Teori Kriminologi Landasan Teori

unsur physic dan physis dan lingkungan Alam dan Masyarakat sehingga dapat diperinci yakni keturunan buruk, cacat jasmani, rohani tidak seimbang, cacat mental, ketidakamanan emosi, kurang pendidikan, lingkungan yang menyedihkan, pergaulan dengan orang-orang jahat, kemiskinan. 16 Mengenai faktor-faktor terjadinya kejahatan, H. Hari Saherodji mengatakan bahwa kejahatan timbul karena adanya dua faktor yaitu: 1. Faktor intern faktor yang terdapat pada individual dapat ditinjau dari: a. Sifat-sifat umum dari individu : umur, sex, kedudukan individu dalam masyarakat, pendidikan individu, masalah rekreasihiburan individu, dan agama individu. b. Sifat-sifat khusus dari individu adalah sifat kejiwaan dari individu. 2. Faktor ekstern faktor-faktor yang berada di luar individu. Faktor ini berpangkal tolak dari lingkungan dan dicari hal-hal yang mempunyai korolasi dengan kejahatan seperti waktu kejahatan, tempat kejahatan, keadaan keluarga dalam hubungannya dengan keluarga. 17 Untuk memahami sumber dan sebab-sebab kejahatan tersebut hendaknya tidak hanya dilihat dari faktor intern faktor individu saja atau hanya dilihat dari faktor ektern faktor-faktor yang berada di luar individu, tetapi keduanya unsur tersebut sangat penting dan perlu di perhatikan. Perlu diingat bahwa kejahatan tidak memiliki pengertian tunggal sebab kejahatan 16 B. Simanjuntak, 1997, Pengantar Kriminologi dan Patalogi Sosial, Tarsito, Bandung, h. 26. 17 H. Hari Saherodji. 1980, Pokok-Pokok Kriminologi, Aksara Baru, jakarta, h. 35. adalah variasi dari sekian banyak perbuatan melanggar hukum yang terjadi dalam masyarakat. Apabila kejahatan itu telah terjadi, maka sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, pelaku kejahatan dapat dikenai sanksi hukuman atau sanksi karena perbuatan tersebut telah melanggar peraturan yang berlaku, disamping itu telah mengganggu kemanan dan ketertiban dalam masyarakat.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum empiris, dalam penelitian hukum empiris, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang diamati di dalam kehidupan nyata. Peter Mahmud Marzuki, menyatakan penelitian hukum empiris adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara, ataupun penyebaran kuisioner. 18 Penelitian hukum empiris beranjak dari adanya kesenjangan antara teori dan realita, kesenjangan antara keadaan teoritis dengan fakta hukum, dan atau adanya situasi ketidaktahuan yang dikaji untuk pemenuhan sistem akademik. Penelitian hukum empiris atau sosiologis lebih menitikberatkan pada penelitian data primer yaitu melalui wawancara. 18 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Predia Media Group, Jakarta, Cetakan I, h. 35.

1.7.2 Sifat Penelitian

Sifat penelitian lebih mengarah kepada penelitian deskriptif yakni “penelitian secara umum termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat”. 19

1.7.3. Data dan Sumber Bahan Hukum

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris adalah menggunakan sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder: 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama 20 dilapangan dimana data itu berasal dari observasi dan pengamatan tentang informan. Informasi yang diperoleh dari wawancara itu di dalamnya termasuk fakta-fakta, pendapat dan persepsi. 2. Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan sumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum. 21 Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer di antaranya: Undang-Undang, hasil penelitian, hasil karya dari pakar hukuliteratur, jurnal, makalah dan sebagainya. 22 Penulis menggunakan 19 M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian Dan Aplikasinya, Cet. I, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 43.