kerucut lalu lintas sebesar 3959898 mm
3
atau 0,00395 m
3
. Sehingga diperoleh berat desain produk
ρ = 1022 kgm
3
[19] adalah : m = V x
ρ m = 0,0039 m
3
x 1022 kgm
3
= 3,9 kg 4.
Kemudahan Pemakaian dan Kesesuaian Pada Standar Kerucut lalu lintas diharapkan mudah dalam penggunaannya. Selain mudah
untuk dipindah dan dibawa juga mudah dalam penyimpananpenumpukan ketika tidak dalam kondisi dipergunakan. Oleh sebab itu kerucut lalu lintas
didesain dengan struktur yang berlubang pada bagian tengahnya, namun bentuk dan dimensinya harus disesuaikan dengan standar yang berlaku.
4.1.2. Pembuatan produk kerucut lalu lintas
4.1.2.1 Eksperimen pembuatan mould dan pola penuangan Dalam proses pembuatan produk, hal yang paling utama dilakukan adalah
membuat mould-nya. Hasil pembuatan sangat ditentukan oleh kualitas cetakannya.
Mould dibuat dengan jenis material komposit Glass Fibre Reinforced Plastik
GFRP dengan metode hand lay up. Peneliti melakukan beberapa kali eksperimen pembuatan cetakan yang
disertai dengan uji coba penuangan material polymeric foam tersebut. Salah satu bentuk mould yang pernah digunakan diperlihatkan pada gambar 4.20a dan proses
percobaan penuangan material diperlihatkan pada gambar 4.20b.
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 4.20 a Bentuk mould; b percobaan penuangan material komposit
Pada gambar tersebut terlihat mould didesain dengan prinsip penuangan gravity casting dan mould diletakkan pada posisi horizontal. Cairan polymeric foam
dituangkan kedalam cetakan melalui lubang saluran masuk. Lubang ini selain berfungsi untuk laluan cairan masuk kedalam cetakan, juga berfungsi sebagai lubang
naikan dan lubang saluran anginudara yang berjumlah sebanyak 18 buah. Formulasi campuran polymeric foam yang dipergunakan adalah variasi 1 V1, yaitu : Blowing
agent 20 , Resin 60 , Serat 10 , dan katalis 10 dengan berat jenis 1096 kgm
3
. Setelah dilakukan penuangan, produk yang dihasilkan mengalami kerusakan reject,
seperti diperlihatkan pada gambar 4.21. dan gambar 4.22. Hal ini disebabkan cairan tidak dapat mengalir ke seluruh ruang cetakan akibat terlalu kental dan cepat
mengeras. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti mencoba memodifikasi formulasi variasi
komposisi campuran material polymeric foam hasil penelitian sebelumnya. Formulasi variasi komposisi yang di-eksperimen-kan tetap mengacu kepada peneliti sebelumnya
dan ditetapkan menggunakan variasi komposisi : Blowing agent 15 , Resin 70 ,
Universitas Sumatera Utara
Serat 10 , dan katalis 5 dengan berat jenis 1022 kgm
3
. Alasan penggunaan formulasi tersebut adalah untuk mengurangi kekentalan campuran dengan
menambahkan resin dari 60 menjadi 70 sehingga meningkatkan mampu alir pada waktu penuangan dan memperlambat kecepatan pembekuan sehingga seluruh cairan
dapat memenuhi ruang cetakan dan hasilnya cukup baik. Hasil proses ini diperlihatkan pada gambar 4.23 dan gambar 4.24, dimana
cairan dapat memenuhi seluruh ruang cetakan dan bentuk produk terlihat sudah lebih utuh walaupun masih terdapat cacat defect dalam skala kecil.
4.1.2.2 Jenis kerusakan riject dan cacat defect Dari beberapa kali proses pencetakan terdapat beberapa rusak reject dan
juga cacat defect pada produk yang dihasilkan. Jenis-jenis kerusakan dan cacat yang terjadi dan penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat produk yang sumbing, seperti diperlihatkan pada gambar 4.21.
Kerusakan ini disebabkan oleh: •
Pada waktu casting penuangan cairan polymeric foam tidak mengisi penuh pada ruang cetakan.
• Campuran cairan polymeric foam terlalu kental dan cepat
mengeras sehingga cairan tidak dapat mengalir ke seluruh ruang cetakan.
