Multikolinearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi Uji Asumsi Klasik

commit to user 63

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah menunjukkan adanya hubungan linear diantara variabel indenpenden. Kondisi ini harus dihindari agar hasil pengujian tidak bias. Apabila terjadi hubungan linier antar variabel independen maka : 1 Koefisien regresi dari variabel bebas tidak bisa diestimasi 2 Rentang dari tingkat keyakinan menjadi semakin lebar 3 Oleh karena antar variabel independen berhubungan, tidak mungkin kita memisahkan variabel secara individual. Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini akan menggunakan nilai varian inflation factor VIF yang diperoleh dari pengujian hipotesis. Kreteria terjadinya multikolinearitas adalah apabiila VIF lebih besar 10 berarti terjadi masalah yang berkaitan dengan multikolinearitas, sebaliknya apabila nilai VIF dibawah 10 maka model regresi tidak mengandung multikolinearitas Ghozali, 2009.

b. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian faktor penggangu error yang terjadi dalam model regresi bersifat tidak sama atau tidak konstan. Oleh karena itu, suatu model regresi harus terpenuhi dari factor pengganggu ini. Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka sekalipun sampel diperbesar standart error tidak minimum, sehingga estimasi OLS tidak efisien. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji commit to user 64 dengan metode Korelasi Spearman’s rho antara nilai residu disturbance error dari hasil regresi dengan masing-masing variabel independenya. Kreteria ada tidaknya gelaja Heteroskedastisitas adalah apabila nikai korelasi spearman’s rho dibawah 0,7 berarti model regresi menunjukkan tidak adanya permasalahan heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai korelasi Spearman’s rho diatas 0.7 berarti model regresi menunjukkan adanya permasalahan heteroskedastisitas Ghozali, 2009.

c. Autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar waktu. Pengujian otokorelasi akan dilakukan berdasarkan pada nilai Durbin Watson-nya. Jika Dw Uper DW Statistik 4 – DW Uper maka model regresi bebas dari permasalahan otokorelasi. Sebaliknya, jika DW Statistik DW Uper atau DW Statistik 4 – DW lower maka model regresi mengandung masalah otokorelasi Ghozali, 2009. Sebagai gambaran dari daerah diterima dan ditolak, untuk uji ini dapat ditunjukkan pada gambar uji Durbin Watson ditunjukkan Gambar 2. Gambar 2 Gambar Uji Durbin-Watson commit to user 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Sragen

1. Kondisi Geografis

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sragen terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, lebih tepatnya berada pada koordinat 7º 15 LS dan 7 º 30 LS serta 110 º 45 BT dan 111 º 10 BT. Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Sragen Batas batas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut : § Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi Propinsi Jawa Timur § Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali § Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar § Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan Keadaan Alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari