Intellectual Capital Dan Kinerja Perbankan Indonesia bab 1

(1)

commit to user

17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia bisnis telah berkembang pesat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terus-menerus. Perkembangan ini membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Dalam usahanya untuk dapat bertahan, dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah bisnis yang berdasarkan labor based business (bisnis berdasarkan tenaga kerja) ke arah knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan.

Permasalahan di atas juga dialami industri perbankan di Indonesia dimana krisis moneter 1997-1998 yang pernah melanda perekonomian Indonesia telah berimbas pada kinerja perbankan. Pada saat krisis tersebut penyaluran kredit perbankan menjadi terhenti karena sektor riil tidak mampu menyerap dana yang mahal. Kejadian serupa hampir tejadi pada tahun 2008-2009 dimana krisis finansial global dan berimbas pada penurunan ekspansi kredit perbankan sehingga kinerja perbankan menurun.


(2)

commit to user

18 Dampak lainnya adalah ditetapkannya bank Century sebagai bank gagal oleh Bank Indonesia. Belajar dari penanganan krisis moneter 1997-1998 dan krisis ekonomi 2008 silam, maka kalangan perbankan nasional tetap harus hati-hati, waspada dan terus memantau perkembangan lingkungan global agar dapat melakukan langkah-langkah antisipasi secara tepat dan efektif. Dalam mengambil langkah antisipasinya bisnis perbankan saat ini merubah arah dari bisnis berdasar labor based business (bisnis berdasarkan tenaga kerja) ke era knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan).

Dalam era knowledge, praktek manajemen perbankan konvensional yang hanya mendasarkan input produksi yang bersifat tangible tidak lagi mencukupi sebagai unsur utama untuk meningkatkan kompetensi inti bank namun ada satu input produksi yang dinamakan knowledge yang lebih bersifat intangible memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kompetensi inti bank. Knowledge tidak pernah habis, bahkan semakin digali dan digunakan jumlah dan kualitasnya akan semakin meningkat. Sehingga apabila bank mampu mengelola knowledge dengan baik, maka bank akan memiliki sumber daya manusia yang selalu belajar (learners), kreatif dan inovatif, antisipatif terhadap perubahan, dan mampu menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.

Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tidak berwujud (Agnes, 2008). Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan mempertahankan competitive advantage (Asni, 2007). Bahkan


(3)

commit to user

19 Starovic et al, (2003) menemukan bahwa pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu bisnis seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Kemampuan perusahaan untuk dapat terus berinovasi dalam mencapai tujuannya dapat terwujud jika perusahaan tersebut secara efektif menggunakan sumber daya pengetahuan atau intellectual capital (Roos, Roos, Edvinsson, dan Dragonetti,1997).

Stewart (2002) menjelaskan bahwa intellectual capital dapat dipahami dalam tiga hal. Pertama, keseluruhan dari apapun yang seseorang ketahui di dalam perusahaan yang dapat memberikan keunggulan bersaing. Kedua, materi intelektual – pengetahuan, informasi, intellectual property, pengalaman – yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ketiga, paket pengetahuan yang bermanfaat. Kelebihan dari perspektif intellectual capital adalah menyediakan kerangka kerja untuk menjelaskan proses penciptaan nilai (value creation process) dalam kaitannya antara sumber daya dengan shareholders value. Selain itu intellectual capital memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan dan lebih bersifat praktik daripada konseptual, artinya intellectual capital sangat praktis dan dapat dilakukan dari pendekatan manajerial (Sangkala, 2006).

Fenomena intellectual capital mulai berkembang di Indonesia terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No.19, aktiva tidak


(4)

commit to user

20 berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002).

Salah satu pengukuran kinerja intellectual capital adalah (Value Added Intellectual Coeficient - VAIC™). Metode VAIC™ dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan (Ulum, 2009). Penggunaan model Pulic (VAIC™) menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memaksimalkan kekayaan intelektualnya untuk menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan.

Komponen utama dari VAIC yang dikembangkan Pulic (1998) tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA – structural capital value added). VAICTM juga dikenal sebagai Value Creation Efficiency Analysis, dimana merupakan suatu indikator yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan dari perusahaan yang didapat dengan menggabungkan CEE (Capital Employed Efficiency), HCE (Human Capital Efficiency), dan SCE (Structure Capital Effciency) (Pulic, 1998). Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAICTM ) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara


(5)

commit to user

21 efisien dimanfaatkan oleh perusahaan. VAICTM dirasakan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari “sistem” pengukuran yang menunjukkan nilai sebenarnya dan kinerja suatu perusahaan.

Penciptaan value added pada perusahaan memungkinkan benchmarking dan memprediksi kemampuan perusahaan di masa depan. Hal ini berguna bagi semua stakeholder yang berada di dalam value creation process (pemberi kerja, karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra bisnis) dan dapat diterapkan pada semua tingkat aktivitas bisnis (Pulic, 2000).

Permasalahan intellectual capital telah banyak dijadikan sebagai obyek penelitian. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat permasalahan intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan akan dijabarkan sebagai pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan.

