PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH(BOS) DI LAMPUNG UTARA (Studi kasus:No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Ktb)

(1)

ABSTRAK

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL

SEKOLAH(BOS) DI LAMPUNG UTARA (Studi kasus:No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Ktb)

Oleh

ANDHES TAN SATRISNA

Dengan adanya bantuan operasional sekolah(BOS) maka akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai. Praktek penggunaan dana bos ini tidak selalu seperti apa yang diharapkan oleh pemerintah. Selalu ada saja oknum yang tidak bertanggungjawab menggunakan dana BOS ini untuk keperluan yang tidak sesuai dengan pedoman penggunaan dana BOS. Adapun Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah apa sajakah perbuatan yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana serta bagaimanakah pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan dana BOS tersebut dan apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman pidana tersebut.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan pendekatan masalah secara yuridis normatif ditunjang dengan pendekatan yurudis empiris dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori serta konsep-konsep yang ada hubungan nya dengan masalah yang akan dibahas dan mengumpulkan data dengan cara wawancara. Populasi dalam penulisan skripsi ini adalah Dinas Pendidikan Kab.Lampung Utara, dan Pengadilan Negeri Kotabumi, Kejaksaan Negeri Kotabumi.

Berdasarkan penelitian di Lapangan dapat diketahui bahwa perbuatan yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana adalah menggunakan dana BOS tidak sesuai dengan sebagaimana mestinya atau tidak sesuai dengan juklak dan juknisnya adalah dana yang seharusnya digunakan untuk kegiata operasional sekolah melainkan digunakan untuk kepentingan lain seperti digunakan untuk kepentingan pribadi. Kepala sekolah tidak membiayai kegiatan sekolah sebagai mana mestinya Sekolah Standart Nasional (SSN) melainkan menggunakan nya dana BOS untuk kepentingan pribadi. Pertanggungjawaban pidana terhadap penyalahgunaan dana BOS yaitu dengan penerapan Undang-undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-undang No.20 tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang benar dan sesuai dengan ketentuan yang ada di dalamnya serta penjatuhan sanksi yang tegas terhadap setiap orang yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Undang-undang tersebut dan dasar


(2)

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana diatur dalam Undang - Undang Dasar 1945 BAB IX Pasal 24 dan Pasal 25 serta di dalam Undang No. 40 Tahun 2009. Undang-Undang Dasar 1945 menjamin adanya suatu Kekuasaan Kehakiman yang bebas.

Adapun saran dari penulis kepada pemerintah selaku penanggungjawab, Tim pengawasan dan Tim monitoring mulai dari tingkat pusat hingga Kabupaten/Kota diharapkan untuk lebih meningkatkan peran dan fungsinya dan tanggungjawabnya dalam pengawasan dana evaluasi penggunaan dana BOS. Kepada pengelola dana BOS dalam hal ini Kepala Sekolah dan bendahara sekolah untuk lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola dana BOS, harus kuat iman dalam dalam hal ini amanah, fatonah, dan istiqomah semoga ALLAH SWT. Tuhan yang Maha Esa senantiasa mengingatkan kita untuk berperilaku jujur dan adil. Lebih ditingkatkan kerjasama dan selalu kompak antara komite sekolah dan wali murid sehingga pengelolaan dana BOS sesuai dengan juklak dan juknis nya. Kata Kunci : pertanggungjawaban. Penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah


(3)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL

SEKOLAH (BOS DI LAMPUNG UTARA (Studi kasus:No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Ktb)

(Skripsi)

Oleh:

ANDHES TAN SATRISNA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

DAFTAR ISI

Halaman I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 8

D. Kerangka Teori dan Konseptual... 9

E. Sistematika Penulisan... 11

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dana BOS... 13

B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Penyalahgunaan Dana BOS... 15

C. Bentuk Penyalahgunaan Dana Bos... 18

III.METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 23

B. Sumber dan Jenis Data... 23

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 23

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan data...25

E. Analisis Data...26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden...27

B. Gambaran Umum Penggunaan Dana BOS...28

C. Perbuatan Perbuatan yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang di kategorikan sebagai tindak Pidana...31

D. Pertanggung jawaban Penyalahgunaan Dana BOS...39


(5)

V. P E N U T U P

A. Kesimpulan... 44 B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanat UUD 1945 Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 31 ayat (4) disebutkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Kebijakan pembangunan pendidikan di Indonesia dewasa ini menjadi wacana yang hangat diperbincangkan. Pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini salah satunya adalah meningkatkan akses rakyat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan wajib belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan pemberian akses yang besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini dirasakan kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah konflik, atau masyarakat penyandang cacat.

Keadaan tersebut tentu perlu terus diperbaiki sebagai bentuk pemenuhan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, sejak tahun 1998 pemerintah memberikan bea siswa kepada siswa dari keluarga miskin melalui program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang pendidikan. Sehubungan dengan kenaikan harga BBM (Bahan


(7)

Bakar Minyak) mulai tanggal 1 Maret 2005 dikhawatirkan akan semakin menghambat upaya penuntasan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun karena masyarakat miskin atau yang kurang mampu akan semakin sulit memenuhi kebutuhan biaya pendidikan. (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak(PKPSBBM) 2006.

Mengingat Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang-Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dan berkaitan dengan pengurangan subsidi bahan bakar minyak, maka pada tahun 2005 pemerintah memprogramkan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi sekolah SD/MI/SDLB/SMP/MTS/SMPLB/Salafiyah baik sekolah negeri ataupun swasta.

Latar Belakang Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan pengembangan lebih lajut dari Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah pada kurun 1998-2003, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM yang dilaksanakan dalam kurun 2003-2005. BOS dimaksudkan sebagai subsidi biaya operasional sekolah kepada semua peserta didik wajib belajar, yang untuk tahun 2009 jumlahnya mencapai 26.866.992 siswa sekolah dasar, yang disalurkan melalui satuan pendidikan.

