PERBANDINGAN KETERLIBATAN MILITER DALAM TRANSISI DEMOKRASI DI TUNISIA DAN MESIR TAHUN 2011

(1)

SKRIPSI

PERBANDINGAN KETERLIBATAN MILITER DALAM TRANSISI DEMOKRASI DI TUNISIA DAN MESIR

TAHUN 2011

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata 1

Jurusan Hubungan Internasional

OLEH:

NAJAMUDDIN KHAIRURRIJAL NIM. 09260094

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Najamuddin Khairurrijal

NIM : 09260094

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011

Disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing I

Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si.

Pembimbing II

Helmia Asyathri, S. IP.

Mengetahui, Dekan

FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si.

Ketua Jurusan Hubungan Internasional

Tonny Dian Efendi, M. Si.


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Najamuddin Khairurrijal

NIM : 09260094

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Kamis Tanggal : 18 Juli 2013 Tempat : Laboratorium HI

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si.

Dewan Penguji :

1. Gonda Yumitro, MA. Penguji I ( )

2. Dyah Estu Kurniawati, M. Si. Penguji II ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si. Penguji III ( )


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Najamuddin Khairurrijal

Tempat, tanggal lahir : Sinjai, 04 Januari 1991

NIM : 09260094

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:

Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 18 Juli 2013 Yang Menyatakan,


(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Najamuddin Khairurrijal

2. NIM : 09260094

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Judul Skripsi : Perbandingan Keterlibatan Militer dalam

Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011 6. Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si.

2. Helmia Asyathri, S. IP. 7. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf

Pembimbing I Tanggal

Paraf

Pembimbing II Keterangan

01/10/2012 01/10/2012 Pengajuan

Judul

22/10/2012 22/10/2012 ACC Judul

31/12/2012 08/01/2013 ACC

Proposal

29/01/2013 29/01/2013 Seminar

Proposal

08/02/2013 14/02/2013 ACC Bab I

09/03/2013 13/03/2013 ACC BAB II

dan BAB III

04/05/2013 25/04/2013 ACC BAB

IV

25/06/2013 26/06/2013 ACC BAB V

25/06/2013 27/06/2013 ACC Ujian

Skripsi

18/07/2013 18/07/2013 Ujian


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Rebba sipatokkong, mali siparappe’; sirui menre, tessirui nok; malilu sipakainge’, mainge’pi mupaja. Rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan; saling menarik ke atas dan tidak saling menekan ke bawah; terlupa saling mengingatkan, nanti sadar atau tertolong barulah berhenti.

Resopa natemmangingi, malomo naletei pammase dewata. Hanya dengan kerja keras, Tuhan akan memberikan keberkahan.

Kupersembahkan karya ini sebagai ucapan terima kasih

kepada kedua orang tuaku yang terkadang dengan

nafas tersengal menapaki kehidupan,

bekerja hanya untuk kami, ketujuh anak-anaknya:

Muh. Judrah dan Megawati Yunus

Karya ini juga kupersembahkan kepada:

Seluruh Kru Koran Kampus Bestari UMM.

Mohon maaf aku tidak dapat menuliskan satu per satu nama kalian. Untuk Bestari-ku, terima kasih telah menjadi rumah yang indah untukku. Karya ini sebagian besar terlahir dari malam-malam di Bestari “Rumah Kita”.

Sahabat-sahabatku dan seluruh rekan HI Angkatan 2009 yang tidak bisa aku sebut satu per satu. Terima kasih dan mohon maaf aku harus lulus duluan.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada untaian kata seindah syukur kepada Tuhan atas selesainya karya ini. Huruf demi huruf yang membentuk kata, kata demi kata yang menyusun kalimat, serta kalimat-kalimat yang tersusun dalam setiap lembaran karya ini adalah sebuah karunia indah Tuhan. Atas izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya yang berjudul Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011 ini.

Karya yang lahir dari sebuah proses panjang ini terinspirasi dari fenomena Arab Spring yang terjadi akhir 2010 dan sepanjang tahun 2011 di beberapa negara Timur Tengah. Fenomena itu menjadi menarik bagi penulis karena pada dasarnya negara-negara Timur Tengah yang terseret arus gelombang Arab Spring memiliki kondisi dan latar belakang yang cenderung sama. Namun, proses yang dilaluinya berbeda-beda. Proses yang berbeda itu pada akhirnya menunjukkan hasil yang berbeda pula.

Mengenai penelitian ini, karya ini membahas mengenai keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir melalui indikator sikap, posisi, dan perannya dalam setiap fase transisi demokrasi. Uraian untuk menunjukkan, menggambarkan, menjelaskan, dan menganalisis keterlibatan militer tersebut disajikan ke dalam lima bab. Bab I, merupakan bagian pendahuluan berupa latar belakang masalah dan signifikansi penelitian. Selain itu, kerangka konsep dan teori untuk menjawab masalah dalam penelitian ini melalui proses komparasi dengan metode penelitian pustaka disajikan dalam bab ini.

Bab II, menyajikan gambaran umum Tunisia dan Mesir disertai dengan kondisi yang menjadi latar belakang lahirnya revolusi. Sekaligus menggambarkan pemicu dan proses berlangsungnya revolusi itu. Bab III, memuat deskripsi mengenai situasi dan kondisi di kedua negara pasca revolusi dan bagaimana posisi militer. Selain itu, menyajikan proses berlangsungnya pemilu, sekaligus menunjukkan keterlibatan militer dalam proses pemilu di kedua negara.


(8)

viii

Bab IV, merupakan analisis dengan menunjukkan dan menganalisis persamaan dan perbedaan keterlibatan militer dalam transisi demokrasi. Sajian mengenai hal itu dikerangkai dengan teori pretorianisme dan hubungan sipil-militer. Bagian ini juga memberikan analisis penulis mengenai proses transisi demokrasi di Mesir yang berlangsung lebih kompleks dibandingkan di Tunisia. Terakhir, Bab V, menguraikan kesimpulan penelitian terkait bagaimana perbandingan keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di kedua negara serta memberikan saran untuk penelitian berikutnya.

***

Karya ini tentu tidaklah lahir dalam kesendirian. Sebab, bagi penulis, betapapun hebatnya seseorang ia akan tetap membutuhkan sentuhan-sentuhan pihak lain. Lembaran-lembaran dalam tulisan ini tersusun dari berbagai referensi dan hasil pemikiran orang lain. Karya ini dapat selesai dari proses mengutip, menyadur, dan menyunting tulisan dan ide dari penulis lain. Namun, tentunya dengan tetap menambahkan ide dan pikiran orisinal penulis serta dengan tetap mengedepankan etika dan norma akademik.

Sebagai sebuah karya yang tidak lahir dalam kesendirian, bantuan pihak lain merupakan sebuah keniscayaan logis. Motivasi, saran, masukan, dan kritik dari berbagai pihak sangat bermanfaat bagi penulis. Untuk itu, atas segala kerendahan hati, penulis harus menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi bagi selesainya karya ini. Ucapan terima kasih itu penulis sampaikan antara lain kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Muh. Judrah dan Megawati Yunus. Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, dan perhatian beliau berdua selama ini. Tanpa keduanya, penulis bukanlah apa-apa. Semoga Tuhan menjadikan penulis sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Terima kasih juga kepada keenam saudara penulis atas dukungannya.

2. Ketua Jurusan Hubungan Internasional UMM Bapak Tonny Dian Effendi atas kontribusi dan dukungannya selama penulis menjadi mahasiswa. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan dan Ibu Helmia Asyathri selaku Pembimbing atas


(9)

ix

bimbingan, arahan, masukan, dan motivasi beliau sehingga karya ini dapat selesai. Kepada Bapak Gonda Yumitro dan Ibu Dyah Estu Kurniawati selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan pujian atas karya ini. Selain itu, juga kepada seluruh dosen HI UMM yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan pengetahuannya selama empat tahun. 3. Seluruh sahabat dan teman-teman penulis, khususnya sahabat-sahabat di

Jurusan HI UMM, terima kasih atas dukungan kalian. Penulis tidak dapat menyebutkan nama kalian satu per satu. Penulis juga harus berterima kasih kepada Zulfiyah atas dorongan motivasi dan semangat yang tiada henti kepada penulis selama ini dari seberang pulau.

4. Keluarga besar Koran Kampus Bestari UMM, terima kasih telah menjadi

bagian dari keluarga penulis di “Rumah Kita.” Mohon maaf, penulis tidak

dapat menyebutkan nama kalian satu per satu. Mari kita Belajar dan Beramal dengan Semangat Mentari.

5. Seluruh pimpinan dan karyawan di Badan Kendali Mutu Akademik (BKMA), terima kasih telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar dan memiliki pengalaman kerja. Serta, kepada teman-teman parttimer BKMA terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama lima bulan terakhir. 6. Serta, kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

dalam lembaran ini, penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya. Lebih dari itu, karya ini tidak terlepas dari berbagai kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan serta kritik konstruktif dari seluruh khalayak pembaca. Semoga karya dan sumbangan intelektual ini bisa memberikan manfaat kepada sebanyak-banyaknya pembaca.

Malang, 18 Juli 2013


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... .... ii

Lembar Pengesahan Skripsi ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Moto dan Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Abstract ... x

Abstrak ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Bagan... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Grafik... xviii

Daftar Tabel ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Penelitian Terdahulu ... 11

