107
Sejarah Indonesia
»
Sungguh luar biasa perlawanan rakyat Minahasa, yang telah mati-
matian mempertahankan kedaulatannya. Coba pelajaran apa yang dapat kamu peroleh setelah belajar tentang sejarah Perang
Tondano tersebut.
2. Perang Pattimura 1817
Maluku dengan hasil rempah-rempahnya diibaratkan bagaikan “mutiara dari timur”. Kekayaan yang diibaratkan bagaikan “mutiara dari timur” itu,
senantiasa diburu oleh orang-orang Eropa. Namun tidak hanya memburu kekayaan, orang-orang Eropa juga ingin berkuasa dan melakukan monopoli
perdagangan. Kekuasaan orang-orang Eropa itu telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah lama berkembang di Nusantara.
Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles keadaan Maluku relatif lebih tenang karena Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku.
Kegiatan kerja rodi mulai dikurangi. Bahkan para pemuda Maluku juga diberi kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan perang Inggris. Tetapi pada
masa pernerintahan kolonial Hindia Belanda, keadaan kembali berubah. Kegiatan monopoli di Maluku kembali diperketat. Dengan demikian, beban
rakyat semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Kalau ada
penduduk yang melanggar akan ditindak tegas. Ditambah lagi terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan,
sementara itu para pemuda akan dikumpulkan untuk dijadikan tentara di luar Maluku. Desas-desus ini membuat situasi semakin panas, ditambah
lagi dengan sikap arogan dan sikap sewenang-wenang dari Residen Saparua. Suatu ketika Belanda memesan perahu orambai kepada nelayan.
Setelah selesai perahu diserahkan kepada Belanda. Tetapi Belanda tidak mau membayar perahu itu dengan harga yang pantas. Mereka menuntut
agar pemerintah bersedia membayar perahu orambai yang dipesan oleh pemerintah Belanda dengan harga yang pantas. Bahkan perahu orambai
yang diserahkan kepada pemerintah Belanda tidak pernah dibayar. Padahal orang-orang Maluku sudah berperan menyediakan ikan asin untuk kapal-
kapal Belanda di Maluku. Belanda sama sekali tidak menghargai jasa orang- orang Maluku. Oleh karena itu, para pembuat perahu mengancam akan
108
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1
mogok jika tidak dibayar. Residen Saparua Van den Berg menolak tuntutan rakyat itu. Kejadian
itu menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin menjadi-jadi
. Menanggapi kondisi yang demikian para
tokoh dan pemuda Maluku melakukan serangkaian pertemuan rahasia. Sebagai
contoh telah diadakan pertemuan rahasia di Pulau Haruku, pulau yang dihuni orang-orang
Islam. Selanjutnya pada tanggal 14 Mei 1817 di Pulau Saparua pulau yang dihuni orang-orang
Kristen kembali diadakan pertemuan di sebuah tempat yang sering disebut dengan Hutan
Kayu Putih. Dalam berbagai pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat Maluku tidak ingin
terus menderita di bawah keserakahan dan kekejaman Belanda. Oleh karena itu, mereka perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan
Belanda. Thomas Matulessy yang kemudian terkenal dengan gelarnya Pattimura dipercaya sebagai pemimpin. Pengalamannya bekerja di dinas
angkatan perang Inggris diyakini dapat menguntungkan rakyat Maluku.
Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Para pejuang Maluku kemudian menuju Benteng Duurstede.
Ternyata di benteng itu sudah berkumpul pasukan Belanda. Dengan demikian terjadilah pertempuran antara para pejuang Maluku melawan pasukan
Belanda. Dalam perang itu pasukan Belanda dipimpin oleh Residen van den Berg. Sementara dari pihak para pejuang dipimpin oleh para tokoh lain
seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.
Para pejuang Maluku dengan sekuat tenaga mengepung Benteng Duurstede dan tidak begitu menghiraukan tembakan-tembakan meriam
yang dimuntahkan oleh serdadu Belanda dari dalam benteng. Sementara itu senjata para pejuang Maluku masih sederhana seperti pedang dan keris.
Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang Maluku satu persatu dapat memanjat dan masuk ke dalam benteng. Residen dapat dibunuh dan
Benteng Duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang Maluku. Jatuhnya Benteng Duurstede telah menambah semangat juang para pemuda Maluku
untuk terus berjuang melawan Belanda.
Sumber: Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga
Hamengku Buwono IX, 1992.
Gambar 2.17 Pattimura.
109
Sejarah Indonesia
Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari Ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh Mayor Beetjes. Pasukan ini dikawal oleh dua kapal
perang yakni Kapal Nassau dan Evertsen. Namun bantuan ini dapat digagalkan oleh pasukan Pattimura, bahkan Mayor Beetjes terbunuh. Kemenangan ini
semakin menggelorakan perjuangan para pejuang di berbagai tempat seperti di Seram, Hitu, Haruku, dan Larike. Selanjutnya Pattimura memusatkan
perhatian untuk menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Melihat gelagat itu maka pasukan Belanda memperkuat pertahanan benteng di
bawah komandannya Groot. Patroli juga terus diperketat. Oleh karena itu, Pattimura gagal menembus Benteng Zeelandia.
Upaya perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari
Batavia untuk merebut kembali Benteng Duurstede. Bulan Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede dikepung disertai tembakan meriam
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia 4, 1984 Gambar 2.18 Benteng Duurstede
110
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1
yang bertubi-tubi. Satu persatu perlawanan di luar benteng dapat dipatahkan. Daerah di
kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda. Dalam kondisi yang demikian itu Pattimura
memerintahkan pasukannya untuk meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahanannya.
Dengan demikian, Benteng Duurstede berhasil dikuasai Belanda kembali. Pattimura dan
pengikutnya terus melawan dengan gerilya. Tetapi pada bulan November beberapa
pembantu Pattimura tertangkap seperti Kapitan Paulus Tiahahu ayah Christina Martha
Tiahahu yang kemudian dijatuhi hukuman mati. Mendengar peristiwa ini Christina Martha
Tiahahu marah dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya.
Belanda tidak akan puas sebelum dapat menangkap Pattimura. Bahkan, Belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap Pattimura
akan diberi hadiah 1.000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap. Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura
dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon. Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhirnya juga tertangkap. Ia tidak
dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Dikisahkan bahwa di dalam kapal Christina Martha Tiahahu
mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut
antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Dengan demikian, berakhirlah perlawanan Pattimura.
»
Kamu sudah belajar tentang sejarah perjuangan Pattimura dalam melawan Belanda. Coba rumuskan secara singkat mengapa terjadi
perlawanan Pattimura, bagaimana jalannya perang yang dipimpin Pattimura ? Apa akibat dari perang itu ?
Sumber: Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga
Hamengku Buwono IX, 1992.
Gambar 2.19 Christina Martha Tiahahu.
111
Sejarah Indonesia
3. Perang Padri