Mulai pertengahan 2010, kemendiknas mulai menggunakan mekanisme baru penyaluran dana BOS. Dana BOS tidak lagi langsung ditransfer dari bendahara negara ke rekening sekolah, tetapi ditransfer ke kas APBD Kemendiknas beralasan, mekanisme baru selanjutnya ke rekening


(8)

sekolah ini bertujuan untuk memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam penyaluran dana BOS. Dengan cara ini, diharapkan pengelolaan menjadi lebih tepat waktu, tepat jumlah, dan tak ada penyelewengan.

Dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maka akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang murah dan berkualitas dapat tercapai. Karena pendidikan merupakan modal penting bagi generasi penerus bangsa agar bisa bersaing dengan negara lain dimasa globalisasi ini.1

Memasuki masa globalisasi ini kita dituntut harus bisa bersaing dengan negara lain, negara yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitaslah yang dapat bersaing. Apa jadinya negara kita jika generasi penerus bangsanya tidak memiliki bekal pendidikan yang berkualitas. Apalagi dengan adanya isu globalisasi sekarang ini, setiap negara didunia ini dituntut harus mempunyai generasi penerus bangsa yang berkualitas agar mampu bersaing dengan negara lain.

Dinas pendidikan meminta sumbangan atau memaksa sekolah untuk membuat pengadaan barang kepada perusahaan tertentu yang sudah ditunjuk dinas, Kepala sekolah menggunakan dana BOS untuk kepentingan pribadi melalui penggelapan, mark up, atau mark down Uang.

Dalam buku Panduan BOS Tahun 2007 dinyatakan bahwa Dinas pendidikan tetap harus mengalokasikan APBD-nya untuk keperluan operasional sekolah. Selain itu, BOS masih memperbolehkan sekolah untuk menerima sumbangan dari orang tua yang mampu, dengan tegas harus “gratis” adalah bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Secara implisit, hal itu menunjukkan bahwa pengelola BOS menyadari dana BOS sebenarnya tidak cukup untuk


(9)

memenuhi kebutuhan operasional di sekolah. Meskipun demikian, tidak semua orang menyadari hal itu.2

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa berbagai kebijakan pembiayaan pendidikan di daerah. Pertama, pemda menganggap BOS tidak cukup, sehingga mengalokasikan dana APBD dalam jumlah cukup besar sebagai “pendamping BOS”,gratis pendidikan.3

Penggunaan dana BOS seperti yang ada dalam pedoman penggunaan dana BOS adalah untuk keperluan sebagai berikut :4

1. Uang formulir pendaftaran

2. Buku pelajaran pokok dan pendukung untuk perpustakaan 3. Ujian sekolah, ulangan bersama, dan ulangan harian 4. Membeli buku tulis, kapur tulis, bahan pratikum 5. Membayar perawatan ringan

6. Membayar daya dan jasa 7. Membayar honorarium guru 8. Membiayai kegiatan siswa

Dana BOS tidak boleh digunakan untuk keperluan sebagai berikut :5

1. disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan maksud dibungakan. 2. dipinjamkan pada pihak lain.

3. membayar bonus, transfortasi, pakaian atau makanan yang tidak berkaitan dengan kepentingan siswa.

4. membangun gedung atau ruangan baru

5. membeli bahan atau peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.

Praktek penggunaan dana BOS ini, tidak selalu seperti apa yang diharapkan oleh pemerintah. Ada oknum yang tidak bertanggung jawab menggunakan dana BOS untuk keperluan yang tidak

2.Buletin Pelangi Pendidikan. Edisi I dan II Agustus 2007. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 3. Makalah Diskusi Dana BOS .http://www.slideshare.net/husnibas/diaksestanggal 28 november 2012 4. Buku Panduan BOS, 2006.Hlm 16


(10)

sesuai dengan pedoman penggunaan dana BOS. Banyak penyalah gunaan yang terjadi di lapangan dan belum dapat diatasi oleh pemerintah. Penyalagunaan dana BOS ini bermacam-macam bentuknya, diantaranya korupsi dan penggelapan.

Salah satu contoh penyalahgunaan dana BOS adalah seperti yang terjadi di SMPN 1 Sungkai Jaya Lampung Utara, yang dilakukan oleh mantan kepala sekolahnya yaitu Nizomil BN,S.Pd, pada waktu itu ia menerima dana yang berasal dari Departemen Pendidikan Nasional untuk mengadakan Sekolah Standart Nasional (SSN) yang dana nya berasal dari APBN. Setelah SMPN 1 Sungkai Jaya Lampung Utara ditetapkan sebagai sekolah SSN, selanjutnya saudara Nizomil.BN,S.Pd bin Hi.Bunawar membuat surat perjanjian pemberian antara Direktorat pembinaan sekolah menengah pertama dan Sekolah Standart Nasional tanggal 19 Oktober 2009, dan terdakwa membuat berita acara pembayaran/penarikan dana tanggal 19 Oktober 2009.

