Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)
PERAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN JEJARING
SOSIAL
(Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan
Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan
Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan
IDEK HARTODINATA 080904118
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
MEDAN 2012
(2)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi media dan peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah media literacy.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode untuk menggambarkan suatu situasi atau peristiwa selama penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji hipotesis. Penarikan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana peneliti sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian yakni para orang tua yang mempunyai anak yang berusia 13-17 tahun dan mengakses jejaring sosial (Facebook atau Twitter). Berdasarkan data penduduk Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia terdapat 305 KK. Peneliti melakukan pra-penelitian di Lingkungan VII untuk mendapatkan data sesuai kriteria tujuan penelitian di dalam pembatasan masalah, maka terdapat orang tua sejumlah 46
orang. Berdasarkan data populasi yang ada, maka peneliti menggunakan total
sampling dimana jumlah populasi total digunakan menjadi sampel. Dengan demikian
sampel dalam penelitian ini berjumlah 46 orang.
Analisis terhadap data-data dilakukan untuk membuat kesimpulan dalam menggambarkan literasi media dan peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literasi media dalam hal ini jejaring sosial di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia baik. Hal ini terlihat bahwa mayoritas orang tua mengetahui jenis dan isi dari jejaring sosial serta dapat mengakses, menganalisis, mengevaluasi serta mengetahui dan menyadari dengan cepat dampak positif dan negatif dari jejaring sosial terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anaknya. Peran orang tua dalam penelitian ini yaitu ibu sebagai responden dalam penggunaan jejaring sosial yang digunakan oleh anaknya yang berusia remaja cukup baik. Ini terlihat aktivitas remaja dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu terganggu dengan adanya jejaring sosial. Orang tua tetap mengontrol dan mengawasi segala aktvitas anaknya yang berusia beranjak dewasa agar tidak berdampak negatif dengan adanya jejaring sosial.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si, P.hD selaku dosen pembimbing penulis selama
penyelesaian skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan pengarahan serta dukungan doa dan semangat kepada penulis.
5. Ibu Dra. Inon Beydha, M.Si, P.hD selaku dosen penasihat akademik penulis
yang telah memberi nasihat selama masa perkuliahan.
6. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberi ilmu kepada penulis dan
memberi perhatian selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Staf Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara. Kak Icut, Kak Maya dan Kak Ros terima kasih penulis ucapkan atas segala bantuan administrasinya.
(4)
8. Orang tua dan keluarga besar khususnya mama tersayang yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral yang sangat luar biasa.
9. Pak M. Ikshan Lubis selaku Kepala Lingkungan VII Kelurahan Tanjung
Gusta, Kecamatan Medan Helvetia yang telah memberikan izin penelitian untuk penulis di lingkungannya.
10.Debby Oktaria, S.Psi, terima kasih atas segala perhatian, dukungan dan
bantuan yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Agiha Sembiring sahabat seperjuangan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL),
seminar proposal sampai menyelesaikan skripsi ini selalu sama, terima kasih atas bantuan, nasihat dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Sahabatku Jefry S. Bangun, S.Sos, dan sahabat tim futsal selama penulis
menjalani perkuliahan ini : Koncho, Aprianto, Yan Lazzuardy, Josua (Bagor), Ibam, Hendra, Suranta, Novri, Arnold, Rafsan, Fadly, Oka dan semua teman – teman Departemen Ilmu Komunikasi stambuk 2008 yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
13.Sahabat – sahabatku Hira, Atsuko, Nining Kesuma dan yansiq family yang
memberikan motivasi dan dukungan yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi untuk dapat menyusul mereka yang telah wisuda duluan.
14.Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak disebutkan satu – persatu terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak terdapat
ketidaksempurnaan, karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
(5)
Idek Hartodinata
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
BAB I PENDAHALUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Pembatasan Masalah ... 5
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis ... 7
2.1.1 Perkembangan Teknologi Komunikasi ... 7
2.1.2 New Media ... 9
2.1.3 Internet Sebagai Media Komunikasi ... 12
2.1.4 Jejaring Sosial (Social Networking) ... 15
2.1.4.1 Facebook ... 16
2.1.4.2 Twitter ... 18
2.1.5 Literasi Media (Media Literacy) ... 20
2.1.6 Peran Orang Tua ... 24
2.1.6.1 Peran ibu ... 26
(6)
2.3 Model Teoritis ... 28
2.4 2.5 Definisi Operasional ... 29
Operasional Variabel ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian ... 31
3.1.1 Kelurahan Tanjung Gusta ... 31
3.1.2 Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta... 31
3.2 Lokasi Penelitian ... 33
3.3 Metode Penelitian ... 33
3.4 Populasi dan Sampel ... 33
3.4.1 Populasi ... 33
3.4.2 Sampel ... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.6 Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengumpulan Data ... 36
4.2 Langkah-Langkah Mengolah Data ... 37
4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 38
4.4 Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran Responden Penelitian ... 62
5.3 Saran Dalam Kaitan Akademis ... 62
5.4 Saran Dalam Kaitan Praktis ... 62
LAMPIRAN
(7)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1. Operasional Variabel ... 29
2. Mata Pencaharian Penduduk Lingkungan VII ... 32
3. Jumlah Penduduk Lingkungan VII berdasarkan usia ... 32
4. Jumlah Penduduk Lingkungan VII berdasarkan pendidikan ... 32
5. Usia ... 38
6. Pendidikan ... 39
7. Pekerjaan ... 40
8. Arti Jejaring Sosial ... 41
9. Jenis Jejaring Sosial ... 42
10.Pengaruh Jejaring Sosial ... 44
11.Pengaruh Penggunaan Jejaring Sosial Paling Banyak Terjadi ... 45
12.Kepemilikan Jejaring Sosial ... 46
13.Aktivitas Jejaring Sosial ... 46
14.Lama Mengakses Jejaring Sosial ... 47
15.Waktu Mengakses Jejaring Sosial ... 48
16.Aktivitas Remaja / Anak Dalam Jejaring Sosial ... 49
17.Lama Remaja / Anak Mengakses Jejaring Sosial ... 50
18.Waktu Remaja / Anak Mengakses ... 51
19.Kegunaan Konten ... 52
(9)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi media dan peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah media literacy.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode untuk menggambarkan suatu situasi atau peristiwa selama penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji hipotesis. Penarikan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana peneliti sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian yakni para orang tua yang mempunyai anak yang berusia 13-17 tahun dan mengakses jejaring sosial (Facebook atau Twitter). Berdasarkan data penduduk Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia terdapat 305 KK. Peneliti melakukan pra-penelitian di Lingkungan VII untuk mendapatkan data sesuai kriteria tujuan penelitian di dalam pembatasan masalah, maka terdapat orang tua sejumlah 46
orang. Berdasarkan data populasi yang ada, maka peneliti menggunakan total
sampling dimana jumlah populasi total digunakan menjadi sampel. Dengan demikian
sampel dalam penelitian ini berjumlah 46 orang.
Analisis terhadap data-data dilakukan untuk membuat kesimpulan dalam menggambarkan literasi media dan peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literasi media dalam hal ini jejaring sosial di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia baik. Hal ini terlihat bahwa mayoritas orang tua mengetahui jenis dan isi dari jejaring sosial serta dapat mengakses, menganalisis, mengevaluasi serta mengetahui dan menyadari dengan cepat dampak positif dan negatif dari jejaring sosial terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anaknya. Peran orang tua dalam penelitian ini yaitu ibu sebagai responden dalam penggunaan jejaring sosial yang digunakan oleh anaknya yang berusia remaja cukup baik. Ini terlihat aktivitas remaja dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu terganggu dengan adanya jejaring sosial. Orang tua tetap mengontrol dan mengawasi segala aktvitas anaknya yang berusia beranjak dewasa agar tidak berdampak negatif dengan adanya jejaring sosial.
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang
memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Kemunculan situs jejaring sosial ini diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Jejaring sosial maya merupakan salah satu cara membangun struktur sosial yang tidak terikat oleh waktu dan tempat karena melalui dunia maya atau biasa dikenal dengan internet, seseorang dapat berhubungan dengan orang – orang yang berada di belahan dunia manapun.
Banyak situs jejaring sosial yang beredar di internet, misalnya Facebook, Twitter, MySpace, Youtube dan sebagainya. Manfaat positif yang bisa diperoleh melalui situs jejaring sosial ini, misalnya mulai dari menambah teman baru, bertemu dengan teman lama, mempererat komunikasi dengan sanak saudara yang berjauhan, saling bertukar foto, saling bertukar informasi, bahkan bisa juga untuk memulai bisnis baru atau mempromosikan bisnis yang sedang dijalankan. Ditambah dengan penyajian beberapa situs jejaring sosial yang terbilang unik, yaitu dengan menyediakan berbagai macam aplikasi – aplikasi yang menarik seperti mini-game, permainan video, update status, kuis dan sebagainya yang membuat orang penasaran
(11)
dengan situs jejaring – jejaring sosial tersebut, apalagi jika seseorang sudah merasa senang ketika “bermain” di salah satu situs jejaring sosial yang disukainya.
