EFEK GRANUL EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L ) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L

(1)

commit to user

EFEK GRANUL EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana

camara L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L.

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

YOHANA FILLAMINA SETIAWAN G 0007237

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Efek Granul Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana

camara L.) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L.

Yohana Fillamina Setiawan, NIM: G0007237, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Kamis, Tanggal 18 November 2010

Pembimbing Utama

Nama : Ruben Dharmawan, dr., Ir., Ph.D., Sp.Park

NIP : 1951120 198601 1 001 ( ____________________ )

Pembimbing Pendamping

Nama : Yulia Sari, S.Si., M.Si

NIP : 19800715 200812 2 001 ( ____________________ )

Penguji Utama

Nama : Sri Haryati, Dra., M.Kes

NIP : 19610120 198601 2 001 ( ____________________ )

Penguji Pendamping

Nama : Eko Setijanto, dr., M.Si.Med., Sp.An

NIP : 19710322 201001 1 022 ( ____________________ )

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. DR. A.A.Subijanto, dr., MS. NIP : 19660702 199802 2 001 NIP: 19481107 197310 1 003


(3)

commit to user PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 18 November 2010

Yohana Fillamina Setiawan NIM. G0007237


(4)

commit to user ABSTRAK

Yohana Fillamina Setiawan, G0007237, 2010. Efek Granul Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L., Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan : Tujuan penelitian untuk mengetahui efek granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L.

Metode : Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design, dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah. Granul yang digunakan mengandung ekstrak Daun Tembelekan dan filler

amilum. Subjek penelitan adalah larva Aedes aegypti L. Subyek dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing terdiri dari 25 larva dan dilakukan pengulangan 5 kali. Kelompok kontrol negatif menggunakan 100 ml air dan kelompok kontrol positif menggunakan abate 0,01 mg/100 ml. Lima kelompok lainnya mengandung granul ekstrak Daun Tembelekan yang terdiri dari 300, 600, 900, 1200, dan 1500 mg/100 ml. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji Regresi Linear dan analisis Probit.

Hasil : Hasil uji Regresi Linear menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara variabel berat granul dengan mortalitas larva (nilai R 0,944). Nilai R2: 0,892 yang berarti prosentase pengaruh variabel berat granul terhadap mortalitas larva sebesar 89,2% dan sisanya 10,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan linearnya adalah Y’ = 4,162 + 4,549X. Analisis probit didapatkan LC50 pada berat granul 379,161 mg dan LC99 pada 3307,558 mg. Simpulan : Pemberian granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara

L.) dapat menyebabkan kematian larva Aedes aegypti L. dengan LC50 pada berat

granul sebesar 379,161 mg dan LC99 pada 3307,558 mg.


(5)

commit to user ABSTRACT

Yohana Fillamina Setiawan, G0007237, 2010. The Effect of Granules of Tembelekan Leaves Extract (Lantana camara L.) to Kill Aedes aegypti L. Larvae, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives : The purpose of this research is to know the effectiveness of granules of tembelekan leaves extract (Lantana camara L.) to kill Aedes

aegypti L.larvae mortality.

Methods : This research used laboratory experimental design with post test only control group design, which is done at Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Central Java. Granules that be used contains the extract of tembelekan leaves and amylum as filler. Subject was divided into 7 groups, each group contains 25 larvaes and the research was repeated in 5 times. For the negative control group we use 100 ml water and abate 0,01 mg/100 ml for the positive control group. The other five groups contain granules of tembelekan leaves extract; they are 300, 600, 900, 1200, and 1500 mg/100 ml. The observation was held after 24 hours, and then the number of dead larvaes was counted. The data was analyzed using Linear Regression, and Probit analysis.

Results : Linear Regression showed that there is a really tight correlation between weight from granules and mortality of larvae with value of R is 0,944. The value of R2 is 0,892 which means that the effect of weight from granules to kills the larvae is 89,2% and the rest of that (10,8%) is effected from other variables. The linear equation is Y’ = 4,162 + 4,549X. From Probit analysis test, LC50 was found in level of 379,161 mg and LC99 inlevel of 3307,558 mg.

Conclusion : The granules of tembelekan leaf (Lantana camara L.) extract can cause death of Aedes aegypti L. larvae with LC50 in level of 379,161 mg and LC99

in level of 3307,558 mg.

Keywords : tembelekan leaves extract, granules, Aedes aegypti larvaes


(6)

commit to user PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Efek Granul Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L.”.

Seiring dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS.

2. Tim skripsi yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan skripsi ini. 3. Ruben Dharmawan, dr., Ir., Ph.D., Sp.Park sebagai pembimbing utama yang

telah bersedia menyediakan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.

4. Yulia Sari, S.Si., M.Si sebagai pembimbing pendamping yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.

5. Sri Haryati, Dra., M.Kes sebagai penguji utama yang telah memberikan nasehat, kritik dan saran untuk menyelesaikan skripsi penulis.