1.6 Landasan Konsep dan Teori ... 16

1.6.1 Pola Transisi Demokrasi ... 16

1.6.2 Revolusi ... 20

1.6.3 Pretorianisme ... 23

1.6.4 Hubungan Sipil-Militer ... 27

1.7 Kerangka Pemikiran ... 33


(11)

xi

1.8.1 Metode Penelitian ... 33

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

1.8.3 Teknik Analisis Data ... 34

1.9 Ruang Lingkup Penelitian ... 34

1.9.1 Batasan Materi ... 34

1.9.2 Batasan Waktu ... 35

1.10 Argumentasi Dasar ... 35

1.11 Sistematika Penulisan ... 35

BAB II LATAR BELAKANG DAN PROSES REVOLUSI DI TUNISIA DAN MESIR ... 38

2.1 Gambaran Umum Negara dan Rezim ... 38

2.1.1 Gambaran Umum Tunisia ... 39

2.1.1.1 Gambaran Umum Negara ... 39

2.1.1.2 Tunisia Selama Pemerintahan Ben Ali ... 41

1. Kondisi Ekonomi ... 42

2. Kondisi Sosial ... 45

3. Kondisi Politik dan Pemerintahan ... 48

2.1.1.3 Hubungan Rezim Ben Ali dengan Militer ... 50

2.1.2 Gambaran Umum Mesir ... 54

2.1.2.1 Gambaran Umum Negara ... 54

2.1.2.2 Mesir Selama Pemerintahan Hosni Mubarak ... 56

1. Kondisi Ekonomi ... 59

2. Kondisi Sosial ... 61

3. Kondisi Politik dan Pemerintahan ... 64

2.1.2.3 Hubungan Rezim Mubarak dengan Militer ... 68

2.2 Latar Belakang dan Proses Revolusi di Tunisia dan Mesir ... 73

2.2.1 Revolusi Tunisia (17 Desember-14 Januari 2011) ... 74

2.2.1.1 Latar Belakang dan Faktor Pemicu ... 74

2.2.1.2 Proses Berlangsungnya Revolusi Tunisia ... 76


(12)

xii

2.2.2.1 Latar Belakang dan Faktor Pemicu ... 85

2.2.2.2 Proses Berlangsungnya Revolusi ... 87

BAB III KONDISI PASCA REVOLUSI DAN PEMILU DI TUNISIA DAN MESIR ... 99

3.1 Gambaran Pasca Revolusi di Tunisia dan Mesir ... 99

3.1.1 Pasca Revolusi di Tunisia ... 100

3.1.1.1 Situasi dan Kondisi Pasca Revolusi ... 100

1. Kondisi Politik dan Pemerintahan ... 102

2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 106

3.1.1.2 Sikap dan Posisi Militer Pasca Revolusi ... 108

3.1.2 Pasca Revolusi di Mesir ... 112

3.1.2.1 Situasi dan Kondisi Pasca Revolusi ... 112

1. Kondisi Politik dan Pemerintahan ... 114

2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 119

3.1.2.2 Sikap dan Posisi Militer Pasca Revolusi ... 123

3.2 Pemilu Pasca Revolusi di Tunisia dan Mesir ... 127

3.2.1 Pemilu Pasca Revolusi di Tunisia ... 128

3.2.1.1 Gambaran Proses Pelaksanaan Pemilu ... 128

3.2.1.2 Keterlibatan Militer dalam Proses Pemilu ... 135

3.2.2 Pemilu Pasca Revolusi di Mesir ... 141

3.2.2.1 Gambaran Proses Pelaksanaan Pemilu ... 141

3.2.2.2 Keterlibatan Militer dalam Proses Pemilu ... 148

BAB IV PERBANDINGAN KETERLIBATAN MILITER DALAM TRANSISI DEMOKRASI DI TUNISIA DAN MESIR ... 154

4.1 Persamaan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir ... 155

4.1.1 Fase Pertama Transisi Demokrasi (Revolusi) ... 156

4.1.2 Fase Kedua Transisi Demokrasi (Pasca Revolusi) ... 159


(13)

xiii

4.2 Perbedaan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi

di Tunisia dan Mesir ... 165

4.2.1 Fase Pertama Transisi Demokrasi (Revolusi) ... 166

4.2.2 Fase Kedua Transisi Demokrasi (Pasca Revolusi) ... 171

4.2.3 Fase Ketiga Transisi Demokrasi (Pemilu) ... 174

4.3 Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi Di Tunisia dan Mesir ... 184

4.4 Fase Transisi Kedua dan Bentuk Demokrasi di Mesir ... 190

BAB V PENUTUP ... 195

5.1 Kesimpulan ... .. 195

5.2 Diskusi Lanjutan ... 200


(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ... 33 Bagan 4.1 Fase Transisi Demokrasi di Mesir ... 193 Bagan 5.1 Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Tiga Fase

Transisi Demokrasi ... 198 Bagan 5.2 Fase Transisi Demokrasi di Mesir ... 200


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Wilayah Tunisia ... 40 Gambar 2.2 Peta Wilayah Mesir ... 56


(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan GDP Tunisia ... 45

Grafik 2.2 Tingkat Inflasi Tunisia ... 45

Grafik 2.3 Persentase Angka Pengangguran Tunisia ... 47

Grafik 2.4 Anggaran Belanja Militer Tunisia ... 51

Grafik 2.5 Laju Pertumbuhan GDP Mesir ... 60

Grafik 2.6 Tingkat Inflasi Mesir ... 61

Grafik 2.7 Persentase Angka Pengangguran Mesir ... 64


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Masing-masing Penelitian ... 16

Tabel 1.2 Tingkat Campur Tangan Militer atau Pretorianisme ... 27

Tabel 3.1 Jumlah Suara dan Perolehan Kursi Pemilu Tunisia ... 133

Tabel 3.2 Jumlah Hasil Perolehan Kursi Pemilu Parlemen ... 145

Tabel 4.1 Persamaan Keterlibatan Militer pada Setiap Fase Transisi Demokrasi ... 163

Tabel 4.2 Perbedaan Keterlibatan Militer dalam Proses Transisi Demokrasi Tunisia dan Mesir ... 181


(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Bakti, Ikrar Nusa, et.al. 1999. Tentara yang Gelisah: Hasil Penelitian Yipika tentang Posisi ABRI dalam Gerakan Reformasi. Bandung: Mizan bekerja sama dengan PPW-LIPI, Yipika, dan The Asia Foundation

Bandoro, Bantarto (Ed.). 1991. Timur Tengah Pasca Perang Teluk: Dimensi Internal dan Eksternal. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies

Bhutto, Benazir. 2008. Rekonsiliasi: Islam, Demokrasi dan Barat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Calvert, Peter. 2002. Comparative Politics: An Introduction, London: Person

Education Limited

Djafar, Zainuddin. 2012. Profil dan Perkembangan Ekonomi Politik Afrika. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Diamond, Larry dan Marc F. Plattner (Ed.). 2000. Hubungan Sipil-Militer dan Konsolidasi Demokrasi (edisi terjemahan). Jakarta: Rajawali Pers

Effendy, Muhadjir. 2008. Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI. Malang: UMM Press

Esposito, John L.; John O. Voll. 1999. Demokrasi di Negara-Negara Muslim: Problem dan Prospek (edisi terjemahan). Bandung: Mizan

Finer, S. E. 1962. The Man on Horseback: The Role of the Military in Politics. New York: Frederick A. Praeger Publisher

Ginting, Selamat, et.al. (Eds.). 1997. ABRI dan Demokrasi. Bandung: Mizan Horowitz, Louis Irving. 1985. Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi

Pembangunan I (edisi terjemahan). Jakarta: Bina Aksara

Huntington, Samuel P. 1957. The Soldier and The State: The Theory and Politics of Civil-Military Relations. Massachusetts: Harvard University Press


(19)

xix

__________________. (Ed.). 1962. Changing Patterns of Military Politics. USA: The Free Press of Glenceo Inc.

__________________. 1983. Tertib Politik di dalam Masyarakat yang Sedang Berubah (edisi terjemahan), Buku Kedua. Jakarta: Rajawali Press

__________________. 1995. Gelombang Demokratisasi Ketiga (edisi terjemahan). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Janowitz, Morris. 1977. Military Institutions and Coercion in the Developing Nations: Expanded Edition of The Military in the Political Development of New Nations. Chicago: the University of Chicago Press

__________________ (Ed.). 1985. Hubungan-Hubungan Sipil Militer Perspektif Regional (edisi terjemahan). Jakarta: Bina Aksara

Maarif, Syamsul. 2011. Militer dalam Parlemen 1960-2004. Jakarta: Prenada Nordlinger, Eric A. 1990. Militer dalam Politik, Kudeta dan Pemerintahan (edisi

terjemahan). Jakarta: Rineka Cipta

Nurjaman, Asep (Ed.). 1997. Dwifungsi ABRI. Demokrasi dan Pembaharuan Politik. Malang: UMM Press

Perlmutter, Amos. 1984. Militer dan Politik (edisi terjemahan). Jakarta: Rajawali Pers

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ricardo, David Akhmad. 2011. Revolusi Mesir Revolusi Rakyat. Makassar: Arus Timur

Said, Salim. 2001. Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini dan Kelak. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

____________. 2002. Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi: Perkembangan Pemikiran Politik Militer Indonesia 1958-2000. Jakarta: Aksara Karunia Sihbudi, Riza. 1991. Islam, Dunia Arab, Iran: Bara di Timur Tengah. Bandung:

Mizan

____________. 2007. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Mizan

Singh, Bilveer. 1995. Dwifungsi ABRI: Asal-usul, Aktualisasi dan Implikasinya bagi Stabilitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Sodaro, Michael J. 2001. Comparative Politics: A Global Introduction. Singapura: McGraw Hill


(20)

xx

Sorensen, Georg. 2003. Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek dalam Sebuah Dunia yang Sedang Berubah (edisi terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja sama dengan Center for Critical Social Studies Soros, George. 2006. Zaman Kenisbian Konsekuensi Perang terhadap Teror

(edisi terjemahan). Jakarta: Pusat Data dan Analisa Tempo

Soyomukti, Nurani dan Muhammad Iqbal. 2011. Ben Ali, Mubarak, Khadafi: Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21. Bandung: Medium

Subono, Nur Imam; Hizkia Yosie Polimpung dan Prasojo. 2012. Oposisi Demokratik di Era Mediasi-Massal Demokrasi. Jakarta: UI Press

Sukma, Rizal dan J. Kristiadi (Peny.). 1999. Hubungan Sipil-Militer dan Transisi Demokrasi di Indonesia Persepsi Sipil dan Militer. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS) kerja sama dengan the Asia Foundation

Suyatno. 2008. Menjelajahi Demokrasi. Bandung: Humaniora

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial (edisi terjemahan). Jakarta: Prenada

Sumber Jurnal:

Wibowo, Prihandono. 2010. “Fenomena Neorevivalisme Islam,” dalam Jurnal Global & Strategis Tahun 4, Nomor 2, Juli-Desember 2010, Surabaya: Airlangga University Press

Sumber E-Book:

Lynch, Marc; Susan B. Glasser dan Blake Hounshell. 2011. Revolution in the Arab World: Tunisia, Egypt, and the Unmaking of An Era. Washington: Slate Group

Schlager, Neil dan Jayne Weisblatt. 2006. World Encyclopedia of Political Systems and Parties. Fourth Edition. New York: Facts and File

Smelser, Neil J. 1965. Theory of Collective Behaviour. New York: The Free Press

Sumber Surat Kabar:

Musthafa Abd. Rahman. Militer Tentukan Masa Depan Mesir. Kompas Edisi 5 Juli 2013


(21)

xxi Sumber Internet:

Abdel Monem Said Aly, 2011, The Paradox of the Egyptian Revolution, Massachusetts: Crown Center for Middle East Studies. Diakses dari http://www.brandeis.edu/crown/publications/meb/MEB55.pdf (Diakses pada 28/05/2013)

Abigail Hauslohner dan Yasmine El Rashidi. 2011. The 18-Day Miracle:

Egyptian People Power Ousts Hosni Mubarak, dalam

http://www.time.com/time/world/article/0,8599,2048575,00.html (Diakses pada 04/03/2013)

Ahmad Shokr. 2011. “The Price of Stability: Egypt’s Democratic Uprising. Dalam Economic and Political Weekly Vol. XLVI No. 7, 12 Februari 2011, hal. 10. Diakses dari http://www.epw.in/egypt-understand-uprising/price-stability-egypts-democratic-uprising.html (Diakses pada 15/12/2011). Ahmed Driss. 2011. The Revolution in Tunisia-an Opportunity for a Real Change.

