Ikan Selar Selar spp. Ikan Tongkol Euthynnus spp.

Musim puncak penangkapan ikan layang di PPN Pemangkat terjadi pada bulan Mei, Juni, September, November dan Desember. Pada bulan-bulan lainnya adalah musim penangkapan sedang untuk ikan layang Gambar 10. Berdasarkan hasil penelitian ini terjadi sedikit pergeseran musim puncak penangkapan ikan layang di Pemangkat dibandingkan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Hariati et al.2009 menyatakan bahwa musim penangkapan ikan layang di Pemangkat terjadi hampir sepanjang tahun kecuali bulan Januari – Februari musim barat dan Juni – Juli musim timur. Hal ini diduga karena sebagian besar kelompok ikan layang pada musim tersebut melakukan migrasi ke luar daerah penangkapan. Pergeseran musim penangkapan ikan layang diduga disebabkan karena adanya perubahan iklim yang terjadi akhir - akhir ini dan adanya pergeseran pola migrasi ikan pelagis kecil. Raja 2006 dalam Hariati et al.2009 menyatakan adanya perubahan komposisi hasil tangkapan ikan pelagis kecil di seluruh Laut Cina Selatan berhubungan dengan pola migrasinya. 0,75 0,86 1,21 0,99 1,13 0,97 1,16 0,87 0,82 1,11 1,15 0,98 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 J F M A M J J A S O N D Bulan IM P Gambar 10. Indeks musim penangkapan IMP ikan layang

B. Ikan Selar Selar spp.

Ikan selar sebagai hasil tangkapan dominan kedua setelah layang diperoleh dari hasil tangkapan pukat cincin saja. Fluktuasi hasil tangkapan dan nilai CPUE pada ikan selar memiliki pola yang hampir sama. Pada tahun 2011 nilai CPUE sebesar 2.41 tontrip atau menurun lebih dari 50 dibandingkan tahun 2010 sebesar 5.68 tontrip. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah upaya sebesar 88 pada tahun 2011 yang tidak diikuti oleh peningkatan jumlah hasil tangkapan. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2009 2242 ton yang diikuti oleh CPUE tertinggi 6.11 tontrip. Adanya peningkatan upaya sekitar 38 pada tahun 2013 menyebabkan nilai CPUE-nya terendah dibandingkan tahun sebelumnya Gambar 11. Posisi ikan selar sebagai hasil tangkapan dominan kedua setelah ikan layang, tidak berpengaruh terhadap musim penangkapannya. Sepanjang bulan Februari sampai Desember, musim penangkapan ikan selar berada pada kondisi sedang, dan bulan Januari merupakan musim peceklik bagi penangkapan ikan selar di Pemangkat Gambar 12. Untuk ikan bentong Selar crumenopthalmus, presentase hasil tangkapan rendah terjadi sekitar musim timur Mei – Juli, pada ikan bentong fluktuasi hasil tangkapan tidak securam ikan layang, karena pada musim ini jenis ikan lain-lain lebih mendominasi Hariati et al. 2009. Hal ini menandakan bahwa penangkapan ikan bentong tidak terlalu berpengaruh adanya musim. 500 1.000 1.500 2.000 2.500 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T ahun H as il t ang ka pa n to n 0,0 1,5 3,0 4,5 6,0 C P U E to n tr ip Hasil tangkapan CPUE Gambar 11. Hasil tangkapan dan CPUE ikan selar 0,49 0,51 0,54 0,60 0,65 0,66 0,64 0,61 0,72 0,58 0,63 0,60 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 J F M A M J J A S O N D Bulan IM P Gambar 12. Indeks musim penangkapan IMP ikan selar

