Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia
SKRIPSI
PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO DAN
NON PERFORMING FINANCING TERHADAP
PROFITABILITAS BANK SYARIAH
DI INDONESIA
OLEH
NURMALINI RAHMI
110502298
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(2)
ABSTRAK
PENGARUH
FINANCING TO DEPOSIT RATIO
DAN
NON PERFORMING
FINANCING
TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI
INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
financing to deposit ratio
dan
non performing financing
terhadap profitabilitas
bank syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Syariah
yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2010-2013. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian menggunakan metode sampel jenuh. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 11 Bank Syariah. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan
Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan
Non
Performing Financing
(NPF) berpengaruh signifikan terhadap
Return on Asset
(ROA). Secara parsial
Financing to Deposit Ratio
(FDR) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Return on Asset
(ROA) dan
Non Performing Financing
(NPF)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Return on Asset
(ROA).
Kata Kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Asset (ROA)
(3)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCING TO DEPOSIT RATIO AND NON
PERFORMING FINANCING TO PROFITABILITY IN ISLAMIC BANK
INDONESIA
This research aimed to determine the effect of financing to deposit ratio
and non-performing financing to the profitability of Islamic banks in Indonesia.
The population in this study is the Islamic Bank registered in Bank Indonesia in
2010-2013. The sampling technique using
saturated sample method. The number
of samples in this study were 11 Islamic Banking. The analysis technique used in
this research is multiple linear regression. The results of this research indicate that
simultaneous financing to deposit ratio (FDR) and non performing financing
(NPF) have significantly effect on the Return on Asset. In partial financing to
deposit ratio (FDR) have positive effect and significant impact on the Return on
Assets (ROA) and Non Performing Financing (NPF) have negative effect and no
significant impact on Return on Assets (ROA).
Keywords: Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF) and Return on Asset (ROA)
(4)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya berupa pengetahuan, pengalaman, hidayah serta rahmat-Nya, karena
atas anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
” Pengaruh
Financing to Deposit Ratio dan
Non Performing Financing terhadap
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”
. Skripsi ini disusun guna memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Dengan segenap kerendahan hati disampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada Ayahanda tercinta
Drs. Junaidi
dan Ibunda tersayang
Tetty
Ramayanti Lubis, S.Pd.,
yang senantiasa ikhlas dalam memberikan cintanya,
mencurahkan kasih sayangnya, kesabarannya dalam mendidik dan membimbing
dengan baik, serta mengorbankan seluruh jiwa raga dan pikirannya baik dalam
doa maupun perbuatan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
dukungan yang berharga dari berbagai pihak baik secara materil, moril maupun
spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2.
Ibu Dr. Isfenti Sadalia, M.E., Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas
(5)
iv
3.
Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4.
Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5.
Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku dosen pembimbing, secara khusus
penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas waktu, tenaga, bimbingan, petunjuk, serta sarana dari awal
penulisan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikannya sebagaimana
mestinya.
6.
Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Pembaca Penilai yang telah
menyedikan waktu dan tenaga dalam penyempurnaan skripsi ini.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara
Khusunya Departemen S1 Manajemen yang telah memberikan bimbingan
dan ilmu selama masa perkuliahan.
8.
Adik-adik tersayang Farhan Riadi, Muhammad Fachru dan Abang Rizky
Andrean yang selalu memberikan semangat serta doanya.
9.
Seluruh rekan mahasiswa manajemen angkatan 2011 yang selalu membantu,
mendukung dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini, Khususnya Irene,
Viance, Yolanda, Deby dan Riska.
10.
Seluruh sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu yang telah memberikan dukungan, motivasi, inspirasi dan membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan dari
(6)
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun tata bahasanya. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi kesempurnaan skripsi
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pihak-pihak yang memerlukanya. Terima kasih.
Medan,
Mei 2015
Penulis
NURMALINI RAHMI
NIM: 110502298
(7)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
i
ABSTRACK ...
ii
KATA PENGANTAR ...
iii
DAFTAR ISI ...
vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...
1
1.2
Perumusan Masalah ...