Jejaring sosial bisa diakses di mana saja dan kapan saja hanya dengan
menggunakan sebuah mobile phone atau smartphone, tidak perlu lagi ke warung
internet atau menghidupkan komputer di rumah untuk mengakses internet. Sehingga bukan merupakan hal yang asing lagi jika kita melihat anak-anak, remaja, orang
dewasa bahkan orang tua, asik berinternet ria melalui handphone. Apakah mereka
sekedar browsing, mengupload, atau mendownload, atau sekedar mengecek email. Kegiatan semacam ini sudah lazim kita lihat, semua orang asik dengan handphonenya saat menunggu antrian, di angkutan umum, di dapur, di ruang makan, bahkan saat kuliah sekalipun (Mengoptimalkan Aplikasi Dunia Maya Bagi Pengembangan Potensi Anak dan Orang Tua, Oleh Dra. Mazdalifah, M.Si).
Kemudahan orang dalam mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Kecepatan dari media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan informasi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari
didapatkan bahwa Indonesia memiliki jumlah pengguna atau pengakses facebook sebanyak hampir 41 juta pengakses, atau lebih tepatnya 40.829.720. Jumlah ini dibagi kedalam 2 gender pengakses yaitu pria sebanyak 24.283.600 (59.6%) dan wanita sebanyak 16.461.740 (40.4%). Sesuai hasil penelusuran, ternyata lebih banyak pengakses facebook dari kaum pria daripada wanita dengan selisih prosentase yang cukup jauh yaitu sebesar 19.2%. Indonesia bahkan tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat, Brazil, Perancis, Jerman, dan lain sebagainya. Ada satu hal cukup mengejutkan bagi peneliti yaitu umur 13 – 17 tahun pun sudah mengakses Facebook. Untuk situs jejaring sosial Twitter, Indonsia berada di peringkat kelima dengan jumlah pengguna 19,5 juta
Itu berarti bahwa jumlah
(12)
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pengguna situs jejaring sosial oleh remaja di Indonesia menunjukkan persentase yang cukup besar. Ini disebabkan remaja saat ini bisa hampir setiap jam menyempatkan waktunya untuk setidaknya mengecek akun jejaring sosial mereka.
Remaja adalah anak berusia 13-17 tahun yang sedang mengalami perkembangan fisik, kognitif (pengetahuan), dan hubungan sosial. Secara fisik remaja mengalami perubahan dan pertumbuhan secara cepat. Secara kognitif (pengetahuan) mereka mulai memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Secara sosial, mereka mulai mencari identitas diri, hubungan mereka dengan orang tua secara umum dikatakan baik. Dalam kelompok, mereka dapat saling memberi pengaruh yang positif maupun negatif (Papalia, 2007: 13).
Efek dari jejaring sosial juga dapat memberikan dampak yang cukup buruk bagi remaja, seperti di dalam dunia pendidikan yaitu waktu belajar remaja menjadi berkurang, menurunnya motivasi dan prestasi belajar. Tidak hanya itu saja, remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata, remaja lebih mementingkan diri sendiri, kurang perhatian terhadap keluarga, data diri mereka tersebar, kurang bersosialisasi dengan lingkungannya dan rawan akan terjadi perselisihan di antara mereka (Memahami Interaksi Remaja dengan Internet, YPMA 2011: 15). Semua kegiatan mereka di dalam dunia maya terkadang tidak diketahui oleh orang tua mereka. Lemahnya pengawasan dan pemahaman orang tua tersebut disebabkan kesibukan orang tua dalam bekerja, sehingga mereka seperti membiarkan anaknya bebas mengkonsumsi sebuah media.
Disinilah pengawasan orang tua berperan. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Dari penjabaran mengenai peranan orang tua tersebut, betapa besarnya peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, mendidik, mengendalikan, serta menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap perkembangan dan segala aktivitas anak, serta harus bisa membimbing, mengawasi dan mengarahkan untuk melakukan kebaikan. Namun, yang terjadi orang
(13)
tua cenderung membiarkan anak-anaknya “diasuh” oleh situs-situs internet atau jejaring sosial tersebut, tanpa memperdulikan seperti apa yang sedang dinikmati buah hatinya. Orang tua yang merasa bahwa ketidaktahuannya tentang jejaring sosial
karena mereka merasa gagap teknologi juga merasa malu jika dipandang sebagai
orang tua yang terlalu “gaul” dan akrab dengan media baru.
Penanaman pemahaman atau pemilihan situs jejaring sosial menjadi hal yang disepelekan oleh orang tua. Padahal, pemberian pemahaman tentang hal tersebut akan menjadikan anak mereka menjadi lebih mengerti maksud dari penggunaan internet atau jejaring sosial. Pengertian tersebut pada gilirannya akan menuju pada pemahaman tentang situs seperti apa yang memang patut diakses, patut dipercaya, atau lebih patut ditinggalkan. Di sinilah dibutuhkan suatu kemampuan yang disebut dengan literasi media.
Literasi media secara umum dapat diterjemahkan menjadi “melek media”, yang berarti kemampuan untuk memilah, mengakses, dan menganalisis isi media. Literasi media dianggap sebagai kemampuan yang sudah semestinya dimiliki oleh setiap individu konsumen media massa, sehubungan dengan banyaknya media massa yang ada di tengah-tengah kita. Individu perlu memiliki pengetahuan efek media, isi media, industri media. Dengan kemampuan literasi media individu akan memiliki perspektif yang jauh lebih jelas untuk melihat dan membedakan dunia nyata dan dunia yang diproduksi oleh media. Ketika seseorang dibekali kemampuan literasi media, ia tidak dapat “disetir” oleh keinginan media.
Peran orang tua yang lebih sangat dibutuhkan untuk mendidik dan membimbing remaja dalam menggunakan media internet pada masa-masa usia mereka saat ini. Pemahaman yang baik oleh orang tua dalam penggunaan jejaring sosial akan dapat melindungi pemikiran anak mereka dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh media yang mereka gunakan. Orang tua dapat memberikan pengertian kepada para remaja bahwa semua informasi yang mereka butuhkan terdapat di internet, tinggal bagaimana mereka menyaring mana yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
(14)
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu lingkungan yang memiliki jumlah warung internet terbanyak dari tujuh lingkungan di wilayah tersebut. Dari pengamatan peneliti, remaja dapat bermain di warung internet hingga larut malam sampai melupakan kewajiban mereka sebagai pelajar dan sebagai anak di dalam keluarga. Selain itu, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan literasi media menjadi sesuatu hal yang bersifat mendesak untuk dimiliki bagi siapapun, terlebih bagi para orang tua yang memiliki anak yang masih bersekolah.
Sebelumnya telah ada penelitian sejenis dengan judul “Media Literacy
Tayangan Televisi di Kalangan Remaja” yang diajukan oleh Eli Sukmawati, dan judul penelitian,” Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Pemahaman Terhadap Tayangan Televisi” yang diajukan oleh Budi Harianti serta Media Literacy dan Tayangan Reality Show yang diajukan oleh Jeng Karona Sitepu. Berdasarkan beberapa penelitian diatas ditemukan perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada variabel, peneliti meneliti tentang media literacy dalam jejaring sosial sedangkan penelitian mereka sama-sama meneliti tentang media literacy pada tayangan televisi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Bagaimana Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia?”
I.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksud dari pembatasan masalah ini adalah agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah,
(15)
dan tidak terlalu melebar sehingga terhindar dari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :
1. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena – fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.
2. Objek penelitian ini adalah para orang tua dalam hal penelitian ini yang
sebagai responden yaitu ibu yang bertempat tinggal di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia yang anaknya berusia 13-17 tahun dan menggunakan situs jejaring sosial (Facebook atau Twitter). 3. Penelitian akan dilakukan pada bulan April 2012.
I.4. Tujuan Dan Manfat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui literasi media khususnya dalam hal jejaring sosial di
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. b. Untuk mengetahui peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh
remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia.
I.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
b. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam melakukan penelitian.
c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti, serta para orang tua, tentang pentingnya pemahaman tentang literasi media bagi mereka dan anak-anaknya.
(16)
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teori
2.1.1 Perkembangan Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers, 1986 dalam Lubis (2005: 42), mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai “alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain”.
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, tapi sejak sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun di bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas (Nasution, 1989: 6).
