Latar Belakang Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)
5 simpanannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat LDR, semakin likuid suatu
bank. Keadaan bank yang semakin likuid menunjukkan banyaknya dana menganggur idle fund yang dapat memperkecil kesempatan bank untuk
memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan dengan baik. Untuk
itu LDR dapat menjadi indikator untuk menilai fungsi intermediasi, tingkat kesehatan bank, dan likuiditas suatu bank.
Tingkat LDR suatu bank haruslah dijaga agar tidak menjadi terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu standar mengenai
tingkat LDR. Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada pada tingkat 85-100 dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.
265BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan memperlakukan peraturan Bank Indonesia No.01219PBI2010 yang berisi
ketentuan standar LDR pada tingkat 78-100. Sanksi bagi bank di Indonesia yang tingkat LDR berada di luar kisaran
78-100, maka BI akan mengenakan denda sebesar 0,1 dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk tiap 1 kekurangan LDR yang
dialami bank. Sementara bank yang memiliki tingkat LDR diatas 100 akan diminta oleh BI untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum GWM
primer sebesar 0,2 dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk tiap 1 nilai kelebihan LDR yang dialami bank, dimana penambahan
dana GWM primer tidak diberikan bunga. Kecuali bagi bank yang memiliki
6 CAR diatas 14 tidak terkena penalty walau LDR diatas 100. Berikut tabel
tingkat LDR dari seluruh bank:
Tabel 1.1 LDR Perbankan Periode 2008-2014 dalam
Bank 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
Bank Umum 74,58
72,88 75,21
78,77 83,58
89,70 89,42
Bank BUMN 70,27
69,55 71,54
74,75 79,84
86,70 83,73
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
74,72 71,14
73,16 78,16
81,58 83,77
85,66
Bank Umum Swasta
Nasional Non Devisa
81,66 81,17
79,11 79,85
82,73 85,10
87,81
Bank Pembangunan
Daerah 67,28
79,31 78,26
74,74 78,57
92,34 89,73
Bank Campuran
98,63 85,45
100,61 108,03
115,63 122,20
123,61 Bank Asing
88,31 85,05
90,86 96,47
111,21 130,05
140,04 Sumber: Bank Indonesia data diolah, 2015
Pada tabel 1.1 dapat terlihat bahwa Bank Persero memiliki nilai rata- rata LDR terendah dibandingkan dengan bank lainnya. Terkait dengan
fenomena diatas, LDR Bank Persero pada tahun 2009 mengalami penurunan yaitu 69,55, namun LDR Bank Persero mengalami peningkatan dari tahun
2010 yaitu mencapai 71,54 hingga tahun 2013 yaitu sebesar 86,70, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 sebesar 83,73. Meskipun
demikian LDR Bank Persero hingga sekarang sudah berada diatas standar LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Meskipun LDR Bank BUMN sudah mencapai standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 78-100, namun LDR masing-masing
Bank Persero dari tahun 2008-2014 mengalami perubahan setiap periodenya
7 dan masih terdapat LDR yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio LDR. Prediksi terhadap Loan to Deposit Ratio LDR dapat dilakukan
dengan melihat rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset ROA, Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO dan Net Interest Margin NIM karena rasio-rasio keuangan tersebut merupakan beberapa rasio
yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengukur kinerja bank dan tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari fungsi bank sebagai lembaga
intermediary. Return On Asset ROA adalah rasio yang mengatur kemampuan
manajemen bank mengelola keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian return semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti
profitabilitas perusahaan terus meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham Frianto,