Marwanto dan Cepi (2012) meneliti kinerja keuangan Bank Milik Pemerintah dan Bank Swasta Nasional dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara Bank Milik Pemerintah dan Bank Swasta Nasional periode 2006-2011 dengan menggunakan proksi rasio keuangan (CAR, RORA, NPM, ROA, OR, CM Ratio dan LDR). Hasil dari penelitian ini menyebutkan metode analisis adalah uji beda Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika diukur dari rasio-rasio CAR, RORA, NPM, ROA dan OR, ternyata tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional. Namun jika dilihat dari LDR dan CM Ratio, terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional.


(6)

commit to user

22 Nasir dan Pamungkas (2005) menganalisa kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah go publik. Sampel yang digunakan adalah 31 perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2001 di Bursa Efek Jakarta. Hasil yang diperoleh dari penelitian menyimpulkan tidak adanya perbedaan kinerja yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah go public . Meskipun terjadi perbedaan kinerja pada rasio likuiditas dengan tingkat signifikansi 5% pada penelitian satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO, namun perbedaan tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten.

Iswati dan Muslich (2005) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital yang dijelasakan melalui nilai pasar mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dyah (2009) mencoba meneliti pengaruh IC terhadap kinerja keuangan sektor perbankan Indonesia yang tercatat antara tahun 2005 dan 2007 pada Indonesian Stock Exchange. Penelitian ini menggunakan partial least square (PLS) untuk menganalisis data Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa 3 elemen IC dan kinerja keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan.

Chen, Sheng, dan Hwang, (2005) menggunakan model Pulic (VAICTM ) untuk menguji hubungan antara intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan dengan sampel 4.254 perusahaan yang go public di Taiwan Stock Exchange. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital


(7)

commit to user

23 berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan yang di wakili ROE, ROA, Growth in Revenues (GR), Employee Productivity (EP).

Ghosh dan Mondal (2009) meneliti hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan publik pada industri perangkat lunak dan farmasi di India. Ghosh dan Mondal menyatakan bahwa intellectual capital (VAICTM) berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas perusahaan (ROA) dan tidak berpengaruh pada produktivitas (ATO) dan valuasi pasar di India. Namun demikian, Firer dan Williams (2003) melakukan penelitian pada 75 perusahaan publik di Afrika selatan yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intellectual capital (CEE, HSE, SCE) dan kinerja keuangan perusahaan yang dalam hal ini adalah profitabilitas (ROA). Hal yang sama juga dibuktikan oleh Najibullah (2005) yang meneliti hubungan IC dengan kinerja pada perusahaan sektor perbankan yang listing di Dhaka Stock Exchange Bangladesh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan (ROE, ROA, GR, EP) dan market value perusahaan.

Dalam penelitian terdahulu yang telah di paparkan variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian adalah kinerja keuangan perusahaan. Adapun indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas dan rasio aktivitas, rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Growth in Revenues (GR), dan Employee Productivity (EP). Rasio kedua adalah rasio aktivitas. Yang diwakili oleh Asset Turn Over (ATO).


(8)

commit to user

24 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan penggunaan teknologi mungkin dapat mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan intellectual capital di berbagai negara. Tingkat penggunaan intellectual capital yang berbeda menyebabkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya masih memberikan hasil yang tidak konsisten. Masih adanya perbedaan dari hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tersebut membuat penelitian mengenai hubungan intellectual capital dengan kinerja perusahaan masih menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perbankan Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perbankan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta pengaruh intellectual capital yang diukur dengan ketiga elemen VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (1998) terhadap kinerja perusahaan industri perbankan di Indonesia. Indikator kinerja perusahaan yang digunakan adalah Net Interst Margin (NIM). Metode Pulic dipakai dalam mengukur intellectual capital karena seluruh informasi tersedia di laporan keuangan perusahaan.

Sektor perbankan dipilih karena perbankan merupakan salah satu sektor yang diharapkan mempunyai prospek cukup cerah di masa yang akan datang,


(9)

commit to user

25 karena saat ini kegiatan masyarakat Indonesia sehari-hari tidak lepas dari jasa perbankan dan perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pendapatan negara. Perusahaan yang tergabung ke dalam sektor perbankan memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul

“Intelectual Capital dan Kinerja Perbankan Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah VACA (Value Added Capital Employed) berpengaruh terhadap terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Indonesia baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar?

3. Apakah VAHU (Value Added Human Capital) berpengaruh terhadap terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Indonesia baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar?

4. Apakah STVA (Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Indonesia baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar.


(10)

commit to user

26

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji secara empiris apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menguji secara empiris apakah VACA (Value Added Capital Employed) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

3. Menguji secara empiris apakah VAHU (Value Added Human Capital) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

4. Menguji secara empiris apakah STVA (Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi banyak pihak, baik pemegang saham, (calon) investor, regulator, manajer, maupun akademisi.

1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dalam pengembangan literatur keuangan, terutama dalam kajian modal intelektual yang saat ini masih mencari model serta format pengukuran yang tepat. 2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan menjadi bahan


(11)

commit to user

27 industri perbankan yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai competitive advantage (keunggulan bersaing) perusahaan sehubungan dengan keputusan investasi mereka.