Diakses dari

http://www.um.edu.mt/__data/assets/pdf_file/0020/150392/Chapter_2_-_Ahmed_Driss.pdf (Diakses pada 01/03/2013)

Amnesty International. 2011. Egypt Rises: Killings, Detentions, and Torture in the ’25 January Revolution’, London: Amnesty International Ltd. Diakses dari http://www.amnesty.org/en/library/asset/MDE12/027/2011/en/b33cf2ea-e057-4a34-905b-46a897c4fe6d/mde120272011en.pdf (Diakses pada 16/02/2013)

Anthony Shadid dan David D. Kirkpatrick. 2011. Mubarak Refuses to Step Down,

Stoking Revolt’s Fury and Resolve, dalam

http://www.nytimes.com/2011/02/11/world/middleeast/11egypt.html?pagew anted=all&_r=0 (Diakses pada 28/05/2013)

Ardi Winangun. 2011. Revolusi Jumat Tanpa Ikhwanul Muslimin?. Dalam http://www.detiknews.com/read/2011/02/18/083417/1573386/103/revolusi-jumat-tanpa-ikhwanul-muslimin (Diakses pada 18/12/2011)

Asma Ghribi. 2011. Post-Revolutionary Tunisia in Economic Recession, dalam

http://www.tunisia-live.net/2011/08/24/post-revolutionary-tunisia-experiencing-economic-recession/ (Diakses pada 15/02/2013)

Ayman Mohyeldin. 2012. A Year After Egypt's Uprising: One Revolution, Two

Perspectives, dalam

http://www.time.com/time/world/article/0,8599,2105621,00.html (Diakses pada 28/02/2013)


(22)

xxii

Badra Gaaloul. 2011. Back to the Barracks: the Tunisian Army Post-Revolution, dalam http://carnegieendowment.org/2011/11/03/back-to-barracks-tunisian-army-post-revolution/6lxg (Diakes pada 27/02/2013)

Bahey el-Din Hassan. 2011. Why Tunisia Succeeds While Egypt Fails, dalam http://www.egyptindependent.com/opinion/why-tunisia-succeeds-while-egypt-fails (Diakses pada 28/02/2013)

Basel Sale. 2011. Tunisia: IMF “Economic Medicine” has Resulted in Mass Poverty and Unemployment. Dalam http://www.globalresearch.ca/tunisia-imf-economic-medicine-has-resulted-in-mass-poverty-and

unemployment/22587 (Diakses pada 08/02/2012)

Clement M. Henry dan Robert Springborg. 2011. A Tunisian Solution for Egypt’s Military: Why Egypt's Military Will Not Be Able to Govern. Dalam http://www.foreignaffairs.com/articles/67475/clement-m-henry-and-robert-springborg/a-tunisian-solution-for-egypts-military (Diakses pada 12/02/2013)

Chris McGreal dan Jack Shenker. 2011. “Hosni Mubarak Resigns – and Egypt

Celebrates a New Dawn,” dalam

http://www.guardian.co.uk/world/2011/feb/11/hosni-mubarak-resigns-egypt-cairo (Diakses pada 30/03/2013)

Chusnan Maghribi. 2011. Memprihatinkan Revolusi Arab, dalam http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/07/22/153461/Mem prihatinkan-Revolusi-Arab (Diakses pada 15/02/2013)

Daniel Silverman. 2012. The Arab Military in the Arab Spring: Agent of Continuity of Change? A Comparative Analysis of Tunisia, Egypt, Libya,

and Syria. Diakses dari

http://politicalscience.osu.edu/intranet/cprw/Silverman%20CPRW%202012. pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Daniel Tavana. 2011. Egypt’s Parliamentary Elections: The Political Implications of Electoral Transition, Belfer Center for Science and International Affairs.

Diakses dari

belfercenter.ksg.harvard.edu/files/Tavana-EgyptElectionsGuide.pdf (Diakses pada 26/02/2013)

David D. Kirkpatrick, 2011. Chief of Tunisian Army Pledges His Support for the

Revolution. Dalam

http://www.nytimes.com/2011/01/25/world/africa/25tunis.html?_r=0 (Diakses pada 21/11/2012)

_________________. 2011. Egypt’s Military Expands Power, Raising Alarms, dalam


(23)

http://www.nytimes.com/2011/10/15/world/middleeast/egypts-xxiii

military-expands-power-raising-alarms.html?pagewanted=all (Diakses pada 26/02/2013)

_________________. 2011. Egypt Military Aims to Cement Muscular Role in

Government, dalam

http://www.nytimes.com/2011/07/17/world/middleeast/17egypt.html?pagew anted=all (Diakses pada 26/02/2013)

David D. Kirkpatrick dan Dina Salah Amer. 2011. Egypt’s Economy Slows to a

Crawl: Revolt Is Tested. Dalam

http://www.nytimes.com/2011/06/10/world/middleeast/10egypt.html?pagew anted=all&_r=0 (Diakses pada 17/02/2013)

David S. Sorensen. 2011. Transitions in the Arab World: Spring or Fall? Dalam http://www.au.af.mil/au/ssq/2011/fall/sorenson.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Derek Lutterbeck. 2012. After the Fall: Security Sector Reform in post-Ben Ali Tunisia, Arab Reform Initiative Project. Diakses dari http://www.arab-reform.net/after-fall-security-sector-reform-post-ben-ali-tunisia (Diakses pada 26/11/2012)

Doug Mataconis. 2011. Egyptian Military Expanding Power, dalam http://www.outsidethebeltway.com/egyptian-military-expanding-power/ (Diakses pada 26/02/2013)

Economist Intelligence Unit. 2011. Democracy Index 2011, Democracy Under Stress: A Report from the Economist Intelligence Unit. Diakses dari http://www.sida.se/Global/About%20Sida/S%C3%A5%20arbetar%20vi/EI U_Democracy_Index_Dec2011.pdf (Diakses pada 18/12/2012)

Emma Murphy. 2011. Analysis: Dilemmas of Tunisian Transition, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-12215808 (Diakses pada 15/02/2013)

Ewan Stein. 2011. Revolutionary Egypt: Promises and Perils, dalam http://www2.lse.ac.uk/IDEAS/publications/reports/pdf/SR011/FINAL_LSE _IDEAS__RevolutionaryEgypt_Stein.pdf (Diakses pada 28/05/2013)

Forman and Claude Welch. 2008. Civil-Military Relations: USAID’S Role, Washington: Center for Democracy and Governance Bureau for Global Programs, Field Support, and Research U.S. Agency for International

Development. Diakses dari

http://transition.usaid.gov/policy/ads/200/200sbf.pdf (Diakses pada 26/11/2012)


(24)

xxiv

Hamza Hendawi. 2012. Egypt Elections: Third Round of Parliamentary Vote Begins, dalam http://www.huffingtonpost.com/2012/01/03/egypt-elections_n_1180502.html (Diakses pada 24/04/2013)

Helen Kennedy. 2011. Egyptian Military Won't Crack Down on Protesters, Huge

Blow to Hosni Mubarak's Grip on Power, dalam

http://www.nydailynews.com/news/world/egyptian-military-won-crack-protesters-huge-blow-hosni-mubarak-grip-power-article-1.150268 (Diakses pada 28/05/2013)

Ibrahim Saif. 2011. Challenges of Egypt’s Economic Transition, Washington D.C: Carnegie Endowment for International Peace. Diakses dari http://carnegieendowment.org/files/egypt_econ_transition.pdf (Diakses pada 17/02/2013)

Ihsan Zainuddin. 2011. Mesir Pasca Revolusi. Dalam

www.koranmandar.com/opini/mesir-pasca-revolusi/ (Diakses pada 17/12/2011)

International Foundation for Electoral Systems. 2011. Elections in Egypt: Analysis of the 2011 Parliamentary Electoral System, Washington DC: Middle East and North Africa International Foundation for Electoral

Systems. Diakses dari

http://www.ifes.org/~/media/Files/Publications/White%20PaperReport/2011 /Analysis_of_Egypts_2011_Parliamentary_Electoral_System.pdf (Diakses pada 24/02/2013)

Isabelle Werenfels. 2011. Tunisia Leads the Way Again: Post-Election Power Constellation Promising for Democratisation, Stiftung Wissenschaft und Politik, German Institute for International and Security Affairs. Diakses dari

http://www.swp-berlin.org/fileadmin/contents/products/comments/2011C37_wrf_ks.pdf (Diakses pada 18/12/2012)

James M. Dorsey, 2011, Role of Arab Militaries in Popular Uprisings. Diakses dari http://www.middle-east-studies.net/wp-content/uploads/2011/08/last-words-Role-of-Arab-militaries-in-popular-uprisings.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Johannes Sutanto de Britto. 2011. Dilema Reformasi Ekonomi Mesir Pasca Mubarak, dalam http://jaringnews.com/internasional/timur-tengah/2963/dilema-reformasi-ekonomi-mesir-pasca-mubarak (Diakses pada 16/02/2013)


(25)

xxv

Jon Jensen. 2011. Egypt: The Price of Revolution, dalam

http://www.globalpost.com/dispatch/news/regions/middle-east/egypt/110526/egypt-economy-revolution-protests (Diakses pada 17/07/2013)

Larisa Epatko. 2011. What Is the Role of the Military in Egypt's Transition?, dalam http://www.pbs.org/newshour/rundown/2011/02/egypt-military.html (Diakses pada 18/02/2013)

Loay Mudhoon. 2013. Opinion: Tunisia's Democratization Under Threat, dalam

http://www.dw.de/opinion-tunisias-democratization-under-threat/a-16588415 (Diakses pada 02/03/2013)

Maha Azzam. 2012. Egypt’s Military Council and the Transition to Democracy,

London: Chatham House. Diakses dari

http://www.chathamhouse.org/sites/default/files/public/Research/Middle%2 0East/bp0512_azzam.pdf (Diakses pada 28/05/2013)

Maria Cristina Paciello. 2011. Tunisia: Changes and Challenges of Political Transition, MEDPRO Technical Report No. 3/May 2011, hal. 13. Diakses

dari

http://www.medpro-foresight.eu/system/files/MEDPRO%20TR%20No%203%20WP2%20Pacie llo%20on%20Tunisia.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Marina Ottaway. 2011. Egypt’s Democracy: Between the Military, Islamists, and

Illiberal Democrats, dalam

http://egyptelections.carnegieendowment.org/2011/11/03/egypt%E2%80%9 9s-democracy-between-the-military-islamists-and-illiberal-democrats (Diakses pada 26/02/2013)

Marwan Muasher. 2011. Tunisia’s Lessons for the Arab World, dalam, http://carnegieendowment.org/2011/11/01/tunisia-s-lessons-for-arab-world/75wu (Diakses pada 27/02/2013)

Michael Shkolnik. 2011. Tunisia’s Renaissance, United Nation Association in Canada. Diakses dari www.unac.org/en/news_events/.../20111210-TunisiaRenaissance.pdf (Diakses pada 27/02/2013)

Middle East & Islamic Studies Collection Blog Cornell University. 2011.