Setelah adanya surat perjanjian dan berita acara pembayaran/penarikan dana, kemudian pihak direktorat pembinaan sekolah menengah pertama mentransfer dana tersebut sebesar Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah) melalui rekening bank Mandiri cabang Kotabumi Nomor Rekening 114-0006086311 atas nama SMPN 1 Sungkai Jaya.Setelah dana tersebut masuk kedalam Rekening SMPN 1 Sungkai Jaya, berdasarkan bukti rekening koran bank Mandiri cabang Kotabumi, Nizomil.BN,S.Pd melakukan 4(empat)kali penarikan yakni:

1. Penarikan pertama tanggal 16 November 2009 sebanyak Rp.40.000.000,-(empat puluh juta rupiah) atas Nizomil.BN,S.Pd.

2 Penarikan kedua tanggal 17 November 2009 sebanyak Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) atas nama Suryati(istri Nizomil)

3. Penarikan ketiga tanggal 20 November 2009 sebanyak Rp.8.000.000,-(delapan juta rupiah) atas nama Nizomil.BN,S.Pd


(11)

4. Penarikan keempat tanggal 26 November 2009 sebanyak Rp.1.500.000,-(satu juta limaratus ribu rupiah) atas nama Yuke Kania Dewi (anak Nizomil)

Setelah menguasai dana sebesar Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah) Nizomil.BN,S.Pd dengan sengaja menggelapkan dana tersebut yakni dengan cara tidak menyalurkan untuk kegiatan SMPN 1 Sungkai Jaya Lampung Utara sesuai dengan sebagaimana diperuntukan untuk sekolah melainkan dipergunakan Nizomil.BN,S.Pd untuk kepentingan diluar sekolah yakni untuk kepentingan pribadi dan perogram Sekolah Standart Nasional SMPN 1 Sungkai jaya Kab.Lampung Utara tidak terlaksana.

Pada kasus tersebut Nizomil.BN,S.Pd dijatuhkan pidana penjara 1 tahun 6 bulan serta denda Rp.50.000.000 oleh hakim Pengadilan Negeri Kotabumi, dalam dugaan korupsi dana BOS sebesar Rp.100.000.000. vonis tersebut di jatuhkan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti yang ada dipersidangan.

Secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak pidana korupsi sebagai mana diatur dalam pasal 3 Jo. Pasal 18.(1).UU No.31 tahun 1999 sebagai mana di revisi UU No.20 tahun 2001. (Studi kasus No.71/Pid.B/Krp/2011/Pengadilan Negeri Kotabumi)

Monitoring dan Supervisi serta Evaluasi perlu dilakukan secara efektif dan terpadu agar program ini berjalan dengan lancar dan transparan. Bentuk kegiatan ini adalah untuk melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program PKPS-BBM.

Sesuai dengan pedoman BOS maka jika ada yang menyalahgunakan dana BOS maka akan dikenakan sanksi disiplin dan akan dilakukan pembinaan dan jika terbukti melanggar hukum maka akan dikenakan sanksi pidana. Salah satu bentuk dari penyalahgunaan dana BOS ini adalah


(12)

tindak pidana korupsi dan penggelapan. Korupsi merupakan tindak pidana yang sedang gencar-gencarnya diberantas oleh pemerintah saat ini. Korupsi dapat terjadi diberbagai bidang tidak terkecuali pada bidang pendidikan khususnya pada dana BOS.

Dana BOS ini rawan sekali mengalami penyalahgunaan lemahnya pengawasan oleh pemerintah dan tidak jelasnya pertanggungjawaban pidana terhadap penyalahgunaan dana ini serta kurangnya upaya penanggulangan adalah penyebab banyaknya terjadi penyalahgunaan dana ini. Jika masalah ini tidak kunjung teratasi maka akan dapat merugikan negara pada umumnya dan masyarakat pada khususnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam bentuk skripsi yang berjudul :

“Pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di wilayah Lampung Utara. (Studi Kasus: No.71/ Pid.B/Krp/2011/Pengadilan NegeriKotabumi)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. apa sajakah perbuatan yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana ?


(13)

c. Apa sajakah yang menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku penyalahgunaan dana BOS di wilayah Lampung Utara?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan ini hanya terbatas pada perbuatan apa saja yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana dan upaya penanggulangan penyalahgunaan dana BOS. Khususnya penyalahgunaan dana BOS ditingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kab.Lampung Utara.

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. untuk mengetahui perbuatan apa saja yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana.

b. Untuk mengetahui pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan dana BOS c. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku

penyalahgunaan dana BOS di wilayah Lampung Utara

2. Kegunaan Penulisan


(14)

Secara teoritis, diharapkan penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi kalangan hukum dalam mengembangkan dan memperluaskan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pada umumnya, dan hukum pidana pada khususnya.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis yaitu sebagai suatu kontribusi dalam usaha menambah informasi bagi masyarakat, dan tambahan kepustakaan bagi semua pihak yang berkepentingan juga sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya.

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.6

Kerangka Teori atau Kerangka Pikir atau Landasan Teori adalah kesimpulan dari Tinjauan Puskata yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan


(15)

Berdasarkan Kerangka Teori diatas disusunlah Kerangka Konsep yaitu suatu bagan yang menggambarkan hubungan antar konsep yang akan diliti.7

Pertanggung jawaban pidana adalah bertanggung jawab atas suatu perbuatan pidana, yang bersangkutan secara sah dapat dikenakan sanksi pidana karena perbuatannya telah ada aturannya, yaitu dalam suatu sistem hukum tertentu dan sistem berlaku atas perbuatan tersebut dengan singkat dapat dikatakan bahwa tindakan tersebut dibenarkan oleh sistem tersebut.8

Faktor-faktor yang menyebabkan orang mampu bertanggung jawab adalah faktor akal dan kehendak, faktor akal yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.Faktor kehendak yaitu menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsafan atas yang diperbolehkan dan yang tidak.9

Dasar pertimbangan Hakim dalam mencapai mencapai kepastian hukum dengan penegakkan hukum secara tegas adalah melalui Kekuasaan Kehakiman, dimana hakim merupakan aparat penegak hukum yang melalui putusannya dapat menjadi tolok ukur tercapainya suatu kepastian hukum. Pokok Kekuasaan Kehakiman diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945 BAB IX Pasal 24 dan Pasal 25 serta di dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2009. Undang- Undang Dasar 1945 menjamin adanya suatu Kekuasaan Kehakiman yang bebas. Hal itu tegas dicantumkan dalam Pasal 24 terutama dalam penjelasan Pasal 24 ayat (1) dan penjelasan pada Pasal 1 UU No. 40 Tahun 2009, yaitu :

Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka dalam ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali hal- hal sebagaimana disebut dalam

Undang-7.suparyanto.blogspot.com. tujuan-kerangka-teori-konseptual-dan.html.diakses tanggal 2 desember 2012 8. Roeslan Saleh. 1981. Perbuatan pidana dan Pertanggung jawaban Pidana. Jakarta,Aksara Baru.hlm 34 9. Ibid.