3. Bagi manajer perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi pada penelitian kinerja organisasi bisnis serta dalam pengelolaan modal intelektual perusahaan untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan


(1)

commit to user

22

Nasir dan Pamungkas (2005) menganalisa kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah go publik. Sampel yang digunakan adalah 31 perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2001 di Bursa Efek Jakarta. Hasil yang diperoleh dari penelitian menyimpulkan tidak adanya perbedaan kinerja yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah go public . Meskipun terjadi perbedaan kinerja pada rasio likuiditas dengan tingkat signifikansi 5% pada penelitian satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO, namun perbedaan tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten.

Iswati dan Muslich (2005) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital yang dijelasakan melalui nilai pasar mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dyah (2009) mencoba meneliti pengaruh IC terhadap kinerja keuangan sektor perbankan Indonesia yang tercatat antara tahun 2005 dan 2007 pada Indonesian Stock Exchange. Penelitian ini menggunakan partial least square (PLS) untuk menganalisis data Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa 3 elemen IC dan kinerja keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan.

Chen, Sheng, dan Hwang, (2005) menggunakan model Pulic (VAICTM ) untuk menguji hubungan antara intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan dengan sampel 4.254 perusahaan yang go public di Taiwan Stock Exchange. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital


(2)

commit to user

23

berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan yang di wakili ROE, ROA, Growth in Revenues (GR), Employee Productivity (EP).

Ghosh dan Mondal (2009) meneliti hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan publik pada industri perangkat lunak dan farmasi di India. Ghosh dan Mondal menyatakan bahwa intellectual capital (VAICTM) berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas perusahaan (ROA) dan tidak berpengaruh pada produktivitas (ATO) dan valuasi pasar di India. Namun demikian, Firer dan Williams (2003) melakukan penelitian pada 75 perusahaan publik di Afrika selatan yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intellectual capital (CEE, HSE, SCE) dan kinerja keuangan perusahaan yang dalam hal ini adalah profitabilitas (ROA). Hal yang sama juga dibuktikan oleh Najibullah (2005) yang meneliti hubungan IC dengan kinerja pada perusahaan sektor perbankan yang listing di Dhaka Stock Exchange Bangladesh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan (ROE, ROA, GR, EP) dan market value perusahaan.

Dalam penelitian terdahulu yang telah di paparkan variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian adalah kinerja keuangan perusahaan. Adapun indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas dan rasio aktivitas, rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Growth in Revenues (GR), dan Employee Productivity (EP). Rasio kedua adalah rasio aktivitas. Yang diwakili oleh Asset Turn Over (ATO).


(3)

commit to user

24

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan penggunaan teknologi mungkin dapat mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan intellectual capital di berbagai negara. Tingkat penggunaan intellectual capital yang berbeda menyebabkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya masih memberikan hasil yang tidak konsisten. Masih adanya perbedaan dari hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tersebut membuat penelitian mengenai hubungan intellectual capital dengan kinerja perusahaan masih menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perbankan Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perbankan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta pengaruh intellectual capital yang diukur dengan ketiga elemen VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (1998) terhadap kinerja perusahaan industri perbankan di Indonesia. Indikator kinerja perusahaan yang digunakan adalah Net Interst Margin (NIM). Metode Pulic dipakai dalam mengukur intellectual capital karena seluruh informasi tersedia di laporan keuangan perusahaan.

Sektor perbankan dipilih karena perbankan merupakan salah satu sektor yang diharapkan mempunyai prospek cukup cerah di masa yang akan datang,


(4)

commit to user

25

karena saat ini kegiatan masyarakat Indonesia sehari-hari tidak lepas dari jasa perbankan dan perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pendapatan negara. Perusahaan yang tergabung ke dalam sektor perbankan memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul “Intelectual Capital dan Kinerja Perbankan Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah VACA (Value Added Capital Employed) berpengaruh terhadap terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Indonesia baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar?

3. Apakah VAHU (Value Added Human Capital) berpengaruh terhadap terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Indonesia baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar?

4. Apakah STVA (Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Indonesia baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar.


(5)

commit to user

26

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji secara empiris apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menguji secara empiris apakah VACA (Value Added Capital Employed) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

3. Menguji secara empiris apakah VAHU (Value Added Human Capital) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

4. Menguji secara empiris apakah STVA (Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan Indonesia baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi banyak pihak, baik pemegang saham, (calon) investor, regulator, manajer, maupun akademisi.

1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dalam pengembangan literatur keuangan, terutama dalam kajian modal intelektual yang saat ini masih mencari model serta format pengukuran yang tepat. 2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan menjadi bahan


(6)

commit to user

27

industri perbankan yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai competitive advantage (keunggulan bersaing) perusahaan sehubungan dengan keputusan investasi mereka.

3. Bagi manajer perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi pada penelitian kinerja organisasi bisnis serta dalam pengelolaan modal intelektual perusahaan untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan