15
2.2. Landasan Teori
Landasan teori ini atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menemukan dasar - dasar secara teoritis guna membantu
memecahkan permasalahan.
2.2.1 Teori Ekonomi Regional
Terdapat banyak sekali teori-teori ekonomi regional yang sudah ada, tetapi untuk menunjang landasan teori pada penelitian ini terdapat beberapa
teori yang dianggap cukup mewakili, teori-teori tersebut adalah : 1. Teori Basis dan Non Basis
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori perdagangan komparatif dari David Ricardo dan John Stuart Mill dalam Aziz 1999. Dari studi empiric
yang dilakukan oleh Pfouts 1960 dalam rangka memisah misalkan sektor- sektor basis dari yang bukan basis daerah perkotaan ternyata dapat
dipergunakan sebagai sarana memperjelas struktur daerah tersebut, dalam hubungan ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi dalam dua golongan.
a. Kegiatan ekonomi industri yang melayani kebutuhan akan barang-
barang dan jasa di daerah itu sendiridaerah swasembada maupun mengekspornya ke tempat-tempat diluar batas-batas perekonomian
daerah tersebut. Daerah yang demikian disebut sebagai daerah basis atau daerah surplus.
b. Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani kebutuhan
barang-barang dan jasa bagi masyarakat yang bertempat tinggal didalam batas-batas perekonomian daerah tersebut bahkan masih harus
16
mendatangkan barang kebutuhan tersebut dari tempatdaerah lain karena masih kekurangan daerah yang demikian ini disebut sebagai
daerah non basis atau daerah minus. Untuk menentukan suatu daerah kedalam salah satu dari kedua golongan tersebut digunakan metode
Locatiq Quotien LQ yaitu dengan jalan membandingkan peranan
industri tersebut dengan peranan industri yang sama dalam perekonomian regional. Glason dalam Aziz,1999:63.
2. Space Cost Theory Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dari hasil studi analisis
tentang lokasi industri secara geografi. Dari analisis ia menerapkan suatu pendekatan yang terbukti lebih praktis terhadap berbagia rumusan tentang
teori lokasi industri menurut Adam Smith, lokasi yang paling menguntungkanefisien bagi suatu industri adalah di mana penerimaan total
lebih besar dari pada biaya total atas dasar asumsi maksimilisasi laba dan out put konstan, dan sebaliknya bila biaya total ternyata lebih besar dari
biaya penerimaan total, maka lokasi tersebut adalah merugikantidak efisien. Analisis ini dapat dipergunakan pula untuk menentukan likasi
industri dengan memperhitungkan antara faktor biaya dan pasarpermintaan. Dari segi pasarpermintaan antara lain dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan masyarakat. Letak industri terhadap bahan mentah, kualitas dan kuantitas, tenaga kerja, sarana transportasi dan komunikasi
faktor lingkungan dan pemerintah pajak dan subsidi.
17
3. Teori Lokasi Industri Menurut Weber dalam Sukirno 1909:56 adalah orang pertama yang
menggarap teori tentang lokasi industri secara komprehensif. Teori lokasi dari Weber ini didasarkan dari penerapan teori Von Thunen yang berprinsip
bahwa pengusaha akan memilih lokasi yang paling kecil. Untuk itu Weber mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri atau
terbagi dalam dua kelompok yaitu : a.
Regional faktors , yaitu terdiri atas biaya pengangkutan dan tenaga
kerja. b.
Local faktors , yaitu kekuatan-kekuatan aglomerasi dan
deglomerasi, terutama letak dan sifat bahan mentah. 4. Teori Tempat Sentral
Teori ini dikenalkan oleh seorang geograf Jerman yang bernama Christaller pada tahun 1933. Ia mengemukakan konsep tentang
pembentukan system kota, dari studi empiric konsep tersebut dikembangkan dari teori-teori yang sudah ada pada waktu itu yakni dari
Weber 1909 dan Thunen 1826 dalam Sukirno 1999:58. Dikatakan bahwa kota adalah pusat atau sentralisasi kegiatan dari daerah sekitar yang
kemudian disebut sebagai tempat sentral, yang menghubungkan perdagangan setempat dengan dunia luar. Sistem yang diciptakan
didasarkan pada dua faktor lokasi yaitu biaya transfer dan aglomerasi ekonomi.