(16)

Undang Dasar 1945. Kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia .

Kemudian pada Pasal 24 ayat (2) menegaskan bahwa :

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.11

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti.10

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Pertanggung jawaban pidana penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah. b. Pelaku tindak pidana penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah.

c. Penyalahgunaan adalah proses, cara perbuatan yang menyeleweng.(Kamus Besar Bahasa Indonesia).

d. Dana adalah uang yang disediakan untuk sesuatu keperluan.(Kamus Besar Bahasa Indonesia ).

e. Bantuan Operasional Sekolah secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional non porsonil (DEPDIKNAS ).

f. Lampung Utara (salah satu kabupaten di Lampung)

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami penulisan skripsi ini secara keseluruhan, maka sistem penulisan disusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

10. Soerjono Soekanto, 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta UI Press..hlm 132


(17)

Merupakan bab yang memuat latar belakang permasalahan, ruang lingkup, tujuan, dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab yang berisikan pengantar pemahaman terhadap pengertian dana BOS, bentuk-bentuk penyalahgunaan dana BOS dan pengertian bentuk-bentuk-bentuk-bentuk penyalahangunaan dana BOS.

III. METODE PENELITIAN

Menguraikan metode yang digunakan dalam penulisan, langkah-langkah yang diambil dalam penulisan ini adalah pendekatan masalah, sumber data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan bab yang berisi pembahasan tentang hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini dan menjelaskan tentang perbuatan apa saja yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana dan upaya penanggulangannya.

V. PENUTUP

Dalam bab ini memuat kesimpulan hasil penulisan skripsi dan saran-saran terhadap permasalahan yang telah dibahas.


(18)

A. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

BOS yang dimaksud dalam program konpensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (PKPS-BBM) bidang pendidikan secara konsep adalah mencakup komponen untuk biaya operasional non personil hasil studi badan penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional (BALITBANG DEPDIKNAS). Yang menjadi prioritas utama BOS adalah untuk biaya operasional non personil bagi sekolah, bukan biaya kesejahteraan guru dan bukan untuk biaya investasi.

1. Tujuan dan Sasaran Dana BOS

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Yang menjadi sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP baik negeri maupun swasta seluruh propinsi di Indonesia.

2. Mekanisme Alokasi Dana BOS

Pengalokasian dana BOS dilaksanakan sebagai berikut :

a. Tim PKPS-BBM Pusat mengumpulkan data jumlah siswa tiap sekolah melalui Tim PKPS-BBM propinsi dan kabupaten/kota, kemudian menetapkan alokasi dana BOS tiap propinsi.


(19)

b. Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, Tim PKPS-BBM Pusat membuat alokasi dana BOS tiap propinsi.

c. Tim PKPS-BBM Propinsi dan Tim Kabupaten/kota dharapkan melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap sekolah sebagai dasar dalam menetapkan alokasi di tiap sekolah.

d. Tim PKPS-BBM Kabupaten/kota menetapkan sekolah yang bersedia menerima BOS melalui Surat keputusan (SK) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan kab/kota, Kepala Kandepag kab/kota, dan Dewan Pendidikan dengan dilampiri daftar nama sekolah dan besar dana bantuan yang diterima. Sekolah yang bersedia menerima BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB).

e. Tim PKPS-BBM kab/kota mengirimkan SK alokasi BOS dengan melampirkan daftar sekolah ke Tim PKPS-BBM propinsi, tembusan ke Pos / Bank dan Sekolah penerima BOS.

Dalam menetepkan alokasi dana BOS tiap sekolah perlu dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua priode tahun pelajaran yang berbeda.

3. Pengambilan dan pembatalan Dana BOS

1). Pengambilan Dana BOS

a. Tim PKPS-BBM Propinsi menyerahkan data rekening sekolah penerima BOS dan besar dana yang harus disalurkan kepada kantor Pos atau Bank Pemerintah.

b. Selanjutnya kantor Pos / Bank pemerintah yang ditunjuk mentrasfer dana sekaligus kesetiap sekolah.

c. Pengambilan dana BOS dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan diketahui ketua komite sekolah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. d. Dana BOS harus diterima secara utuh sesuai dengan SK alokasi yang dibuat oleh


(20)

2). Pembatalan Dana BOS

Dalam hal sekolah penerima BOS mengalami perubahan sehingga tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai penerima BOS atau tutup/bubar maka bantuan dibatalkan dan dana BOS harus disetorkan kembali ke kas negara. Tim PKPS-BBM kabupaten atau kota bertanggung jawab dan berwenang untuk membatalkan sekolah penerima BOS.

B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Penyalahgunaan Dana BOS

Berbicara tentang pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan dana BOS, tidak dapat dilepaskan dengan tindak pidana. Walaupun dalam pengertian tindak pidana tidak termasuk masalah pertanggungjawaban.Tindak pidana hanya menunjukkan kepada di larangnya suatu perbuatan.