6
1.3
Tujuan Penelitian ...
6
1.4
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori ...
8
2.1.1 Perbankan Syariah ...
8
2.1.2 Profitabilitas ...
12
2.1.3 Likuiditas ...
14
2.1.4
Financing to Deposit Ratio
(FDR) ...
16
2.1.5
Non Performing Financing
(NPF) ...
17
2.2 Penelitian Terdahulu ...
20
2.3 Kerangka Konseptual ... 22
2.4 Hipotesis ... 24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...
25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...
25
3.3 Batasan Operasional ...
25
3.4 Defenisi Operasional ...
26
3.5 Populasi dan Sampel ...
27
3.6 Jenis dan Sumber Data ...
28
3.7 Metode Pengumpulan Data ...
28
3.8 Teknik Analisis Data ...
28
3.8.1 Analisis Deskriptif ...
28
3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda ...
29
3.9 Uji Asumsi Klasik ...
29
3.10 Pengujian Hipotesis ...
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum ...
34
4.1.1 Sejarah Singkat Perbankan Syariah ...
34
(8)
vii
4.1.2.1 PT. BCA Syariah ...
34
4.1.2.2 PT. BJB Syariah ...
35
4.1.2.3 PT. Bank Syariah BNI...
36
4.1.2.4 PT. Bank Syariah BRI ...
37
4.1.2.5 PT. Bank Syariah Bukopin ...
38
4.1.2.6 PT. Bank Syariah Mandiri...
39
4.1.2.7 PT. Maybank Indonesia Syariah ...
41
4.1.2.8 PT. Bank Syariah Mega Indonesia ...
42
4.1.2.9 PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia ...
43
4.1.2.10 PT. Bank Panin Syariah ...
43
4.1.2.11 PT. Bank Victoria Syariah ...
44
4.2 Hasil Penelitian ...
45
4.2.1 Analisis Deskriptif ...
45
4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ...
47
4.2.3 Uji Asumsi Klasik ...
49
4.2.3.1 Uji Normalitas ...
49
4.2.3.2 Uji Multikolinearitas ...
54
4.2.3.3 Uji Autokorelasi ...
55
4.2.3.4 Uji Heteroskedastisitas ...
57
4.2.4 Pengujian Hipotesis ...
57
4.2.4.1 Uji F (F-Test) ...
57
4.2.4.2 Uji t (t-Test)...
58
4.2.4.3 Uji Determinan (R
2) ...
59
4.3 Pembahasan ...
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...
63
5.2 Saran ...
63
DAFTAR PUSTAKA ………. 65
(9)
viii
DAFTAR TABEL
No Tabel
Judul
Halaman
1.1
Perkembangan Bank Syariah ... 1
1.2
Rata-rata FDR, NPF dan ROA ... 5
2.2
Penelitian terdahulu ...
20
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 26
3.2
Populasi dan Sampel ... 27
3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
...
30
4.1
Analisis Stastik Deskriptif ...
45
4.2
Hasil Regresi Linear Berganda ...
48
4.3
Uji Normalitas ...
50
4.4
Uji Normalitas setelah Data Outlier
Dihapus ...
52
4.5
Hasil Uji Multikolinearitas ...
55
4.6
Uji
Durbin-watson
...
56
4.7
Hasil Uji Statistik F ...
58
4.8
Hasil Uji Statistik T ...
59
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1
Kerangka Konseptual ... 23
4.1 Grafik
Normal Plot
... 53
4.2
Grafik Histogram ... 54
(11)
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
Judul
Halaman
1
Nilai Rasio FDR, NPF dan ROA ... 68
2
Data Outlier Dieliminasi ... 70
3
Hasil Olahan SPSS ... 71
(12)
ABSTRAK
PENGARUH
FINANCING TO DEPOSIT RATIO
DAN
NON PERFORMING
FINANCING
TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI
INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
financing to deposit ratio
dan
non performing financing
terhadap profitabilitas
bank syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Syariah
yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2010-2013. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian menggunakan metode sampel jenuh. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 11 Bank Syariah. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan
Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan
Non
Performing Financing
(NPF) berpengaruh signifikan terhadap
Return on Asset
(ROA). Secara parsial
Financing to Deposit Ratio
(FDR) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Return on Asset
(ROA) dan
Non Performing Financing
(NPF)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Return on Asset
(ROA).