6. Eko Setijanto, dr., M.Si.Med, Sp.An sebagai anggota penguji yang telah memberikan nasehat, kritik dan saran untuk menyelesaikan skripsi penulis. 7. Hasan Boesri, Drs., M.Si selaku Kepala Bidang Pelayanan Penelitian di Balai

Besar Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga dan seluruh staf B2P2VRP yang telah membantu terlaksananya penelitian. 8. Sri Haryati, M.Si selaku Kepala Bidang Pelayanan Penelitian di

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang telah membantu terlaksananya pembuatan granul ekstrak.

9. Orangtua penulis, Budi Setiawan dan Maria Lany Sulistiyowati, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan motivasi dalam penyusunan skripsi. 10. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini disebabkan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran sebagai masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan literatur yang informatif dan bermanfaat.

Surakarta, 18 November 2010 Yohana Fillamina Setiawan


(7)

commit to user DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Tembelekan (Lantana camara L.) ... 5

a. Klasifikasi ... 5

b. Nama lokal ... 5

c. Sinonim ... 6

d. Botani ... 6

e. Kandungan kimia ... 7

f. Manfaat ... 9

2. Aedes aegypti L ... 9

a. Klasifikasi ... 9

b. Morfologi Aedes aegypti L. ... 10

c. Sifat-sifat umum Aedes aegypti L. ... 10

d. Siklus hidup ... 11

B. Kerangka Pemikiran ... 13


(8)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 15

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

C. Subjek Penelitian ... 15

D. Teknik Sampling ... 15

E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 16

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 16

G. Desain Penelitian ... 19

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 20

I. Cara Kerja ... 20

J. Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL A. Hasil Penelitian ... 25

B. Analisis Data ... 27

BAB V PEMBAHASAN ... 30

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(9)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir terlihat adanya kecenderungan dalam kenaikan proporsi penderita DHF usia dewasa. Penularan DHF terjadi lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti L. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan di Surabaya tahun 1968 dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%) (Djakaria, 2006; Lestari, 2007)

World Health Organisation (WHO) memperkirakan dari 50 juta kasus

penyakit infeksi yang terjadi, 500.000 di antaranya adalah kasus DHF dengan kematian terbanyak pada anak-anak sebesar 22.000 (WHO, 2010). Di Indonesia jumlah kejadian DBD tahun 2007 mencapai 139.695 kasus dengan angka kematian mencapai 1.395 kasus (Lestari, 2007). Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari – Oktober 2009, DHF telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 (Depkes RI, 2009). Penderita DHF di Jawa Tengah sendiri sebesar 17.881 pada bulan


(10)

commit to user

Januari-Desember 2009 dengan jumlah yang meninggal 248 jiwa (Kusriastuti, 2010).

Tingginya angka kejadian DHF di Indonesia ini, maka diperlukannya suatu tindakan pencegahan dan pengendalian. Obat maupun vaksin untuk menangani penyakit DHF belum tersedia hingga saat ini. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DHF adalah dengan ”3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Plus dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, dan memasang obat nyamuk (Lestari, 2007). Larvasida yang paling

luas digunakan untuk larva Aedes aegypti L. adalah temefos 1% (Abate 1SG). WHO sejak tahun 1970 telah merekomendasikan temephos (abate) untuk pengendalian maupun pencegahan DHF. Dalam penggunaannya temephos (abate) berbentuk sand granules dan aman digunakan pada air minum. Dosis yang digunakan 10 mg tiap 100 liter air (Taviv, 2005).

Penggunaan larvasida dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan resistensi. Berdasar penelitian Raharjo (2006), larva Aedes

aegypti L. di kota Surabaya, Palembang, dan Bandung telah mengalami

resistensi terhadap temephos (abate). Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk memperoleh larvasida alternatif, salah satunya dengan larvasida alami yang berasal dari tanaman beracun terhadap serangga tetapi aman bagi manusia dan lingkungan.


(11)

commit to user

Tembelekan (Lantana camara L.) memiliki efek sebagai larvasida alami. Daun dan bunga tembelekan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon (Ganjewalla et al., 2009; Ghisalberti et al., 2000; Nurochman, 1996). Ekstrak bunganya mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti L. dengan mortalitas 80% pada konsentrasi 100 mg/100 ml, sedangkan ekstrak daunnya mempunyai efek larvasida sebesar 88% pada konsentrasi 100 mg/100 ml (Kumar dan Maneenegalai, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh tentang daun tembelekan sebagai larvasida. Pemilihan daun tembelekan tersebut dikarenakan ekstrak daun tembelekan memiliki efek larvasida yang lebih besar daripada bunga tembelekan, dan juga tembelekan merupakan tanaman yang mudah ditemukan. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk granul, bertujuan agar lebih aplikatif dalam penggunaannya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana efektivitas granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana


(12)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) terhadap mortalitas larva Aedes

aegypti L.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek teoritis

Penelitian ini digunakan untuk menambah pengetahuan khususnya bidang kesehatan masyarakat mengenai efektivitas granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) untuk membunuh larva nyamuk Aedes

aegypti L. dan sebagai alternatif usaha pemberantasan vektor penyakit

DHF.