C. Ikan Tongkol Euthynnus spp.

Ikan tongkol, selain tertangkap oleh pukat cincin juga tertangkap oleh gillnet . Nilai CPUE ikan tongkol tertinggi terjadi pada tahun 2010 2.57 tontrip. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah upaya sebesar 22 yang menyebabkan terjadi penurunan nilai CPUE sebesar 0.49 tontrip 19 dibandingkan tahun 2010. CPUE terendah terjadi pada tahun 2013 0.51 tontrip karena peningkatan upaya penangkapan yang diikuti oleh menurunnya hasil tangkapan lebih dari 65 dibandingkan tahun 2012. Gambar 13. Musim paceklik ikan tongkol di Pemangkat terjadi pada bulan April dan Mei, sedangkan bulan-bulan lainnya merupakan musim sedang untuk penangkapan ikan tongkol. Pola musim penangkapan ikan tongkol menyerupai pola musim penangkapan ikan selar, sepanjang tahun tidak terdapat musim puncak penangkapan Gambar 14. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T ahun H a si l t angka pa n ton 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 C P UE to n tr ip Hasil tangkapan CPUE Gambar 13. Hasil tangkapan dan CPUE ikan tongkol 0,61 0,68 0,43 0,61 0,72 0,56 0,63 0,59 0,68 0,67 0,48 0,60 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 J F M A M J J A S O N D Bulan IM P Gambar 14. Indeks musim penangkapan IMP ikan tongkol D. Ikan Kembung Rastrelliger spp. Pola yang terbentuk antara fluktuasi hasil tangkapan dan CPUE ikan kembung berbentuk sejajar, terjadi penyimpangan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 diperoleh hasil tangkapan ikan kembung sebesar 745 ton atau terjadi kenaikan hasil tangkapan sebesar 82 dibandingkan tahun 2010 122 ton. Puncak CPUE tertinggi ikan kembung terjadi pada tahun 2007 1.08 tontrip. Tahun 2007 sampai 2010, ikan kembung hanya tertangkap oleh alat tangkap pukat cincin, tetapi sejak tahun 2011 ikan kembung tertangkap juga oleh gill net. Nilai CPUE ikan kembung paling kecil di antara ketiga hasil tangkapan dominan pukat cincin sebelumnya, dengan berada pada kisaran 0.05 – 1.08 tontrip Gambar 15. Pola musim penangkapan ikan kembung merata pada kondisi musim sedang sepanjang bulan Mei sampai Oktober. Kemudian berangsur turun menjadi musim paceklik pada bulan November sampai April Musim Barat – Musim Peralihan II Gambar 16. Hasil tangkapan ikan kembung tidak mengalami fluktuasi peningkatan yang mencolok, sehingga musim penangkapannya hampir merata sepanjang tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hariati et al. 2009 bahwa pola musim penangkapan ikan banyar Rastrelliger kanugarta di Pemangkat tidak beraturan. 100 200 300 400 500 600 700 800 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T ahun H as il t a ngk a pa n t on 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 C P U E s ta nda r ton tr ip Hasil tangkapan CPUE Gambar 15. Hasil tangkapan dan CPUE ikan kembung 0,44 0,50 0,56 0,61 0,61 0,59 0,55 0,55 0,45 0,45 0,42 0,50 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 J F M A M J J A S O N D Bulan IM P Gambar 16. Indeks musim penangkapan IMP ikan kembung Secara keseluruhan aktivitas penangkapan pukat cincin di Pemangkat hampir berlangsung sepanjang tahun selama empat musim yaitu musim peralihan I Maret – Mei, musim timur Juni – Agustus, musim peralihan II September – November dan musim barat Desember – Februari. Aktivitas penangkapan pukat cincin tertinggi dimulai pada bulan Maret sampai November, kemudian mengalami penurunan aktivitas pada bulan Desember – Februari. Aktivitas pada musim barat Desember – Februari ini terkendala cuaca buruk, dan gelombang tinggi yang terjadi di Laut Cina Selatan selama beroperasinya pukat cincin, sehingga pada musim ini tidak banyak kapal pukat cincin yang melakukan aktivitas penangkapan. Berdasarkan hasil analisis indeks musim penangkapan terhadap hasil tangkapan dominan pukat cincin terlihat hanya ikan layang yang mencapai musim puncak penangkapan ikan, sedangkan ketiga ikan lainnya selar, tongkol dan kembung hanya sampai musim sedang. Efisiensi Teknis Kapal Pukat Cincin di PPN Pemangkat A. Efisiensi Teknis Kapal Pukat Cincin Berukuran 30 – 60 GT Pada kategori kapal pukat cincin berukuran 30 – 60 GT di Pemangkat, terdapat dua belas unit kapal yang dianalisis, dengan rata-rata panjang kapal 21.09 m Tabel 1. Hasil analisis persamaan regresi berganda pada fungsi produksi menurut Cobb-Douglass terhadap dua belas unit kapal pukat cincin, menunjukkan bahwa dari delapan jenis input faktor produksi yang dianalisis terdapat tiga faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan pukat cincin yaitu X 5 lama trip, X 7 bahan bakar, dan X 8 Ransum Tabel 2 dan Lampiran 2. Tabel 1. Rata-rata output dan faktor input pada kapal berukuran 30 - 60 GT Ket. Output