Kata Kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Asset (ROA)
(13)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCING TO DEPOSIT RATIO AND NON
PERFORMING FINANCING TO PROFITABILITY IN ISLAMIC BANK
INDONESIA
This research aimed to determine the effect of financing to deposit ratio
and non-performing financing to the profitability of Islamic banks in Indonesia.
The population in this study is the Islamic Bank registered in Bank Indonesia in
2010-2013. The sampling technique using
saturated sample method. The number
of samples in this study were 11 Islamic Banking. The analysis technique used in
this research is multiple linear regression. The results of this research indicate that
simultaneous financing to deposit ratio (FDR) and non performing financing
(NPF) have significantly effect on the Return on Asset. In partial financing to
deposit ratio (FDR) have positive effect and significant impact on the Return on
Assets (ROA) and Non Performing Financing (NPF) have negative effect and no
significant impact on Return on Assets (ROA).
Keywords: Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF) and Return on Asset (ROA)
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Danupranata, 2013:31).
Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Namun demikian, perkembangan bank
syariah yang pesat baru terasa semenjak era reformasi pada akhir tahun 1990-an,
setelah pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan
menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah, khususnya
sejak perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU No. 10 Tahun 1998.
Perkembangan yang pesat tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1, tercatat
sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk
pembukaan bank syariah yang baru maupun izin kepada bank konvensional untuk
mendirikan suatu unit usaha syariah (UUS).
Tabel 1.1
Perkembangan Bank Syariah
Kelompok Bank Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah bank umum syariah
(BUS) 3 3 3 5 6 11
Jumlah bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah (UUS)
19 20 26 27 25 23
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (2015)
Tabel 1.1 memberikan arti bahwa terjadinya peningkatan jumlah bank
(15)
2
bank, yaitu dari 3 bank menjadi 11 bank umum syariah. Untuk bank konvensional
yang memiliki unit usaha syariah (UUS) terjadi penurunan dari 27 bank pada
tahun 2008 menjadi 23 bank pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena terdapat
4 UUS yang melakukan
spin off
menjadi bank syariah, yaitu BRI, Bukopin, BCA
dan BNI.
Secara umum bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara
(
intermediary
) antara pihak-pihak yang mengalami kelebihan dana (
surplus unit
)
dan pihak yang mengalami kekurangan dana (
deficit unit
). Melalui bank,
kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan
dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam hal ini hubungan
antara bank dan nasabahnya adalah hubungan kemitraan antara penyandang dana
(
shahib al-maal
) dan pengelola dana (
mudharib
) (Danupranata, 2013:35). Peran
inilah yang dilakukan oleh bank dalam memperlancar lalu lintas pembayaran dan
pelayanan kepada masyarakat. Adapun tujuan dari peranan ini adalah untuk
menghasilkan laba bagi perbankan itu sendiri.
Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau
memperoleh laba secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini hanya
difokuskan pada penggunaan rasio
Return on Asset
(ROA), karena penulis ingin
melihat sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang diperoleh
dari aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana masyarakat, selain itu
Bank Indonesia juga lebih mengutamakan profitabilitas suatu bank diukur dari
aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana masyarakat, sehingga ROA
(16)
3
ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total
aset perusahaan. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi
keuangan bank tersebut dari segi penggunaan asetnya (Dendawijaya, 2005:118).
Menurut Bank Indonesia, ROA terbaik ialah 1,5% ke atas, semakin besar rasio ini
mengidentifikasikan semakin baik kinerja bank tersebut.