2. Aspek aplikatif

Penelitian ini digunakan untuk pencegahan DHF di Indonesia dengan memanfaatan daun tembelekan sebagai larvasida dalam bentuk granul agar dapat digunakan dalam masyarakat.


(13)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tembelekan (Lantana camara L.) a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Order : Lamiales

Family : Verbenaceae

Genus : Lantana L.

Spesies : Lantana camara L. (USDA, 2006)

b. Nama lokal

Jawa : kembang satek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok, tembelekan, teterapan


(14)

commit to user

Sumatera : bunga pagar, kayu singapur, lai ayam Cina : Wu se mei

(Haryanto, 2009).

c. Sinonim

L. antillana Rafin,

L. mutabilis Salisb,

L. polyacanthus SCH.,

L. scabrida Soland,

L. viburnoides Blanco (Haryanto, 2009).

d. Botani

Tembelekan berbentuk perdu tegak atau setengah merambat, bercabang banyak, ranting bentuk segi empat. Ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri, tingginya ± 2 m. Terdapat sampai 1.700 m di atas permukaan laut, di tempat panas. Tanaman ini banyak dipakai sebagai tanaman pagar dan memiliki bau khas (Haryanto, 2009).

Daunnya tunggal, duduk berhadapan berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing pinggir bergerigi dan tulang daun menyirip. Permukaan atasnya berambut banyak, terasa kasar dengan perabaan, sedangkan permukaan bawahnya berambut jarang. Panjang daun 5-8


(15)

commit to user

cm, lebar 3,5-5 cm, warna hijau tua. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos, mempunyai warna putih, merah muda, jingga kuning, dan sebagainya. Kelopak mempunyai bentuk lonceng, mahkota bagian dalam berambut. Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilat bila sudah matang. Bijinya bulat hitam. Akarnya tunggang, bulat dengan warna kuning kecoklatan (Haryanto, 2009).

e. Kandungan Kimia

Daun tembelekan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon. (Ganjewalla et al., 2009; Ghisalberti et al., 2000; Nurochman, 1996). Alkaloid yang terkandung dalam daun tembelekan dapat merangsang kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormon ekdison. Peningkatan hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorphosis. Pengamatan pada nyamuk yang mati abnormal menunjukkan sebagian tubuh nyamuk ada yang tersangkut selubung pupa sehingga terjadi kegagalan ekslosi (Aminah et al., 2001).

Saponin diduga mengandung hormon steroid yang

berpengaruh dalam pertumbuhan larva nyamuk. Larva yang mati memperlihatkan kerusakan pada dinding traktus digestivus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shashi dan Ashoke (1991) bahwa saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus


(16)

commit to user

digestivus larva sehingga menjadi korosif. Pupa tidak terpengaruh oleh saponin karena mempunyai struktur dinding tubuh yang terdiri dari kutikula yang keras sehingga senyawa saponin tidak dapat menembus dinding pupa. (Aminah et al., 2001).

Komponen tanin berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap serangga dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan. Tanin dapat mengganggu serangga dalam mencerna makanan karena tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan sehingga proses penyerapan protein dalam sistem pencernaan menjadi terganggu. Tanin berfungsi dalam menekan konsumsi makan, tingkat pertumbuhan dan kemampuan bertahan. Tanin, kuinon dan saponin memiliki rasa pahit sehingga dapat menyebabkan mekanisme penghambatan makan. Selain itu, rasa pahit juga menyebabkan larva tidak mau makan sehingga larva akan kelaparan dan akhirnya mati (Yunita et al., 2009).

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Flavonoida inilah yang memberikan warna pada bunga dan buah. Selain itu, flavonoida yang memiliki rasa pahit ini digunakan sebagai pertahanan dan perlindungan terhadap serangga, jamur, dan binatang


(17)

commit to user

herbivora (Lenny, 2006; Stafford, 2001). Flavonoid dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga memudahkan toksin masuk ke dalam (Huang, 2004).

f. Manfaat

Akar tembelekan memiliki rasa manis dan sejuk. Dapat digunakan sebagai penurun panas, penawar racun (antitoxic), penghilang sakit. Daunnya pahit, sejuk, berbau, agak beracun (toxic). Dapat menghilangkan gatal (antipruritus), antitoxic, menghilangkan pembengkakan (anti-swelling). Sedang bunganya manis, sejuk, digunakan untuk penghenti perdarahan (hemostatic) (Haryanto, 2009).

2. Aedes aegypti L.

a. Klasifikasi (Mullen dan Durden, 2002)

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera

Infra ordo : Culicomorpha

Superfamili : Culicoidea

Famili : Culicidea


(18)

commit to user

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti L.

b. Morfologi Aedes aegypti L.

Aedes aegypti L. dewasa berukuran lebih kecil bila

dibandingkan dengan nyamuk-nyamuk yang lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar hitam dengan bintik putih terutama bagian kakinya. Gambaran seperti ini memberi kesan sebagai macan loreng sehingga nyamuk Aedes diberi nama tiger mosquito (Djakaria, 2006).