Tunisian Constituent Assembly Election 2011, dalam

http://blogs.cornell.edu/mideastlibrarian/2011/08/19/constituent-assembly-elections-in-tunisia-23-october-2011/ (Diakses pada 23/02/2013)

Nico Harjanto. 2011. Kuda Hitam dari Kubu Militer, dalam http://www.beritasatu.com/blog/nasional-internasional/1152-kuda-hitam-dari-kubu-militer.html (Diakses pada 14/03/2013)


(26)

xxvi

Paul Amar. 2011. Egypt After Mubarak, dalam

http://www.thenation.com/article/160439/egypt-after-mubarak# (Diakses pada 17/02/2013)

Policy Analysis Unit Arab Center for Research and Policy Studies. 2011. Tunisia’s Elections: A Milestone on the Path to Democratic Transformation, dalam http://english.dohainstitute.org/release/d6404bfb-3ebe-4bff-83d1-ece5285b5a1a (Diakses pada 23/02/2013)

Roula Khalaf. 2011. Tunisia: After the Revolution, dalam

http://www.ft.com/intl/cms/s/2/9272ed50-76b9-11e0-bd5d-00144feabdc0.html#axzz2KqEadozu (Diakses pada 14/02/2013)

Said Shehata. 2011. Profiles of Egypt's Political Parties, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-15899548 (Diakses pada 24/02/2013)

_____________. 2011. Profiles of Egypt's Political Parties, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-15899539 (Diakses pada 24/02/2013)

_____________. 2011. Profiles of Egypt's Political Parties, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-15899546 (Diakses pada 24/02/2013)

SlovakAid. 2012. Civil Society Needs Assessment in Tunisia, Final Report.

Diakses dari

http://www.pdcs.sk/files//file/Projekty/CSO%20Needs%20Assessment%20 Tunisia%20Final%20PUBLIC.pdf (Diakses pada 02/03/2013)

Soumaya Ghannoushi. 2011. The Role of the Army in Egypt's New Politics, dalam http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2011/09/2011928123423611947. html (Diakses pada 26/02/2013)

Steven A. Cook. 2011. Tunisia After Ben Ali, dalam

http://www.cfr.org/democracy-and-human-rights/tunisia-after-ben-ali/p23804 (Diakses pada 21/02/2013)

Steven L. Taylor. 2011. The Military Still Runs Egypt, dalam http://www.outsidethebeltway.com/the-military-still-runs-egypt/ (Diakses pada 26/02/2013)

The Carter Center. 2011. National Constituent Assembly Elections in Tunisia October 23, 2011. Final Report, Atlanta: The Carter Center. Diakses dari http://www.cartercenter.org/resources/pdfs/news/peace_publications/electio n_reports/tunisia-final-Oct2011.pdf (Diakses pada 28/02/2013)


(27)

xxvii

The Heritage Foundation. 2010. Index of Economic Freedom. Dalam http://www.heritage.org/Index/Ranking (Diakses pada 08/02/2013)

Thomas Fuller. 2011. Tunisians Turn to Everyday Matters, dalam http://www.nytimes.com/2011/02/14/world/africa/14tunisia.html?_r=0 (Diakses pada 14/02/2013)

Thomas Plofchan. 2011. Guide to Egypt’s Election Process, dalam http://www.aucegypt.edu/gapp/cairoreview/pages/articledetails.aspx?aid=10 5 (Diakses pada 26/02/2013)

Toby Dodge. 2011. Conclusion: the Middle East After the Arab Spring. Diakses dari

http://www2.lse.ac.uk/IDEAS/publications/reports/pdf/SR011/FINAL_LSE _IDEAS_ConclusionsTheMiddleEastAfterTheArabSpring_Dodge.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Transparency International. 2010. Corruption Perception Index 2010. Diakses dari

http://www.locationselector.com/images/stories/featured_reports/CPI_report _ForWeb.pdf (Diakses pada 24/12/2012)

Tunggul Naibaho. 2011. Revolusi Mesir: Revolution by Internet. Dalam www.batamtoday/detail_berita.php?id=1662 (Diakses pada 17/12/2011) United States Department of State Bureau of Democracy, Human Rights and

Labor, 2011, Country Reports on Human Rights Practices for 2011:

Tunisia. Diakses dari

http://www.state.gov/documents/organization/186663.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Ursula Lindsey. 2011. Thousands Tried Under Military Rule in Post Revolution Egypt, dalam http://www.theworld.org/2011/11/thousands-tried-under-military-rule-in-post-revolution-egypt/ (Diakses pada 19/02/2013)

Yezid Sayigh. 2011. Arab Armies in Transition. Diakses dari http://www2.jiia.or.jp/pdf/resarch/H23_MiddleEast/10_Sayigh.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

____________. 2011. The Tunisian Army-A New Political Role?, The Cairo Review,

Carnegie Middle East Center, dalam

http://carnegie-mec.org/publications/?fa=45891 (Diakses pada 27/02/2013)

Zoltan Barany. 2011. Comparing the Arab Revolts: The Role of the Military dalam Journal of Democracy Volume 22, Number 4, October 2011, National Endowment for Democracy and The Johns Hopkins University Press.


(28)

xxviii

Diakses dari http://www.journalofdemocracy.org/sites/default/files/Barany-22-4.pdf (Diakses pada 26/11/2012)

Analysis: Egypt Suffers Post-Revolution Blues, dalam

http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-13371974 (Diakses pada 16/02/2013)

Angka Pengangguran Terpelajar Tunisia Tinggi, dalam

http://internasional.tvonenews.tv/berita/view/47792/2011/01/27/angka_peng angguran_terpelajar_tunisia_tinggi.tvOne (Diakses pada 08/02/2013)

Back to the Barracks: the Tunisian Army Post-Revolution, dalam http://carnegieendowment.org/2011/11/03/back-to-barracks-tunisian-army-post-revolution/6lxg (Diakses pada 12/02/2013)

Background: Tunisian Election, diakses dalam

http://www.aljazeera.com/indepth/spotlight/2011/10/20111089246280661.h tml (Diakses pada 23/02/2013). Lihat juga United States Department of State Bureau of Democracy, Human Rights and Labor, op.cit, hal. 13. Diakses dari http://www.state.gov/documents/organization/186663.pdf (Diakses pada 26/11/2012).

Bouazizi, Rakyat Jelata yang Jadi Pahlawan Revolusi Tunisia, dalam http://www.mediaindonesia.com/webtorial/tanahair/?bar_id=MTk4Mzk5 (Diakses pada 09/02/2013)

Cerita Revolusi Dari La Kasba (Tunisia) dalam

http://www.submitbookmarker.com/2011/01/cerita-revolusi-dari-la-kasba-tunisia.html (Diakses pada 09/02/2013)

Dari Kenaikan Harga dan Pengangguran Hingga Penggulingan Presiden Di Tunisia, dalam http://www.berdikarionline.com/editorial/20110117/dari- kenaikan-harga-dan-pengangguran-hingga-penggulingan-presiden-di-tunisia.html#ixzz2Fx7nCBBU (Diakses pada 24/12/2012)

Egypt, dalam http://www.freedomhouse.org/report/freedom-press/2010/egypt (Diakses pada 12/02/2013)

Egypt Revolution Resulted in at Least 840 Deaths: Amnesty Report, dalam http://jurist.org/paperchase/2011/05/eqypt-revolution-resulted-in-at-least-840-deaths-amnesty-report.php (Diakses pada 09/02/2013)

Egypt: After the Revolution, dalam http://www.amnestyusa.org/news/news-item/egypt-after-the-revolution (Diakses pada 16/02/2013)


(29)

xxix

Egypt: After the Revolution, the Ballot Box, dalam

http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2011/feb/13/observer-editorial-egypt-democracy (Diakses pada 16/02/2013)

Egypt Constitution Changes Pass Overwhelmingly in Referendum, dalam

http://www.huffingtonpost.com/2011/03/21/egypt-constitution-change_n_838246.html (Diakses pada 21/12/2011)

Egyptian Elections: Preliminary Results [Updated], dalam

http://www.jadaliyya.com/pages/index/3331/egyptian-elections_preliminary-results_updated- (Diakses pada 24/02/2013)

Egypt's Islamist Parties Win Elections to Parliament, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-16665748 (Diakses pada 24/02/2013). Lihat juga Bradley Dubbelman, 2012, Egypt Parliamentary

Election Report (Lower House), dalam

http://www.polity.org.za/article/egypt-parliamentary-election-report-lower-house-2012-01-27 (Diakses pada 24/02/2013)

Egypt Is Still Run By A Military Dictatorship, dalam

http://globalpublicsquare.blogs.cnn.com/2011/05/26/zakaria-egypt-is-still-run-by-a-military-dictatorship/ (Diakses pada 26/02/2013)

Egypt’s Supreme Council of the Armed Forces: Statements and Key Leaders.

