9
Sumber: Mudarwan, 2009 Gambar 1 Ganoderma sp. secara mikroskopis.
2.3.2 T. harzianum dan T. pseudokoningii
Klasifikasi Trichoderma
sp. menurut Semangun 2000 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Subclass : Hypocreomycetidae
Ordo : Hypocreales
Family : Hypcreaceae
Genus : Trichoderma
Species : T. harzianum
dan T. pseudokoningii Trichoderma
merupakan fungi Deuteromycetes dengan konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora. Pada
umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau Cook and Baker, 1989. Bentuk sempurna dari fungi ini secara umum dikenal
sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales dan Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama dari Trichoderma dapat menunjukkan
spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma Chet, 1987.
Koloni Trichoderma pada media biakan PDA tumbuh dengan cepat pada suhu 25- 5
µm Basidiospora
Stigma Basidia
10
30º C. Koloni ini akan berubah warna menjadi hijau tua sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna Samuel et al, 2005.
Fungi T. harzianum
mempunyai hifa bersepta, bercabang dan mempunyai dinding licin, tidak berwarna, diameter 1.5-12 µm. Percabangan hifa membentuk
sudut siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama konidiofor berdiameter 4-5 µm dan menghasilkan banyak cabang-cabang sisi yang dapat tumbuh satu-
satu tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak longgar dan kemudian berkembang menjadi daerah-daerah seperti cincin. Pada ujung
konidiofor terbentuk konidiospora berjumlah 1-3, berbentuk pendek, dengan kedua ujungnya meruncing dibandingkan dengan bagian tengah, berukuran 5-7 x
3-3.5 µm, diujing konidiofor terdapat konidia berbentuk bulat, berdinding rata dengan warna hijau suram, hijau keputihan, hijau terang atau agak kehijauan
Gambar 2 Gandjar et al, 1999. Beberapa ciri morfologi fungi T. harzianum yang menonjol antara lain koloninya berwarna hijau muda sampai hijau tua yang
memproduksi konidia aseksual berbentuk globus dengan konidia tersusun seperti buah anggur dan pertumbuhannya cepat fast grower Harman, 1998.
Sumber: Gultom, 2008
Gambar 2 T. harzianum secara mikroskopis. Koloni T. pseudokoningii berkembang pesat, dengan miselium udara
sedikit, pada awalnya berwarna krem, secara bertahap dengan berubah menjadi kehijauan, pertama di sebagian koloni, kemudian seluruh koloni. Secara
mikroskopis, Hifa hialin memiliki lebar sampai dengan 10 μm. Konidiofor
bercabang menyerupai piramida, bercabang di sudut kanan sebelum ujung cabang
Konidia Fialid
Konidiofor 10
µm
11
dan pada cabang di bagian bawah Gambar 3 Hook, 2000 dalam Mycobank, 2000.
Sumber: Hook, 2000 dalam Mycobank 2000
Gambar 3 T. pseudokoningii secara mikroskopis. Morfologi beberapa spesies Trichoderma menurut Cook and Baker 1989,
sebagai berikut: • T. harzianum Rifai : Umum ditemukan pada tanah, konidiofor berakhir
pada fialid; fialospora halus, berwarna hijau, berukuran antara 2,4-3,2 X 2,2-2,8 mm; koloni cepat tumbuh.
• T. pseudokoningii Rifai : Umum ditemukan pada tanah, berdaptasi pada kondisi kelembaban tanah yang sangat tinggi. fialid ramping dan
berbentuk labu. Konidia elliptik, pendek dan silindris, halus berdinding kebiruan dan hijau, 3,5-4,5 x 2,0-2,5
μm koloni cepat tumbuh. Genus dari Trichoderma terdiri atas beberapa fungi saprofit yang umum
ditemukan dalam tanah, kayu lapuk, dan sisa tanaman, yang mana dapat mudah dikenali terutama karena sporanya yang berwarna hijau Chet, 1987.
Konidia Konidiofor
10 μm
12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan uji antagonis Ganoderma sp. terhadap Trichoderma sp. dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan November 2009. Kegiatan
ini dilaksanakan di Laboratorium Pathologi Hutan IPB dan Laboratorium bioteknologi LRPI Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Media Tumbuh
Alat yang digunakan dalam pembuatan media Potato Dextrose Agar PDA adalah cawan Petri, tabung Erlenmeyer, pisau, kain kasa, pengaduk, panci,
lamine air flow dan autoclave, sedangkan bahan yang digunakan antara lain
kentang 200 gram, dekstrosa 20 gram, agar-agar 17 gram, antibiotik dan aquades 1 liter. Cara kerja dalam pembuatan media PDA adalah kentang dikupas
kemudian dicuci bersih dengan air dan dipotong-potong kecil dibentuk segiempat, kentang direbus dengan 1 liter aquades sampai mendidih, kemudian rebusan
kentang tadi disaring menggunakan kain kasa dan diambil sarinya aquades bekas rebusan, lalu ditambahkan lagi aquades hingga mencapai volume akhir 1 liter,
dekstrosa dan agar-agar dimasukkan dan dicampur rata. Setelah mendidih dan tercampur rata, larutan didinginkan dan ditambahkan antibiotik, lalu ditempatkan
ke dalam tabung Erlenmeyer yang ditutup dengan kapas dan aluminium foil, kemudian dimasukan kedalam autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121ºC.
Penuangan PDA dilakukan di dalam tempat atau kondisi steril lamine air flow.
3.2.2 Sumber Inokulum
Inokulum fungi patogen yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 isolat Ganoderma
sp. pada tanaman sengon dari beberapa tempat di Indonesia. Isolat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah isolat Ganoderma L12, L6, L3,
K2, dan K1. Isolat tersebut merupakan koleksi Lab. Patologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Dan sebagai fungi antagonisnya adalah jenis isolat T. harzianum