Ciri yang khas adalah gambaran lira (lyra-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum). Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih memanjang. Femur bersisik putih pada posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Sayap berukuran 2,5-3,0 mm, bersisik hitam. Telur Aedes aegypti L. mempunyai dinding bergaris-garis menyerupai kain kasa. Larva Aedes aegypti L. mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral (Djakaria, 2006; Hadi dan Soviana, 2000).


(19)

commit to user

c. Sifat-sifat umum Aedes aegypti L.

Nyamuk Aedes aegypti L. jantan menghisap sari tumbuhan atau bunga untuk kebutuhan hidupnya. Sedangkan nyamuk Aedes

aegypti L. betina menghisap darah binatang atau manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya (Hadi dan Soviana, 2000).

Tempat perindukan utamanya adalah tempat-tempat berisi air jernih dan terlindung dari cahaya matahari, misalnya gentong, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol, dan sebagainya. Tempat peristirahatannya berupa semak-semak atau tanaman rendah, benda-benda yang tergantung di rumah seperti pakaian. Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira 10 hari dan mampu terbang sejauh 2 kilometer. Tetapi umumnya jarak terbangnya pendek yaitu kurang lebih 40 meter (Djakaria, 2006).

Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia dari pagi sampai petang pada pukul 08.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB. Berdasarkan kebiasaan makan, nyamuk ini termasuk golongan anthropofilik (lebih menyenangi darah manusia). Kebiasaan makan

Aedes aegypti L. termasuk nyamuk day biter yang artinya aktif

mengisap makanan waktu siang hari, terutama nyamuk-nyamuk yang masih muda (umur 1-8 hari). Makin tua umurnya, cenderung adanya perubahan kebiasaan ke night biter (aktif mengisap makanan


(20)

commit to user

waktu malam hari) (Djakaria, 2006; Hadi dan Soviana, 2000; Lestari, 2007).

d. Siklus hidup

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti L. melalui metamorfose sempurna, artinya sebelum menjadi stadium dewasa harus mengalami beberapa stadium pertumbuhan yakni telur, beberapa stadium larva dan stadium pupa (Hadi dan Soviana, 2000).

Nyamuk betina dewasa yang menghisap darah manusia, 3 hari sesudahnya dapat bertelur sebanyak 100 butir. Dua puluh empat jam kemudian menghisap darah lagi dan siap untuk bertelur kembali. Telur dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2°C sampai 42°C. Setelah kira-kira 2 hari telur ini akan menetas menjadi larva kemudian akan mengalami pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa, dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur hingga menjadi dewasa memakan waktu kira-kira 9 hari (Hadi dan Soviana, 2000).

Larva nyamuk semuanya hidup di air yang terdiri atas empat instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 6 – 8 hari tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air dan persediaan makanan. Pada air yang agak dingin perkembangan larva lebih lambat, demikian juga keterbatasan persediaan makanan juga menghambat perkembangan larva. Instar I terjadi setelah 1-2 hari


(21)

commit to user

Kandungan Granul Ekstrak Daun Tembelekan

Amilum

telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas (Hadi dan Soviana, 2000). Tubuh larva dilapisi oleh lapisan kutikula tempat yang paling mudah ditembus oleh zat toksik yang bersifat racun kontak dan selanjutnya masuk ke dalam tubuh larva. Kutikula juga bersifat hidrofob dan lipofilik sehingga senyawa bioaktif yang bersifat non polar mudah menembus kutikula. Larva akan mengeluarkan eksoskeleton halus yang baru untuk menggantikan eksoskeleton lama saat berubah menjadi larva. Setelah melewati stadium instar keempat larva berubah menjadi pupa (Rey, 2006; Suparta, 2008; Yunita et al., 2009).

B. Kerangka Pemikiran

Alkaloid Saponin Tanin dan kuinon Flavonoid

Kegagalan metamorfosis Gangguan dalam sistem pencernaan Kerusakan membrane sel Gangguan proses metabolisme Peningkatan permeabilitas dinding sel Memudahkan toksin masuk ke dalam sel


(22)

commit to user Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) dapat menyebabkan kematian terhadap larva Aedes aegypti L.

Variabel terkendali: 1. Umur larva 2. Kepadatan larva 3. Makanan larva 4. Habitat

5. Volume air 6. Waktu pemaparan

Variabel tak terkendali: 1. Suhu dan

kelembaban ruangan

2. Kesehatan larva Larva Aedes aegypti

Mati Hidup


(23)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis eksperimental laboratorik dengan post test only control group design.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pemgembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 16-18 Juni 2010.

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah larva Aedes aegypti L. instar III dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampling dilakukan dengan teknik simple randome


(24)

commit to user E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : berat granul ekstrak Daun Tembelekan

(Lantana camara L.) per 100 ml air

2. Variabel terikat : mortalitas larva Aedes aegypti L. setelah 24 jam perlakuan

3. Variabel luar (pengganggu) a. Terkendali:

1) Umur larva 2) Kepadatan larva 3) Makanan larva 4) Habitat

5) Volume air 6) Waktu pemaparan b. Tidak terkendali:

1) Suhu dan kelembaban ruangan 2) Kesehatan larva

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas:

Granul yang digunakan mengandung ekstrak Daun Tembelekan


(25)

commit to user

1200, dan 1500 mg/100 ml. Berat granul ini berdasarkan uji pendahuluan dengan LC50 286,040 mg. Granul ekstrak Daun

Tembelekan (Lantana camara L.) termasuk dalam skala ordinal.