2011. Dalam

http://www.nytimes.com/interactive/2011/02/10/world/middleeast/2011021 0-egypt-supreme-council.html?ref=mohammedhusseintantawi (Diakses pada 19/06/2013)

Excerpts from Field Marshal Mohamed Hussein Tantawi's Speech, 2011, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-15847315 (Diakses pada 19/06/2013)

Final Results of Tunisian Elections Announced, dalam http://www.tunisia-live.net/2011/11/14/tunisian-election-final-results-tables/ (Diakses pada 23/02/2013)

Financing Foreign Policy Hosni Mubarak, dalam

http://www.netadvisor.org/2011/02/12/ financing-foreign-policy-hosni-mubarak/ (Diakses pada 11/12/2011)

Hari ini Rakyat Mesir Gelar Pemilu dalam

http://internasional.kompas.com/read/2011/11/28/14051734/Hari.Ini.Rakyat .Mesir.Gelar.Pemilu (Diakses pada 22/11/2012)


(30)

xxx

Hasil Akhir Pemilu Majlis Shoura: FJP (105 kursi), al-Nur (46 kursi), al-Wafd

(13 Kursi), Kutlah (8 Kursi), dalam

http://www.in-former.org/2012/02/hasil-akhir-pemilu-majlis-shoura-fjp.html (Diakses pada 26/02/2013)

Hosni Mubarak Mulai Diadili Hari Ini, dalam

http://dunia.vivanews.com/news/read/237778-hosni-mubarak-mulai-diadili-hari-ini (Diakses pada 11/12/2011)

Is Egypt's Military Turning Against the Revolution?, dalam

http://www.theatlantic.com/international/archive/2011/03/is-egypts-military-turning-against-the-revolution/71859/ (Diakses pada 19/02/2013)

Kegagalan Barat Membajak Revolusi Mesir, dalam

http://indonesian.irib.ir/telisik/-/asset_publisher/k0Z8/content/id/4948561 (Diakses pada 16/02/2013)

Ketua Parlemen Ditunjuk Sebagai Presiden ad Interim Tunisia, dalam http://www.dw.de/ketua-parlemen-ditunjuk-sebagai-presiden-ad-interim-tunisia/a-14768426 (Diakses pada 14/02/2013)

Krisis Politik Timur Tengah, dalam

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/krisis-politik-timur-tengah-bi-2-softkills/ (Diakses pada 16/02/2013)

Malam Dramatis Buat Presiden Terguling Tunisia, dalam

http://www.investor.co.id/home/malam-dramatis-buat-presiden-terguling-tunisia/3153 (Diakses pada 14/02/2013)

Military Expenditure (Current LCU) in Tunisia, dalam

http://www.tradingeconomics.com/tunisia/military-expenditure-current-lcu-wb-data.html (Diakses pada 08/02/2013)

Military of Tunisia, dalam

http://www.princeton.edu/~achaney/tmve/wiki100k/docs/Military_of_Tunis ia.html (Diakses pada 08/02/2013)

Military Expenditure (Current LCU) in Egypt, dalam

http://www.tradingeconomics.com/egypt/military-expenditure-current-lcu-wb-data.html (Diakses pada 08/02/2013)

Militer Berperan dalam Revolusi Timteng dalam

http://internasional.kompas.com/read/2011/03/29/04322535/Militer.Berpera n.dalam.Revolusi.di.Timteng (Diakses pada 21/11/2012)


(31)

xxxi

Mursi Menangi Pemilihan Presiden Mesir dalam

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/19/115411443/Mursi-Menangi-Pemilihan-Presiden-Mesir (Diakses pada 31/01/2013)

No Change in Post-Revolution Egypt, dalam

http://www.brasschecktv.com/videos/the-middle-east/nothing-has-changed-in-post-revolutionary-egypt.html (Diakses pada 19/02/2013)

Parpol Ancam Boikot Pemilu Parlemen Mesir, dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/09/110928_egyptelection.shtml (Diakses pada 26/02/2013)

Pasca-Revolusi, AS Tawarkan Bantuan untuk Militer Tunisia, dalam

http://www.dakta.com/berita/internasional/8328/pasca-revolusi-as-tawarkan-bantuan-untuk-militer-tunisia.html/ (Diakses pada 14/02/2013) Pemerintahan Tunisia Dibubarkan, dalam

http://www.dw.de/pemerintahan-tunisia-dibubarkan/a-14767569 (Diakses pada 14/02/2013)

Pemilu Mesir: Ikhwanul Menang 47% Kursi Parlemen, dalam

http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/01/22/ly6yad-pemilu-mesir-ikhwanul-menang-47-kursi-parlemen (Diakses pada 24/02/2013)

Post-Revolution Tunisia Faces Economic Woes, dalam

http://www.npr.org/2011/04/08/135239854/post-revolution-tunisia-faces-economic-woes (Diakses pada 15/02/2013)

Presiden Ben Ali Meninggalkan Tunisia, dalam http://www.dw.de/presiden-ben-ali-meninggalkan-tunisia/a-14767738 (Diakses pada 14/02/2013)

Profil Para Calon Presiden Mesir dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2012/05/120516_egypt_ca ndidates.shtml (Diakses pada 31/01/2013)

Revolusi Arab dan Dampaknya pada Israel, dalam

http://www.pmarrisalah.com/revolusi-arab-dan-dampaknya-pada-israel.html (Diakses pada 16/02/2013)

Siapa Zine al-Abidine Ben Ali? dalam http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/siapa-zine-al-abidine-ben-ali.htm#.UNfrklImDIU (Diakses pada 26/12/2012)

Situasi Tunisia Terus Bergolak, dalam

http://www.islamtimes.org/vdccm4qp.2bqsm8f5a2.html (Diakses pada 14/02/2013)


(32)

xxxii

Statistik Faceboker Mesir, dalam http://www.socialbakers.com/facebook-statistics/egypt#chart-intervals (Diakses pada 18/12/2011)

Supreme Council of the Armed Forces Constitutional Declaration, dalam http://egyptelections.carnegieendowment.org/2011/04/01/supreme-council-of-the-armed-forces-constitutional-announcement (Diakses pada 21/12/2011)

The Calculation of Tunisia’s Military, dalam

http://mideast.foreignpolicy.com/posts/2011/01/20/the_calculations_of_tuni sias_military (Diakses pada 08/02/2013)

The Concise Idiot's Guide to the Egyptian Elections, dalam http://www.jadaliyya.com/pages/index/3192/the-concise-idiots-guide-to-the-egyptian-elections (Diakses pada 24/02/2013)

The Constitution of the Arab Republic of Egypt, 1971 (as Amended to 2007). Diakses dari http://www.constitutionnet.org/files/Egypt%20Constitution.pdf (Diakses pada 24/11/2012)

The Egyptian Armed Force and Military, dalam

http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=888144 (Diakses pada 08/02/2013)

The Egyptian Army in Modern History, dalam http://www.mmc.gov.eg/ (Diakses pada 08/02/2013)

The World Factbook, dalam https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ts.html#top (Diakses pada 24/12/2012)

The World Factbook, dalam https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/eg.html (Diakses pada 24/12/2012)

Timeline: Egypt’s Revolution, dalam

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/01/201112515334871490. html (Diakses pada 08/02/2013)

Timeline: Tunisia’s Uprising, dalam

http://www.aljazeera.com/indepth/spotlight/tunisia/2011/01/2011141422238 27361.html (Diakses pada 08/02/2013)

Tunisian Army Chief Warns Against 'Power Vacuum'. 2011. dalam http://www.alarabiya.net/articles/2011/01/24/134798.html (Diakses pada 19/06/2013)

Tunisia Constitution, adopten on 1 Juni 1959, amandment on 12 Juli 1988.


(33)

xxxiii

http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/cafrad/unpan00484 2.pdf (Diakses pada 24/11/2012)

Tunisian Election Results Tables, dalam http://www.tunisia-live.net/2011/10/24/tunisian-election-results-tables/ (Diakses pada 23/02/2013)

Tunisia, Enam Bulan Setelah Revolusi, dalam http://www.dw.de/tunisia-enam-bulan-setelah-revolusi/a-15235268 (Diakses pada 14/02/2013)

Tunisia Gelar Pemilu Pertama, dalam

http://www.tempo.co/read/news/2011/10/24/115362884/Tunisia-Gelar-Pemilu-Pertama (Diakses pada 23/02/2013)

Tunisia Gelar Pemilihan Umum Bersejarah dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/10/111023_tunisiaelection.shtm l (Diakses pada 22/11/2012)

Tunisia Installs Moncef Marzouki as President dalam

http://www.guardian.co.uk/world/2011/dec/13/tunisia-moncef-marzouki-president (Diakses pada 31/01/2013)

Tunisian Leader Appeals for Calm After Postelection Clashes, dalam http://edition.cnn.com/2011/10/28/world/meast/tunisia-elections (Diakses pada 23/02/2013)

Tunisia’s Military ‘Will Protect Revolution’: Army Chief, dalam

http://www.euronews.com/2011/01/24/tunisia-s-military-will-protect-revolution-army-chief/ (Diakses pada 27/02/2013)

Tunisia Profile, dalam http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-14107241 (Diakses pada 12/02/2013)

Tunisia, dalam http://www.freedomhouse.org/report/freedom-press/2010/tunisia (Diakses pada 12/02/2013)

Voting Begins in Egypt’s Landmark Elections, dalam http://blogs.voanews.com/breaking-news/2011/11/28/voting-begins-in-egypts-landmark-elections-2/ (Diakses pada 25/02/2013)

WikiLeaks: Kepala Dewan Tinggi Militer Mesir Tolak Reformasi, dalam

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/internasional/11/02/16/164309-wikileaks-kepala-dewan-tinggi-militer-mesir-tolak-reformasi (Diakses pada 17/02/2013)

What’s Going on In Egypt, dalam

http://www.huffingtonpost.com/2011/01/28/whats-going-on-in-egypt_n_815734.html&usg= (Diakses pada 15/12/2011)


(34)

xxxiv

UN Rights Expert: 300 Died During Tunisia Uprising, dalam http://jurist.org/paperchase/2011/05/un-rights-expert-300-died-during-tunisia-uprising.php (Diakses pada 09/02/2013)

http://www.undp.org.eg/ (Diakses pada 15/12/2011)

http://www.tradingeconomics.com/tunisia/unemployment-rate (Diakses pada 07/02/2013)

http://www.tradingeconomics.com/tunisia/gdp-growth (Diakses pada 07/02/2013). http://www.tradingeconomics.com/tunisia/inflation-cpi (Diakses pada

07/02/2013)

http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/africa/lgcolor/tncolor.htm (Diakses pada 24/12/2012)

http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/africa/lgcolor/egcolor.htm (Diakses pada 24/12/2012)

http://www.tradingeconomics.com/egypt/gdp-growth (Diakses pada 07/02/2013) http://www.tradingeconomics.com/egypt/inflation-cpi (Diakses pada 07/02/2013) http://www.tradingeconomics.com/egypt/unemployment-rate (Diakses pada

07/02/2013)

http://www.transparency.org/regional_pages/africa_middle_east/current_projects/ mabda/focus_countries/egypt (Diakses pada 15/12/2011)

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ts.html (Diakses pada (08/02/2013)


(35)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Timur Tengah (Middle East)1 selalu menarik untuk dibicarakan, dijadikan bahasan dan objek penelitian. Hal itu karena Timur Tengah memiliki posisi strategis dalam pertimbangan geopolitik, baik pada masa kolonialisme maupun setelahnya.2 Sejak pertengahan abad ke-20, Timur Tengah telah menjadi kawasan yang kaya sejarah, pusat terjadinya peristiwa-peristiwa dunia, dan menjadi wilayah yang sangat sensitif, baik dari segi kestrategisan lokasi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan keagamaan.

