agenda yang
jelas, tentu akan mendapatkan atau merekrut anggota yang tidak sedikit.
Efek dari pengorganisasian itu akan terjadi perubahan dan cara pandang
pihak-pihak yang di anggap kompeten untuk merespon tuntutan actor-

19

aktor gerakan sosial. Jika agenda yang diperjuangkan menyangkut
kepentingan umum masyarakat, maka pengikutnya akan semakin banyak,
hingga efek yang dihasilkannya akan lebih besar dirasakan oleh warga.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah sebagai seperangkat aturan atau prinsip-prinsip
dasar yang sistematis, digunakan dalam proses pengumpulan data atau sumbersumber, mengerti dan menafsirkannya serta menyajikannya secara sistesis dalam
bentuk sebuah cerita sejarah (Historiografi).33 Penulis menggunakan penelitian
kualitatif historis deskriptif untuk memaparkan dan menjelaskan serta menganalis
data historis. Tujuan utama dalam penulisan metode deskriptif adalah
menggambarkan sifat suatu keadaan yang berjalan dan memeriksa dari sebabsebab dari gejala tersebut.34 Adapun tahapan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah hal yang penting dalam penulisan skripsi ini.
Seorang yang sedang meneliti sejarah tentunya harus mempunyai data-data yang
kongkrit dan relevan yang berkaitan dengan permasalahan penelitiannya. Berikut
beberapa cara penulis dalam pengumpulan data:
a) Penelitian kepustakaaan (library research). Penulis mendapatkan data
tersebut lewat penjelajahan di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan
UI (Universitas Indonesia) Depok, Perpustakaan Imam Jama di Lebak

33

Basri, Metode Penelitian Sejarah, Pendekatan, Teori dan Praktik, (Jakarta: Restu
Agung 2006), h. 35
34
Consuelo G Sevilla dkk Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1993), h.69

20

Bulus Jakarta Selatan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional (LIPI) di
Jalan Gatot Subroto, dan beberapa sumber lainnya yang didapat juga
berasal dari pribadi, dan dari teman penulis.
b) Jejaring sosial (twitter dan facebook). Penulis meriset pengguna twitter
dan facebook masyarakat Tunisia langsung, dengan menggunakan
komputer, notebook dan smartpone. Bahasa Arab, Inggris, dan Perancis
kurang lebih 500 pengguna.
c) Wawancara. Penulis mewawancara satu aktivis Tunisia yang hidup dan
mengikuti jalannya revolusi, yaitu dengan perantara mahasiswa Indonesia
yang

kuliah

di

ez-Zetouna

Tunis,

Tunisia.

Hasil

rekaman

wawancaranyapun masih tersimpan rapih. Kemudian mewawancarai dua
Mahasiswa Indonesia di Tunisia melalui Blackberry Massage (BBM),
dengan menggunakan bahasa Indonesai
2. Interpretasi
Penulis melakukan proses interpretasi yaitu dengan memberi pandangan
dan penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan teori
yang di ajukan oleh penulis. Penulis menggunakan pendekatan-pendekatan yang
berkaitan dengan penulisan. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan ilmu
sosial yaitu Teori Kritis Public Sphere Jurger Hubermas
3. Historiografi
Proses terakhir setelah penelitian sejarah adalah penulisan sejarah
(historiografi). Penulis melakukan proses penulisan sejarah dengan memaparkan
peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan memberikan penilaian atas peristiwa
tersebut dengan pemahaman dari sudut pandang sejarah, sosial dan politik.

21

H. Sistematika Penulisan
Dalam menjabarkan penelitian ini kedalam bentuk penulisan, maka
penulis menyusunnya secara sistematis guna memudahkan dalam menganalisa
masalah. Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dan sistematika penulisan
skripsi ini adalah:
Bab pertama akan membahas pendahuluan yang berisi dengan latar
belakang, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua akan membahas mengenai sejarah negara Tunisia hingga
lengsernya Ben Ali. Dimulai pembahasan mengenai Tunisia sebelum masa
kolonialis, lalu di bawah Protektorat Perancis, kemudian di bawah kendali Habib
Bourguiba, dan terakhir adalah Ben Ali.
Bab ketiga akan menjelaskan tentang masyarakat Tunisia ditinjau dari
sosial, budaya, ekonomi dan agama negara Tunisia.
Bab keempat ini adalah bab yang paling utama dalam penulisan skripsi ini,
yaitu akan membahas Revolusi Melati dan peranan jejaring sosial dalam
mensukseskan revolusi.
Bab kelima merupakan bagian akhir yaitu penutup dari hasil keseluruhan
skripsi yang meliputi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.

22

BAB II
SEKILAS SEJARAH PEMERINTAHAN TUNISIA 1881-2011

A. Tunisia Sebelum Masa Kolonialisasi Eropa
1. Geografis Negara Tunisia
Republik Tunisia (al-Jumhuriyyah at-Tunisiyya) terletak di kawasan
Timur Tengah ujung utara benua Afrika. Negara Tunisia memiliki Luas wilayah
63.200 mil persegi atau sekitar 164.000 km2 dengan perbatasan laut Mediterania
di sebelah timur dan utara, negara al-Jazair di barat dan barat daya serta negara
Libya di selatan dan tenggara. Letak posisinya di tengah-tengah selat Gibraltar
dan terusan Suez hanya berjarak 86 mil dari Sicilia Italia. Dalam terminologi
Arab, daerah-daerah yang termasuk bagian dari Afrika utara mel