2. Variabel terikat

Larva dianggap mati bila tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan, tidak bergerak walaupun dirangsang dengan gerakan air dan disentuh dengan lidi. Mortalitas larva Aedes aegypti L. termasuk dalam skala ratio.

3. Variabel luar (pengganggu) a. Terkendali:

1) Umur larva

Umur larva sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk. Pada penelitian kali ini digunakan larva instar III akhir 2) Kepadatan larva

Banyaknya larva tiap satuan volume media air yang digunakan adalah 25 larva tiap 100 ml air

3) Makanan larva

Tidak memberikan makanan kepada semua kelompok uji selama perlakuan


(26)

commit to user

Menyamakan wadah tempat larva Aedes aegypti L. yaitu menggunakan gelas plastik.

5) Volume air

Volume masing-masing kelompok perlakuan adalah 100 ml

6) Waktu pemaparan

Waktu pemaparan selama 24 jam

b. Tidak terkendali:

1) Suhu dan kelembaban ruangan

Suhu dan kelembaban ruangan tidak dapat diatur 2) Kesehatan larva


(27)

commit to user G. Desain Penelitian


(28)

commit to user H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Gelas plastik kecil 250 ml b. Gelas ukur 100 ml

c. Sendok

d. Timbangan digital e. Lidi

f. Alat hitung (hand counter) 2. Bahan:

a. Larva Aedes aegypti L.Instar III

b. Granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) c. Air ledeng

I. Cara Kerja

1. Pembuatan granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) Metode pengekstrakan yang digunakan adalah maserasi kemudian dilanjutkan pembentukan granul dengan amilum singkong sebagai filler.


(29)

commit to user

Margoagung, Seyegan, Sleman, Yogyakarta seberat 860 gr. Daun Tembelekan dicuci sampai bersih, dikeringkan dalam almari pengering suhu 45°C selama 24 jam sehingga diperoleh 126,600 gr Daun Tembelekan kering. Kemudian diserbuk menggunakan mesin penyerbuk dengan saringan diameter lubang 1 mm. Berat serbuk daun tembelekan adalah 126,140 gr. Serbuk Daun Tembelekan selanjutnya ditambah dengan ethanol 70%, diaduk selama 30 menit, diamkan 24 jam, dan disaring. Proses ini diulang 3 kali. Hasilnya akan diperoleh ampas dan filtrat.

Filtrat diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pemanas water bath 70°C dan menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental dituang dalam cawan porselin dengan water bath sambil terus diaduk. Ekstrak Daun Tembelekan yang diperoleh 27,840 gr ditambah amilum singkong 27,840 gr kemudian diserbuk sehingga menjadi bentuk granul. Amilum dipilih sebagai filler karena murah, gampang diperoleh, tidak berwarna dan berbau.

2. Tahap Persiapan

a. Disiapkan granul ekstrak Daun Tembelekan yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu Universitas Gajah Mada (LPPT-UGM) di Yogyakarta.


(30)

commit to user

b. Disiapkan larva Aedes aegypti L. yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

c. Disiapkan air ledeng sebanyak 700 ml sebagai media penelitian ini. d. Disiapkan 7 gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media dalam

penelitian ini.

e. Disiapkan gelas ukur dengan ukuran 100 ml untuk mengukur media. f. Disiapkan sendok dan timbangan digital untuk menimbang granul

ekstrak Daun Tembelekan.

g. Disiapkan 7 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar diketahui ada respon gerakan atau tidak.

h. Disiapkan alat penghitung (hand counter) untuk menghitung larva.

3. Tahap Uji Pendahuluan

a. Ditentukan berat granul ekstrak Daun Tembelekan yang akan digunakan. Berat granul ekstrak Daun Tembelakan yang akan digunakan beracuan pada penelitian Kumar dan Maneemegalai (2008) yaitu 30, 50, 100, 200, dan 400 mg/100 ml. Berat abate yang digunakan adalah 0,01 mg/ 100 ml.

b. Granul ekstrak Daun Tembelekan diambil dengan sendok kemudian ditimbang sesuai dengan berat yang dibutuhkan lalu dimasukkan ke dalam gelas plastik kecil 250 ml.


(31)

commit to user

c. Ditambahkan air sebanyak 100 ml dengan gelas ukur 100 ml ke dalam wadah.

d. Pada masing-masing wadah dimasukkan 25 ekor larva Aedes

aegypti L.

e. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam.