Sensitivitas tersebut menjadikan kawasan Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki warna-warni ideologi perpolitikan serta cenderung dirundung konflik dari masa ke masa sehingga dianggap sebagai trouble spot di dunia. Begitu pula dengan yang terjadi secara beruntun pada gerakan perlawanan

1

Istilah Timur Tengah merupakan pemilahan wilayah yang dilakukan pada masa kolonial. Tetapi umumnya Timur Tengah dianggap mencakup wilayah Asia Barat Daya dan Afrika Utara. Kawasan ini didominasi oleh negara-negara Muslim Arab dan non-Arab, mulai dari Maroko di ujung barat sampai Afghanistan di ujung timur, termasuk Lebanon, Israel dan Cyprus. Jadi, pemilahan Timur Tengah bukan berdasar pada letak teritorial tetapi lebih pada makna politik. Adapun dalam konteks tulisan ini, penulis memaknai Timur Tengah seperti yang diusulkan oleh W.B. Fischer dalam The Middle East and North Africa, yaitu suatu wilayah yang meliputi the highland countries of Turkey and Iran; Cyprus, negara-negara yang berbahasa Arab di sepanjang pantai timur Laut Tengah, yaitu Syiria, Lebanon dan Palestina; Israel; negara-negara di semenanjung Arab; Irak; negara-negara di tepi Sungai Nil, yaitu Sudan dan Mesir; dan Libya, Tunisia serta Maroko. Dikutip dalam Bantarto Bandoro (Ed.), 1991, Timur Tengah Pasca Perang Teluk: Dimensi Internal dan Eksternal, Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, hal. 14.

2

Prihandono Wibowo, 2010, Fenomena Neorevivalisme Islam, dalam Jurnal Global & Strategis Tahun 4, Nomor 2, Juli-Desember 2010, Surabaya: Airlangga University Press, hal. 179.


(36)

2

rakyat terhadap rezim diktator pada beberapa negara di Jazirah Arab sepanjang tahun 2011, khususnya Tunisia dan Mesir.

Gelombang perlawanan rakyat (people power) yang dikenal dengan Arab Spring terjadi akibat kejenuhan dan kemuakan rakyat atas kekuasaan rezim otoriter yang mengungkung kebebasan serta tidak terpenuhinya hak-hak kemanusiaan yang diharapkan rakyat. Ironisnya, negara-negara di kawasan Timur Tengah merupakan negara kaya, utamanya hasil minyak. Namun, korupsi terhadap sektor ekonomi publik serta angka pengangguran dan kemiskinan menjadi masalah bagi rakyat di negara-negara Arab. Bahkan, berdasarkan data World Bank, Gross Domestic Product (GDP) atau pendapatan per kapita rakyat di negara-negara Timur Tengah hanya tumbuh 0,5 persen per tahun sejak 1980 hingga 2004.3

Lebih lanjut, negara-negara di kawasan tersebut mengikuti satu pola yang sama dalam mekanisme pemerintahan dan tipe rezim, yaitu pemerintahan otoriter. Hal itu terlihat di Tunisia di bawah kepemimpinan Zine el-Abidin Ben Ali yang telah berkuasa selama 24 tahun; Yaman di bawah kekuasaan Ali Abdullah Saleh yang berkuasa selama 32 tahun; Kuwait di bawah pemerintahan Perdana Menteri Syaikh Nasser al-Mohammad al-Sabah, di mana keluarga al-Sabah telah menguasai Kuwait selama 250 tahun. Selanjutnya, Amir Syaikh Hamad bin Isa al-Khalifa berkuasa di Bahrain sejak 2010 setelah menggantikan ayahnya Syaikh Isa bin Salman al-Khalifa yang berkuasa sejak 1971. Kemudian, Yordania di bawah pemerintahan Raja Abdullah II; dan Aljazair di bawah Presiden Abdelaziz

3

Blake Hounshell, So Much To Be Angry About, dalam Marc Lynch, Susan B. Glasser, dan Blake Hounshell, 2011, Revolution in the Arab World: Tunisia, Egypt, and the Unmaking of An Era, Washington: Slate Group, hal. 4.


(37)

3

Bouteflika; serta Arab Saudi di bawah Raja Abdullah Ibn Saud. Adapun Libya sejak 1969 berada di bawah otoritarianisme Moammar Qadhafi; Maroko di bawah kekuasaan Raja Mohammed VI; dan Suriah di bawah pemerintahan Bashar Al-Assad. Kemudian Mesir juga berada di bawah kekuasaan otoriter Hosni Mubarak selama tiga dekade sejak 1981.

Secara umum, negara-negara di Timur Tengah masih memiliki sistem dan budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrasi. Bahkan, sebagian besar masih mempertahankan corak politik tradisional dan feodal (kerajaan) dengan kekuasaan mutlak berada di tangan penguasa.4 Meskipun sebagian besar negara-negara di Timur Tengah memiliki simbol-simbol dan instrumen demokrasi yang secara konseptual digunakan untuk membagi kekuasaan agar tidak terpusat, namun kenyataan dalam praktiknya jauh dari nilai-nilai demokrasi.

Menurut George Soros, sedikitnya negara Timur Tengah yang menerapkan demokrasi diakibatkan karena kawasan tersebut telah mengalami kegagalan yang mendalam dikarenakan sejarah panjang intervensi Barat. Intervensi tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan sumber daya alam, khususnya minyak, dan bukan membangun demokrasi.5 Maka, lahirlah pemerintahan-pemerintahan otoriter di banyak negara di kawasan kaya minyak tersebut yang didukung oleh negara-negara Barat.

Akibat dari pengaruh dan eksistensi kekuasaan otoriter tersebut adalah kemiskinan yang melanda rakyat dengan lebarnya kesenjangan antara kaya dan

4

Nurani Soyomukti dan Muhammad Iqbal, 2011, Ben Ali, Mubarak, Khadafi: Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21, Bandung: Medium, hal. 30.

5

George Soros, 2006, Zaman Kenisbian Konsekuensi Perang terhadap Teror (edisi terjemahan),


(38)

4

miskin. Serta, korupsi elit pemerintah, angka pengangguran yang tinggi, kebebasan yang dikekang, dan beragam persoalan lain yang menyengsarakan rakyat. Akumulasi dari kejenuhan pada semua pemerintahan otoriter tersebut memuncak dengan lahirnya gejolak perlawanan rakyat untuk menggulingkan rezim berkuasa dan menuntut kebebasan.

Perlawanan rakyat terhadap pemerintahan otoriter tersebut berawal dari Tunisia yang berhasil menggulingkan Ben Ali pada 14 Januari 2011. Pemicunya adalah Mohamed Bouazizi, seorang yang bekerja sebagai pedagang sayur melakukan protes kepada polisi yang menyita gerobak jualannya. Cara protes yang dilakukan adalah dengan membakar diri pada 17 Desember 2010. Tindakan heroik ini memunculkan duka dan keprihatinan yang akhirnya melahirkan solidaritas rakyat. Kemudian, memicu gerakan protes yang terus meluas sebagai akumulasi kemarahan rakyat terhadap berbagai penindasan dan penyimpangan pemerintahan Ben Ali.6 Gerakan rakyat itu selanjutnya menginspirasi gerakan serupa yang terjadi di Mesir.

Efek domino dari Revolusi Melati (Jasmine Revolution) di Tunisia, menginspirasi rakyat Mesir melakukan perlawanan terhadap rezim Hosni Mubarak. Hal itu akibat kejenuhan akan keterpurukan ekonomi dan kesenjangan sosial yang dialami rakyat serta korupsi, kolusi, dan nepotisme selama 30 tahun di bawah kekuasaan Mubarak. Revolusi 25 Januari di Mesir selama 18 hari juga berhasil melengserkan Mubarak pada 11 Februari 2011 dari kekuasaannya yang bertahan sejak 1981.

6


(39)

5

Secara umum, Revolusi Melati di Tunisia dan Revolusi 25 Januari di Mesir disebabkan oleh faktor atau latar belakang yang sama, yaitu kondisi sosial, ekonomi, serta politik di bawah rezim otoriter. Berlangsungnya kedua revolusi itu juga berasal dari bawah (bottom up), yakni perlawanan rakyat. Aliansi Buruh Tunisia memiliki andil besar dalam aksi penumbangan Ben Ali. Aliansi buruh yang berkolaborasi dengan guru, mahasiswa, wartawan, organisasi wanita, serta lembaga swadaya masyarakat menjadi urat nadi gerakan protes warga.7 Sementara di Mesir, gerakan rakyat disokong sepenuhnya oleh kaum muda Mesir yang mendapat dukungan dari berbagai elemen rakyat.8 Selain itu, juga terdapat dukungan elit, yakni kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin (IM). IM merupakan kelompok oposisi dan gerakan politik yang selama pemerintahan Mubarak dilarang dan aktivitas politiknya dibatasi.

Gerakan rakyat dalam wujud revolusi di dua negara juga berlangsung secara represif. Baik Ben Ali maupun Mubarak berupaya menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan aksi rakyat. Namun, militer justru lebih mendukung perlawanan rakyat. Di Tunisia, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tunisia Jenderal Rachid Ammar menolak perintah Ben Ali untuk menembaki para pengunjuk rasa ketika situasi semakin memanas.9 Ammar, dalam sebuah pernyataan, bahkan mengakui bahwa militer akan melindungi revolusi.10 Adapun di Mesir, pada

7

Ibid., hal. 17-18. 8

Ibid., hal. 84. 9

Lihat Militer Berperan dalam Revolusi Timteng, dalam

http://internasional.kompas.com/read/2011/03/29/04322535/Militer.Berperan.dalam.Revolusi.di.Ti mteng (Diakses pada 21/11/2012).