18
Dasar ekonomi dari Christaller Sukirno;2001 adalah bahwa pusat kota pada umumnya merupakan pusat daerah yang produktif yang didukung
oleh kondisi tanah yang produktif karena berbagai jasa penting harus disediakan, dengan demikian tempat sentral atau pusat kota tersebut
bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerah belakangdaerah komplementer yaitu mensuplainya dengan barang dan jasa. Selanjutnya
penduduk kota akan menyebar membentuk hierarki perkotaan yang merupakan sarana yang efisien untuk administrasi dan alokasi sumber
kepada daerah-daerah. Dengan demikian distribusi ruang dari pusat-pusat kota ini akan menimbulkan dominasi dan polarisasi.
5. Teori Kutub Pertumbuhan Teori ini dikembangkan berdasarkan teori tempat sentral Christaller
1909. Konsep-konsep dasar dan penyempurnaan serta pengembangan teori ini dilakukan oleh Perroux,’f, Boudenville, Hanssen, Hermansen,
Hirchman dan Myrdal 1967. Dari berbagai tulisan para ahli mengenai kutub pertumbuhan tersebut, konsep-konsep ekonomi dasar dan
perkembangan geogradiknya dapat didefinisikan sebagai berikut Sukirno;2001:59:
a. Konsep Leading Industries dan perusahaan-perusahaan propulsip,
menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan propulsip yang besar, yang termasuk dalam leading industries yang
mendominasi unit-unit ekonomi lainnya, ada kemungkinan bahwa sesuatu komplek industri hanya terdiri dari satu atau segelintir
19
perusahaan propulsip yang dominan. Lokasi yang geografik dari industri-industri seperti itu pada titik-titik local tertentu dalam suatu
daerah mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lokasi sumber daya alam, lokasi kemanfaatan-kemanfaatan buatan manusiakomunikasi
atau tempat-tempat sentral berlandaskan kegiatan jasa yang sudah ada, dimana terdapat keuntungan-keuntungan karena prasarana dan tenaga
kerja atau barangkali hanya bersifat kebetulan saja. b.
Konsep polarisasi menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari “Leading Industries” mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya kedalam kutub pertumbuhan implisit dalam proses polarisasi ini adalah berbagai macam keuntungan aglomerasi keuntungan
ekstern dan intern dari skala. Polarisasi ekonomi ini pasti menimbulkan polarisasi geografik dengan mengalirnya sumber daya
dan konsentrasi ekonomi pada pusat-pusat yang jumlahnya terbatas didalam suatu daerah bahkan kendatipun lokasi seperti tersebut
seringkali tetap berkembang dengan baik karena adanya keuntungan- keuntungan aglomerasi.
c. Konsep “Spread Effect” menyatakan bahwa pada waktunya, kualitas
propulsip dinamik dari kutub pertumbuhan akan memancar keluar dan memasuki uang disekitarnya. “Trickling Down” atau Spread Effect ini
sangat menarik bagi perencanaan regional dan telah memberikan sumbangan besar bagi kepopuleran teori ini pada waktu belakangan ini
sebagai saran kebijaksanaan. Dari konsep ini maka dapatlah
20
disimpulkan sebagai suatu kerangka untuk memahami anatomi regional, teori ini memberikan suatu pelengkap dinamik yang sangat
bermanfaat kepada teori tempat sentral dan walaupun mempunyai keterbatasan sangat berguna bagi perencanaan regional. Teori ini
menampilkan banyak konsep yang berorientasi perencanaan. Menekankan kemanfaatan-kemanfaatan komplek industri, “leading
industies ”, pertubuhan yang berkutub dan keuntungan-keuntungan
aglomerasi dan “Spread Effect” yang ditimbulkan. Model ini cukup jelas dalam menerangkan pertumbuhan hierarki kota yang menekankan
interdependensi antara pusat kota dan daerah disekitarnya. Dari kondisi ini mungkin akan timbul persaingan antar daerah pelayanan masing-
masing Glasson,1997:154-156.
2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Regional
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meninggkat atau lebih
tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya.Dengan kata lain, prkembangannya baru terjadi jia barang dan jasa secara fisik yang
dihasilkan pereonomian tersebut bertambah besar pada tahun – tahun berikutnya.Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang yang
dihasilkan maka pengaruh perubahan harga – harga terhadap nilai pendapatan daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan.Caranya adalah
dengan melakukan perhitungan pendapatan daerah didasarkan harga konstan.