• Pola dan arah penuangan tidak tepat.
2. Produk tidak bersih dan permukaan terkelupas dekat saluran
masuksaluran angin seperti diperlihatkan pada gambar 4.22. Penyebabnya
Universitas Sumatera Utara
adalah pembuatan saluran masuklubang angin tidak pada posisi yang tepat.
3. Cairan polymeric foam yang telah membeku lengket pada mould dan
saluran masuk, produk terjepit sehingga pemisahan produk dengan cetakan menjadi sulit, seperti diperlihatkan pada gambar 4.23.
Penyebabnya adalah: •
Sulitnya memberikan waxlapisan mould pada saluran masuklubang angin sehingga produk lengket pada saluran masuk.
• Adanya pemberian saluran masuklubang angin yang tidak pada
posisi yang tepat. •
Pembongkaranpemisahan produk dengan cetakan terlalu lama lebih dari 2 x 24 jam sehingga lapisan mould kering.
4. Permukaan produk berlubang tidak rata sehingga proses pembersihan
terlalu lama karena adanya bekas saluran masuk riser dan saluran angin seperti diperlihatkan pada gambar 4.24. Penyebabnya adalah:
• Pembuatan saluran masuklubang angin tidak pada posisi yang
benar. •
Kurang hati hati sewaktu proses pelepasanpemisahan cetakan dengan produk sehingga ada bagian permukaan yang lengket dan
terjepit.
Universitas Sumatera Utara
• Pertemuan antara permukaan produk dengan saluran masuk riser
membentuk sudut dan tajam, mengakibatkan terjadinya cacat luka dan koyak pada waktu pelepasan cetakan.
Gambar 4.21 Produk defect karena sumbing Gambar 4.22 Permukaan terkelupas
Gambar 4.23 Produk riject karena lengket Gambar 4.24 Pembersihan terlalu
lama
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.3 Membuat model mould baru dan merubah arah penuangan Dari eksperimen yang telah dilakukan diatas peneliti kemudian membuat
ulang mould yang baru. Model Mould dan metoda penuangan juga diubah. Hasilnya diperoleh mould yang lebih baik dengan bentuk yang lebih sesuai dan cara
mengoperasikannya lebih efektif dan efisien. Selain bentuk dan ukurannya yang proporsional, mould juga lebih mudah dalam pemasangan dan pembongkarannya.
Hasilnya juga halus dan tidak terlalu banyak proses permesinan.
Gambar 4.25 Cetakan Kerucut Lalu Lintas
Universitas Sumatera Utara
Metoda pembuatan produk menggunakan mould ini adalah dengan prinsip yang sama yaitu penuangan gravity casting tetapi posisi penuangan cairan ke
dalam cetakan dilakukan dengan arah vertical dan posisi cetakan terbalik, seperti diperlihatkan pada gambar 4.25.
Mould kerucut lalu lintas ini terdiri dari dari 3 tiga bagian, yaitu: a
Cetakan bagian luar yang terdiri dari sisi kiri, sisi kanan serta dilengkapi dengan baut dan mur pengunci gambar 4.26.
b Cetakan bagian dalam core seperti diperlihatkan pada gambar 4.27.
c Alaspenumpu cetakan seperti gambar 4.28.
Gambar 4.26 Mould Bagian Luar
Baut dan mur pengunci 12 pcs
Cetakan luar, sisi kanan
Cetakan luar, sisi kiri
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.27 Mould Bagian dalam core Gambar 4.28 Bagian alaspenumpu
Mould bagian luar dibuat terpisah bagian kiri dan kanan dan dilengkapi dengan baut dan mur yang berguna sebagai pengunci. Sedangkan mould bagian
dalam core dibuat satu bagian dengan bagian atas tertutup serta dilengkapi dengan pipa steel yang berguna untuk penguat sekaligus sebagai penarik mould bagian dalam
core sewaktu memisahkan mould dengan produk hasil cetakan. Material pembuatan
mould yang digunakan adalah komposit Glass Fibre Reinforced Plastik GFRP.
4.1.2.4 Proses Pengolahan Serat TKKS
Universitas Sumatera Utara
Proses pengolahan serat TKKS dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 TKKS dibersihkan dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan
kotoran besar yang menempel, seperti pasir, tanah, dll. Proses ini diperlihatkan gambar 4.29.