Input Rata-rata Simpangan baku N kapal Y Hasil tangkapan ton 21,03 3,97 12 X 1 Panjang Kapal m 21,09 1,60 12 X 2 Kekuatan mesin PK 265 51,9 12 X 3 Panjang jaring m 541,7 5,1 12 X 4 Daya lampu kilowatt 47,45 15,36 12 X 5 Trip hari 18 0,97 12 X 6 Jumlah ABK orang 21 1,00 12 X 7 Bahan bakar liter 9,25 2,28 12 X 8 Ransum juta Rupiah 5,08 1,41 12 Hasil pengujian pengaruh bersama-sama faktor produksi yang digunakan X 5 , X 7 , X 8 terhadap produksi Y yang dilakukan dengan uji F memenuhi persyaratan uji F hitung F tabel dengan tingkat signifikan 0.02 kurang dari 0.05. Begitu juga hasil uji t untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor input X 5 , X 7 , X 8 terhadap produksi Y memenuhi persyaratan uji yaitu nilai t hitung masing-masing faktor tersebut lebih besar daripada nilai t tabel , dengan tingkat signifikan masing-masing faktor kurang dari 0.05 pada taraf kepercayaan 95. Adapun persamaan produksi yang diperoleh berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada kapal berukuran 30 – 60 GT tersebut adalah Y = -32.23 + 1.91 X 5 + 1.01 X 7 + 1.98 X 8 , dengan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,832. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut lama trip, bahan bakar, dan ransum dapat menjelaskan nilai produksi Y sebesar 83.2, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Tabel 2. Parameter estimasi model produksi kapal berukuran 30 - 60 GT Beta t hitung t tabel sig F hitung F tabel sig Konstanta -32,23 13,247 4,07 0,02 X 5 1,906 3,042 1,860 0,016 X 7 1,013 3,806 1,860 0,005 X 8 1,976 4,778 1,860 0,001 Hasil perhitungan efisiensi teknis kapal pukat cincin berukuran 30 – 60 GT dengan menggunakan metode DEA Gambar 17 dan Lampiran 3 diketahui terdapat empat unit kapal pukat cincin yang kurang efisien TE = 0.85 ~ 1 dan delapan unit kapal lainnya dalam keadaan efisien TE = 1. Sehingga dapat dikatakan dari kedua belas unit pukat cincin yang dianalisis hanya terdapat sekitar 66,67 unit yang kapasitas penangkapannya efisien TE = 1 atau terdapat 33,33 yang mengalami kapasitas berlebih TE 1. Ketidakefisienan ini disebabkan karena adanya kelebihan dalam pemanfaatan input produksi excess capacity pada pengoperasian pukat cincin di Pemangkat. 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 KM. Budi Laut Indah KM. Florenza KM. Jala Sutera - IV KM. Jala Sutera- VII KM. Jala Sutera- VIII KM. Ocean King KM. Samudera Perkasa KM. Sinar Mutiara Indah KM. Tirta Jaya KM. Usaha Jaya KM. Usaha Jaya- II KM. Usaha Jaya- V N a m a ka pa l Efisiensi teknis TE Gambar 17. Distribusi efisiensi teknis pukat cincin 30 – 60 GT Tingkat pemanfaatan input variabel VIU pukat cincin dapat diukur berdasarkan rasio dari penggunaan input optimal target dengan input aktual observasi. Input optimal merupakan input yang digunakan pada kondisi efisiensi teknis sama dengan satu TE = 1. Jika rasio VIU kurang dari satu VIU 1.00 maka telah terjadi surplus penggunaan input variabel sehingga perlu melakukan pengurangan penggunaan input tersebut Fare et al. 1994. Secara umum tingkat pemanfaatan input variabel pukat cincin yang berbasis di Pemangkat sebagian besar berada pada tingkat pemanfaatan yang efisien yang ditandai oleh sebagian besar pencapaian nilai VIU satu VIU = 1. Pada penggunaan variabel input diketahui hanya satu unit kapal yang tidak efisien VIU = 0.75 ~ 1 dalam melakukan penambahan jumlah input lama waktu trip dan ransum dan sebelas unit lainnya efisien VIU = 1. Gambar 18. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Trip BBM Ransum Variable Input Utilization DM U 0,75 - 1 = 1 Gambar 18. Distribusi nilai VIU pukat cincin berukuran 30 – 60 GT Setelah diperoleh hasil VIU maka dapat ditentukan juga nilai kapasitas berlebih kapal pukat cincin yang dianalisis dengan cara melakukan pengurangan antara jumlah input optimal input target dengan jumlah input aktual input observasi. Kapasitas berlebih excess capacity ini menunjukkan nilai berlebihnya jumlah input yang digunakan pada pengoperasian pukat cincin. Rata- rata prosentase kapasitas berlebih terjadi pada bahan bakar sebesar -0.791 dan ransum sebesar -0.451. Dengan rata-rata tingkat pemanfaatan VIU bahan bakar sebesar 0.992 dan ransum 0.995, maka perlu rata-rata potensi perbaikan bahan bakar 63.694 dan ransum 36.306 Tabel 3 dan Lampiran 4 . Tabel 3. Rata-rata kapasitas berlebih, tingkat VIU dan potensi perbaikan kapal berukuran 30 – 60 GT Keterangan Nilai 1. Kapasitas berlebih - Trip 0,000 - Bahan bakar -0,791 - Ransum -0,451 2. Tingkat VIU - Trip 1,000 - Bahan bakar 0,992 - Ransum 0,995 3. Potensi Perbaikan - Trip 0,000 - Bahan bakar 63,694 - Ransum 36,306

B. Efisiensi Teknis Kapal Pukat Cincin Berukuran 60 GT