Industri perbankan dalam kegiatan usahanya untuk memperoleh
profitabilitas sangat mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat
kesehatannya perlu dipelihara. Kesehatan bank dapat di lihat dari tingkat
likuiditas dan
non performing financing
(NPF). Likuiditas mencerminkan
kemampuan bank untuk memenuhi penarikan simpanan dan liabilitas lain serta
untuk memenuhi permintaan dana bagi portofolio pinjaman dan investasi. Sebuah
bank dikatakan memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika dia dapat
memperoleh dana yang dibutuhkan (dengan meningkatkan liabilitas, menambah
modal, atau menjual aset) secara cepat dan pada biaya yang wajar (Van Greuning
dan Iqbal, 2011:143). Tingkat likuiditas dapat diukur melalui
Financing to
Deposit Ratio
(FDR).
Financing to Deposit Ratio
(FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat
profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena semakin besar jumlah
(17)
4
demikian, jumlah dana yang menganggur bekurang sehingga berdampak pada
naiknya profitabilitas (Rivai dkk, 2007:394). Sebagian praktisi perbankan
menyepakati batas aman FDR suatu bank adalah 80%, namun batas toleransi
antara 85%-100% (Dendawijaya, 2005:117).
Dalam rangka mengoptimalkan profitabilitasnya, bank akan berusaha
untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Salah satu bentuk penyaluran dana
perbankan syariah adalah melalui pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat.
Namun, pembiayaan merupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan
apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah. Pembiayaan bermasalah atau
non performing financing
(NPF) merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan
yang diberikan. Misalnya, berapa persen jumlah pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah yang tidak dapat ditagih (Purwanto, 2011).
Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya
kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank
(Dendawijaya, 2005:88). Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF
semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan,
sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami
kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari
uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (
Non Performing
(18)
5
Di Indonesia ada 11 Bank Syariah, dan pada Tabel 1.2 diperlihatkan
rata-rata
financing to deposit ratio
(FDR),
non performing financing
(NPF), dan
return
on asset
(ROA)
dari industri perbankan syariah di Indonesia.
Tabel 1.2
Rata-rata Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing,
dan Return on Asset Tahun 2011 – 2013
No
Tahun
FDR
(%)
NPF
(%)
ROA
(%)
1
2011
98.36%
2.37%
4.00%
2
2012
89.69%
2.77%
3.80%
3
2013
91.42%
2.06%
1.27%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 rata-rata
FDR pada perbankan syariah di Indonesia sebesar 98,36% dan ROA sebesar
4,00%. Pada tahun 2012 terjadi penurunan FDR menjadi 89,69% dan penurunan
ROA menjadi sebesar 3,80%. Pada tahun 2013 FDR mengalami kenaikan menjadi
sebesar 91,42% dan penurunan ROA sebesar 1,27%. Dari data-data tersebut
menunjukkan bahwa perubahan FDR ternyata tidak selalu berbanding lurus
dengan perubahan ROA seperti yang dikemukakan oleh Rivai dkk (2007:394).
Tabel 1.2 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2011 NPF rata-rata
perbankan syariah di Indonesia sebesar 2,37% dan ROA sebesar 4,00%. Pada
tahun 2012 terjadi kenaikan NPF menjadi 2,77% dan penurunan ROA menjadi
sebesar 3,80%. Dari data tersebut dapat disimpulkan hal ini sesuai dengan teori
Dendawijaya bahwa timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya
mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan
yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
(19)
6
sebesar 2,06% dan penurunan kembali ROA menjadi sebesar 1,27% seharusnya
ROA mengalami peningkatan sehingga tidak sesuai dengan pendapat
Dendawijaya. Jika dilihat dari angka NPF dalam rentang waktu 2011 hingga 2013
rasio NPF masih pada ambang batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu tidak melewati 5%.
Berdasarkan dari uraian sebelumnya dengan hasil yang tidak konsisten
dari data rata-rata FDR, NPF, dan ROA yang penulis sajikan pada Tabel 1.2
diatas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Financing to
Deposit Ratio dan
Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank
Syariah di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh dari
Financing to Deposit Ratio
dan
Non
Performing Financing
terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak
(20)
7
1.
Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya mengenai analisis
financing to
deposit ratio
,
non performing financing
dan profitabilitas perbankan syariah
di Indonesia.
2.
Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi
keuangan yang dibutuhkan dalam mempengaruhi keputusan para investor
dalam berinvestasi di saham bank syariah di Indonesia. Sehingga investor
dapat mengharapkan laba perusahaan di masa yang akan datang lebih baik.
3.
Bagi perusahaan perbankan syariah, sebagai bahan informasi dan sumbangan
(21)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Perbankan Syariah
Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata
syara’a
, yang berarti
jalan, cara dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti
luas, syariah adalah ajaran-ajaran agama Islam yang dibedakan menjadi dua
aspek, yaitu ajaran tentang kepercayaan (akidah) dan ajaran tentang tingkah laku
(amaliah). Dalam arti sempit, syariah merujuk kepada aspek yang berupa
kumpulan ajaran atau norma yang mengatur tingkah laku konkret manusia.
Syariah dalam arti sempit inilah yang lazim diterjemahkan sebagai hukum Islam
(Anwar, 2007:5). Jadi perbankan Syariah adalah bank yang melakukan kegiatan
usaha perbankan berdasarkan “prinsip syariah” (Wangsawidjaja, 2012:16).
Sebagaimana telah ditegaskan dalam penjelasan umum UU Perbankan Syariah
bahwa kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi
kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan
zalim.
Pengertian dari prinsip-prinsip tersebut dalam Pasal 2 UU No.21 tahun
2008 menyatakan bahwa:
1.
Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas , kuantitas, dan
(22)
9
mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang
diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
2.
Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan;
3.
Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak
diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
4.
Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah;
5.
Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
Fungsi utama perbankan adalah sebagai lembaga perantara yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
Dari kegiatan perbankan di bidang syariah tersebut digolongkan pada 3 kegiatan
pokok, yaitu:
1.
Kegiatan Penghimpun Dana (
Funding
), yaitu bank mengumpulkan dana dari
masyarakat untuk disimpan . Dalam perbankan syariah, prinsip dari kegiatan
funding
terdiri atas:
a.
Prinsip Wadi’ah (titipan), yaitu penitipan dana antara pihak pemilik dana
dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.
b.
Prinsip Mudharabah (bagi hasil), yaitu kerjasama antara pemilik dana atau
penanam modal dengan pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu
(23)
10
2.
Kegiatan Penyaluran Dana (
Financing
), yaitu dana yang terdapat di Bank
dapat disalurkan kembali oleh Bank kepada masyarakat. Dalam perbankan
syariah prinsip dari kegiatan
financing
terdiri atas:
A.
Prinsip jual beli, dimana bentuk akadnya bisa berupa:
a.
Murabahah, yaitu pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh
bank selaku shahibul maal dengan pihak yang membutuhkan melalui
transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan
harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi
shahibul al maal dan pengembaliannya dapat dilakukan secara tunai atau
secara angsuran.
b.
Istishna, yaitu jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan
dengan pihak penjual.
c.
Salam, yaitu jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang
pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
B.
Prinsip Kerjasama Bagi Hasil, dimana akadnya bisa berbentuk :
a.
Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara pemilik dana atau penanam
modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
b.
Musyarakah, yaitu bentuk kerjasama dimana modal ditanggung bersama
antara pelaksana dengan pemilik modal. Jadi, jika ada keuntungan maupun
kerugian, maka untung rugi tersebut dibagi dua untuk bagian yang sama
(24)
11
c.
Ijarah (sewa), yaitu sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan
pembayaran sewa menyewa murni atau sewa menyewa dengan hak untuk
membeli pada akhir masa sewa.
3.
Prinsip Jasa Keuangan (
Service
), yaitu dalam melaksanakan tugasnya dibidang
jasa keuangan, pihak bank mengutip biaya jasa. Adapun bentuk jasa yang
disediakan oleh pihak bank adalah :
a.
Wakalah, yaitu pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk
melakukan sesuatu, misalnya pembelian suatu barang.
b.
Kafalah, yaitu jaminan atau garansi yang diberikan oleh peminjam kepada
pihak ketiga/ pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
(peminjam). Dalam hukum positifnya dikenal sebagai pemberian jaminan
perorangan atau perusahaan.
c.
