commit to user
17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis telah berkembang pesat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terus-
menerus. Perkembangan ini membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku
bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,
pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Dalam usahanya untuk dapat bertahan, dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah
bisnis yang berdasarkan
labor based business
bisnis berdasarkan tenaga kerja ke arah
knowledge based business
bisnis berdasarkan pengetahuan, dengan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan.
Permasalahan di atas juga dialami industri perbankan di Indonesia dimana krisis moneter 1997-1998 yang pernah melanda perekonomian Indonesia telah
berimbas pada kinerja perbankan. Pada saat krisis tersebut penyaluran kredit perbankan menjadi terhenti karena sektor riil tidak mampu menyerap dana yang
mahal. Kejadian serupa hampir tejadi pada tahun 2008-2009 dimana krisis finansial global dan berimbas pada penurunan ekspansi kredit perbankan sehingga
kinerja perbankan menurun.
commit to user
18
Dampak lainnya adalah ditetapkannya bank Century sebagai bank gagal oleh Bank Indonesia. Belajar dari penanganan krisis moneter 1997-1998 dan krisis
ekonomi 2008 silam, maka kalangan perbankan nasional tetap harus hati-hati, waspada dan terus memantau perkembangan lingkungan global agar dapat
melakukan langkah-langkah antisipasi secara tepat dan efektif. Dalam mengambil langkah antisipasinya bisnis perbankan saat ini merubah arah dari bisnis berdasar
labor based business
bisnis berdasarkan tenaga kerja ke era
knowledge based business
bisnis berdasarkan pengetahuan. Dalam era
knowledge
, praktek manajemen perbankan konvensional yang hanya mendasarkan input produksi yang bersifat
tangible
tidak lagi mencukupi sebagai unsur utama untuk meningkatkan kompetensi inti bank namun ada satu
input produksi yang dinamakan
knowledge
yang lebih bersifat
intangible
memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kompetensi inti bank.
Knowledge
tidak pernah habis, bahkan semakin digali dan digunakan jumlah dan kualitasnya akan semakin meningkat. Sehingga apabila bank mampu mengelola
knowledge
dengan baik, maka bank akan memiliki sumber daya manusia yang selalu belajar
learners
, kreatif dan inovatif, antisipatif terhadap perubahan, dan mampu menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.
Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya
knowledge asset
aset pengetahuan sebagai salah satu bentuk aset tidak berwujud Agnes, 2008. Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial
bisnis dan sumber daya strategis yang lebih
sustainable
berkelanjutan untuk memperoleh dan mempertahankan
competitive advantage
Asni, 2007. Bahkan
commit to user
19
Starovic et al, 2003 menemukan bahwa pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu bisnis seiring dengan perubahan ekonomi yang
memiliki karakteristik berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan
knowledge management
maka keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan
itu sendiri Sawarjuwono dan Kadir, 2003. Kemampuan perusahaan untuk dapat terus berinovasi dalam mencapai tujuannya dapat terwujud jika perusahaan
tersebut secara efektif menggunakan sumber daya pengetahuan atau
intellectual capital
Roos, Roos, Edvinsson, dan Dragonetti
,
1997. Stewart 2002 menjelaskan bahwa
intellectual capital
dapat dipahami dalam tiga hal.
Pertama,
keseluruhan dari apapun yang seseorang ketahui di dalam perusahaan yang dapat memberikan keunggulan bersaing.
Kedua,
materi intelektual
– pengetahuan, informasi,
intellectual property,
pengalaman – yang
dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.
Ketiga,
paket pengetahuan yang bermanfaat. Kelebihan dari perspektif
intellectual capital
adalah menyediakan kerangka kerja untuk menjelaskan proses penciptaan nilai
value creation process
dalam kaitannya antara sumber daya dengan
shareholders value.
Selain itu
intellectual capital
memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan dan lebih bersifat praktik daripada konseptual, artinya
intellectual capital
sangat praktis dan dapat dilakukan dari pendekatan manajerial Sangkala, 2006.
Fenomena
intellectual capital
mulai berkembang di Indonesia terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.19
revisi 2000 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No.19, aktiva tidak
commit to user
20
berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif IAI, 2002.
Salah satu pengukuran kinerja
intellectual capital
adalah
Value Added Intellectual Coeficient -
VAIC™. Metode VAIC™ dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang
value creation efficiency
dari aset berwujud
tangible asset
dan aset tidak berwujud
intangible assets
yang dimiliki perusahaan Ulum, 2009. Penggunaan model Pulic VAIC™ menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan memaksimalkan kekayaan intelektualnya untuk menciptakan nilai
value creation
bagi perusahaan. Komponen utama dari VAIC yang dikembangkan Pulic 1998 tersebut
dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu
physical capital
VACA –
value added capital employed
,
human capital
VAHU –
value added human capital
, dan
structural capital
STVA –
structural capital value added
. VAIC
TM
juga dikenal sebagai
Value Creation Efficiency Analysis
, dimana merupakan suatu indikator yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan
dari perusahaan yang didapat dengan menggabungkan CEE
Capital Employed Efficiency
, HCE
Human Capital Efficiency
, dan SCE
Structure Capital Effciency
Pulic, 1998. Lebih lanjut Pulic 1998 menyatakan bahwa
intellectual ability
yang kemudian disebut dengan VAIC
TM
menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut
physical capital
dan
intellectual potential
telah secara
commit to user
21
efisien dimanfaatkan oleh perusahaan. VAIC
TM
dirasakan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari “sistem” pengukuran yang menunjukkan nilai
sebenarnya dan kinerja suatu perusahaan. Penciptaan
value added
pada perusahaan memungkinkan
benchmarking
dan memprediksi kemampuan perusahaan di masa depan. Hal ini berguna bagi semua
stakeholder
yang berada di dalam
value creation process
pemberi kerja, karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra bisnis dan dapat
diterapkan pada semua tingkat aktivitas bisnis Pulic, 2000. Permasalahan
intellectual capital
telah banyak dijadikan sebagai obyek penelitian. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat permasalahan
intellectual capital
dan kinerja keuangan perusahaan akan dijabarkan sebagai pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan.