21
Laju pertumbuhan ekonomi ppada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :
100 x
V V
V Yr
Gt
R R
t
dimana Gt adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu daerah yang diyataan dalam persen, Yrt adalah pendapatan daerah riil pada tahun t, dan Yrt-1 adalah pendapatan daera riil pada tahun
t-1
2.2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Struktural Perekonomian
Daerah
Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen yaitu :
1. Provicial share Sp, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah kabupatenkota dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal
yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi provinsi. Hasil perhitungan tersebut akan
menggambarkan peranan wilayah provinsi yang mempengaruhi pertambahan perekonomian kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten
sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranan pada provinsi tetap.
22
2. Propotional Industry-Mix Shift adalah pertumbuhan nilai tambah
bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi. 3.
Differential Shift Sd, adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat
provinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu
untuk tumbuh lebih cepat. Menurut Glasson 1977, kedua komponen shift yaitu Sp dan Sd
memisahkan unsur – unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal: Sp merupakan akibat pengaruh unsur – unsur eksternal yang
bekerja secara nasional provinsi, sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor – faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan
Paul Sitohang, 1977 Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan dalam
perekonomian daerah menempati pasisi yang baik untuk daerah yang bersangkut. Sebaliknya ,bila nilainya negatif maka perekonomian daerah
sektor tersebut masih dapat diperbaiki , antara lain dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian provinsi. Harry W.
Richardson, 1978; 202
2.2.4 Produk Domestik Regional Bruto
a. Menurut Sukirno 2001:165 Produk Domestik Bruto didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor dan diperoleh dari
23
sebagaian selisih antara nilai bruto yang dinilsi atas dasar harga konstan yang diterima oleh produsen dikurangi pemakaian bahan baku dan
penolong yang dininai atas dasar pembelian. b.
Gross Domestik Bruto adalah nilai barang jadi yang diproduksi dalam negeri Doembusch dan fisher, 1992:30.
c. Menurut Rosyidi 1997:203, salah satu pengukuran Produk Domestik
Bruto, dengan menghitung seluruh pengeluaran untuk penelitian barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negara yang bersangkutan yaitu :
a. Konsumsi rumah tangga
b. Konsumsi pemerintah
c. Investasi Pemerintah dan swasta
d. Ekspor barang dan jasa
e. Impor barang dan jasa
d. GDP Gros Domestik Bruto, merupakan cara untuk mengukur output
total menurut harga faktor produksi di dalam negeri dengan cara menjumlahkan nilai tengah dari setiap industriLipsey,dkk, 1992:50
e. Produk Domestik Bruto adalah jumlah barang dan jasa akhir kali harga
sebagai alat produksi barang dan jasa suatu Negara ditmbah dengan hasil produksi barang dan jasa dan perusahaan asing Partadireja, 1982:50
f. Menurut Suparmoko 1991:205 yang dimaksud dengan permintaan
agregat output total adalah jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen perusahaan dan pemerintah, pada tingkat harga tertentu
24
pendapatan tertentu serta variable-variabel tertentu, pendapatan tertentu serta variable ekonomi lainnya
g. Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai total produksi barang dan
jasa yang diproduksi diwilayah regional tertentu dalam waktu tertentubiasanya satu tahun. Anonim 1995:1
2.2.5 Pendekatan Perhitungan Produk Domestik Bruto
Cara perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan
Pendapatan, pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dijelakan berikut : A.
Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentusatu tahun. Unit-unit produksi tersebut didalam penyajiannya dikelompokkan
menjadi 9 sektor lapangan usaha yaitu : a.
Pertanian b.
Pertambangan dan Penggalian c.
Industri pengolahan d.
Listrik, Gas dan air bersih e.
Konstruksi f.
Perdagangan, Hotel danRestoran g.
Pengankutan Dan Komunikasi h.
Jasa Keuangan, Persewaan, dan jasa Perusahaan i.
Jasa-jasa
25
B. Menurut pendekatan Pengeluaran
PDRB Produk Domestik Regional Bruto adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir yaitu :
a. Pengeluaran Konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung. b.
Konsumsi Pemerintah c.
Pembentukan Modal tetap domestik bruto d.
Perubahan stok e.
Ekspor netto dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun C.
Menurut Pendekatan Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor produksi yang ikut srta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi
yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan, termasuk semua
komponen penyusutan dan pajak yak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah
bruto sektoral. Produk Domestik Bruto merupakan nilai tambah bruto seluruh sektorlapangan usaha. Dari tiga pendekatan perhitungan
tersebut, secara seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya Produk
26
Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung Anonim, 1995:3.