Gambar 4.29 Pembersihan TKKS dengan air
2 TKKS direndam dalam air dan larutan NaOH 1M 1 selama lebih kurang 1
hari untuk mengikat lemak yang masih tersisa pada permukaannya. Proses ini diperlihatkan gambar 4.30.
Gambar 4.30 Perendaman TKKS di dalam air dengan larutan NaOH 1 M 1
Universitas Sumatera Utara
3. TKKS dikeringkan selama lebih kurang 1 hari pada suhu 30 s.d. 50
o
C. Tujuan proses ini ialah untuk menurunkan kadar air yang terkandung sehingga kondisi
TKKS cukup kering untuk diolah menjadi serat. 4 TKKS dicacah menggunakan mesin pencacah CT 515 sehingga menjadi serat
yang berukuran 2 s.d. 5 cm, seperti diperlihatkan pada gambar 4.31 dan 4.32. Pada awal penelitian ini proses pencacahan dilakukan dengan manual dibantu
dengan alat parang dan gunting. Selain prosesnya lama juga memerlukan bantuan beberapa orang untuk menggunting serabut TKKS sebelum diolah
dengan mesin giling. Selanjutnya peneliti merancang dan mencoba menciptakan mesinalat khusus untuk mencacah TKKS dengan ukuran cacahan
yang lebih halus dan kapasitas yang lebih besar. Mesin pencacah hasil rancangan dan buatan peneliti diperlihatkan pada gambar 4.31.
Gambar 4.31 Mesin Pencacah TKKS CT 515
Universitas Sumatera Utara
didesain dan diproduksi oleh CV. Sispra Jaya Logam
Gambar 4.32 Serat TKKS hasil pencacahan
5 Selanjutnya serat hasil pencacahan TKKS tersebut dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling hingga menjadi serat halus dengan ukuran
berkisar 0,1 mm s.d. 0,8 mm. Mesin penggiling dan serat yang dihasilkan berturut-turut diperlihatkan pada gambar 4.33a dan b.
a b
Gambar 4.33 a Mesin penggiling TKKS; b serat TKKS hasil penggilingan
4.1.2.5 Proses Pencetakan Kerucut Lalu Lintas dan Parameternya Proses pencetakan kerucut lalu lintas dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemberian lapisan pemisah pada cetakan. Oleskan lapisan pemisah pada
dinding cetakan dengan bahan pemisah berupa Wax agar tidak terjadi ikatan yang kuatlengket antara permukaan cetakan dan produk yang dibentuk. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah proses pembongkaran. Proses ini diperlihatkan pada gambar 4.34a dan b
a b
Gambar 4.34 a dan b pemberian lapisan pemisah pada cetakan
2. Siapkan semua bahan bahan yang diperlukan dan timbang sesuai dengan berat
campuran yang ditetapkan. Proses ini diperlihatkan pada gambar 4.35. Persentase berat campuran dirujuk dari penelitian Zulfikar Penelitian HKI
Dikti tahun 2009. Berat acuan dari isi cetakan 3,9 kg. Berdasarkan eksperimen yang sudah dilakukan untuk membuat campuran cairan
polymeric foam seberat yang diinginkan maka persiapan bahan campurannya sebanyak 80 s.d 85, sehingga campuran yang diperlukan menjadi 85 x
3,9 kg = 3,31 kg. Komposisi material untuk membuat campuran dengan berat 3,31 kg tersebut diperlihatkan pada tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Persentase berat campuran polymeric foam No
Nama bahan Persentase
campuran Berat campuran
kg 1
Polyester resin 70 x 3,31
2,31 2
Serat TKKS 10 x 3,31
0,33 No
Nama bahan Persentase
campuran Berat campuran
kg 3
Polyurethane Polyol + Isocyanat
15 x 3,31 0,50
4 Katalis
5 x 3,31 0,17
Total campuran 3,31
a b
Gambar 4.35 a dan b Penimbangan bahan bahan campuran
3. Campurkan terlebih dahulu polyester resin dan serat TKKS kemudian aduk
hingga merata. Resin tak jenuh dan serat TKKS yang dipergunakan diperlihatkan pada gambar 4.36 dan 4.37.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.36 Resin tak jenuh Gambar 4.37 Serat TKKS
Serat TKKS dan resin dicampur di dalam sebuah wadah, kemudian diaduk hingga merata. Campuran serat TKKS dan resin ditunjukkan pada gambar
4.38.
a b
Gambar 4.38 a dan b Campuran dan pengadukan serat TKKS dan resin
tak jenuh 4.