Salah satu pengertian umum teknologi ialah penggunaan ilmu pengetahuan secara sistematik atau pengetahuan-pengetahuan yang terorganisir atau untuk keperluan-keperluan yang praktis. Sedangkan pengertian secara khusus ialah memandang teknologi dari aspek ekonomi yaitu minimal teknologi digunakan untuk
menentukan division and subdivision of labor dari suatu proses kerja yang
terintegrasi secara sistematik dalam komponen-komponen yang berkaitan dan fungsional. Pada hakekatnya, teknologi mempunyai logika dan gramar tertentu yang
(17)
berhubungan erat bahkan bersatu dengan sistem kosmologi (sistem nilai kepercayaan) dan world view suatu masyarakat.
Teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi selalu memiliki dua aspek, yakni hardware (yang terdiri dari obyek material atau fisik) dan software (terdiri dari
informasi untuk mengoperasikan hardware). Rogers, 1986 dalam buku Agoeng
Nugroho (2010: 3) menjelaskan teknologi komunikasi diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar informasi dengan individu-individu.
Seluruh teknologi komunikasi sudah menjangkau pancaindera manusia seperti sentuhan, penciuman, rasa, pendengaran dan penglihatan. Bahkan teknologi komunikasi dapat membawa seseorang individu melintasi batas ruang dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya (McLuhan, 1965). Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela dunia atau “a window to
the world” dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang jauh jaraknya tanpa kita
hadir langsung di lokasi kejadian (Agoeng Nugroho, 2010: 4).
Istilah teknologi komunikasi seringkali diucapkan dalam nafas yang sama dengan istilah teknologi informasi, karena pengertian yang terkandung pada masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain. Namun, istilah teknologi komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran,
perangkat keras, dan perangkat lunak dari komunikasi modern, di mana teknologi
informasi merupakan bagian dari padanya.
Lubis (2005), menjelaskan bahwa teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Komunikasi adalah upaya untuk menciptakan “Kebersamaan
dalam Makna” (Commonness in Meaning). Dengan demikian, teknologi komunikasi
merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat. Rogers (1986) menedefenisikan teknologi komunikasi sebagai alat perangkat keras, struktur
(18)
organisasi, dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain (Lubis, 2005:42).
Severin dan Tankard (2007: 305), mengatakan bahwa teknologi komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang “revolusi teknologi” atau “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang sedang dalam
proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah video tape recorder, video
casette, televisi kabel, surat kabar online, akses pelayanan informasi komputer
dengan komputer pribadi di rumah, internet, World Wide Web, serta CD-ROM.
Banyak teknologi yang mempunyai dampak dramatis yaitu memberikan pengguna kontrol yang jauh lebih banyak pada proses telekomunikasi dan informasi yang diterima.
Nasution (1989: 6), menjelaskan bahwa berbagai kemampuan dan potensi yang dimiliki teknologi komunikasi memungkinkan manusia untuk saling berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lainnya, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi mutakhir. Dengan penggunaan satelit misalnya, hampir tidak ada lagi batas jarak dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju di manapun dan kapan saja diperlukan.
Everett M. Rogers, 1986 dalam Bungin (2006: 111), mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir, yakni era media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext dan teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan Rogers itulah, maka masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media dimulai dari era media tulis dan cetak.
2.1.2. New Media
New Media merupakan perkembangan baru dari media-media yang telah
digunakan manusia. Karakternya yang merupakan bentuk digital tentu memudahkan dalam bertukar informasi dan berbagai kegiatan lainnya. Namun dalam
(19)
perkembangannya, new media bisa memberikan nilai negatif juga, yaitu dapat mengakses situs yang berbau porno dan kekerasan dengan mudah dan memberikan
efek ketagihan bagi penggunanya. Jadi sudah seharusnya perkembangan new media
diikuti juga dengan kebijakan orang yang memanfaatkannya.
Kajian-kajian berbagai aspek tentang perkembangan teknologi telematika menjadi sangat penting terutama yang berhubungan dengan perkembangan media baru (new media), karena tidak saja menyangkut basis-basis ekonomi yang perlu disiapkan, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana konstruksi sosial media massa memberi konstribusi terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan. Hal ini nantinya berhubungan dengan dengan persoalan-persoalan difusi inovasi dan adopsi yang dilakukan masyarakat, dan bagaimana pula media baru mendukung pergerakan pembangunan masyarakat sebagai subjek perubahan di masyarakat itu sendiri. (Bungin, 2009: 374). Kemunculan media baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media baru secara langsung telah merubah pola kehidupan masyarakat, budaya, cara berfikir, dan hampir segala aspek dalam kehidupan manusia. Perkembangan media ini mendapatkan tanggapan yang beragam, ada yang pro dan ada yang kontra. Tanggapan tersebut sah-sah saja dikeluarkan sepanjang pengguna media memahami betul apa dan bagaimana media baru itu sendiri. Menurut Jan Van
Dijk dalam bukunya The Network Society, new media are media which are both
integrated and interactive and also use digital code at the turn of the 20th and 21st centuries
Pertama, media baru mudah dimanipulasi. Hal ini sering kali mendapat tanggapan negatif dan menjadi perdebatan, karena media baru memungkinkan setiap orang untuk memanipulasi dan merubah berbagai data dan informasi dengan bebas. Kedua, media baru bersifat
. Dengan kata lain, media baru adalah media yang memiliki 3 karakteristik utama, yaitu integrasi, interaktif, dan digital. Menurut Fedlman bahwa media baru memiliki setidaknya lima karakteristik yang dapat dilihat.
networkable. Artinya, konten-konten yang terdapat dalam
(20)
lewat jaringan internet yang tersedia. Karakteristik ini dapat kita sebut sebagai kelebihan, karena media baru membuat setiap orang dapat terkoneksi dengan cepat dan memberi solusi terhadap kendala jarak dan waktu antar pengguna.
Ketiga, media baru bersifat compressible. Konten-konten yang ada dalam
media baru dapat diperkecil ukurannya sehingga kapasitasnya dapat dikurangi. Hal ini memberi kemudahan untuk menyimpan konten-konten tersebut dan mempublikasikannya kepada orang lain. Keempat, media baru sifatnya padat.
Dimana pengguna hanya membutuhkan space
Kelima, media baru bersifat imparsial. Konten-konten yang ada dalam media baru tidak berpihak pada siapapun dan tidak dikuasai oleh segelintir orang saja. Hal tersebut media baru seringkali disebut sebagai media yang sangat demokratis, karena kapitalisasi media tidak berlaku lagi. Setiap orang dapat menjadi produsen dan konsumen secara bersamaan dan setiap pengguna dapat berlaku aktif disana (Lutviah, 2011 February 07).
yang kecil untuk menyimpan berbagai konten yang ada dalam media baru. Sebagai contoh, pengguna hanya memerlukan satu komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet untuk dapat menyimpan berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia dalam komputer tersebut.
Secara karakteristik, media baru sangat berbeda karakteristiknya dengan media lama. Pada media lama, interaktivitas tidak terjalin dan jarak diantara komunikator dengan komunikan sangat terlihat sekali. Sebaliknya, media baru membawa potensi hubungan yang interaktif diantara pengguna serta membangun hubungan yang setara antara pengirim dan penerima pesan. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh media baru dapat dilihat sebagai kelebihan atau sisi positif dari media baru. Tapi kita juga tidak boleh menutup mata bahwa media baru juga memberikan beberapa dampak negatif yang harus diwaspadai.
Pertama, media baru dikhawatirkan akan mengambil alih peran institusi-institusi sosial sebelumnya dalam membentuk dan mengarahkan nilai-nilai masyarakat. Orang-orang yang tadinya menggunakan nilai-nilai yang berasal dari institusi sosial seperti keluarga sekarang berpindah menggunakan nilai-nilai yang mereka lihat dalam media misalnya budaya populer. Hal kedua yang perlu kita
(21)
khawatirkan adalah adanya pihak-pihak tertentu yang menggunakan media baru sebagai alat propaganda dan doktrinisasi. Bagaimanapun, media baru memiliki kemampuan dan daya jangkau yang sangat luas, sehingga besar kemungkinan media ini dimanfaatkan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa sama seperti media-media lainnya, media baru juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu sebagai pengguna harus selektif dan dengan cermat menggunakan media ini dengan sebaik-baiknya.
2.1.3. Internet Sebagai Media Komunikasi
Salah satu media dalam komunikasi adalah internet. Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya TV) adalah penemuan dan pertumbuhan internet (Severin dan Tankard, 2007:443). Secara harfiah, internet
(kependekan daripada perkataan ‘inter-network’) ialah rangkaian komputer yang
terhubung menelusuri beberapa rangkaian (http://id.wikipedia.org/wiki/Internet). Istilah internet Indonesia adalah istilah-istilah yang diserap dari bahasa asing karena kemajuan teknologi internet. Mayoritas istilah-istilah tersebut adalah berasal dari bahasa Inggris, karena dipandang memiliki kekayaan kosakata internet yang paling luas.