Hawalah, yaitu pengalihan hutang. Dalam prakteknya mengenai hiwalah ini
akan dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan factoring atau anjak
piutang.
d.
Rahn (Gadai), yaitu penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi
pinjaman sebagai jaminan.
e.
Qardh, yaitu penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan syariah
dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu
tertentu.
f.
Sharf, yaitu pertukaran antara emas dan perak atau sebaliknya, atau
(25)
12
2.1.2
Profitabilitas
Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah
dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba,
meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat
laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas. Menurut
Brigham dan Houston (2012:146) profitabilitas adalah sekelompok rasio yang
menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang
pada hasil operasi.
Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya (2005:118), profitabilitas
bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan
merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Untuk itu maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis
yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan.
Rasio-rasio profitabilitas tersebut terdiri dari
return on assets
(ROA) dan
return on equity
(ROE). ROA menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap nilai
asset dan mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber
daya bank dalam menghasilkan laba. Sedangkan ROE mencerminkan seberapa
efektif manajemen bank menggunakan dana dari pemegang sahamnya.
Secara matematis ROA dan ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:
%
100
x
Aset
Total
Pajak
Sebelum
Laba
ROA
=
%
100
x
Ekuitas
Total
Pajak
Setelah
Laba
ROE
=
(26)
13
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen
selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Tujuannya
adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Jika
berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka dikatakan telah berhasil
mencapai target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau
tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran
bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana
letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang.
Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan
manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan.
Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan
apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan
datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan
profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha
maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.
Mengingat begitu pentingnya bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap
stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham,
meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki untuk
(27)
14
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dalam sebuah perbankan diantaranya
dipengaruhi oleh tingkat likuiditas dan
non performing financing
(pembiayaan
bermasalah).
2.1.3
Likuiditas
Bank dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada beragam risiko.
Likuiditas merupakan salah satunya. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.11/25/2009 likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh bank
tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Sementara itu
,
Islamic Financial Service Board
(IFBS) mendefinisikan likuiditas sebagai potensi
kerugian yang dapat dialami oleh bank Islam karena ketidakmampuan bank Islam
dalam mendanai peningkatan asetnya dengan biaya yang relatif murah dan tanpa
adanya kerugian yang diderita.
Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi instusi
perbankan mencakup dua hal yakni kemampuan bank Islam untuk segera
memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan kemampuan bank Islam untuk
mendapatkan dana baru dengan biaya relatif murah (Wahyudi dkk, 2013:212).
Liabilitas bank yang jatuh tempo adalah jumlah dana simpanan (giro, tabungan,
dan deposito) yang akan ditarik kembali oleh nasabah. Sementara dana baru yang
dimaksud adalah sumber pendanaan yang diperoleh oleh bank ketika bank
membutuhkan dana cepat, untuk mendanai aset atau untuk memenuhi liabilitas
(28)
15
Menurut Taswan (2010:245), Pengendalian likuiditas bank merupakan
persoalan dilematis, artinya jika bank menghendaki untuk memelihara likuiditas
tinggi maka profit akan rendah, sebaliknya kalau likuiditas rendah maka profit
menjadi tinggi. Bank yang memiliki likuiditas tinggi, aktivanya relatif lebih besar
pada aktiva jangka pendek, sedangkan bank yang likuiditasnya rendahnya, secara
umum porsi dana yang tertanam lebih besar pada aktiva jangka panjang. Oleh
karena itu, bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Menurut
Muljono (1989:64), bank dikatakan likuid apabila:
a.
Memegang sejumlah alat likuid,
cash assets
, yang terdiri dari uang kas,
rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya sama
dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.
b.
Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid sebagaimana disebutkan pada
huruf a diatas, akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga
berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang
tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada waktu
setelah jatuh tempo.
c.
Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui penciptaan
utang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto,
call money
, penjualan
surat-surat berharga dengan
repurchase agreement
.
Dengan memenuhi sebagai bank yang likuid, maka likuiditas dapat
berfungsi sebagai berikut (Taswan, 2010:246), yaitu:
a.