Campurkan bahan pembentuk polyurethane dengan komposisi polyol 55 dan isocyante 45, dan aduk hingga merata seperti diperlihatkan pada
gambar 4.39.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.39 a, b, c Campuran isocyanate dan polyol
4 Masukkan campuran
isocyanate - polyol ke dalam campuran resin dan serat TKKS, dan aduk hingga merata. Setelah itu campurkan dengan katalis lalu
aduk hingga campuran merata, seperti ditunjukkan pada gambar 4.40. Katalis yang digunakan adalah metil etil keton peroksida MEKPO sebanyak 5.
c a
b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.40 Pengadukan bahan polymeric foam dan serat TKKS
5. Tuangkan campuran tersebut kedalam cetakan yang telah dipersiapkan seperti
diperlihatkan pada gambar 4.41.
Gambar 4.41 Penuangan campuran polymeric foam ke dalam cetakan kerucut lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
6. Selanjutnya biarkan campuran tersebut pada tekanan atmosfir dan suhu kamar. Proses polimerisasi akan terjadi disertai dengan terbentuknya
gelembung gas pada seluruh bagian komposit, seperti diperlihatkan pada gambar 4.42. Dengan demikian akan terbentuk spesimen komposit berongga
atau lebih dikenal dengan istilah polymeric foam.
Gambar 4.42 Pengeringan campuran polymeric foam dan serat TKKS
Pada tahapan proses ini terdapat beberapa fenomena yang terjadi, yaitu: •
Cairan bahan mengalami pengembangan akibat adanya reaksi gelembung menyerupai busa foaming sehingga memadati ruangan
cetakan dan sampai ahirnya tumpah keluar cetakan.
Universitas Sumatera Utara
• Adanya asap yang timbul pada waktu terjadinya proses foaming. Hal
ini menandakan campuran mengalami perubahan temperatur dari suhu kamar sampai suhu maksimum ± 96 °C dan secara perlahan
turun kembali ke suhu kamar. Setelah campuran bahan penyusun mengeras, maka cetakan dibuka seperti
diperlihatkan pada gambar 4.43. Produk kerucut dikeluarkan dan dilakukan penggerindaan pada bagian alas. Penggerindaan ini berguna untuk meratakan alas
kerucut lalu lintas dan mengepaskan ukurannya sesuai yang diharapkan, seperti diperlihatkan pada gambar 4.44. Produk hasil desain dan pembuatan kerucut lalu
lintas dari bahan polymeric foam yang diperkuat serat tandan kosong kelapa sawit TKKS dapat dilihat gambar 4.45.
Gambar 4.43 Pembukaan cetakan kerucut lalu Gambar 4.44 Penghalusan alas dasar lintas
base kerucut lalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.45 Produk kerucut lalu lintas setelah finishing
Gambar 4.46 A dan C Produk kerucut lalu lintas komersial B Produkkerucut
lalu lintas hasil desain dan pembuatan. A
B C
Universitas Sumatera Utara
Produk kerucut lalu lintas hasil desain dan pembuatan dari bahan polymeric foam yang diperkuat serat tandan kosong kelapa sawit posisi di tengah yang disusun
bersamaan dengan produk komersial diperlihatkan pada gambar 4.46. Dari segi tampilan terlihat sudah baik dan memenuhi standar.
Spesifikasi Krucut lalu lintas hasil desain diperlihatkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Spesifikasi Krucut lalu lintas hasil desain
No Produk
Material Ukuran mm
Beratkg 1
Kerucut Lalu Lintas Polymeric
foam Diperkuat
Serat TKKS Base Alas : 360 x 360 x 20
Tinggi seluruhnya : 690 Diameter Lubang alas : 263
Diameter lubang atas : 40 2,5
Parameter pencetakan kerucut lalu lintas diperlihatkan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Parameter pencetakan kerucut lalu lintas
No. Parameter
Keterangan 1.