Internet dilahirkan pada puncak Perang Dingin, pada tahun 1969, sebagai jaringan eksperimental yang disebut ARPANET. Pada tahun pertamanya, ARPANET menghubungkan empat pusat komputer universitas, masing-masing di UCLA, di Standford Research Institute (SRI), di Universitas California Santa Barbara (UCSB), dan di Universitas Utah Charley Kline, yang terlibat dalam riset militer untuk U.S. Defense Department’s Advanced Research Project Agency (Badan Proyek Riset Lanjut Departemen Pertahanan Amerika Serikat) (Fidler, 2003: 150).
Internet menjadi sedemikian populer menjelang 1995 sebagai akibat dari teknologi-teknologi Mosaic dan Web sehingga jaringan-jaringan konsumer online,
seperti America Online, Prodigy dan CompuServe, mulai memberikan akses net
(22)
1995 semakin meningkat sekitar 10 sampai 15 persen per bulan, akhirnya dipandang oleh para pakar sebagai tuntutan massa untuk memperoleh bentuk baru pertukaran informasi (Fidler, 2003: 154).
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global, karena di dalam internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh siapapun dan di manapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara fleksibel dan mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional seperti media cetak dan audio visual (http://mhs.blog.ui.edu/diat.nurhidayat71).
Menurut Laquey (1997), internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan (Ardianto dan Lukiati, 2004: 141).
Membedakan internet dengan teknologi komunikasi yang lainnya yaitu tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Internet merupakan media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Internet juga dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
Internet telah membentuk ruang dan waktu, yang bersifat nirjarak dan nirwaktu, yang disebut cyberspace. Kata cyberspace pertama kali digunakan dan
dipopulerkan oleh William Gibson dalam novel fantasi ilmiahnya, Neuromancer,
yang terbit pada tahun 1984. Di cyberspace, segala bentuk media komunikasi yang kita kenal: face-to-face meeting, telepon, fax, surat, surat kabar, majalah, radio, TV, film telah bermutasi menjadi teleconference, i-phone (internet telephone), i-fax
(23)
(internet fax), e-mail (electronic mail), e-magazine (electronic magazine), dan seterusnya. Dengan internet pengguna memasuki ruang dan waktu baru yang bersifat nirjarak dan nirwaktu, kita menjumpai hampir seluruh bentuk media komunikasi yang dikenal berkonvergensi menyatu di sana, membuatnya disebut multimedia.
Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media massa, sebagian lagi mengkategorisasikannya sebagai media antar pribadi. Kedua pendapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya, karena kedua pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakekat internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media massa, misalnya ketika seseorang berkunjung ke majalah elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang teman, misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya (Vardiansyah, 2004: 106).
Menurut Severin dan Tankard (2007: 7), ada tiga fitur utama internet, yaitu e-mail (surat elektronik), Newsgroups and Mailing list, serta World Wide Web:
1. E-mail Jutaan orang kini berkomunikasi dengan menggunakan pesan
elektronik, atau e-mail. Tidak perlu menjadi pengguna internet yang
canggih untuk bisa mengirimkan pesan e-mail. Banyak orang awam
melakukannya melalui layanan online, seperti halnya American Online dan Prodigy.
2. Newsgroups and Mailing Lists Newsgroups and Mailing Lists merupakan
sistem berbagi pesan secara elektronik yang memungkinkan orang-orang yang tertarik pada masalah yang sama untuk saling bertukar informasi dan opini. Beberapa orang merasa bahwa mereka mendapat berita secara lebih
cepat dan lebih baik dari newsgroups daripada koran atau majalah.
Mungkin yang lebih penting lagi, newsgroups memungkinkan terjadinya
respon langsung terhadap suatu berita oleh konsumen berita yang tidak bisa dilakukan oleh koran dan majalah.
(24)
3. World Wide Web World Wide Web yang juga dikenal sebagai WWW atau
Web merupakan sebuah sistem informasi yang dapat diakses melalui
komputer lain secara cepat dan tepat.
2.1.4. Jejaring Sosial (Social Networking)
Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954. Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.
Situs jejaring sosial diawali oleh Classmates.com pada tahun 1995 yang berfokus pada hubungan antar mantan teman sekolah dan SixDegrees.com pada tahun 1997 yang membuat ikatan tidak langsung. Dua model berbeda dari jejaring sosial yang lahir sekitar pada tahun 1999 adalah berbasiskan kepercayaan yang dikembangkan oleh Epinions.com, dan jejaring sosial yang berbasiskan pertemanan seperti yang dikembangkan oleh Uskup Jonathan yang kemudian dipakai pada beberapa situs UK regional di antara 1999 dan 2001. Inovasi meliputi tidak hanya memperlihatkan siapa berteman dengan siapa, tetapi memberikan pengguna kontrol yang lebih akan isi dan hubungan. Pada tahun 2005, suatu layanan jejaring sosial MySpace, dilaporkan lebih banyak diakses dibandingkan Google dengan Facebook, pesaing yang tumbuh dengan cepat ( http://www.ridwanforge.net/blog/jejaring-sosial-social-networking).
Jejaring sosial mulai menjadi bagian dari strategi internet bisnis sekitar tahun 2005 ketika Yahoo meluncurkan Yahoo! 360°. Pada bulan juli 2005 News Corporation membeli MySpace, diikuti oleh ITV (UK) membeli Friends Reunited pada Desember 2005. Diperkirakan ada lebih dari 200 situs jejaring sosial menggunakan model jejaring sosial ini.
(25)
Banyak layanan jejaring sosial berbasiskan web yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, audio chat, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain. Umumnya jejaring sosial memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya. Pengguna dapat
meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan pengguna lainnya. Situs-
situs dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube atau Yahoo Messenger. Beberapa jejaring sosial memiliki fitur tambahan seperti pembuatan grup untuk dapat saling berbagi informasi didalamnya. Situs jejaring sosial yang paling terkenal dan sering digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu Facebook dan Twitter. Berikut penjelasan tentang Facebook dan Twitter.
2.1.4.1 Facebook
Facebook adalah situs web jejaring sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester,
Standford, NYU, Nortwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League
Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan alamat surat elektronik (e-mail) apa pun dapat mendaftar di Facebook.
. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat (e-mail) suatu universitas (seperti: .edu, .ac, .uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs jejaring sosial ini.
Di
Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah geografis.
Indonesia dulunya situs layanan jejaring sosial dirajai oleh friendster, tapi berbeda dengan sekarang. Saat ini yang sangat begitu populer adalah layanan dari
(26)
facebook. Facebook mampu mengalahkan friendster karena memiliki banyak kelebihan. Facebook menyediakan fitur gabungan antara aplikasi social networking, chatting, blogging, multimedia, photo sharing dan bahkan email.
Berikut adalah beberapa penjelasan dari fitur-fitur utama yang ada pada facebook:
1. Profil
Profil adalah halaman web yang dapat dilihat oleh anggota lain jika mereka melihat profil anda. Profil akan memberi orang lain gambaran tentang diri anda, termasuk hal-hal yang anda sukai.
2. News Feed
Fitur ini diperkenalkan pertama kali sejak 6 September 2006. Dengan adanya news feed, pengguna akan melihat bentuk homepage yang berbeda. Mereka dapat melihat kegiatan teman mereka yang akan terus menerus diperbaharui. News feed ini berisi informasi ringkas termasuk profil, acara mendatang, dan peringatan ulang tahun. News feed juga menunjukkan dialog yang terjadi antar wall.
3. Wall
Menu wall ada disetiap halaman profil pengguna. Menu ini memungkinkan teman kita mengirim pesan singkat di halaman profil kita dan juga menampilkan waktu pesan itu ditulis. Kebanyakan pengguna wall memakai wall temannya untuk meninggalkan catatan singkat yang sifatnya sementara saja. Untuk pesan yang lebih pribadi. Biasanya akan ditulis dalam bentuk pesan (message) yang dikirim ke inbox orang tersebut.
4. Photo
Aplikasi ini adalah yang paling populer. Pengguna dimungkinkan untuk mengunggah foto sebanyak mungkin. Jika memiliki foto anggota facebook lain, pengguna dapat menandai foto itu dengan memberi tag berupa nama anggota tersebut. Setelah memberikan tag, foto itu akan muncul baik dalam foto maupun profil teman anda.
(27)
5. Video
Aplikasi video pada facebook kurang lebih mirip dengan yang ada di Youtube. Anggota dapat mengunggah video dalam hamper semua format, tetapi facebook mensyaratkan ukuran file video tersebut dibawah 100 megabyte atau tidak lebih dari dua puluh menit.