Untuk menunjukkan dirinya atau bank sebagai tempat yang aman untuk
(29)
16
b.
Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak memungkinkan.
c.
Memperkecil penilaian risiko ketidakmampuan membayar kewajiban
penarikan dananya.
d.
Untuk menghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan negatif
dari otoritas pengawas atau pengusaha moneter karena meminjam dana
likuiditas dari bank sentral.
Dalam penelitian ini likuiditas bank syariah diukur dengan
Financing to
Deposits Ratio
(FDR) karena rasio ini merupakan teknik yang sangat umum
digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas suatu bank.
2.1.4
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio
(FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat
profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena semakin besar jumlah
dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan maka dengan
demikian, jumlah dana yang menganggur bekurang sehingga berdampak pada
naiknya profitabilitas (Rivai dkk, 2007:394). Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas aman FDR suatu bank adalah 80%. Namun batas
toleransi berkisar antara 85% - 100% (Dendawijaya, 2005:116).
Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada
kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
(30)
17
financing to deposit ratio
(FDR), yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek
yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan
bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila hasil
pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat
dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya
akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target
dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan
dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya
biaya pemeliharaan kas yang menganggur (
idle money
).
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan
Financing to Deposit Ratio
(FDR) adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan
masyarakat.
x
100
%
Masyarakat
Simpanan
Dana
diberikan
yang
Pembiayaan
Jumlah
FDR
=
2.1.5
Non Performing Financing (NPF)
Berdasarkan Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 dan UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, pengertian dari pembiayaan, adalah “penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil”.
Sehubungan dengan peran bank syariah sebagai lembaga
intermediary
(31)
18
berdasarkan prinsip syariah, bank syariah menanggung risiko kredit atau risiko
pembiayaan. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 37 ayat (1) UU Perbankan
Syariah yang menyatakan bahwa penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah
oleh bank syariah mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah
apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah atau
non performing financing
(NPF) merupakan
gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Misalnya berapa persen
jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak dapat ditagih
(Purwanto, 2011). Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan
hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan,
sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas
bank (Dendawijaya, 2005:88). Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF
semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan,
sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami
kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari
uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (
Non Performing
Financing
) memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank.
Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut
(Djamil, 2012:73) yaitu:
1.
Faktor intern (berasal dari pihak bank), terdiri dari:
a.
Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah.
(32)
19
c.
Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah.
d.
Proyeksi penjualan terlalu optimis.
e.
Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang
memperhitungkan aspek kompetitor.
f.
Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable
g.
Lemahnya supervisi dan monitoring.
h.
Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara
nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian
pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat.
2.
Faktor ekstern,terdiri dari :
a.
Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi
dan laporan tentang kegiatannya)
b.
Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam
persaingan usaha
c.
Usaha yang dijalankan relatif baru.
d.
Bidang usaha nasabah telah jenuh.
e.
Tidak mampu menanggulangi masalah/ kurang menguasai bisnis.
f.
Meninggalnya
key person.
g.
Perselisihan sesama direksi.
h.
Terjadi bencana alam.
i.
Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi
atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan
(33)
20
Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas
pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama
bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha
yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas
pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi.
Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan
terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun
dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk
membayar setelah restrukturisasi.
Adapun tingkat dari
Non Performing Financing
dapat dihitung dengan
sebuah rasio yaitu sebagai berikut :
%
100
x
Pembiayaan
Total
Bermasalah
Pembiayaan
NPF
=
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang
financing to deposit ratio
,
non performing
financing
, dan profitabilitas, yaitu:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti/ Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik AnalisisData Hasil Penelitian Riki Antariksa (2005) Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Profitabilitas Perbankan. Independen: Likuiditas Total Aset (LTA), Likuiditas Aset Deposit (LAD), dan Financial Deposit Ratio
(FDR). Dependen: ROA dan ROE.
Metode analisis regresi linier dengan uji kelembanan (lag) dan analisis musiman (dummy variabel).