2.2.6 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di wilayah ini, maka akan
diperoleh suatu Produk Domestik Regional Bruto per kapita Anonim,1995:4
a. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Angka-angka pendapatan Regional atas dasar harga konstan 1993 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun
ketahun bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupakan produk domestik regional bruto
secara keseluruhan, nilai tambah sektoral Produk Domestik Regional Bruto sektoral ataupun komponen penggunaan produk domestik
regional bruto. Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai tambah sektor atas dasar harga konstan, yaitu:
b. Revaluasi
Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing- masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993. Hasilnya
merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 1993. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari
selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan 1993. Dalam praktek sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara
27
yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi
semua kebutuhan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara
terhadap output pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output terhadap tahun berjalan.
c. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 1993 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 1993
dengan indeks ini bertindak sebagai ekstrapolasi yang dapat merupakan indeks dari masing-masing kuantum produksi yang
dihasilkan ataupun indeks dari berbagi indikator kuantum produksi produksi lainnya seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan yang
dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga
konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
d. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 1993 dapat diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-
masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen.
Tergantung indeks mana yang dianggap lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula pakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah
28
atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks tersebut.
e. Deflasi berganda
Dalam deflasi berganda ini, dideflasikan adalah output dari biaya antara, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output
antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atas harga
perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen
input besar. Dalam kenyataanya, sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak,
juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu didalam perhitungan nilai tambah atas dasar
harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini.Perhitungan komponen penggunaan produk
domestik regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya
data yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.
f. Pergeseran Tahun Dasar Perubahan Klasifikasi Sektor
Berdasarkan data historis, harga satuan maupun produksi atau indicator produksi yang digunakan untuk perhitungan Produk Domestik
Regional Bruto mengalami perubahan tiap tahun. Hal ini menyebabkan sumbangan nilai tambah setiap sektor terhadap Produk Domestik
29
Regional Bruto akan berubah juga. Jika perubahan secara sektoral menunjukkan angka-angka yang proporsional maka sumbangan
terhadap PDRB akan berubah juga dan akan relative sama dari tahun ke tahun. Akan tetapi boleh dikatakan bahwa fenomena tersebut jarang
sekali terjadi, biasanya perkembangan setiap sektor tidak proporsional, misalnya beberapa sektor tertentu melajudengan cepat sedangkan
sektor lainnya relative lamat. Akhirnya dalam jangka panjang sumbangan setiap sektor akan berubah secara nyatasignifikan.
Perubahan ini dikenal dengan perubahan struktur ekonomi. Dalam keseharian, berubahan ekonomi menarik banyak pakar dan
perencanaan ekonomi karena berarti juga bahwa dasarbase komposisi sektoral yang dianggap tulang punggung perekonomian harus ditinjau
kembali. Demikian juga perekonomian ini menjadi faktor-faktor penentu dalam menilai prestasi-prestasi suatu negara, bangsa atau
wilayah.Anonim,1995:27. g.
Latar Belakang Perubahan Tahun Dasar Landasan pemikiran dalam melakukan perubahan tahun dasar tersebut
dapat diekspresikan dalam dua alasan pokok sebagi berikut : 1.
Struktur ekonomi selama 10 tahun telah berubah dengan drastis sehingga kurang relevan jika prestasi dan perkembangan ekonomi
masih dihitung berdasarkan cerimanan struktur yang lama. Perubahan struktur, seperti yang telah bisebut, ditandai dengan
30
perubahan dominasi sektoral yang sebelumnnya berada pada sektor pertanian menjadi sektor industri sekarang ini.
2. Beberapa sektor mengalami perubahan data-data dasar, misalnya
cakupan komoditi dan kegiatan sebelumnya hanya ditampung dalam besaran mark-up yang sudah tidak mewakili lagi. Perubahan
kegiatan ini telah diantisipasi sebelumnya tetapi belum diakomodasikan dalam perhitungan nilai tambah bruto karena jika
dimasukkan hasilnya dapat mengakibatkan pertumbuhan yang melonjak pada tahun dimana kegiatan tersebut dimasukkan. Untuk
itu perubahan tahun dasar merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan beberapa perbaikan data dasar dan juga perbaikan
metode perhitungan.Anonim,1995:28 Sejalan dengan pergeseran tahun dasar dari Produk Domestik
Regional Bruto yang telah dilakukan dalam lingkup nasional. Kantor Statistik Propinsi Jawa Timur melakukan pergeseran tahun
dasar Produk Domestik Regional Bruto dari tahun 1983. Keseragaman tahun dasar Produk Domestik Regional Bruto
memungkinkan pengguna data dapat melakukan perbandingan pertumbuhan ekonomi antara nasional dan daerah, demikian juga
perbandingan antar daerah.