6. Notes
Aplikasi ini tidak berbeda jauh dengan buku harian. Pengguna bisa membuat tulisan, gambar, foto atau file lain di halaman ini. Hal yang pasti, catatan dari pengguna di sini bisa dibaca teman-teman dalam jaringan anda.
2.1.4.2 Twitter
Twitter adalah sebua Inc., yang menawarka
penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets).
Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara luar, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut ("follower").
Twitter berawal dari sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh anggota dewan dari Podcasting perusahaan Odeo. Dalam pertemuan tersebut, Jack Dorsey memperkenalkan ide twitter dimana individu bisa menggunakan SMS layanan untuk berkomunikasi dengan sebuah kelompok kecil. Proyek ini dimulai pada tanggal 21 secara terbuka pada tanggal 15 Juli 2006. Twitter menjadi perusahaan sendiri pada bulan April 2007. Popularitas Twitter mulai meningkat pada tahun 2007 ketika terdapat festival South by Southwest (SXSW). Selama acara tersebut berlangsung, penggunaan Twitter meningkat dari 20.000 kicauan per hari menjadi 60.000. Reaksi di festival itu sangat positif. Pada tanggal 14 September 2010, Twitter mengganti logo dan meluncurkan desain baru dan logo berubah lagi pada tanggal 6 Juni 2012.
Twitter merupakan salah satu layanan sosial media yang berkembang pada saat ini. Situs jejaring sosial saat ini sedang menjadi tren masyarakat. Mulai dari anak
(28)
sekolah hingga Presiden Amerika menggunakan situs jejaring sosial tersebut. Salah satu situs jejaring sosial yang berkembang di masyarakat adalah Twitter. Dengan segala keterbatasan yang diberikan oleh Twitter, justru membuat jejaring sosial ini menjadi hits.
menawarkan cara yang sederhana, seketika dan fleksibel. Dikatakan sederhana karena menggunakan layana informasi yang Anda sampaikan langsung disebarluaskan. Selain itu penggunaan tablet pc, hingga handphone monokrom dapat digunakan untuk berbagi tweet. Ada pun beberapa istilah di dalam twitter :
1. Tweet : tweet merupakan pembaharuan atau sering disebut sebagai update
yang dilakukan setiap pemilik account twitter yang memungkinkan semua
orang bisa melihat apa yang dituliskan. Baik itu berupa ungkapan, kekesalan, kesenangan, kebingungan dan sebagainya dengan maksimal karakter 140 kata.
2. Followers : adalah orang yang mengikuti kita dan akan menerima setiap
pembaharuan yang dilakukan.
3. Following : adalah orang yang kita ikuti dalam twitter. Ini merupakan
kebalikan dari follower, kita akan menerima setiap update orang yang kita follow.
4. Re Tweet : sering disebut dengan RT adalah menulis ulang tweet orang lain dalam profile kita sendiri dan biasanya diikuti dengan nama orang yang membuat tweet pertama kali.
5. Trending Topics : adalah topik yang sedang hangat di antara pengguna
Twitter sedunia. Biasanya trendingtopics ini akan muncul dan selalu di update pada halaman twitter kita.
6. Direct Message : direct message atau disingkat dengan DM adalah pesan
(29)
7. Tanda @ : tanda @ adalah mem - tag atau mengkhususkan tweet kepada salah satu teman yang kita beri tanda.
8. Hash Tags : hash tags dalam twitter di definisikan dengan tanda #. Tanda pagar ini biasanya digunakan untuk mempermudah pencarian topik yang sedang hangat di twitter. Misalnya topik yang sedang hangat adalah Indonesiaunite, maka untuk mempermudah pencarian tentang topik tersebut kita menulis #Indonesiaunite sebagai keyword.
9. Tweeps : Teman-teman anda selain di Twitter juga di Jejaring sosial lainnya, misal Facebook.
2.1.5. Literasi Media (Media Literacy)
Media literacy pertama kali dikembangkan sebagai alat dalam melindungi
orang-orang dari paparan media. Negara yang pertama kali mendengungkan konsep ini adalah Inggris pada tahun 1930-an. Pada tahun 1980 di Inggris dan Australia
media literacy sudah menjadi mata pelajaran tersendiri. Sementara itu di Eropa
pendidikan media literacy diperkenalkan pada kurikulum dasar di negara Finlandia
pada tahun 1970 dan pendidikan menengah atas tahun 1977. Di negara Swedia media
literacy berkembang sejak tahun 1980, dan di Denmark sejak tahun 1970.
Media literacy diartikan sebagai the ability to access, analyze, evaluate and create messages across a variety of contexts. Media literasi adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan melalui konteks yangberagam. Konsep ini diterapkan pada beragam gagasan yang berupaya untuk menjelaskan bagaimana media menyampaikan pesan-pesan mereka, dan mengapa demikian.
Media Literacy di Indonesia lebih dikenal dengan istilah “melek media”.
James Potter dalam bukunya yang berjudul Media Literacy (Potter, dalam Kidia)
mengatakan bahwa media literacy adalah sebuah perspekif yang digunakan secara
aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang
(30)
kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur.
Allan Rubin menawarkan tiga definisi mengenai media literacy. Defenisi pertama dari National Leadership Conference on Media Literacy (Baran and Davis, 2003) yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan. Defenisi kedua dari ahli media, Paul Messaris, yaitu pengetahuan tentang bagaimana fungsi media dalam masyarakat. Defenisi ketiga dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewisdan Shut Jally, yaitu pemahaman akan batasan-batasan budaya, ekonomi, politik dan teknologi terhadap kreasi, produksi dan transmisi pesan. Rubin juga menambahkan bahwa definisi-definisi tersebut menekankan pada pengetahuan spesifik, kesadaran dan rasionalitas, yaitu proses kognitif terhadap informasi.
1.
Fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap pesan. Media literacy
merupakan sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan-pesan tersebut. Di era informasi ini, media literasi menjadi begitu penting, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:
2.
Pengaruh media menjadi pusat dari proses demokratisasi. Dalam budaya media secara global, masyarakat membutuhkan tiga kemampuan penting untuk menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis: berpikir kritis, mengekspresikan diri dan berpartisipasi. Media literasi membangun tiga hal penting tadi.
Konsumsi media yang belebihan dan kejenuhan terhadap media. Ketika seseorang menggunakan telepon selular, jejaring sosial, video games, televisi, musik pop, radio, surat kabar, majalah, internet dan bahkan t-shirt sekalipun, sesungguhnya kita sedang di serang oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh media-media tersebut. Pesan-pesan yang kita terima setiap harinya, melebihi apa yang diterima generasi kakek kita dalam setahun. Melek media mengajarkan kita untuk menemukan panduan aman bagaimana mengarungi
(31)
lautan informasi, gambar, pesan-pesan yang kita terima setiap hari dalam hidup kita.
3.
4.
Pengaruh media membentuk cara kita mempersepsi sesuatu, membentuk kepercayaan kita juga perilaku dan yang terpenting media memberi pengaruh yang sangat penting dengan cara kita memahami, menterjemahkan dan bereaksi terhadap apa yang terjadi di dunia sekeliling kita. Dengan mengetahui bagaimana media mempengaruhi kita, kita dapat mengurangi ketergantungan kita kepada media tersebut.
Meningkatnya serbuan komunikasi visual dan informasi. Hidup kita sehari-hari sangat dipengaruhi dengan serbuan visual informasi melalui iklan-iklan produk audio visual maupun visual yang tercetak melalui banyak media. Belajar mengetahui bagaimana membaca dan memahami apa yang ada dibalik gambaran visual itu. Sehingga kita tidak mudah termakan bujuk rayu iklan suatu produk yang digambarkan lewat visualiasi yang dapat mempengaruhi pik
5.
iran kita.
Literasi media dapat juga diterjemahkan sebagai kecakapan bermedia, yaitu sebuah kesadaran dan kecakapan komprehensif untuk menempatkan diri individu dan masyarakat di depan media sebagai pelaku aktif. Dengan adanya kecakapan bermedia, seseorang diharapkan mampu untuk menyeleksi media dan isinya untuk dikonsumsi. Art Silverblatt menyebutkan tujuh elemen dasar yang menjadi
Kebebasan menyampaikan informasi melalui bermacam media, di satu sisi memberi dampak pertumbuhan industri informasi yang cukup besar. Namun di sisi lain, kekuatan modal dan kepentingan di balik pertumbuhan industri media dapat mengancam keberagaman pendapat, karena media memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik. Mengetahui bagaimana pengaruh media dalam hidup kita, akan membantu kita dalam menemukan, menentukan sikap dan memperjuangkan keberagaman sudut pandang mengenai suatu masalah. Pendapat kita menjadi tidak mudah dikendalikan oleh pendapat umum yang dibentuk media.
