Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Ciri Utama Pajak

a. Hak Wajib Pajak. b. Hak untuk memperoleh SPOP, SPPT, STTS beserta informasinya dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. c. Hak untuk memperbaiki atau mengisi ulang SPOP apabila terjadi kesalahan. d. Hak untuk menunjuk pihak lain selain pegawai pajak dengan surat kuasa untuk mengisi dan menandatangani SPOP. e. Hak untuk mengajukan permohonan mengenai penundaan penyampaian SPOP sebelum batas waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan-alasan yang sah. f. Hak untuk mengajukan keberatan dan pengurangan atas penetapan PBB. Kewajiban Wajib Pajak yaitu mendaftarkan Objek Pajak, mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan lengkap, menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi ke Kantor Pelayanan PBB, melaporkan perubahan data objek pajak atau wajib pajak ke Kantor Pelayanan PBB setempat apabila ada perubahan dengan cara mengisi SPOP baru sebagai perbaikan.

2.16 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Hasil penerimaan pajak merupakan penerimaan negara yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan sekurang-kurangnya 90 untuk Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II sebagai Pendapatan Asli Daerah PAD dan sisanya untuk Pemerintah Pusat. Kebijakan seperti ini dimaksudkan untuk merangsang masyarakat dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak sekaligus mencerminkan sifat gotong-royong rakyat dalam membiayai pembangunan. Pembagian hasil penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan daerah adalah sebagai berikut: 1. 10 dari jumlah hasil penerimaan PBB merupakan bagian Pemerintah Pusat dan harus disetorkan ke Rekening Kas Negara untuk dibagikan kepada seluruh Daerah Kabupaten kota. 2. 90 dari jumlah penerimaan PBB merupakan bagian Pemerintah Daerah. Dengan pembagian setelah dikurangi biaya pemungutan sebesar 10.  Pemda Provinsi 20  Pemda KabupatenKota 80 Jadi masing-masing penerimaan PBB adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah pusat = 10 2. Biaya pemungutan 10 x 90 = 9 3. Pemerintah Daerah Provinsi 20 x 90 - 9 = 16,2 4. Pemerintah Daerah KabupatenKota 80 x 90 - 9 = 64,8

2.17 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum pemungutan pajak bumi dan bangunan adalah: 1. Undang-undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 8 2. Peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Persentase Nilai Jual Kena Pajak untuk Pajak Bumi dan Bangunan. 3. Keputusan Menteri Keuangan No. 1002KMK.041985 tentang Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Keputusan Menteri Keuangan No. 1006KMK.041985 tentang Tata Cara Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dan penunjukan Pejabat yang berwenang mengeluarkan surat paksa. 5. Keputusan Menteri Keuangan No. 1007KMK1985 tentang pelimpaham wewenang penagihan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II. 6. Keputusan Menteri Keuangan No. 523KMK. 041998 tentang penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak NJOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. 7. Keputusan Menteri Keuangan No. 201KMK.042000 tentang penyesuaian besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan. 8. Keputusan Menteri Keuangan No. 82KMK. 042002 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan No. 552KMK. 032002 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 9. Peraturan Menteri Keuangan No. 150PMK.032010 tentang klasifikasi dan penetapan objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan. 10. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-60PJ2010 tentang tata cara penetapan nilai jual objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan.

2.18 Ciri Utama Pajak

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah atau pengertian secara yuridis pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut : 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan : pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang. 2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik kontraprestasi perseorangan yang dapat ditunjukkan secara langsung. 3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. 4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang- undangan.

5. Selain fungsi budgeter anggaran yaitu fungsi mengisi Kas NegaraAnggaran Negara yang

diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial fungsi mengatur regulatif.

2.19 Sistem Pemungutan Pajak