31
2.2.7 Perubahan Klasifikasi Sektor
Klasifikasi sektor Produk Domestik Regional Bruto antara seri lama dan seri baru mengalami perubahan dari 11 sektor menjadi 9 sektor
perubahan. Hal ini didasarkan pada dua alasan, yaitu : 1.
Klasifikasi baru mengacu pada klasifikasi yang direkomendasikan SNA 1993 SNA-System of National Account buku acuan perhitungan
Produk Domestik Regional Bruto secara internasional yang direkomendasikan Perserikatan Bangsa Bangsa. Klasifikasi menjadi
lebih umum dan bermanfaat untuk membandingkan data-data Produk Domestik Regional Bruto dengan negara-negara lain secara total
maupun sektoral. 2.
Klasifikasi baru pada umumnya lebih rinci pada tingkat subsektor dengan maksud lebih berorientasi pada penggunaan data. Data yang
lebih terinci akan lebih banyak kegunaannya dibanding dengan data yang terbatas rincianya. Anonim,1995:29
2.2.8 Alasan Pergeseran Tahun Dasar Dari 1983 ke1993
1. Pertumbuhan ekonomi di tahun dasar 1983 sudah tidak
menggambarkan pertumbuhan ekonomi secara realita. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebenarnya kontribusi sektor
industri, yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, dalam timbangan PDRB seri lama tahun dasar 1983 masih cenderung under
estimate.
32
2. Terjadi perubahan struktur ekoonomi yang sangat nyata dari sektor
pertanian ke sektor industri sejak tahun 1991. 3.
Pertumbuhan secara keseluruhan merupakan rata-rata pertumbuhan ekonomi sektoral. Sehingga berdasarkan tahun dasar baru tingkat
pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Hal ini dapat dibuktikan secara kuantitatif, karena perumusan tingkat pertumbuhan ekonomi dapat
digambarkan sebagai berikut :
Anatomi, 1995 : 30
Y
tot-1
= pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun t
I
it
= Tingkat pretumbuhan pada sektor I pada tahun t W
it-1
= Perananshare sektor pada tahun sebelumnya t-1 4.
Merupakan rekomendasi dari perserikatan bangsa-bangsa bahwa A System Of National Account
SNA supaya digunakan oleh seluruh negara dunia
5. Pergeseran tahun dasar merupakan suatu hal yang dilakukan oleh
seluruh negara secara berkala .Anonim,1995:30
2.2.9 Instrumen Analisis yang Digunakan
1. Analisis Shift-Share
Alat analisis berasumsi bahwa perubahan perekonomian suatu periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun sebelumnya. Alat ini
33
menganalisis beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah tersebut. Pendekatan ini
mengansumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh variabel dari kesatuan wilayah lebih jelas luas yaitu dalam hal ini
kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomian, bauran industri, dan keunggulan kompetitif.
Analisis shift–share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk
mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor
yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur
perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi
oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya. Data yang biasa digunakan
untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita YP, PDRB Y atau Tenaga kerja e dengan tahun pengamatan pada rentang waktu tertentu,
misalnya 1997–2002. Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis
dalam riset pembangunan pedesaan Tambunan, 1996 Teknik analisis ini diawali dengan perhitungan perubahan PDRB suatu sektor di suatu daerah
antara 2 periode, yaitu :
34
∆Q
t ij
= Q
t ij
—Q
o ij
……………………………………. 1 Dimana :
∆Q
t ij
= Perubahan PDRB Q
t ij
= PDRB Sektori daerah kecamatan periode tahun t Q
t ij
= PDRB Sektori daerah kecamatan periode dasar Teknik analisis dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu bangsa
regional, pergeseran proposional dan pengeseran yang berbeda, maka persamaan 1 dapat diperluas menjadi :
+ Q ……………. 2
PR
ij
= ………………………………………………… 3
Dimana Y
t
= PDRB Kabupaten periode tahun t Y
o
= PDRB
Kabupaten pada periode tahun dasar
Q
i
= PDRB
Kabupaten sektor i pada tahun t
Q
i o
= PDRB Kabupaten sektor i pada tahun dasar Q
ij t
= PDRB kecamatan pada tahun t Q
ij t
= PDRB kecamatan pada tahun dasar
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa bila : 1
PR ∆Q
t ij
maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan kabupaten.
2 PR
∆Q
t ij
maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan
menghambat pertumbuhan kabupaten.
35
2.3. Kerangka Pikir