¾ Dibuat dengan cara Hand Lay up
¾ Jenis material Komposit GFRP glass
fiber reinforced plastic Cetakan mould
2. Material produkbahan :
TKKS, Ukuran 0,1 s.d. 0,8 mm, komposisi campuran 10
a. Serat
Polyester resin tak jenuh 157 BQTN-EX, komposisi campuran 70
Viskositas 4 – 5 Poise b.
Resin
Polyurethane, komposisi campuran 15 terdiri dari campuran polyol 55 +
isocyanate 45 c.
Blowing agent
Metil keton peroksida MEKPO, komposisi campuran 5
d. Katalis
3. Cara pencampuran bahan dan
waktu Diaduk sampai rata ± 2 menit
a. Serat dengan Resin
Diaduk sampai rata ± 30 detik b.
Campuran serat resin ditambahkan
blowing agent.
Universitas Sumatera Utara
No. Parameter
Keterangan Diaduk sampai rata ± 45 detik.
c. Campuran serat resin
blowing agent ditambah katalis
4. ¾
Dengan pola grafity casting. ¾
Posisi cetakan terbalik posisi vertikal. ¾
Dituang perlahan, mengitari lubang sampai cairan bahan penuh dalam
rongga cetakan. ¾
Waktu penuangan 1,5 menit. Penuangan
Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap perubahan suhu selama proses pencetakan dan hasilnya diperlihatkan pada tabel 4.4. Selanjutnya data tersebut di-
plot-kan, sehingga diperoleh grafik perubahan suhu pencetakan seperti diperlihatkan pada gambar 4.47.
Tabel 4.4 Waktu proses penuangan dan suhu tuang
No. Waktu
Suhu No.
Waktu Suhu
No. Waktu
Suhu 1
30 21
20 87
41 40
64 2
1 31
22 21
92 42
41 62
3 2
32 23
22 95
43 42
60 4
3 34
24 23
96 44
43 58
5 4
36 25
24 96
45 44
56 6
5 38
26 25
95 46
45 54
7 6
40 27
26 93
47 46
53 8
7 43
28 27
91 48
47 52
9 8
45 29
28 88
49 48
51 10
9 47
30 29
86 50
49 50
11 10
50 31
30 84
51 50
49 12
11 52
32 31
82 13
12 54
33 32
80 14
13 57
34 33
79 15
14 61
35 34
76 16
15 64
36 35
74 17
16 67
37 36
72 18
17 71
38 37
70 19
18 76
39 38
68 20
19 81
40 39
66
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.47 Grafik waktu dan suhu tuang 4.2.
Analisa Stabilitas Kerucut Lalu Lintas
Tujuan eksperimen ini adalah mengumpulkan data impak minimum yang menyebabkan kerucut lalu lintas terjatuh. Pengujian dilakukan dengan cara
mengayunkan bola beton seberat 8,5 kg dan selanjutnya menabrak kerucut lalu lintas, yang mengakibatkan respon tertentu pada kerucut lalu lintas tersebut. Variasi panjang
tali, sudut tali, serta jarak bola beton merupakan variabel independent yang dapat mengakibatkan perbedaan hasil energi yang dihasilkan.
Alat uji impak ini menggunakan bola beton yang diikatkan pada seutas tali baja yang tergantung dan ditumpu oleh dua buah tiang penyangga dengan ketinggian
2200 mm dari atas lantai. Ketinggian bola dari lantai diatur sedemikian rupa dan dicatat. Bola beton dengan posisi vertikal dan statis disentuhkan pada permukaan
Universitas Sumatera Utara
kerucut lalu lintas yang terletak diatas lantai untuk menentukan titik impak pada kerucut lalu lintas tersebut. Bola beton secara perlahan ditarik pada posisi ketinggian
tertentu lalu dilepaskan sehingga berayun dan menumbuk kerucut lalu lintas. Proses ini diperlihatkan pada gambar 4.48.
Hasil eksperimen yang dilakukan, yaitu berupa energi impak minimum yang dibutuhkan untuk menjatuhkan kerucut lalu lintas dan diperlihatkan pada tabel 4.5.
Gambar 4.48 Gambar pengujian impak kerucut lalu lintas hasil desain
Universitas Sumatera Utara
4.2.1. Data pengujian impak kerucut lalu lintas hasil desain
Pada eksperimen ini merupakan pengujian impak menggunakan prinsip ayunan bola beton dengan berat 8,5 kg. Panjang tali dan jarak bola beton dari titik impak
bervariasi. Data ditampilkan pad tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Pengujian Impak bandul kerucut lalu lintas hasil desain
Lo mm
X mm
θ h 1
mm h 2
mm Ep=mg
∆h Joule
M = F. h1 Nm
Keterangan jatuhtidak
Pergeseran mm
900 26,17
160 369,13
17,43 5.88
Tidak 620
1050 30,97
160 450,8
24,24 6.87
Tidak 770
1200 36,03
160 550,3
32,54 7.85
Tidak 1100
2040 1350
41,43 160
670 42,65
8.83 Tidak
1300 900
28,11 290
515,3 18,78
11.39 Jatuh
75 1050
33,34 290
605` 26,26
13.29 Jatuh
95 1200
38,92 290
714 35,35
15.19 Jatuh
115 1910
1350 44,97
290 848
46,52 17.09
Jatuh 140
900 30,37
420 664,3
20,37 17.71
Jatuh 60
1050 36,14
420 762,5
28,56 20.65
Jatuh 82
1200 42,39
420 885,2
38,79 23.61
Jatuh 105
1780 1350
49,32 420
1039,7 51,67
26.56 Jatuh
135 900
31,75 490
745,9 21,33
21.50 Jatuh
52 1050
37,88 490
850,29 30,04
25.09 Jatuh
68 1200
44,56 490
981,59 40,99
28.67 Jatuh
89 1710
1350 52,13
490 1150,27
55,05 32.25
Jatuh 115
900 33,28
550 818,9
22,42 25.17
Jatuh 31
1050 39,81
550 930,19
31,702 29.36
Jatuh 45
1200 47,02
550 1071,34
43,06 33.55
Jatuh 57
1640 1350
55,40 550
1258,78 59,09
37.75 Jatuh
75 900
34,97 630
913,45 23,63
30.11 Jatuh
17 1050
41,97 630
1032,71 33,57
35.13 Jatuh
19 1200
49,84 630
1187,46 46,48
40.15 Jatuh
25 1570
1350 59,30
630 1398,44
64,07 45.17
Jatuh 35
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengujian impak bandul yang dilakukan menggunakan panjang tali 2040 mm dengan ketinggian titik impak 160 mm dari alas
kerucut menyebabkan kerucut lalu lintas tidak terjatuh. Dengan memvariasikan jarak impak ternyata kerucut lalu lintas tetap tidak terjatuh namun terdapat perbedaan
pergeserannya. Hal ini terjadi akibat perbedaan energi yang diberikan serta momen yang terjadi pada kerucut lalu lintas sehingga pergeserannya juga berbeda.
Pada posisi jarak impak 900 mm dengan energi impak 17,43 Joule dan momen 5,88 Nm, kerucut tidak terjatuh namun bergeser sejauh 620 mm. Kemudian
dengan jarak impak 1050 mm menghasilkan energi impak 24,24 Joule dan momen 6,87 Nm, kerucut kerucut tidak terjatuh namun bergeser sejauh 770 mm. Pada jarak
impak 1200 mm menghasilkan energi impak 32.54 Joule dan momen 7.85 Nm, kerucut kerucut tidak terjatuh namun bergeser sejauh 1100 mm. Dan dengan jarak
impak 1350 mm menghasilkan energi impak 42,65 Joule dan momen 8,83 Nm, kerucut kerucut tidak terjatuh namun bergeser sejauh 1300 mm.
Sedangkan pada pengujian kedua dengan panjang tali 1910 mm dan variasi jarak impak menghasilkan energi dan momen yang bervariasi mengakibatkan
kerucut terjatuh. Begitu juga untuk pengujian ketiga , keempat, kelima dan keenam kerucut dalam kondisi terjatuh
4.2.2 Data Pengujian Impak Untuk Kerucut Komersil. Pada eksperimen ini juga dilakukan pengujian impak menggunakan prinsip
ayunan bola beton dengan berat 8,5 kg. Ukuran variasi panjang tali dan jarak bola beton dari titik impak dibuat sama dengan pengujian yang dilakukan pada kerucut
Universitas Sumatera Utara
lalu lintas hasil desain. Spesifikasi ukuran kerucut lalu lintas komersial juga sama namun beratnya adalah 2,61 kg. Gambar 4.49 menunjukkan pengujian kerucut lalu
lintas komersial.