Pandangan di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moelyatno, yang membedakan dengan tegas “dapat dipidananya perbuatan”(de strafbaarheid van het feit atauhet verboden zjir van het feit) dan “dapat dipidananya orang”(strafbaarheid van den persoon), dan sejalan dengan itu beliau memisahkan antara pengertian “perbuatan pidana” (criminal act) dan “pertanggungan jawab pidana” (criminal responsibility atau criminal liability).Oleh karena hal tersebut pisahkan, maka pengertian perbuatan pidana tidak meliputi pertanggungjawaban pidana. Pandangan ini disebut pandangan dualistis mengenai perbuatan pidana.Pandangan ini merupakan penyimpangan dari pandangan yang monistis antara lain yang dikemukakan oleh Simons yang merumuskan“strafbaar feit”adalah:“een strafbaar gestelde, onrechtmatige met schuld verband


(21)

staande handeling van een toerekeningsvatbaar persoon”. Jadi unsur-unsur strafbaar feitadalah :

1) Perbuatan manusia (positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan).

2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld). 3) Melawan hukum (onrechtmatig).

4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand); 5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar

persoon).

Simons mencampur unsur objektif (perbuatan) dan unsur subjektif (pembuat). Yang disebut sebagai unsur objektif ialah:

a. Perbuatan orang.

b. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.

c. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat “openbaar” atau “di muka umum”. Segi subyektif daristrafbaar feit :

a. Orang yang mampu bertanggung jawab. b. Adanya kesalahan (dolusatauculpa).

c.Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.

Kalau ketiga unsur ada maka orang yang bersangkutan bisa di nyatakan bersalah atau mempunyai pertanggungjawaban pidana, sehingga bisa di pidana. Sekalipun kesalahan telah di terima sebagai unsur yang menentukan pertanggungjawaban pembuat tindak pidana, tetapi mengenai bagaimana memaknai kesalahan masih terjadi saling perdebatan di kalangan para ahli. Pemahaman yang berbeda mengenai makna kesalahan, dapat menyebakan perbedaan dalam penerapanya. Dengan kata lain, pengertian tentang kesalahan dengan sendirnya menentukan ruang lingkup pertanggungjawaban pembuat tindak pidana.


(22)

Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau dengan keadaan-keadaan mana perbuatan itu dilakukan. Sudarto berpendapat bahwa untuk menentukan adanya pidana, kedua pendirian itu tidak mempunyai perbedaan prinsipiil. Soalnya ialah apabila orang menganut pendirian yang satu hendaknya memegang pendirian itu secara konsekwen, agar supaya tidak ada kekacauan pengertian (begripsverwarring). Jadi dalam mempergunakan istilah “tindak pidana ” haruslah pasti bagi orang lain apakah yang dimaksudkan ialah menurut pandangan monistis ataukah yang dualistis. Bagi yang berpandangan monistis seseorang yang melakukan tindak pidana sudah dapat dipidana, sedangkan bagi yang berpandangan dualistis sama sekali belum mencukupi syarat untuk dipidana karena harus disertai syarat pertanggungan jawab pidana yang harus ada pada orang yang berbuat

.

Selanjutnya menurut Sudarto, memang harus diakui, bahwa untuk sistematik dan jelasnya pengertian tentang tindak pidana dalam arti ”keseluruhan syarat untuk adanya pidana ”(der inbegriff dervoraussetzungen der strafe), pandangan dualistis itu memberikan manfaat. Yang penting ialah kita harus senantiasa menyadari bahwa untuk mengenakan pidana itu diperlukan syarat-syarat tertentu. Apakah syarat itu demi jelasnya kita jadikan satu melekat padaperbuatan, atau seperti yang dilakukan oleh Simons dan sebagainya,ataukah dipilah-pilah, ada syarat yang melekat pada perbuatan dan ada syarat yang melekat pada orangnya seperti dikemukakan oleh Moelyatno, itu adalah tidak prinsipil, yang penting ialah bahwa semua syarat yang diperlukan untuk pengenaan pidana harus lengkap adanya.

Berdasarkan uraian di atas bahwa dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila perbuatan seseorang telah memenuhi unsur delik dalam undang-undang, tetapi masih ada syarat lain yang harus dipenuhi yaitu bahwa orang yang melakukan perbuatan itu harus mempunyai kesalahan


(23)

atau bersalah. Dengan perkataan lain orang tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya atau jika dilihat dari sudut perbuatannya maka perbuatan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tersebut. Jadi di sini berlaku asas ”Geen Straf Zonder Schuld” (tiada pidana tanpa kesalahan). Asas ini tidak tercantum dalam KUHP Indonesia ataupun peraturan lainnya, namun berlakunya asas ini sekarang tidak diragukan karena akan bertentangan dengan rasa keadilan, bila ada orang yang dijatuhi pidana padahal ia sama sekali tidak bersalah.

C. Bentuk Penyalahgunaan Dana BOS

Bentuk penyalahgunaan dana BOS ini yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah dan/atau siswa yaitu:

a) disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan maksud dibungakan. b) dipinjamkan pada pihak lain.

c) membayar bonus, transportasi, pakaian atau makanan yang tidak berkaitan dengan kepentingan sekolah/siswa.

d) menggunakan sebagian/dan seluruh nya untuk kepentingan sendiri.

e) membeli bahan atau peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran. f) menanamkan saham.

Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Berbicara mengenai masalah korupsi atau tindak pidana korupsi, maka terlebih dahulu kita mengetahui asal-usul istilah korupsi itu sendiri. Korupsi berasal dari kata latin Corruptio atau Corruptus yang kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis yaitu Corruption, dan


(24)

selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan korupsi. Korupsi secara harfiah berarti jahat, busuk atau rusak, dapat disuap. Oleh karena itu tindak pidana korupsi berarti suatu delik akibat perbuatan busuk, jahat, rusak, suap.

Adapun mengenai pengertian tindak pidana korupsi, menurut Undang-Undang no 31 tahun 1999 yaitu :

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (pasal 2, ayat 1).

2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (pasal 3).

3. Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 KUHP (Pasal 5 sampai Pasal 12). 4. Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri Sipil dengan

mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 13).

5. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemupakatan jahat, untuk melakukan tindak pidana korupsi (Pasal 15).

6. Setiap orang diluar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi (Pasal 16).

Jika memperhatikan Pasal 2 ayat (1) maka akan ditemukan unsur-unsur sebagai berikut :

1. Melawan hukum

2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi 3. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Dalam penjelasan Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 unsur melawan hukum diterangkan mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti material. Meskipun


(25)

perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan dan norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.

Adapun yang dimaksud dengan perbuatan yang memperkaya diri sendiri adalah perbuatan yang dilakukan untuk menjadi lebih kaya dengan cara yang tidak sewajarnya. Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 disebutkan bahwa perbuatan untuk memperkaya tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi sipelaku saja, tapi juga diperuntukkan bagi orang lain atau suatu korporasi.

Korupsi dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara, dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil. Adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya sebab akibat. Sedangkan yang dimaksud keuangan negara dalam penjelasan umum Undang-Undang nomor 31tahun 1999 adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan

Dalam Pasal 3 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 1. dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.

2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya.

3. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Dalam Pasal 5 sampai dengan pasal 12 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 disebutkan setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, dan 435 KUHP.


(26)

1. memberi hadiah atau janji

2. Dengan mengingat suatu kekuasaan atau kewenangan yang melekat pada jabatannya atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.

Dalam Pasal 14 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 apabila dilihat lebih lanjut maka akan ditemukan 3 jenis tindak pidana korupsi yaitu :

1. percobaan untuk melakukan tindak pidana seperti yang disebutkan dalam pasal 2,3,5 sampai pasal 14 Undang-Undang ini.

2. Pembantuan untuk melakukan tindak pidana seperti yang disebutkan dalam pasal 2,3,5, sampai pasal 14 Undang-Undang ini.

3. Pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana seperti yang disebutkan dalam pasal 2,3,5, sampai pasal 14 ini.

Sedangkan dalam Pasal 16 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 dinyatakan bahwa, Setiap orang diluar wilayah Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dalam pasal 2,3,5, sampai Pasal 14.

Dalam penjelasan Pasal 16 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 dikemukakan bahwa ketentuan tersebut bertujuan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana yang bersifat transnasional atau lintas batas teretorial sehingga segala bentuk trasfer keuangan hasil tindak pidana korupsi antar negara dapat dicegah secara optimal dan efektif.

Yang dimaksud dengan bantuan, kesempatan, sarana atau keterangan dalam ketentuan ini adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam prakteknya kita kenal ada 2 jenis korupsi yang sering terjadi dimasyarakat yaitu :


(27)

Dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Akan tetapi individu-individu tertentu memperkaya diri sendiri.

2. Against The Rule Coruption

Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan dengan hukum. Misalnya penyuapan, penyalahgunaan, jabatan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi.

a. Pelaku Tindak Pidana Korupsi

mengenai pelaku dalam Pasal 55 KUHP telah diterangkan mengenai siapa yang dianggap sebagai pelaku suatu tindak pidana.

Menurut Pasal 55 KUHP yaitu :

1. dipidana sebagai pembuat (dader) sesuai perbuatan pidana

Ke-1.Mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan ;

Ke-2.Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan, ancaman, atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

2. terhadap penganjur hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.


(28)

Berdasarkan Pasal 55 KUHP tersebut, pelaku dapat dikategorikan sebagai orang yang melakukan sendiri suatu tindak pidana dan orang yang turut serta atau bersama-sama melakukan suatu tindak pidana

Berdasarkan Pasal 55 KUHP tersebut, pelaku dapat dikategorikan sebagai orang yang melakukan sendiri suatu tindak pidana dan orang yang turut serta atau bersama-sama melakukan suatu tindak pidana.

3. setiap orang adalah perseorangan atau termasuk korporasi.

Memperhatikan rumusan Pasal 2 sampai dengan Pasal 17 dan Pasal 21 sampai dengan Pasal 24 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999, maka pelaku tindak pidana korupsi adalah setiap orang, yang berarti orang perseorangan atau korporasi.


(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan masalah secara yuridis normatif ditunjang dengan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori serta konsep-konsep yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas, sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan penelitian lapangan, melakukan wawancaradengan beberapa nara sumbar yang berkompeten dan berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini.

B. Sumber dan jenis Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh penulis dengan melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan metode wawancara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada aparat yang berwenang dan penegak hukum yang bersangkutan.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan-bahan hukum baik bahan-bahan hukum primer, skunder maupun tersier yang berhubungan dengan penelitian.1


(30)

a. Bahan hukum Primer antara lain, kitab undang-undang hukum pidana, Undang-Undang no 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Undang-Undang no 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo.Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah, keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

b. Bahan hukum skunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti literatur-literatur, hasil penelitian hukum, dan dokumen yang mendukung.

a. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum penunjang, mencakup bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan hukum skunder, seperti buletin, makalah-makalah dan harian umum surat kabar.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek, individu, seluruh gejala, seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.2 Dalam penelitian ini yang kan menjadi populasi adalah Pengadilan Negeri Kotabumi,Dinas Pendidikan Kab.Lampung Utara, Kejaksaan Negeri Kotabumi, Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel berupa purposive proposional sampling, yaitu dalam menentukan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan dianggap telah mewakili populasi dengan masalah yang akan diteliti.


(31)

Adapun responden yang dijadikan sampel adalah :

1. Hakim dan pegawai PN.kotabumi 2 orang 2. Jaksa dari Kejaksaan Negeri Kotabumi 2 orang 3. Pegawai Dinas Pendidikan Kab.Lampung Utara 1 orang

---5 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur Pengumpulan Data dilakukan dengan cara : a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan terhadap data skunder dengan mempelajari literatur-literatur hukum, konsep-konsep dan makalah-makalah hukum dengan cara membaca, menelaah dan mengutip hal-hal yang berkaitan dengan penulisan.