4. Tahap Uji Penelitian

a. Ditentukan berat granul ekstrak Daun Tembelekan yang akan digunakan. Berat granul ekstrak Daun Tembelekan yang digunakan adalah 300, 600, 900, 1200, dan 1500 mg/100 ml. Berat abate yang digunakan adalah 0,01 mg/ 100 ml.

b. Granul ekstrak Daun Tembelekan diambil dengan sendok kemudian ditimbang sesuai dengan berat yang dibutuhkan lalu dimasukkan ke dalam gelas plastik kecil 250 ml.

c. Ditambahkan air sebanyak 100 ml dengan gelas ukur 100 ml ke dalam wadah.

d. Pada masing-masing wadah dimasukkan 25 ekor larva Aedes

aegypti L.

e. Setiap kelompok perlakuan dilakukan 5 kali ulangan yang diperoleh melalui rumus Federer:


(32)

commit to user

(7-1) (r-1) ≥15 6r ≥ 21 r ≥ 3,5 Keterangan :

t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan 15 : konstanta

f. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam.

J. Teknik Analisis Data

1. Regresi linear

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara mortalitas larva dengan kenaikan berat granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.). 2. Analisis probit

Untuk mengetahui daya bunuh granul ekstrak Daun Tembelekan terhadap larva Aedes aegypti L. yang dinyatakan dalam bentuk LC50 dan


(33)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan

Setelah dilaksanakan uji pendahuluan pada tanggal 16-17 Juni 2010 selama 24 jam, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1: Mortalitas Larva Aedes aegypti L. dengan Pemberian Granul Ekstrak Daun Tembelekan pada Uji Pendahuluan

Dari hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam table 1, selanjutnya dilakukan analisis probit, diketahui bahwa LC50 berada pada

286,040 mg dengan interval antara 196,963 dan 548,021. Hasil ini yang mendasari penentuan berat granul untuk percobaan sesungguhnya.

Kelompok Jumlah Persentase

I (kontrol negatif) 0 0%

II (kontrol positif) 25 100%

III (berat granul 30 mg/100 ml) 1 4%

IV (berat granul 50 mg/100 ml) 3 12%

V (berat granul 100 mg/100 ml) 4 16%

VI (berat granul 200 mg/100 ml) 12 48%


(34)

commit to user 2. Uji Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 17-18 Juni 2010 di Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan Reservior penyakit (BPVRP) Salatiga, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 2: Mortalitas Larva Aedes aegypti L. dengan Pemberian Granul Ekstrak Daun Tembelekan Selama 24 Jam.

Kelompok

Ulangan

Rata-rata

1 2 3 4 5

I (kontrol negatif) 0 0 0 0 0 0 (0%)

II (kontrol positif) 25 25 25 25 25 25 (100%) III ( berat granul 300 mg/100 ml) 10 12 12 11 11 11,2 (44,8%) IV ( berat granul 600 mg/100 ml) 16 15 18 16 18 16,6 (66,4%) V ( berat granul 900 mg/100 ml) 20 17 17 20 18 18,4 (73,6%) VI ( berat granul 1200 mg/100 ml) 22 24 22 21 21 22 (88%) VII ( berat granul 1500 mg/100 ml) 25 25 25 25 25 25 (100%)


(35)

commit to user

Persentase mortalitas larva Aedes aegypti L. pada berbagai pemberian berat granul ekstrak Daun Tembelekan bisa dilihat pada grafik berikut.

Grafik 1: Grafik Mortalitas Larva Aedes aegypti L. dengan Pemberian

Granul Ekstrak Daun Tembelekan.

Berdasarkan grafik di atas, didapatkan kenaikan berat granul ekstrak Daun Tembelekan yang diikuti kenaikan mortalitas larva sampai berat granul 1500 mg/ 100 ml yang mampu menyebabkan kematian larva 100%.

B. Analisis Data

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

0 mg 300 mg 600 mg 900 mg 1200 mg 1500 mg

P er se n tas e m or tal it as l ar va


(36)

commit to user 1. Regresi Linear

Sebelum dilakukan uji Regresi Linear terlebih dahulu dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut sudah terdistribusi

normal atau tidak. Pada uji tersebut didapatkan nilai signifikansi, yaitu 0,200 dan 0,161. Nilai tersebut diuji dengan tingkat kepercayaan a = 0,05 dan didapatkan hasil signifikansi lebih dari 0,05, maka data

tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Regresi Linear dan didapatkan nilai R 0,944 dan R2 0,892. Berdasarkan hasil percobaan pada taraf kepercayaan (a) 0,05 didapatkan nilai t hitung sebesar 15,209 dan signifikansi 0,000.

Grafik 2: Grafik Hubungan Linear Berat Granul terhadap Mortalitas

Larva

m

o

r

ta

li

ta

s


(37)

commit to user 2. Analisis Probit

Selanjutnya data dari penelitian dianalisis probit menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mendapatkan nilai LC50 dan LC99. Dari hasil analisis probit, didapatkan

estimasi besar berat granul yang mengakibatkan mortalitas larva Aedes

aegypti L. sebesar 50% pada berat granul 379,161 mg dengan interval

antara 225,454 dan 496,757. Sedangkan mortalitas larva sebesar 99% didapatkan pada berat granul 3307,558 mg dengan interval antara 1963,116 dan 11.407,963.


(38)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan sebagai dasar penetapan berat granul yang akan dipakai pada uji penelitian. Pada uji pendahuluan didapatkan LC50 pada berat granul 286,040 mg/100 ml dengan interval 196,963 dan 548,021.