10

David D. Kirkpatrick, 2011, Chief of Tunisian Army Pledges His Support for the Revolution

dalam http://www.nytimes.com/2011/01/25/world/africa/25tunis.html?_r=0 (Diakses pada


(40)

6

awalnya militer diterjunkan untuk menjaga keselamatan sejumlah obyek vital sepanjang unjuk rasa massa. Namun, pihak militer kemudian berbalik arah mendukung aksi protes rakyat. Melalui sebuah pernyataan pada 31 Januari 2011, militer berjanji tidak akan menumpas protes massa anti pemerintah.11

Keterlibatan militer dalam mendukung perlawanan rakyat tersebut menjadi menarik. Padahal baik Ben Ali maupun Mubarak memiliki latar belakang (background) militer sebelum berkuasa.12 Selain itu, konstitusi kedua negara menyatakan bahwa kedudukan presiden adalah sebagai pemimpin tertinggi angkatan bersenjata atau militer. Hal itu berdasarkan pada Pasal 44 konstitusi Tunisia13 serta Pasal 150 konstitusi Mesir.14 Namun kemudian, militer justru mengambil posisi yang berlawanan dengan pemerintah saat desakan perlawanan rakyat semakin menguat untuk melengserkan presiden. Tidak hanya itu, selama pemerintahan Mubarak di Mesir, militer memiliki posisi yang strategis dan diuntungkan serta menikmati hak-hak istimewa. Setiap tahun negara

11

Nurani Soyomukti dan Muhammad Iqbal, Op. Cit., hal. 138. 12

Ben Ali pernah menjadi Jenderal Angkatan Perang Tunisia. Pernah mengikuti pendidikan militer di Inter-Arms Saint-Cyr, pendidikan artileri Chalons-en-champagne dan pendidikan militer di Amerika Serikat. Tahun 1964 sebagai Kepala Departemen Keamanan Militer, selanjutnya Direktur Jenderal Keamanan Nasional Departemen Dalam Negeri pada tahun 1977. Adapun Mubarak adalah Jenderal Angkatan Udara Mesir dalam perang Yom Kippur Arab-Israel pada tahun 1973 hingga kemudian menjadi wakil presiden di era Anwar Sadat. Mubarak menyelesaikan pendidikannya di Akademi Militer tahun 1949 dan Akademi Angkatan Udara.

13Pasal 44 menyatakan bahwa, “

The President of the Republic is the Supreme Commander of the Armed Forces.” Tunisia Constitution, adopten on 1 Juni 1959, amandment on 12 Juli 1988,

diakses dari http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/cafrad/unpan004842.pdf

(Diakses pada 24/11/2012). 14Pasal 150 menyatakan bahwa, “

The President of Republic shall be the Supreme Commander of

the Armed Forces.” The Constitution of the Arab Republic of Egypt, 1971 (as Amended to 2007),

diakses dari http://www.constitutionnet.org/files/Egypt%20Constitution.pdf (Diakses pada 24/11/2012).


(41)

7

mengalokasikan anggaran pertahanan yang besar serta disokong oleh bantuan Amerika Serikat (AS) untuk pengadaan senjata.15

Lebih lanjut, pasca lengsernya Ben Ali dan Mubarak oleh gerakan perlawanan rakyat, Tunisia dan Mesir mulai memasuki upaya demokratisasi. Menurut Huntington, terdapat tiga syarat agar demokratisasi dapat terjadi pada tingkatan yang paling sederhana, yakni berakhirnya sebuah rezim otoriter; dibangunnya sebuah rezim demokratis; dan pengonsolidasian rezim demokratis itu.16 Setelah berakhirnya rezim, upaya membangun rezim demokratis di kedua negara ditandai dengan pelaksanaan pemilihan umum (pemilu).

Pemilu di Tunisia dan Mesir ditandai dengan adanya kompetisi individu dan partai politik dalam pemilu. Pemilu diselenggarakan secara bebas dan diikuti oleh partisipasi warga secara luas. Hal itu menegaskan apa yang dikatakan oleh Robert Dahl bahwa dimensi utama demokrasi adalah adanya kontes dan partisipasi yang mengimplikasikan adanya kebebasan sipil dan politik.17 Dimensi demokrasi tersebut salah satunya tercermin melalui pelaksanaan pemilu.

Pemilu di Tunisia berlangsung pada 23 Oktober 2011 secara bebas dan langsung setelah sembilan bulan lengsernya Ben Ali. Diikuti lebih dari seratus partai dengan lebih dari tujuh juta pemilih untuk memilih 217 anggota parlemen.18

15

Baca Militer Berperan dalam Revolusi Timteng, dalam

http://internasional.kompas.com/read/2011/03/29/04322535/Militer.Berperan.dalam.Revolusi.di.Ti mteng (Diakses pada 21/11/2012).

16

Samuel P. Huntington, 1995, Gelombang Demokratisasi Ketiga (edisi terjemahan), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hal. 45.

17

Robert A. Dahl, 1971, Polyarchy: Participation and Opposition, New Haven: Yale University Press, hal. 3. Dikutip dalam Suyatno, 2008, Menjelajahi Demokrasi, Bandung: Humaniora, hal. 41.

18

Tunisia Gelar Pemilihan Umum Bersejarah, dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/10/111023_tunisiaelection.shtml (Diakses pada


(42)

8

Selanjutnya, anggota parlemen terpilih akan memilih presiden yang baru. Sementara itu, pemilu langsung untuk memilih 498 anggota parlemen di Mesir berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama pada 28-29 November 2011, tahap kedua pada 5-6 Desember 2011, serta tahap ketiga pada 3 Januari 2012. Pemilu diikuti puluhan partai dengan partisipasi lebih dari 50 juta pemilih.19

Lebih lanjut, penelitian ini merupakan studi perbandingan politik (comparative politic) mengenai keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir. Keterlibatan militer tersebut terlihat dalam perjuangan menumbangkan rezim, ketika rezim tumbang, serta perjuangan setelah tumbangnya rezim dengan pelembagaan demokrasi melalui pemilu pasca revolusi di kedua negara. Studi perbandingan politik diawali dengan menunjukkan hal yang sama dalam fenomena yang berbeda, kemudian menemukan perbedaan di antara keduanya.

Berdasarkan uraian di atas, revolusi di Tunisia dan Mesir memiliki kesamaan latar belakang dan proses berlangsungnya. Proses revolusi di kedua negara menunjukkan adanya keterlibatan militer. Persamaan lainnya adalah pasca lengsernya rezim kemudian digelar pemilu secara langsung dan bebas yang mengimplementasikan adanya kompetisi antar partai dan individu serta partisipasi luas rakyat. Hal tersebut menandai terjadinya transisi demokrasi dan upaya demokratisasi di kedua negara pasca revolusi.

Perbedaannya adalah jika setelah lengsernya rezim Ben Ali, militer di Tunisia tidak berkuasa melainkan pejabat sementara presiden dipegang oleh sipil.

19

Hari ini Rakyat Mesir Gelar Pemilu, dalam

http://internasional.kompas.com/read/2011/11/28/14051734/Hari.Ini.Rakyat.Mesir.Gelar.Pemilu (Diakses pada 22/11/2012).


(43)

9

Sementara di Mesir, pasca lengsernya Mubarak pemerintahan diambil alih oleh Supreme Council of the Armed Forces (SCAF) atau Dewan Agung Militer di bawah pimpinan Jenderal Hussein Tantawi. Selain itu, keterlibatan militer dalam proses pelaksanaan pemilu juga berbeda. Pemilu dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator mengapa transisi yang terjadi di kedua negara dapat disebut sebagai transisi demokrasi. Adapun kriteria perbandingan dalam penelitian ini adalah keterlibatan militer dalam konteks sikap, posisi, dan perannya pada setiap fase transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini berjudul Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir Tahun 2011. Alasan mengapa Tunisia dan Mesir menjadi menarik sebagai objek kajian dalam penelitian ini adalah karena keduanya merupakan dua negara yang mengawali gelombang Arab Spring dan gerakan rakyat di kedua negara sukses menumbangkan rezim otoritarian. Selain itu, militer di kedua negara selama proses revolusi menunjukkan sikap dan respons yang cenderung sama. Lebih dari itu, Tunisia dan Mesir relatif lebih sukses memasuki upaya demokratisasi pasca revolusi dibandingkan dengan negara lain di Timur Tengah yang juga bergejolak selama Arab Spring.

Pernyataan bahwa demokrasi dan demokratisasi di Tunisia dan Mesir memiliki prospek yang lebih sukses dipertegas dengan data yang menunjukkan adanya perubahan signifikan pada indeks demokrasi di kedua negara sebelum dan setelah revolusi. Berdasarkan data The Economist Intelligence Unit’s Index of Democracy 2011, indeks demokrasi Tunisia berada pada peringkat 92 dari 167


(44)

10

negara pada tahun 2011 (pasca revolusi).20 Sebelumnya, Tunisia menempati peringkat 145 pada tahun 2010. Sementara itu, indeks demokrasi Mesir pada tahun 2010 berada pada peringkat 138 menjadi peringkat 115 pada tahun 2011.21 Artinya, Tunisia naik 53 peringkat dan Mesir naik 23 peringkat dalam hal indeks demokrasi setelah terjadinya revolusi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir tahun 2011?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan keterlibatan militer berupa sikap, posisi dan perannya dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir tahun 2011 melalui tiga fase transisi demokrasi. Ketiga fase itu adalah saat terjadinya revolusi, setelah revolusi seiring dengan lengsernya rezim, dan pemilu pasca revolusi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Manfaat Praktis

20

Lihat Economist Intelligence Unit, 2011, Democracy Index 2011, Democracy Under Stress: A

Report from the Economist Intelligence Unit, hal. 13-14. Diakses dari

http://www.sida.se/Global/About%20Sida/S%C3%A5%20arbetar%20vi/EIU_Democracy_Index_ Dec2011.pdf (Diakses pada 18/12/2012).

21


(45)

11

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbandingan mengenai keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir, yaitu ketika revolusi berlangsung, saat lengsernya rezim, serta setelah lengsernya rezim dengan digelarnya pemilu.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih intelektual mengenai studi comparative politic, kajian demokrasi dan civil society, serta hubungan sipil-militer dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mendorong lahirnya penelitian lain terkait topik yang sama mengingat perbincangan mengenai demokrasi dan demokratisasi di Timur Tengah selalu menarik, utamanya pasca Arab Spring.

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu (literature review) menjadi bahan pertimbangan untuk menunjukkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian atau tulisan lain yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian yang menjadi literatur review dalam penelitian ini adalah pertama, penelitian berjudul The Arab Military in the Arab Spring: Agent of Continuity of Change? A Comparative Analysis of Tunisia, Egypt, Libya, and Syria oleh Daniel Silverman dari Ohio State University.22

22

Daniel Silverman, 2012, The Arab Military in the Arab Spring: Agent of Continuity of Change?

A Comparative Analysis of Tunisia, Egypt, Libya, and Syria. Diakses dari

http://politicalscience.osu.edu/intranet/cprw/Silverman%20CPRW%202012.pdf (Diakses pada


(46)

12

Penelitian itu menjelaskan perbedaan perilaku militer (military behaviour) dalam fenomena Arab Spring di Tunisia, Mesir, Libya dan Suriah. Guna menjelaskan perbedaan perilaku militer tersebut, Silverman menganalisis berdasarkan lima faktor yang membentuk perilaku militer, yakni ethnic favoritism, regulated patronaged, unregulated patronaged, perceived legitimacy dan tactical control.

Silverman mengidentifikasi posisi dan peran militer selama revolusi, yaitu retain (mempertahankan), replace (menggantikan), dan remove (melengserkan) rezim otoriter. Dalam konteks Tunisia, Silverman menilai bahwa militer Tunisia bersifat remove (melengserkan) rezim Ben Ali. Sementara militer di Mesir bersifat replace (menggantikan), yakni melengserkan kekuasaan Mubarak kemudian menggantikannya.