\

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan metode wawancara (interview). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung, penulis mengadakan tanya jawab secara terbuka dengan maksud untuk mendapatkan keterangan atau jawaban dari responden. Sebelum wawancara penulis telah mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.


(32)

2. Pengolahan Data

Setelah data-data tersebut diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah data untuk memperoleh data yang baik. Pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Editing, yaitu data yang masuk perlu diperiksa kelengkapannya, kejelasan dan relevansinya dengan penelitian.

b. Konstruksi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan dan logis, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

c. Sistemasi data, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sehingga memudahkan menganalisa data.

E. Analisis Data

Setelah data diolah, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur sehingga memudahkan interprestasi data dan pemahaman hasil analisis , selain itu data hasil penelitian didiskripsikan dalam bentuk penjelasan uraian-uraian kalimat. Setelah data dianalisis maka dapat ditarik kesimpulan secara induktif; yaitu cara berpikir dalam mengambil suatu kesimpulan terhadap permasalahan yang akan dibahas secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.


(33)

V. P E N U T U P

A. kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perbuatan yang merupakan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana pada perkara No.71/pid.B/Krp/2011/PN.Ktb adalah perbuatan yang dilakukan oleh pengelola dana BOS, perbuatan tersebut tidak sesuai dengan juklak dan juknis penggunaan dana BOS yang seharusnya untuk kegiatan sekolah melainkan untuk kepentingan pribadi dan kepala sekolah tidak membiayai kegiatan sekolah sebagaimana mestinya sekolah standart nasional. Adapun penyalahgunaan dana BOS menurut buku panduan BOS adalah (1)disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan maksud dibungakan (2)membayar bonus, pakaian dan makanan yang tidak berkaitan dengan kepentingan sekolah (3)membeli bahan atau peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran (4)menanamkan saham (5)dipinjamkan pada pihak lain. Perbuatan penyalahgunaan dana BOS yang dikategorikan sebagai tindak pidana penggelapan harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : menguasai untuk dirinya sendiri atau zich toeegenenyang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain. Suatu benda atau

eenig goed yang ada dalam kekuasaannya tidak karena kejahatan dan secara melawan hukum.

2. Pertanggungjawaban pidana penyalahgunaan dana BOS yaitu dengan penerapan undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-undang No.20 tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang benar dan sesuai dengan ketentuan


(34)

yang ada di dalamnya serta penjatuhan sanksi yang tegas terhadap setiap orang yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Undang-undang tersebut. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan dana BOS yang terjadi di SMPN 1 Sungkai Jaya Lampung Utara, yang dilakukan oleh mantan kepala sekolahnya yaitu Nizomil BN,S.Pd, menurut Ojo Soemarna,SH.,MH Hakim Pengadilan negeri kotabumi yang menangani kasus tersebut menyatakan Hukum sudah sesuai Undang Undang dan menurut peraturan yang berlaku, Pada kasus tersebut Nizomil.BN,S.Pd dijatuhkan pidana penjara 1 tahun 6 bulan serta denda Rp.50.000.000 oleh hakim Pengadilan Negeri Kotabumi, dalam dugaan korupsi dana BOS sebesar Rp.100.000.000. vonis tersebut di jatuhkan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti yang ada dipersidangan Secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 3 Jo.Pasal 18.(1).UU No.31 tahun 1999 sebagaimana di revisi UU No.20 tahun 2001

3. Dasar pertimbangan hakim ialah Seorang hakim diwajibkan untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan tidak memihak. Hakim dalam memberikan suatu keadilan harus menelaah terlebih dahulu tentang kebenaran peristiwa yang diajukan kepadanya kemudian memberi penilaian terhadap peristiwa tersebut dan menghubungkannya dengan hukum yang berlaku. Setelah itu hakim baru dapat menjatuhkan putusan terhadap peristiwa tersebut. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin komplek saat ini dituntut adanya penegakkan hukum dan keadilan untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Untuk figur seorang hakim sangat menentukan melalui putusan- putusannya karena pada hakekatnya hakimlah yang menjalankan kekuasaan hukum peradilan demi terselenggaranya fungsi peradilan itu.Oleh karena itu dalam memberikan putusan hakim


(35)

harus berdasar penafsiran hukum yang sesuai dengan rasa keadilan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat, juga faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor budaya, sosial, ekonomi, politik dan lain- lain.


(36)

B. Saran - saran

Berdasarkan uraian di atas penulis terdapat saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah, selaku penanggung jawab program PKPS BBM. Tim Monitoring dan Tim Pengawasan mulai dari tingkat pusat hingga dan tanggung jawabnya dalam pengawasan dan evaluasi penggunaan dana BOS.

2. Kepada Pengelola dana BOS dalam hal ini Kepala Sekolah dan Bendahara Sekolah untuk lebih meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan dalam mengelola dana BOS. Lebih meningkatkan kerja sama dan koordinasi dalam komite sekolah, warga sekolah dan wali murid sehingga pengelolaan dana BOS dapat berjalan sesuai dengan juklak dan juknis penggunaan dana BOS.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Hanitijo, Soemitro, Rony. 1988, Metode penelitian hukum dan jurimetri. Ghalia Indonesia Muhammad, Abdul Kadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti Bandung. Soekanto, Soerjono 1985. Penelitian Hukum Normatif . P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Moeljatno. 2003.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bumi Aksara Jakarta Soekamto,Soejono, 1984.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press.Jakarta

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM).2006. Buku

Panduan Bantuan Operasional Sekolah.Departeman Pendidikan Nasional.