Oleh karena itu, berat granul ekstrak Daun Tembelekan yang digunakan untuk uji penelitian adalah 300, 600, 900, 1200, dan 1500 mg/100 ml. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa granul ekstrak Daun Tembelekan mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti L. Secara garis besar, kenaikan berat granul juga diikuti dengan kenaikan mortalitas larva sampai berat tertentu yaitu 1500 mg/100 ml. Pada penelitian Kumar dan Maneemegalai, dibutuhkan ekstrak Daun Tembelekan 100 mg/ 100 ml untuk membunuh 88% larva Aedes aegyoti L. sedangkan pada uji penelitian mortalitas larva sebesar 88% diperoleh pada pemberian granul seberat 1200 mg/100 ml. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan efektivitas ekstrak Daun Tembelekan dalam bentuk cair lebih tinggi. Perbedaan ini disebabkan karena adanya penambahan amilum sebagai filler dalam pembuatan granul sehingga mengubah banyaknya ekstrak yang harus digunakan.

Sebelum memasuki uji Regresi Linear, data hasil penelitian diuji dahulu dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut sudah terdistribusi normal atau tidak. Pada uji tersebut didapatkan nilai signifikansi,


(39)

commit to user

yaitu 0,200 dan 0,161. Nilai tersebut diuji dengan tingkat kepercayaan a = 0,05 dan didapatkan hasil signifikansi lebih dari 0,05, berarti data tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Regresi Linear dan didapatkan nilai R yang menunjukkan korelasi antara variabel bebas dan terikat. Angka R didapat 0,944, artinya korelasi antara variabel berat granul dengan mortalitas larva sebesar 0,944. Hal ini berarti terjadi hubungan yang sangat erat karena nilai mendekati 1. Nilai R2 menunjukkan 0,892 yang berarti persentase pengaruh berat granul terhadap mortalitas larva sebesar 89,2% sedangkan sisanya sebesar 10,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk persamaan regresi linearnya adalah Y’ = 4,162 + 4,549X. Pada grafik 2 juga menunjukkan bahwa data berada di sekitar garis linear. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi granul memiliki hubungan linear dengan mortalitas larva.

Hasil uji t pada taraf kepercayaan (a) 0,05 didapatkan nilai t hitung (15,209) lebih besar daripada t table (2,048) dan signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya berat granul berpengaruh terhadap

mortalitas larva, dimana H0 adalah berat granul tidak berpengaruh terhadap

mortalitas dan H1 adalah berat granul berpengaruh terhadap mortalitas larva.

Dari hasil analisis probit, didapatkan estimasi besar berat granul yang mengakibatkan mortalitas larva Aedes aegypti L. sebesar 50% adalah 379,161 mg dengan interval antara 225,454 dan 496,757, sedangkan mortalitas larva sebesar 99% didapatkan estimasi pada granul seberat 3307,558 mg dengan interval antara 1963,116 dan 11.407,963. Analisis probit yang dipakai menggunakan confidence


(40)

commit to user

limit 95% yang berarti ketepatan hasil yang diperoleh adalah 95%. Oleh karena

itu, terdapat sedikit perbedaan pada uji penelitian yang mortalitas larva 100% diperoleh pada berat granul 1500 mg sedang pada analisis probit mortalitas larva 99% diperoleh dengan lower bound 1963,116 mg. Pada pemberian abate 0,01 mg/100 ml didapatkan mortalitas 100% yang menunjukkan bahwa larva yang dipakai dalam penelitian tidak mengalami resistansi terhadap abate.


(41)

commit to user SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) dapat menyebabkan mortalitas larva Aedes aegypti L. dengan LC50 pada berat

granul 379,161 mg dan LC99 pada 3307,558 mg.

2. Efektivitas ekstrak Daun Tembelekan dalam bentuk cair lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk granul. Perbedaan ini disebabkan karena adanya penambahan amilum sebagai filler dalam pembuatan granul sehingga mengubah banyaknya ekstrak yang harus digunakan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi alkaloid, saponin, tanin, kuinon, dan flavonoid secara tersendiri dari Daun Tembelekan yang digunakan serta efektivitas waktu granul ekstrak Daun Tembelekan sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti L.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang granul ekstrak Daun Tembelekan sehingga dapat diaplikasikan di kehidupan masyarakat.


(1)

commit to user

1. Regresi Linear

Sebelum dilakukan uji Regresi Linear terlebih dahulu dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut sudah terdistribusi normal atau tidak. Pada uji tersebut didapatkan nilai signifikansi, yaitu 0,200 dan 0,161. Nilai tersebut diuji dengan tingkat kepercayaan

a = 0,05 dan didapatkan hasil signifikansi lebih dari 0,05, maka data

tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Regresi Linear dan didapatkan nilai R 0,944 dan R2 0,892. Berdasarkan hasil percobaan pada taraf kepercayaan (a) 0,05 didapatkan nilai t hitung sebesar 15,209

dan signifikansi 0,000.