(32)
karakteristik dari literasi media, kemudian Stanley J. Baran (2009: 27-30) menambahinya menjadi delapan. Karakteristik tersebut adalah :
1. Kemampuan dalam berpikir kritis yang memungkinkan para konsumen media
massa mengembangkan penilaian independen tentang konten media
2. Pemahaman tentang proses komunikasi massa.
3. Tanggap akan dampak media bagi individu maupun masyarakat.
4. Strategi dalam analisis dan diskusi pesan-pesan media.
5. Pemahaman isi media sebagai naskah yang menyediakan wawasan ke dalam
budaya dan kehidupan kita.
6. Kemampuan untuk menikmati, memahami, dan mengapresiasi isi media.
7. Pengembangan tentang keterampilan produksi yang efektif dan sesuai. 8. Pemahaman etis dan kewajiban moral bagi para praktisi media.
Bagi Potter (2008: 9-12) perspektif dibangun oleh struktur pengetahuan
(knowledge structure) yang kita miliki. Untuk membangun struktur pengetahuan
diperlukan “alat” dan “bahan baku”. Alat adalah keterampilan (skills) kita, sedangkan bahan baku adalah informasi dari media dan dari dunia nyata. Menggunakan secara aktif berarti sadar terhadap pesan, dan secara sadar berinteraksi dengan pesan-pesan tersebut. Kunci media literacy adalah membangun struktur pengetahuan yang baik. Individu perlu memiliki pengetahuan tentang efek media, isi media, industri media, dunia nyata dan diri.
Potter mengajukan ada tiga pilar yang membentuk literasi media, yaitu : 1. Personal Locus, terdiri dari tujuan dan dorongan. Locus merupakan kombinasi
antara kesadaran terhadap tujuan, dorongan, dan energy yang mengarahkan kepada pencarian informasi. Locus beroperasi dalam dua bentuk : sadar dan tidak sadar.
2. Struktur pengetahuan, yaitu seperangkat informasi yang terorganisasi dalam memori seseorang dan terbentuk secara sistematis dalam waktu yang lama. Dengan struktur pengetahuan yang berkembang, kita bisa memahami seluruh rentang isu media, dan bisa memahami mengapa media selalu bersikap seperti itu.
(33)
3. Keterampilan (skill), ada tujuh keterampilan dalam konteks literasi media, yaitu : keahlian untuk menganalisis, mengevaluasi, memilah, menginduksi, mendeduksi, mensintesis dan mengabstraksis pesan- pesan media.
Dalam penelitian Ofcom, Buckingham (2005: 3-4) menjelaskan tiga komponen penting. Pertama, akses yang memiliki dua dimensi: akses fisik ke peralatan dan kemampuan untuk memanipulasi teknologi serta perangkat lunak terkait untuk menemukan konten atau informasi yang dibutuhkan. Kedua,
pemahaman (understanding) di dalamnya termasuk analisis dan evaluasi. Ketiga,
kreativitas (creativity). Ini menunjukkan bahwa ada potensi besar dari media yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan ekspresi diri. Dalam komponen kreativitas
memuat unsur-unsur memproduksi (produce), menyebarkan (distribute), dan
memublikasikan (publish).
Sementara itu, dari beberapa defenisi yang diadopsi di Kanada, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat pada dasarnya menunjukkan kesamaan fokus terhadap empat komponen utama : akses, analisis, evaluasi dan penciptaan / produksi konten. Menurut Sonia Livingstone (2004: 3), keempat komponen ini secara bersamaan
membentuk keterampilan dasar dalam media literacy. Belajar membuat konten
membantu seseorang untuk menganalisis pesan media. Keterampilan dalam analisis dan evaluasi membuka pintu untuk pengguanaan media lainnya, memperluas akses, dan sebagainya.
2.1.6. Peran Orang Tua
Peran adalah sesuatu yang menunjukkan kepada beberapa set prilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).
Peran orang tua sebagai pendidik bagi anak-anaknya adalah suatu keharusan dan mesti dilakukan orang tua kepada anak-anaknya, sebab menurut Drost (1999) anak-anak sangat membutuhkan beberapa hal berikut ini:
(34)
1. Mencintai dan Dicintai
Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Itu berarti secara konkrit orang tua harus terbuka kepada anaknya agar dapat mengenalinya.
2. Perlindungan hingga merasa aman dan kerasan
Percaya mempercayai adalah syarat mutlak menciptakan suasana aman, yaitu suasana keterbukaan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berbagi kebahagiaan, keberhasilan, juga kegagalan dan keprihatinan dari keluarga.
3. Bimbingan
Bimbingan berarti orang tua harus menerima kemampuan anak apa adanya. Supaya kemampuan anak berkembang, orang tua harus menciptakan ruang lingkup yang menggairahkan dan merangsang. Kemudian yang perlu dihindari adalah segala hal yang menekan.
4. Diakui
Artinya orang tua harus menghargai pribadi anak. Meskipun anak masih tergantung pada orang tua, ia harus diperlakukan sebagai pribadi yang dihargai hak-haknya.
5. Disiplin
Anak adalah manusia yang didewasakan. Sesuai dengan umumnya sedikit demi sedikit ia harus diajarkan dan dibiasakan hidup sebagai makhluk sosial. Ia harus bergaul dengan orang lain/sesamanya.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
(35)
Sebagaian besar interaksi orang tua dan anak memiliki implikasi masa depan karena keluarga adalah tempat masing-masing kita belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Para ibu dan ayah ataupun orang lain dalam keluarga berinteraksi dengan berbagai macam cara. Hingga derajat tertentu sifat dari interaksi tergantung pada kerakteristik kepribadian dari orang-orang yang berinteraksi.
Semua interaksi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya memiliki efek terhadap apa yang anak pelajari terhadap hubungannya dengan orang lain. Contohnya, ketika orang tua bermain dengan anaknya, mereka memberikan informasi mengenai bagaimana orang-orang berinteraksi satu sama lain pada situasi sosial, mengikuti suatu prosedur tertentu dan terlibat dalam perilaku kerja sama yang semuanya relevan terhadap kemampuan anaknya untuk menghadapi orang dewasa lain dan teman sebayanya. Hubungan yang menyenangkan dan memuaskan di dalam keluarga diasosiasikan dengan kemampuan untuk mengalami empati, rasa percaya diri, dan kepercayaan interpersonal.
Umumnya peran orang tua dan komunikasi yang dilakukan terhadap anaknya tidak hanya menyalurkan perilaku anak tetapi juga sikapnya. Peran juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang orang tua dan mempengaruhi arah dari pembentukan dan perilaku anak.
2.1.6.1 Peran Ibu
Peran ibu yang diterapkan oleh ibu yang bekerja di luar rumah bisa berbeda dengan peran ibu yang diterapkan oleh ibu yang hanya bekerja di dalam rumah atau sebagai ibu rumah tangga yang dengan waktu penuh dapat mendidik anaknya. Menurut Gunarsa (2000) masing-masing pribadi dapat mengetahui perannya di dalam keluarga anatara lain peran ibu keluarga, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis, artinya kedudukan seorang ibu
sebagai tokoh sentral untuk melaksanakan kehidupan. Ibu memenuhi kebutuhan sosial, psikis yang bila tidak terpenuhi akan mengakibatkan suasana keluarga menjadi tidak optimal.
(36)
2. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar dan konsisten, artinya ibu mempertahankan hubungan-hubungan dalam keluarga.
3. Ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak, artinya
ibu berperan dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian anak.
4. Ibu sebagai contoh dan teladan, artinya dalam mengembangkan kepribadian
anak dan membentuk sikap-sikap anak seorang ibu perlu memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima, karena anak belajar melalui peniruan terhadap orang lain.
5. Ibu memberi rangsangan dan pelajaran, artinya seorang ibu memberi
rangsangan sosial bagi perkembangan anak.
Di dalam keluarga, penggunaan internet oleh anak-anak semakin banyak, bahkan seringkali kita tidak bisa memisahkan dunia anak dengan internet. Mereka adalah generasi digital native, generasi yang lahir dan berkembang di dunia digital. Karena internet juga mempunyai dampak negatif, maka orang tua terutama ibu yang menjadi pendidik utama, harus memahami bagaimana cara untuk mencegah akibat negatif dari penggunaan internet. Jika anak dididik untuk menggunakan internet dengan baik, aman dan sehat, maka hal itu akan menjadi benteng bagi anak untuk menghindari akibta buruk dari internet.