Undang-Undang no 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang no 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Buletin Pelangi Pendidikan. Edisi I dan II Agustus 2005. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Moeljatno.2003. Kitab-kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bumi Aksara jakarta Soekanto,soerjono.1984. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta

dr-suparyanto.blogspot.com/2009/11/tujuan-kerangka-teori-konseptual-dan.html

Roeslan Saleh, Perbuatan pidana dan Pertanggung jawaban Pidana, Jakarta,Aksara Baru,1981 hal 34

Hamzah Hatrick,Asas Pertranggung jawaban Pidana dalam hukum pidana Indonesia,Jakarta:Raja Grafindo Persada,1996,hal 6


(38)

Undangundang Nomor 31 Tahun 1999. Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang undang no. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi

Perda Kab.Lampung Utara no. 15 tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Perda Kab.Lampung Utara no. 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.


(39)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : DR.Eddy Rifa’i, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Diah Gustiniati, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(40)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan karya kecil ini kepada orang-orang yang terkasih dan mengasihiku :

Alm.Papa tercinta, yang selama hidupnya terus memotivasi, menasehati, dan memberikan dorongan baik moril dan materil kepadaku agar ku menjadi anak yang berguna bagi keluarga, warga, bangsa, dan agama, serta Mama tersayang, yang selama ini berjuang keras mendidik aku hingga dewasa, tiap tetes keringat yang keluar untuk keberhasilanku dan untuk semangat, nasihat, dorongan dan doa

disetiap shalat dan sujudnya.

Untuk kakak-kakakku tercinta Rastri Ajeng Kurniasih dan Agnes pratidini, aku sangat berterima kasih atas dukungannya selama ini sehingga aku dapat mneyelesaikan skripsi ini. Aku adalah adik yang sangat beruntung mempunyai

kakak-kakak seperti kalian.


(41)

Judul Skripsi : PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

TERHADAP PELAKU PENYALAH GUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI LAMPUNG UTARA Studi Kasus: No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Kotabumi

Nama Mahasiswa : ANDHES TAN SATRISNA No. Pokok Mahasiswa : 0742011036

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

DR.Eddy Rifa’i, S.H., M.H. Diah Gustiniati, S.H., M.H.

NIP 196109121986031003 NIP 196208171987032003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati, S.H., M.H. NIP 196208171987032003


(42)

RIWAYAT HUDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 3 Oktober 1989. Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Alm.M.Effendhi Azhari dan Suresmiati,M.pd

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Kampung Baru Kotabumi yang diselesaikan tahun 2001, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Kotabumi yang diselesaikan tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Kemala Bhayangkari Kotabumi yang diselesaikan tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(43)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) DI Lampung Utara studi kasus:No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Kotabumi” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak DR.Eddy Rifa’i,SH.,MH selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;


(44)

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;

6. Ibu Dona Raisa, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;

7. Ahmad Saleh, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis;

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik, membimbing serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis;

9. Teman-temanku di Fakultas Hukum Universitas Lampung Mad Rizwan, Indra Metro, Indra Natar, bang Indra, Adit, Jeni, Andi. Buat sahabat sahabatku Rio,Qodri,Hendrik, dan untuk yang lainnya yang pernah memberi motivasi ku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih yang terhangat untuk kalian semua.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, 15 Februari 2013 Penulis


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : DR.Eddy Rifa’i, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Diah Gustiniati, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(2)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan karya kecil ini kepada orang-orang yang terkasih dan mengasihiku :

Alm.Papa tercinta, yang selama hidupnya terus memotivasi, menasehati, dan memberikan dorongan baik moril dan materil kepadaku agar ku menjadi anak yang berguna bagi keluarga, warga, bangsa, dan agama, serta Mama tersayang, yang selama ini berjuang keras mendidik aku hingga dewasa, tiap tetes keringat yang keluar untuk keberhasilanku dan untuk semangat, nasihat, dorongan dan doa

disetiap shalat dan sujudnya.

Untuk kakak-kakakku tercinta Rastri Ajeng Kurniasih dan Agnes pratidini, aku sangat berterima kasih atas dukungannya selama ini sehingga aku dapat mneyelesaikan skripsi ini. Aku adalah adik yang sangat beruntung mempunyai

kakak-kakak seperti kalian.


(3)

Judul Skripsi : PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

TERHADAP PELAKU PENYALAH GUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI LAMPUNG UTARA Studi Kasus: No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Kotabumi

Nama Mahasiswa : ANDHES TAN SATRISNA No. Pokok Mahasiswa : 0742011036

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

DR.Eddy Rifa’i, S.H., M.H. Diah Gustiniati, S.H., M.H. NIP 196109121986031003 NIP 196208171987032003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati, S.H., M.H. NIP 196208171987032003


(4)

RIWAYAT HUDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 3 Oktober 1989. Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Alm.M.Effendhi Azhari dan Suresmiati,M.pd

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Kampung Baru Kotabumi yang diselesaikan tahun 2001, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Kotabumi yang diselesaikan tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Kemala Bhayangkari Kotabumi yang diselesaikan tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(5)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) DI Lampung Utara studi kasus:No.71/Pid.B/Krp/2011/PN.Kotabumi” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak DR.Eddy Rifa’i,SH.,MH selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;


(6)

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;

6. Ibu Dona Raisa, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;

7. Ahmad Saleh, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis;

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik, membimbing serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis;

9. Teman-temanku di Fakultas Hukum Universitas Lampung Mad Rizwan, Indra Metro, Indra Natar, bang Indra, Adit, Jeni, Andi. Buat sahabat sahabatku Rio,Qodri,Hendrik, dan untuk yang lainnya yang pernah memberi motivasi ku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih yang terhangat untuk kalian semua.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, 15 Februari 2013 Penulis