Marwanto dan Cepi 2012 meneliti kinerja keuangan Bank Milik Pemerintah dan Bank Swasta Nasional dan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan kinerja keuangan antara Bank Milik Pemerintah dan Bank Swasta Nasional periode 2006-2011 dengan menggunakan proksi rasio keuangan CAR,
RORA, NPM, ROA, OR, CM Ratio dan LDR. Hasil dari penelitian ini menyebutkan metode analisis adalah uji beda Anova. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika diukur dari rasio-rasio CAR, RORA, NPM, ROA dan OR, ternyata tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah
dan bank swasta nasional. Namun jika dilihat dari LDR dan CM Ratio, terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional.
commit to user
22
Nasir dan Pamungkas 2005 menganalisa kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah go publik. Sampel yang digunakan adalah 31 perusahaan
yang melakukan IPO pada tahun 2001 di Bursa Efek Jakarta. Hasil yang diperoleh dari penelitian menyimpulkan tidak adanya perbedaan kinerja yang signifikan
untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah
go public
. Meskipun terjadi perbedaan kinerja pada rasio likuiditas dengan tingkat signifikansi 5 pada penelitian satu
tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO, namun perbedaan tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten.
Iswati dan Muslich 2005 meneliti pengaruh
intellectual capital
terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
intellectual capital
yang dijelasakan melalui nilai pasar mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dyah 2009 mencoba meneliti pengaruh IC terhadap kinerja keuangan sektor perbankan Indonesia yang
tercatat antara tahun 2005 dan 2007 pada
Indonesian Stock Exchange
. Penelitian ini menggunakan
partial least square PLS
untuk menganalisis data Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa 3 elemen IC dan kinerja keuangan
mempunyai pengaruh yang signifikan. Chen, Sheng, dan Hwang, 2005 menggunakan model Pulic VAIC
TM
untuk menguji hubungan antara
intellectual capital
terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan dengan sampel 4.254 perusahaan yang
go public
di
Taiwan Stock Exchange
. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
intellectual capital
commit to user
23
berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan yang di wakili ROE, ROA, Growth in Revenues GR, Employee Productivity EP.
Ghosh dan Mondal 2009 meneliti hubungan
intellectual capital
dengan kinerja keuangan perusahaan publik pada industri perangkat lunak dan farmasi di
India. Ghosh dan Mondal menyatakan bahwa
intellectual capital
VAIC
TM
berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas perusahaan ROA dan tidak berpengaruh pada produktivitas ATO dan valuasi pasar di India. Namun
demikian, Firer dan Williams 2003 melakukan penelitian pada 75 perusahaan publik di Afrika selatan yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara
intellectual capital
CEE, HSE, SCE dan kinerja keuangan perusahaan yang dalam hal ini adalah profitabilitas ROA. Hal yang sama juga
dibuktikan oleh Najibullah 2005 yang meneliti hubungan IC dengan kinerja pada perusahaan sektor perbankan yang listing di
Dhaka Stock Exchange
Bangladesh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara
intellectual capital
dengan kinerja perusahaan ROE, ROA, GR, EP dan
market value
perusahaan. Dalam penelitian terdahulu yang telah di paparkan variabel dependen yang
di gunakan dalam penelitian adalah kinerja keuangan perusahaan. Adapun indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas
dan rasio aktivitas, rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio,
Return on Asset
ROA,
Return on Equity
ROE,
Growth in Revenues
GR, dan
Employee Productivity
EP. Rasio kedua adalah rasio aktivitas. Yang diwakili oleh
Asset Turn Over
ATO.
commit to user
24
Berdasarkan beberapa
penelitian yang
telah dilakukan
ternyata menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh
intellectual capital
terhadap kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan penggunaan teknologi mungkin
dapat mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan
intellectual capital
di berbagai negara. Tingkat penggunaan
intellectual capital
yang berbeda menyebabkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
masih memberikan hasil yang tidak konsisten. Masih adanya perbedaan dari hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tersebut membuat
penelitian mengenai hubungan
intellectual capital
dengan kinerja perusahaan masih menarik untuk diteliti
. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha meneliti
pengaruh
intellectual capital
terhadap kinerja perbankan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris ada tidaknya
perbedaan kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perbankan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta pengaruh
intellectual capital
yang diukur dengan ketiga elemen VAIC
TM
yang dikembangkan oleh Pulic 1998 terhadap kinerja perusahaan industri perbankan
di Indonesia. Indikator kinerja perusahaan yang digunakan adalah
Net Interst Margin
NIM. Metode Pulic dipakai dalam mengukur
intellectual capital
karena seluruh informasi tersedia di laporan keuangan perusahaan.
Sektor perbankan dipilih karena perbankan merupakan salah satu sektor yang diharapkan mempunyai prospek cukup cerah di masa yang akan datang,
commit to user
25
karena saat ini kegiatan masyarakat Indonesia sehari-hari tidak lepas dari jasa perbankan dan perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang mempunyai
kontribusi cukup besar terhadap pendapatan negara. Perusahaan yang tergabung ke dalam sektor perbankan memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga
menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul
“
Intelectual Capital
dan Kinerja Perbankan Indonesia ”.
B. Perumusan Masalah