Ibu dapat membimbing anak ketika berselancar di dunia maya. Untuk anak-anak di bawah umur, pendampingan orang tua sangat diperlukan dalam penggunaan internet. Orang tua dapat memberikan penjelasan mengenai aktivitas apa saja yang dapat dilakukan di internet, situs (tempat sumber informasi) yang bermanfaat, serta hal-hal buruk dan ancaman yang dapat terjadi. Mendampingi anak dapat juga memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua. serta akan bisa mendapatkan pengalaman yang positif jika berhasil mendapatkan hal-hal baru yang menarik di internet. Anak memang harus didorong untuk mencari bermacam-macam informasi, tentunya dengan bimbingan orang tuanya, dan yang paling penting adalah membangun komunikasi yang baik dan seimbang dengan anak, apalagi jika usia anak sudah menginjak remaja. Benteng terkuat untuk menangkal materi negatif di internet adalah komunikasi keluarga dan peran orang tua itu sendiri.
(37)
2.2. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995: 40).
Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 57).
Konsep atau variabel yang terdapat di dalam penelitian ini adalah Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial meliputi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan dampak media dalam jejaring sosial.
2.3 Model Teoritis
Internet
Jejaring Sosial :
- Facebook - Twitter
Anak
Peran Orang Tua Dalam Literasi Media
Dampak media Pengetahuan Keterampilan
(38)
2.4 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk mempermudah penelitian diperlukan suatu operasional variabel terikat, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Variabel Teoritis Variabel Operasional Peran Orang Tua Dalam
Jejaring Sosial
1. Pengetahuan
• Pengetahuan isi media
• Pengetahuan efek media
2. Keterampilan
• Mengakses
• Menganalisis
• Mengevaluasi
3. Dampak media
• Dampak positif
• Dampak negatif
Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
2.5 Definisi operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama.
Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: A. Peran Orang Tua Dalam Literasi Media
(39)
a. Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui oleh orang tua tentang jejaring sosial, yaitu facebook dan twitter.
• Pengetahuan isi media : segala sesuatu yang diketahui oleh
orang tua tentang isi jejaring sosial, yaitu facebook dan twitter.
• Pengetahuan efek media : segala sesuatu yang diketahui oleh
orang tua tentang efek atau pengaruh dari jejaring sosial, yaitu facebook dan twitter.
b. Keterampilan : kecakapan orang tua dalam mengakses, menganalisis
dan mengevaluasi jejaring sosial yang digunakan oleh remaja.
• Mengakses : mengakses atau menggunakan media jejaring
sosial, yaitu facebook dan twitter.
• Menganalisis : melakukan analisis terhadap isi jejaring sosial berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua tentang jejaring sosial, yaitu facebook dan twitter.
• Mengevaluasi : memberikan penilaian terhadap jejaring sosial
yang digunakan oleh anak.
c. Dampak media : cepat dal
dampak ya maupun dampak negatif.
• Tanggap akan dampak positif : mengetahui dan menyadari
dengan cepat dampak positif yang timbul dari jejaring sosial, yaitu facebook dan twitter.
• Tanggap akan dampak negatif : mengetahui dan menyadari
dengan cepat dampak negatif yang timbul dari jejaring sosial, yaitu facebook dan twitter.
B. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan. 2. Usia, yaitu umur atau usia dari responden.
3. Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan terakhir responden. 4. Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan dari responden.
(40)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
3.1.1 Kelurahan Tanjung Gusta
Kelurahan Tanjung Gusta Medan merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Helvetia Medan. Kelurahan Tanjung Gusta memiliki daerah yang tersebar dalam 7 (tujuh) lingkungan yang berjumlah 5337 KK.
Batas-batas dari Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia dapat dilihat sebagai berikut :
• Utara : Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Medan Sunggal
• Selatan : Kecamatan Medan Barat
• Timur : Kecamatan Medan Sunggal
• Barat : Desa Tani Asli
3.1.2 Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta tersebar di Jalan Gaperta Ujung dengan total 305 KK. Daerah lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta memiliki sarana warung internet sebanyak 6 warung internet. Daerah ini merupakan daerah yang memiliki jumlah warung internet yang lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan – lingkungan lainnya. Kemudian daerah ini sebagian besar merupakan komplek perumahan yang sederhana.
Batas-batas dari Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, yaitu :
• Utara : Kecamatan Deli Serdang
• Selatan : Lingkungan IV Kelurahan Tanjung Gusta
• Barat : Lingkungan III Kelurahan Tanjung Gusta
(41)
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia memiliki mata pencaharian yang beragam. Hal ini dapat terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Mata Pencaharian penduduk Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta
No. Mata Pencaharian Jiwa
1 Pegawai Negeri 98 jiwa
2 ABRI 4 jiwa
3 POLRI 2 jiwa
4 Pegawai Swasta 153 jiwa
5 Pedagang 19 jiwa
6 Buruh 7 jiwa
7 Petani 21 jiwa
8 Wiraswasta 215 jiwa
9 Dan lain-lain 452 jiwa
Sumber : Data Profil Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2012
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia memiliki rata-rata berusia 22-35 tahun. Berikut keseluruhan usia penduduk Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia :
Tabel 3.2
Jumlah penduduk berdasarkan usia :
No. Usia Jiwa
1 Usia 00 - 05 tahun 48 jiwa
2 Usia 06 - 10 tahun 215 jiwa
3 Usia 11 - 21 tahun 371 jiwa
4 Usia 22 - 35 tahun 470 jiwa
5 Usia 36 - 45 tahun 155 jiwa
6 Usia 46 - 60 tahun 52 jiwa
7 Usia 60 tahun keatas 43 jiwa
Sumber : Data Profil Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2012
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia memiliki berbagai macam latar belakang pendidikan. Hal ini dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
(42)
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jiwa
1 SD 75 jiwa
2 SLTP 39 jiwa
3 SLTA 25 jiwa
4 Sarjana 82 jiwa
5 Buta Huruf 7 jiwa
6 Dan lain-lain 98 jiwa
Sumber : Data Profil Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta tahun 2012 3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Medan. Alasan peneliti memilih Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia sebagai lokasi peneliti yaitu karena memiliki jumlah warung internet yang lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Kemudian kemudahan peneliti dalam melakukan pengamatan secara dalam.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi (Rakhmat, 2004: 2). Penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada (Bungin, 2009: 171).
Deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan (gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, menguji hipotesa, membuat ramalan atau mendapatkan makna dan implikasi (Suryabrata, 2008: 76).
(43)
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2008: 75).
3.4.Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam satu penelitian (Nawawi, 1995: 141). Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia yang anaknya mengakses internet khususnya jejaring sosial. Berdasarkan data penduduk Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia terdapat 305 KK (Kepala Keluarga). Peneliti melakukan pra-penelitian di Lingkungan VII untuk mendapatkan data sesuai kriteria tujuan penelitin. Kriteria yang dimaksud yaitu orang tua yang mempunyai anak berusia 13 -17 tahun dan mengakses jejaring sosial, maka terdapat orang tua sejumlah 46 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995: 144). Teknik yang sesuai dengan penelitian adalah
Purposive Sampling yakni berdasarkan sampel yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian, yang menjadi sampel yakni orang tua.
Adapun kriteria-kriteria yang dimaksud adalah:
1. Orang tua yang memiliki anak yang berusia 13 -17 tahun.
2. Anak berusia 13 – 17 tahun tersebut mengakses jejaring sosial (Facebook atau Twitter).
Menurut Bulaeng (2004: 131) sampel merupakan sekelompok yang terseleksi dari populasi besar dan sampel itu hendaknya mewakili populasinya. Berdasarkan
(44)
data populasi yang ada, maka peneliti menggunakan total sampling dimana jumlah populasi total digunakan menjadi sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 46 orang.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dilakukan dengan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku, internet dan sebagainya.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan survey di lokasi penelitian. Pengumpulan data dari responden melalui:
1. Kuesioner yaitu alat pengumpul data dalam bentuk pertanyaan tertulis
yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1995: 117). Dalam penelitian ini, peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada orang tua di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Medan.
2. Wawancara yaitu memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan informan atau orang yang di wawancarain, dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Disini peneliti akan berdialog atau mewawancarai pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan peneliti, dan akan mewawancarai lebih lanjut tentang penggunaan jejaring sosial.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995: 23). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, adapun teknik analisis data menggunakan program “SPSS 13 For Windows” karena dinilai sangat membantu untuk melakukan analisis dan interpretasi
(45)
data. Data yang di peroleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam bentuk analisis tabel tunggal.
• Analisis Tabel Tunggal
Suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995: 226).
(46)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan uraian hasil penelitian yang dilakukan supaya mengetahui peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja. Berdasarkan teknik
penarikan sampel yang menggunakan total sampling diperoleh sebanyak 46 orang.
Dengan kriteria yaitu orang tua yang memiliki anak yang berusia 13 – 17 tahun dan mempunyai akun jejaring sosial (Facebook atau Twitter).
