I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~3
Alasan ekonomi. Kehilangan keanekaragaman hayati, berarati akan menyebabkan
hilangnya spesies yang bernilai ekonomi dan social sebelum manusia dapat memanfaatkannya. Keanekaragaman spesies yang ada di hutan hujan tropis besar potensinya dalam menghasilkan
bahan kimia dan obat-obatan untuk kesejahteraan. Alasan etis.
Jika hutan dan keanekaragamannya hilang, maka mata pencaharian dan tradisi masyarakat lokal yang bergantung pada habitat tersebut. Pola hidup dan dalam kasus
ekstrem, kehidupan masyarakat, mungkin akan terancam. Tentu, penghancuran habitat atau
ekosistem berarti akan menghilangkan tradisi dan mata pencaharian masyarakat local. Alasan estetis.
Manusia secara alamiah akan lebih menyenangi bahwa area bervegetasi dengan ekosistemnya yang seimbang akan lebih menarik daripada yang gersang, gundul atau
terbakar, atau hanya berupa beton yang luas. Keberadaan manusia terkait dengan dunia alami. Perbedaan jenis tumbuhan dan hewan yang ada memberikan keindahan bagi alam dengan cara.
Sebagian besar manusia dapat menikmati kehidupan alam untuk rekreasi seperti hiking,
menikmati pemandangan, camping, dll.
Konservasi Keanekaragaman hayati secara umum dilakukan dengan dua cara, yaitu konservasi in-situ berarti konservasi dalam habitat alaminya dan konservasi ex-situ dilakukan
di luar habitat alaminya. Konservasi ex-situ dilakukan jika habitat alami tidak mampu lagi mendukung kehidupan jenis tumbuhan atau hewan yang telah langkaatau terancam. Hadi,
2010; Santosa, 2008.
III. Status Kelangkaan Tumbuhan dan Perlindungan Kekayaan Tumbuhan.
Dasar keputusan untuk menetapkan suatu jenis termasuk kategori dilindungi atau tidak adalah berdasarkan tingkat ancaman jenis tersebut di alam. Komisi pelestarian plasma nutfah
Nasional menetapkan beberapa status kelangkaan spesies dan IUCN Redlist juga telah merilis kategori-kategori menganai status kelangkaan jenis termasuk tumbuhan, seperti berikut :
1. Kategori Punah Extinct adalah status konservasi yangg diberikan kepada spesies individu terakhir spesies tersebut sudah mati.
2. Kategori Punah di alam liar Extinct in the Wild adalah status yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di penangkaran, namun di alam liar sudah tidak
ditemukan. 3. Kategori Kritis Critically Endangered adalah status konservasi terhadap spesies yang
menghadapi risiko kepunahan dalam beberapa waktu mendatang. 4. Kategori terancam atau genting Endangered adalah status konservasi yang diberikan
kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang.
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~4
5. Kategori Rentan
Vulnerable adalah spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang.
6. Kategori hamper terancam
Near Threatened adalah spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, karena populasinya kecil di dunia.
7. Kategori Beresiko rendah
Least Concern adalah spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Dalam IUCN redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan.
Contoh Tumbuhan berstatus Least Concern seperti nyamplung Calophylum inophylum dan Palem Nipa Nypa fruticans, sawo kecik Manilkara kauki,
8. Kategori Informasi kurang Data Deficient, sebuah takson dinyatakan “informasi kurang”
ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi.
Upaya perlindunganpelestarian dan pemanfaatan terhadap floratumbuhan telah ditetapkan berdasarkan beberapa peraturanperudangan. Undang-undang RI no 5 1990,
menegaskan perlunya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Salah satu pasalnya menyatakan bahwa pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dilaksanakan
di dalam dan di luar kawasan suaka alam. Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi digolongkan dalam: dalam bahaya kepunahan, dan populasinya jarang. Sebagai pelaksanaan
dari amanat undang-undang tersebut maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PPRI no 7. 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Pengawetan jenis
tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah. Kemudian pada PP RI 36 2010, terkait dengan pengusahaan
pariwisata alam di suaka margastwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam, diatur mengenai pemanfaatan kawasan konservasi untuk kegiatan pariwisata pada
zonablok pemanfaatan. PP RI No 8 tahun 1999 mengatur tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa, baik yang
dilindungi maupun tidak dilindungi. Pemanfaatan jenis tumbuhan maupun satwa liar dan atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya adalah dalam bentuk pengkajian, penelitian dan
pengembangan; penangkaran; perburuan; perdagangan; peragaan; pertukaran; budidaya tanaman obat-obatan; dan pemeliharaan untuk kesenangan.
Terkait dengan kegiatan untuk pariwisata, Tumbuhan yang dilindungi bisa melalui kegiatan Penangkaran, atau pemeliharaan untuk rekreasi. Pemanfaatan jenis tumbuhan untuk
tujuan perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang terkontrol, dengan memenuhi ketentuan perijinan dan ketentuan dari lembaga konservasi terkait. Pemanfaatan ini
bisa dilakukan oleh perorangan, badan hukum, koperasi atau lembaga konservasi. Jenis tumbuhan yang bisa dilakukan pada pemanfaatan penangkaran adalah jenis yang dilindungi
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~5
atau tidak dilindungi. Sedangkan pemanfaatan tumbuhan untuk tujuan kesenangan hanya dapat dilakukan terhadap jenis yang tidak dilindungi, namun jenis yang dilindungi ini bisa
dipeliharadimanfaatkan untuk tujuan kesenangan tetapi yang merupakan hasil dari kegiatan penangkaran tumbuhan yang dilindungi.
IV. Eksistensi Tumbuhan di Lingkungan Hotel