Militer Tunisia bersifat removed terhadap Ben Ali karena dinilai militer tidak memiliki hak istimewa (privileges) ekonomi dan etnis selama rezim Ben Ali berkuasa serta militer tidak dikontrol oleh rezim. Kemudian, tidak adanya paksaan atas militer untuk berkuasa di Tunisia ketika terjadi kekosongan pemerintahan. Adapun militer di Mesir mengambil alih (replace) kekuasaan Mubarak sebagai upaya melindungi dan mempertahankan hak istimewa ekonomi yang dimiliki militer selama Mubarak berkuasa.

Selanjutnya, setelah menunjukkan persamaan posisi dan peran militer di kedua negara sebelum dan hingga berlangsungnya revolusi, Silverman menunjukkan perbedaan kunci keduanya. Menurutnya, militer di Tunisia telah bertindak sebagai agent of change (agen perubahan) dalam kehidupan politik dan


(47)

13

mendukung (backing) berlangsungnya transisi demokrasi. Adapun militer di Mesir bertindak sebagai agent of continuity dengan menghalangi (blocking) transisi demokrasi dan menguasai pemerintahan.

Kedua, penelitian oleh Zoltan Barany dari University of Texas-Austin berjudul Comparing the Arab Revolts: The Role of the Military.23 Penelitian itu menjelaskan dan membandingkan bagaimana peran militer dalam Arab Spring di Bahrain, Mesir, Libya, Suriah, Tunisia dan Yaman. Menurut Barany dalam penelitiannya, kesuksesan sebuah revolusi sangat ditentukan oleh adanya dukungan kekuatan bersenjata (militer).

Mengenai respons militer dalam revolusi dunia Arab, Barany menunjukkan perbedaan peran militer di berbagai negara Arab. Di Tunisia dan Mesir, militer memutuskan untuk tidak mem-back up rezim ketika perlawanan rakyat semakin membesar. Sementara di Bahrain dan Suriah, militer berupaya mempertahankan status quo. Adapun di Libya dan Yaman kekuatan militer terpecah hingga adanya intervensi asing.

Lebih lanjut, menurut Barany, kesuksesan perubahan rezim di negara-negara Arab tetap membutuhkan peran militer. Untuk itu, pasca Arab Spring terdapat evolusi hubungan sipil-militer yang menjadi cermin perkembangan dinamika politik dan transisi demokrasi. Transisi demokrasi di Tunisia dipandang lebih optimis dengan adanya upaya militer mendukung peran politik sipil. Adapun

23

Zoltan Barany, 2011, Comparing the Arab Revolts: The Role of the Military dalam Journal of

Democracy Volume 22, Number 4, October 2011, National Endowment for Democracy and The

Johns Hopkins University Press, hal. 28-39. Dalam

http://www.journalofdemocracy.org/sites/default/files/Barany-22-4.pdf (Diakses pada


(1)

32

bertindak sebagai penengah di antara grup-grup politik sipil.74 Kelima, tipe military oligarchy apabila pola koalisi dan careteker (pejabat) di atas menghasilkan sistem politik yang tidak stabil. Sehingga mendorong militer untuk meningkatkan aktivitas politiknya sampai menjadi sebuah kekuatan politik utama yang mengendalikan sendiri politik nasional. Serta, aktivitas politik pihak sipil diubah, dibatasi, atau bahkan ditekan (transformed, constricted and repressed).75

Berdasarkan pembagian di atas, tipe keempat dan kelima merupakan tipe yang menunjukkan adanya peran politik berarti yang dimainkan oleh militer. Peranan politik militer dimulai dan bertindak sebagai penyokong politisi sipil, kemudian berturut-turut menjadi penengah atau wasit, pejabat, dan sampai kepada oligarki atau grup yang paling menentukan dalam kehidupan derajat pengendalian politik oleh militer dan derajat pengendalian politisi sipil terhadap militer.76

Pola hubungan sipil-militer yang terbentuk di Tunisia dan Mesir pasca revolusi, dalam penelitian ini, selanjutnya diidentifikasi berdasarkan lima varian pola hubungan sipil-militer yang diajukan oleh Janowitz di atas. Identifikasi itu akan menunjukkan bagaimana perbedaan pola relasi antara sipil dan militer di kedua negara dalam satu rentang waktu yang sama. Tipologi hubungan sipil-militer yang dikemukakan oleh Janowitz tersebut digunakan dalam penelitian ini karena menurut penulis varian yang diajukan lebih lengkap dan rinci sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan banyak kasus di negara berkembang.

74

Ibid., hal. 83. 75

Baca Ibid. 76

Lihat Arbi Sanit, Angkatan Bersenjata Pembangunan dan Pembaharuan Politik, dalam Asep

Nurjaman (Ed.), 1997, Dwifungsi ABRI, Demokrasi dan Pembaharuan Politik, Malang: UMM


(2)

33

1.7 Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Transisi Demokrasi: Jalur Replacement

Keterlibatan Militer (Indikator: Sikap, Posisi, dan Peran)

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif (perbandingan) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan fenomena yang sama di dua negara berbeda dan menemukan perbedaannya berdasarkan kriteria perbandingan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini, membandingkan keterlibatan militer dalam fase transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir. Keterlibatan militer itu diukur dengan indikator berupa sikap, posisi, dan peran militer dalam setiap fase transisi demokrasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (library research). Data dicari dan dikumpulkan dari berbagai sumber sekunder, antara lain melalui buku, surat kabar, jurnal, artikel, laporan penelitian,

Fase I: Perjuangan

untuk

menumbang-kan rezim

Fase II: Tumbangnya

rezim

Fase III: Perjuangan

setelah tumbangnya

rezim Revolusi

Tunisia dan Mesir


(3)

34

e-book, serta data-data dari internet. Data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dikumpulkan, diolah, diidentifikasi, dan dianalisis kemudian digunakan untuk mendukung uraian penelitian dalam menjawab rumusan masalah.

1.8.3 Teknik Analisis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu berbagai informasi tentang fenomena atau permasalahan yang disimbolkan bukan dalam bentuk angka dan statistik. Adapun data kuantitatif yang merupakan data berbentuk angka dan statistik digunakan untuk mendukung dan mempertegas uraian data kualitatif. Analisis data diawali dengan pengumpulan data, kemudian mereduksi data berdasarkan kebutuhan penelitian. Selanjutnya, data disajikan dan diverifikasi untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

1.9 Ruang Lingkup Penelitian 1.9.1 Batasan Materi

Agar penelitian yang dilakukan dapat fokus maka materi yang digunakan dalam penelitian difokuskan pada keterlibatan aktor militer dalam tiga fase transisi demokrasi di kedua negara. Pertama, adalah saat revolusi di Tunisia dan Mesir berlangsung atau fase perjuangan menumbangkan rezim. Kedua, adalah ketika rezim Ben Ali di Tunisia dam Mubarak di Mesir tumbang. Ketiga, yakni keterlibatan militer dalam perjuangan setelah tumbangnya rezim melalui indikator pemilu. Indikator dari keterlibatan itu diukur dengan melihat sikap, posisi, dan peran militer dalam setiap fase.


(4)

35

1.9.2 Batasan Waktu

Agar materi yang digunakan dapat fokus pada masalah penelitian, maka batasan waktu penelitian ini adalah tahun 2011. Awal tahun 2011 merupakan waktu terjadinya revolusi di Tunisia dan Mesir, yang dalam penelitian ini disebut sebagai fase perjuangan menumbangkan rezim. Setelah revolusi, fase kedua dan ketiga transisi demokrasi berlangsung sepanjang tahun 2011.

1.10 Argumentasi Dasar

Perbandingan keterlibatan militer dalam transisi demokrasi di Tunisia dan Mesir dapat dilihat dengan membandingkan keterlibatan militer dalam tiga fase transisi demokrasi. Ketiga fase itu adalah perjuangan menumbangkan rezim melalui revolusi, setelah tumbangnya rezim, dan perjuangan setelah tumbangnya rezim. Ukuran keterlibatan militer yang dimaksud adalah dengan melihat bagaimana sikap, posisi, dan peran yang ditunjukkan oleh militer dalam setiap fase tersebut. Perbedaan sikap, posisi, dan peran militer tersebut selanjutnya dapat menunjukkan tipe pretorianisme dan model hubungan sipil-militer yang terbentuk di kedua negara.

1.11 Sistematika Penulisan

Guna menjawab rumusan masalah yang diajukan di atas, penelitian ini dibagi ke dalam lima bab. Masing-masing bab memuat uraian yang mendukung kerangka pemikiran berdasarkan landasan konsep dan teori yang digunakan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(5)

36

BAB I Pendahuluan

Bab ini merupakan bagian pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian terdahulu, landasan teori dan konsep, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, ruang lingkup penelitian, argumentasi dasar, serta sistematika penulisan.

BAB II Latar Belakang dan Proses Revolusi di Tunisia dan Mesir

Bab ini berisi gambaran umum Tunisia dan Mesir yakni mengenai profil negara dan rezim. Bab ini menguraikan berbagai kondisi selama pemerintahan rezim Ben Ali dan Mubarak yang menjadi latar belakang revolusi, hingga proses berlangsungnya revolusi, dan hubungan rezim dengan militer selama berkuasa. Bab ini sekaligus menunjukkan keterlibatan militer dalam revolusi sebagai fase pertama transisi demokrasi.

BAB III Kondisi Pasca Revolusi dan Pemilu di Tunisia dan Mesir

Bab ini berisi uraian tentang fase kedua dan ketiga transisi demokrasi. Fase kedua yaitu mengenai sikap, posisi, dan peran militer ketika rezim berhasil ditumbangkan. Fase ketiga yaitu terkait sikap, posisi, dan peran militer dalam proses pemilu.

BAB IV Perbandingan Keterlibatan Militer dalam Transisi Demokrasi di Tunisia dan Mesir

Bab ini berisi analisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu membandingkan keterlibatan militer dalam setiap fase transisi


(6)

37

demokrasi di Tunisia dan Mesir. Uraian perbandingan itu diperoleh berdasarkan analisis keterlibatan militer dengan indikator berupa sikap, posisi, dan perannya dalam ketiga fase transisi demokrasi yang diuraikan pada bab sebelumnya. Perbandingan tersebut selanjutnya menunjukkan bagaimana tipe pretorianisme dan model hubungan sipil-militer yang terbentuk di kedua negara.

BAB V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan penelitian serta diskusi lanjutan yang memungkinkan lahirnya penelitian lain mengenai hal yang belum dibahas dan diuraikan dalam penelitian ini.