4.1. Proses Pengumpulan Data
Pada tahap awal pengumpulan data, penulis menemui staf bagian pendidikan FISIP USU untuk memperoleh Surat Pra Penelitian di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Setelah penulis memperoleh surat yang dimaksud, maka penulis kemudian mendatangai rumah kepala lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia untuk menyerahkan Surat Penelitian dan diterima langsung oleh bapak kepala lingkungan,yaitu Pak Ikhsan. Selanjutnya, penulis menjelaskan tujuan penulis dan juga meminta data tentang jumlah data warga lingkungan VII dengan memperoleh persetujuan dari kepala lingkungan VII terlebih dahulu. Kemudian penulis menyeleksi daftar nama warga yang memiliki anak yang berusia sesuai penelitian penulis yaitu anak yang berusia 13–17 tahun dan memupunyai akun jejaring sosial (Facebook atau Twitter). Setelah menyeleksi selesai dan mendapatkan nama-nama remaja yang berusia 13-17 tahun, penulis mendatangi rumah satu persatu sesuai alamat. Kemudian penulis menanyakan kepada remaja tersebut mempunyai akun jejaring sosial atau tidak punya. Penulis menggunakan data-data tersebut untuk menyusun proposal penelitian.
Setelah mengadakan Pra Penelitian selanjutnya penulis kembali menemui staf bagian pendidikan FISIP USU untuk memperoleh Surat Pengantar Izin Penelitian di lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Setelah Surat Izin Penelitian dikeluarkan, maka penulis kemudian kembali menemui Pak Ikhsan di untuk memperoleh izin melaksanakan penelitian pada warganya di lingkungan VII
(1)
Kemudian ibu juga mengetahui dan menyadari dampak negatif dari jejaring sosial seperti mengetahui hal-hal yang belum sepantasnya, mengganggu konsentrasi belajar, anak menjadi suka online shop, kurang berkomunikasi kepada orang tua, lebih sering memegang handphone, lebih sering sendiri, lebih sering ke warung internet (warnet), bersikap sombong, menjadi pemalas, melawan orang tua, dan bersikap tidak peduli, lebih suka bermain games, bersikap emosional, sombong, kurang disiplin, dan lupa waktu.
Jadi berdasarkan hasil dari penelitian ini, dapat digambarkan bahwa literasi media dalam hal ini jejaring sosial di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia baik. Hal ini terlihat orang tua (ibu) mengetahui jenis dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Yahoo Messenger dan Youtube serta dapat mengetahui isi dari jejaring sosial tersebut. Peran orang tua dalam penelitian ini yaitu ibu sebagai responden dalam penggunaan jejaring sosial yang digunakan oleh anaknya yang berusia remaja cukup baik. Ini terlihat aktivitas remaja dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu terganggu dengan adanya jejaring sosial. Orang tua tetap mengontrol dan mengawasi segala aktvitas anaknya yang berusia beranjak dewasa agar tidak berdampak negatif dengan adanya jejaring sosial. Salah satu solusi orang tua tetap mengontrol dan mengawasi anaknya dengan memiliki akun jejaring sosial dan dapat mengakses jejaring sosial tesebut. Sehingga mereka tetap melihat apa yang dilakukan anaknya di dalam jejaring sosial.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Peran orang tua dalam penelitian ini yaitu ibu sebagai responden dalam penggunaan jejaring sosial yang digunakan oleh anaknya yang berusia remaja cukup baik. Ini terlihat aktivitas remaja dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu terganggu dengan adanya jejaring sosial. Orang tua tetap mengontrol dan mengawasi segala aktvitas anaknya yang berusia beranjak dewasa agar tidak berdampak negatif dengan adanya jejaring sosial.
2. Dapat disimpulkan bahwa literasi media dalam hal ini jejaring sosial di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia baik. Hal ini terlihat bahwa mayoritas orang tua mengetahui jenis dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Yahoo Messenger dan Youtube serta dapat mengetahui isi dari jejaring sosial tersebut.
3. Hampir keseluruhan orang tua (ibu) dalam penelitian ini mengetahui isi dan efek dari jejaring sosial.
4. Keterampilan orang tua dalam mengakses jejaring sosial berdasarkan hasil penelitian dari lapangan dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai akun jejaring sosial.
5. Keterampilan dalam menganalisis kegunaan konten dalam jejaring sosial cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil data di lapangan mayoritas orang tua (ibu) menganggap konten yang ada di jejaring sosial seperti update status dan chatting kurang berguna dan mayoritas orang tua (ibu) menganggap konten games dan kuis serta upload foto tersebut berguna untuk remaja.
6. Keterampilan orang tua (ibu) dalam mengevaluasi jejaring sosial sangat baik karena ibu dapat mengontrol dan mengawasi segala aktivitas anak mereka.
(3)
Hal ini terlihat dari hasil data di lapangan bahwa mereka menyatakan aktivitas belajar, bermain, beribadah dan interaksi sosial anak mereka tidak selalu terganggu dengan adanya jejaring sosial.
7. Mayoritas orang tua (ibu) mengetahui dan menyadari dengan cepat dampak positif dan negatif dari jejaring sosial terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anaknya.
5.2 Saran Responden Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa responden yang tidak mengetahui dan tidak mengerti mengenai situs jejaring sosial. Oleh karena itu diharapkan orang tua lebih melek media terhadap perkembangan teknologi yang berkembang semakin pesat agar dapat mengawasi dan mengontrol kegiatan anak yang berusia remaja dalam penggunaan jejaring sosial.
5.3 Saran Dalam Kaitan Akademis
Penelitian ini ditujukan untuk mencari gambaran yang muncul terhadap suatu realitas yang berkembang di masyarakat. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan masukan atau pertimbangan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5.4 Saran Dalam Kaitan Praktis
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat menggambarkan dari hasil jawaban responden melalui kuesioner. Jika dikemudian hari dilakukan penelitian ulang atau masih mengangkat kajian judul seperti ini, penulis menyarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat menggambarkan secara luas dan data yang di dapat lebih menambah wawasan sehingga penulis dapat mewawancarai responden secara mendalam.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa: Suatau Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Baran, Stanley J. 2009. Introduction to Mass Communication, Media Literacy and Culture. New York ; The McGraw-Hill Companies
Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. ____________. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Fidler, R. 2003. Mediamorfosis: Memahami Media Baru. Bentang Budaya, Yogyakarta.
Friedman, Marylin M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik Edisi 3. Jakarta : EGC
Gunarsa, SD. 2000. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Putra Grafika.
_________________. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta ; Kencana Prenada Media Group
Lubis, Suwardi. 2005. Teknologi Komunikasi dan Pembangunan. Penerbit Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta ; UGM Press
Nasution, Z. 1989. Teknologi Komunikasi dalam Perspektif: Latar Belakang dan Perkembangannya. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Noegroho, Agoeng. 2010. Teknologi Komunikasi. Yogyakarta; Graha Ilmu. Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.
(5)
Papalia, Diane, E.,Sally Wendoks Olds, and Ruth Duskin Feldman. 2007. Human Development : Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc Potter, W. J. 2008. Media Literacy : fourth edition. Thousand Oaks: Sage Publication. Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey : Edisi Revisi. Jakarta ; LP3ES
Tim Peneliti YPMA. 2011. Konsep dan Implementasi ‘Media Literasi’ di Indonesia. Jakarta : YPMA.
_________________. 2011. Memahami Interaksi Remaja Dengan Internet. Jakarta: YPMA.
Severin, Warner dan James Tankard. 2007. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terpaan di Dalam Media Massa. Prenada Media Group, Jakarta.
Vardiansyah, D. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sumber Internet :
diakses pada
tanggal 5 Maret 2012
di akses pada tanggal
pada tanggal 14 Mei 2012
www.repository.usu.ac.id
Sumber Artikel :
Artikel Mengoptimalkan Aplikasi Dunia Maya Bagi Pengembangan Potensi Anak dan Orang Tua, Oleh Dra. Mazdalifah, M.Si, P.hD
(6)
BIODATA
Nama : Idek Hartodinata Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 04 April 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Anak ke : 4 dari 4 bersaudara
Alamat : Jl. Cempaka (Gaperta Ujung) Lingkungan III No. 68 Tg. Gusta,Medan
Email : idekhartodinata@ymail.com Nama Ayah : Alm. H. Bambang Mulyono, SE Nama Ibu : Hj. Farida Netty
Alamat Orang Tua : Jl. Cempaka (Gaperta Ujung) Lingkungan III No. 68 Tg. Gusta, Medan
Saudara Kandung : 1. Ivan Hoesada, S.Si dan Dewi Flora (istri)
2. Dwi Arimbi Puspita Hati dan Wan Azwar (suami) 3. Rizky Indah Sari, S.Sos dan M. Liyansyah (suami)
Pendidikan Formal
• Tahun 2001 tamat dari : SD Ikal Medan • Tahun 2004 tamat dari : SMP Negeri 7 Medan
• Tahun 2007 tamat dari : SMA Kemala Bhayangkari I Medan