Gambar 4.49 Pengujian kerucut lalu lintas komersial
Data hasil pengujian yang telah dilakukan diperlihatkan pada tabel 4.6. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pengujian yang pertama dilakukan
menggunakan panjang tali 2040 mm dengan ketinggian titik impak 160 mm dari alas kerucut dan menyebabkan kerucut lalu lintas tidak terjatuh pada saat di uji. Demikian
Universitas Sumatera Utara
juga dengan variasi jarak impak yang dilakukan ternyata kerucut lalu lintas tetap tidak terjatuh namun terdapat perbedaan pergeserannya.
Tabel 4.6 Data Pengujian Impak bandul kerucut lalu lintas komersial
Lo mm
X mm
θ h 1
mm h 2
mm Ep=mg
∆h Joule
M = F. h1 Nm
Keterangan jatuhtidak
Pergeseran mm
900 26,17
160 369,13
17,43 5.88
Tidak 300
1050 30,97
160 450,8
24,24 6.87
Tidak 500
1200 36,03
160 550,3
32,54 7.85
Tidak 700
2040 1350
41,43 160
670 42,65
8.83 Tidak
800 900
28,11 290
515,3 18,78
11.39 Jatuh
70 1050
33,34 290
605` 26,26
13.29 Jatuh
83 1200
38,92 290
714 35,35
15.19 Jatuh
100 1910
1350 44,97
290 848
46,52 17.09
Jatuh 125
900 30,37
420 664,3
20,37 17.71
Jatuh 55
1050 36,14
420 762,5
28,56 20.65
Jatuh 80
1200 42,39
420 885,2
38,79 23.61
Jatuh 95
1780 1350
49,32 420
1039,7 51,67
26.56 Jatuh
120 900
31,75 490
745,9 21,33
21.50 Jatuh
50 1050
37,88 490
850,29 30,04
25.09 Jatuh
65 1200
44,56 490
981,59 40,99
28.67 Jatuh
80 1710
1350 52,13
490 1150,27
55,05 32.25
Jatuh 95
900 33,28
550 818,9
22,42 25.17
Jatuh 30
1050 39,81
550 930,19
31,702 29.36
Jatuh 38
1200 47,02
550 1071,34
43,06 33.55
Jatuh 50
1640 1350
55,40 550
1258,78 59,09
37.75 Jatuh
60 900
34,97 630
913,45 23,63
30.11 Jatuh
8 1050
41,97 630
1032,71 33,57
35.13 Jatuh
10 1200
49,84 630
1187,46 46,48
40.15 Jatuh
18 1570
1350 59,30
630 1398,44
64,07 45.17
Jatuh 25
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengujian didapat data seperti ditampilkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengujian yang pertama dilakukan menggunakan panjang
tali 2040 mm dengan ketinggian titik impak 160 mm dari alas kerucut menyebabkan
kerucut lalu lintas tidak terjatuh pada saat di uji. Demikian juga dengan variasi jarak impak yang dilakukan ternyata kerucut lalu lintas tetap tidak terjatuh namun terdapat
perbedaan pergeserannya. Pada posisi jarak impak 900 mm dengan energi impak 17,43 Joule dan
momen 5,88 Nm, kerucut dalam kondisi tidak terjatuh namun bergeser sejauh 300 mm. Kemudian dengan jarak impak 1050 mm menghasilkan enerji impak 24,24
Joule dan momen 6,87 Nm kerucut bergeser sejauh 500 mm. Pada jarak impak 1200 mm menghasilkan energi impak 32.54 Joule dan momen 7,85 Nm kerucut bergeser
sejauh 700 mm. Dan dengan jarak impak 1350 mm menghasilkan enerji impak 42,65 Joule dengan momen 8,83 Nm kerucut bergeser sejauh 800 mm.
Sedangkan pada pengujian kedua dengan panjang tali 1910 dan variasi jarak impak menghasilkan energi dan momen yang bervariasi mengakibatkan kerucut
terjatuh. Begitu juga untuk pengujian ketiga, keempat, kelima dan keenam kerucut juga terjatuh.
4.3 Perbandingan Hasil Pengujian Impak Ayunan Beton