2012. Angka terbaik untuk rasio ROA menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 1,5 .
8 Dapat diketahui bahwa pada laporan laba rugi sendiri terdapat dua pos
utama, yakni pendapatan operasional dan biaya operasional. Jika pendapatan operasional merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan operasional, maka
biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan operasional tersebut. Jika biaya operasional besar namun hanya menghasilkan
pendapatan operasional yang sedikit, maka bank tersebut tergolong tidak efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, di lain pihak, biaya
operasional yang besar nantinya akan mengurangi jumlah laba bersih yang dapat diperoleh karena biaya operasional merupakan faktor pengurang dalam
laporan laba rugi. Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara 50-75 sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
Amriani, 2012. Di satu sisi, LDR yang semakin tinggi pada bank akan memberikan
risiko yang semakin besar atas gagalnya kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat di kemudian hari. Tetapi, di sisi lain dapat meningkatkan
pendapatan bank karena setiap kredit yang disalurkan akan memberikan pendapatan berupa bunga. Selisih antara pendapatan bunga dengan beban
bunga bank tercermin dalam rasio margin bunga bersih atau Net Interest Margin NIM. NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh
9 pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk
pinjaman kredit. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang
ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6 keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Arditya Prayudi 2011, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Loan dan BOPO tidak berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio, Return On Asset berpengaruh signifikan negatif terhadap Loan
to Deposit Ratio sedangkan Net Interest Margin berpengaruh signifikan positif terhadap Loan to Deposit Ratio. Ade Fauzan 2011, mengemukakan bahwa
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, variabel Inflasi dan ROA berpengaruh
signifikan positif
terhadap LDR, variabel CAR berpengaruh signifikan negatif terhadap LDR, sedangkan BOPO dan DPK
tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo 2012, mengemukakan
bahwa dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, CAR dan ROA berpengaruh signifikan positif terhadap LDR, variabel NPL berpengaruh
signifikan negatif terhadap LDR, sedangkan DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Fitri Riski Amriani 2012, mengemukakan bahwa
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dengan persamaan
10 kuadrat terkecil dan uji hipotesis, menunjukkan bahwa variabel BOPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap LDR. Variabel NPL memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap LDR. Variabel CAR dan NIM berpengaruh
signifikan positif terhadap LDR. Agustina dan Anthony Wijaya
2013, dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, variabel NIM, BOPO dan Suku Bunga berpengaruh signifikan
positif terhadap LDR. Sedangkan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Romadhoni Eka Nugraha 2014, mengemukakan bahwa dengan
menggunakan metode analisis regresi berganda, menunjukkan variabel CAR, BOPO, ROA dan NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR.
Sedangkan variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap LDR. Berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel independen
terhadap variabel dependen, yang hasilnya juga menimbulkan kontroversi atau inkonsistensi hasil penelitian. Oleh karena itu, untuk lebih jelas secara ringkas
research gap antar hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 1.2.
11
Tabel 1.2 Ringkasan
h Gap No
Hubungan Variabel
Hasil Penelitian
Peneliti Tahun
1 Return On
Asset ROA
terhadap LDR
ROA berpengaruh signifikan negatif
terhadap LDR Prayudi 2011
ROA berpengaruh signifikan positif
terhadap LDR Islam, et.al 2007,
Akhtar, et.al 2010, Dzulfi 2011,
Hersugondo 2012, Buchory 2014
ROA tidak berpengaruh
signifikan terhadap LDR
Granita 2011, Nugraha 2014
2 Biaya
Operasional Pendapatan
Operasional BOPO
terhadap LDR
BOPO tidak berpengaruh
signifikan terhadap LDR
Prayudi 2011, Dzulfi 2011, Granita 2011, Amriani 2012,
Nugraha 2014
BOPO berpengaruh signifikan positif
terhadap LDR Agustina 2013
3 Net Interest
Margin NIM
terhadap LDR
NIM berpengaruh signifikan positif
terhadap LDR Prayudi 2011, Granita 2011,
Amriani 2012, Agustina 2013
NIM tidak berpengaruh
signifikan terhadap LDR
Nugraha 2014
Sumber: Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti adalah
variabel-variabel para peneliti terdahulu yang hasilnya tidak konsisten atau berbeda-beda, dan dipilih berdasar pada adanya research gap dan adanya
suatu pengembangan model dari penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan data-data diatas yang memberikan hasil yang berbeda atas
penelitian yang satu dengan yang lainnya research gap dan adanya fenomena bisnis, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan
12 mendalam, maka penelitian ini mengangkat judul:
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio LDR Studi Empiris Pada Bank
BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014 .