Grafik 2: Grafik Hubungan Linear Berat Granul terhadap Mortalitas

Larva

m

o

r

ta

li

ta

s


(2)

commit to user

2. Analisis Probit

Selanjutnya data dari penelitian dianalisis probit menggunakan

program SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mendapatkan nilai LC50 dan LC99. Dari hasil analisis probit, didapatkan

estimasi besar berat granul yang mengakibatkan mortalitas larva Aedes aegypti L. sebesar 50% pada berat granul 379,161 mg dengan interval antara 225,454 dan 496,757. Sedangkan mortalitas larva sebesar 99% didapatkan pada berat granul 3307,558 mg dengan interval antara 1963,116 dan 11.407,963.


(3)

BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan sebagai dasar penetapan berat granul yang akan dipakai pada uji penelitian. Pada uji pendahuluan didapatkan LC50 pada berat granul 286,040 mg/100 ml dengan interval 196,963 dan 548,021.

Oleh karena itu, berat granul ekstrak Daun Tembelekan yang digunakan untuk uji penelitian adalah 300, 600, 900, 1200, dan 1500 mg/100 ml. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa granul ekstrak Daun Tembelekan mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti L. Secara garis besar, kenaikan berat granul juga diikuti dengan kenaikan mortalitas larva sampai berat tertentu yaitu 1500 mg/100 ml. Pada penelitian Kumar dan Maneemegalai, dibutuhkan ekstrak

Daun Tembelekan 100 mg/ 100 ml untuk membunuh 88% larva Aedes aegyoti L.

sedangkan pada uji penelitian mortalitas larva sebesar 88% diperoleh pada pemberian granul seberat 1200 mg/100 ml. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan efektivitas ekstrak Daun Tembelekan dalam bentuk cair lebih tinggi. Perbedaan

ini disebabkan karena adanya penambahan amilum sebagai filler dalam

pembuatan granul sehingga mengubah banyaknya ekstrak yang harus digunakan. Sebelum memasuki uji Regresi Linear, data hasil penelitian diuji dahulu

dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut sudah


(4)

commit to user

yaitu 0,200 dan 0,161. Nilai tersebut diuji dengan tingkat kepercayaan a = 0,05

dan didapatkan hasil signifikansi lebih dari 0,05, berarti data tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Regresi Linear dan didapatkan nilai R yang menunjukkan korelasi antara variabel bebas dan terikat. Angka R didapat 0,944, artinya korelasi antara variabel berat granul dengan mortalitas larva sebesar 0,944. Hal ini berarti terjadi hubungan yang sangat erat karena nilai mendekati 1. Nilai R2 menunjukkan 0,892 yang berarti persentase pengaruh berat granul terhadap mortalitas larva sebesar 89,2% sedangkan sisanya sebesar 10,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk persamaan regresi linearnya adalah Y’ = 4,162 + 4,549X. Pada grafik 2 juga menunjukkan bahwa data berada di sekitar garis linear. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi granul memiliki hubungan linear dengan mortalitas larva.

Hasil uji t pada taraf kepercayaan (a) 0,05 didapatkan nilai t hitung (15,209) lebih besar daripada t table (2,048) dan signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya berat granul berpengaruh terhadap

mortalitas larva, dimana H0 adalah berat granul tidak berpengaruh terhadap

mortalitas dan H1 adalah berat granul berpengaruh terhadap mortalitas larva.

Dari hasil analisis probit, didapatkan estimasi besar berat granul yang mengakibatkan mortalitas larva Aedes aegypti L. sebesar 50% adalah 379,161 mg dengan interval antara 225,454 dan 496,757, sedangkan mortalitas larva sebesar 99% didapatkan estimasi pada granul seberat 3307,558 mg dengan interval antara 1963,116 dan 11.407,963. Analisis probit yang dipakai menggunakan confidence


(5)

commit to user

limit 95% yang berarti ketepatan hasil yang diperoleh adalah 95%. Oleh karena itu, terdapat sedikit perbedaan pada uji penelitian yang mortalitas larva 100% diperoleh pada berat granul 1500 mg sedang pada analisis probit mortalitas larva 99% diperoleh dengan lower bound 1963,116 mg. Pada pemberian abate 0,01 mg/100 ml didapatkan mortalitas 100% yang menunjukkan bahwa larva yang dipakai dalam penelitian tidak mengalami resistansi terhadap abate.


(6)

commit to user

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Granul ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara L.) dapat

menyebabkan mortalitas larva Aedes aegypti L. dengan LC50 pada berat

granul 379,161 mg dan LC99 pada 3307,558 mg.

2. Efektivitas ekstrak Daun Tembelekan dalam bentuk cair lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk granul. Perbedaan ini disebabkan karena

adanya penambahan amilum sebagai filler dalam pembuatan granul

sehingga mengubah banyaknya ekstrak yang harus digunakan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi alkaloid, saponin, tanin, kuinon, dan flavonoid secara tersendiri dari Daun Tembelekan yang digunakan serta efektivitas waktu granul ekstrak Daun Tembelekan sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti L.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang granul ekstrak Daun Tembelekan sehingga dapat diaplikasikan di kehidupan masyarakat.