Risiko likuiditas yang diwakili oleh LTA, LAD dan FDR berpengaruh posiif dan signifikan terhadap profitabilitas.
(34)
21
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti/ Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik AnalisisData Hasil Penelitian Suryani (2011) Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia. Independen: Financing to Deposit Ratio (FDR) Dependen: ROA. Metode analisis regresi linear. Tidak adanya pengaruh signifikan
Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset (ROA).
Tri Joko Purwanto (2011) Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Ratio Non Performing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah. Independen: Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Non Performing Financing
(NPF). Dependen: Laba.
Terdiri dari dua model regresi linear sederhana dan satu model regresi linear berganda.
FDR dan rasio NPF berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap Laba, sedangkan penyaluran pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Laba. Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe. (2012) Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Independen: BOPO, NOM, NPF, FDR, NIM, NPL, dan LDR.
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
Metode analisis regresi berganda dan uji beda.
1. BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA,
2. NOM berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA,
3. NPF tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA,
4. FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia,
5. NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA,
6. NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA,
7. LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
(35)
22
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian ROA pada Bank Konvensional di Indonesia.
2.3 Kerangka Konseptual
Profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi
operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Penting bagi
bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi
kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam
menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk
menyimpan kelebihan dana yang dimiliki pada bank karena Profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode
tertentu (Munawir, 2010:33).
Financing to Deposit Ratio
(FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat
profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena semakin besar jumlah
dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan maka dengan
demikian, jumlah dana yang menganggur bekurang sehingga berdampak pada
naiknya profitabilitas (Rivai dkk, 2007:394).
Pembiayaan merupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan
(36)
23
non performing financing
(NPF) merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan
yang diberikan. Misalnya, berapa persen jumlah pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah yang tidak dapat ditagih (Purwanto, 2011). Timbulnya
pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan
memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi
perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya,
2005:88).
Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka
bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat
NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan
tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan
bahwa pembiayaan bermasalah (
Non Performing Financing
) memiliki pengaruh
negatif bagi profitabilitas bank. Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
(NPF) memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka gambar
kerangka konseptual pada penlitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Profitabilitas
(ROA)
Non Performing
Financing
Financing to
Deposit Ratio
(37)
24
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009).
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis pada
penelitian ini adalah
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
(38)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat asosiatif, dimana penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Dalam penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh antara
financing to
deposit ratio
dan
non performing financing
terhadap profitabilitas bank syariah di
Indonesia.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dengan mengambil data dari Bank Indonesia dan situs resmi perusahaan yang di
jadikan sampel. Penelitian ini dimulai pada April 2015 sampai dengan Juni 2015.
3.3
Batasan Operasional
Batasan-batasan operasional penelitian ini, ditentukan sebagai berikut:
1.
Subjek penelitian yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
Perusahaan Perbankan Syariah di Indonesia.
2.
Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan
yang lengkap dari perusahaan perbankan syariah untuk tahun 2010-2013.
3.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
financing to deposit ratio
(FDR) dan
non performing financing
(NPF) sebagai variabel bebas dan
(39)
26
3.4
Definisi Operasional
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau variabel
dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk
mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya, variabel yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Adapun
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1
secara ringkas dibawah ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Definisi
Variabel
Pengukuran
Skala
Ukur
Financing
to Deposit
Ratio
(FDR)
(X
1)
Mengukur
seberapa besar
dana dari
masyarakat
(deposit)
dimanfaatkan
oleh bank untuk
pembiayaan.
Jumlah Pembiayaan yang diberikan Dana Simpanan Masyarakat x100%
Rasio
Non
Performing
Financing
(NPF)
(X
2)
Mengukur
besarnya risiko
pembiayaan
bermasalah dari
total
pembiayaan.
Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
x 100%
Rasio
Return on
Assets
(ROA)
(Y)
Laba yang
diperoleh untuk
setiap nilai asset
dan
mencerminkan
kemampuan
manajemen
untuk
menggunakan
sumber daya
bank dalam
menghasilkan
laba.
Laba sebelum pajak
total asset
x 100%
(40)
27
3.5
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah yang terdapat di
Indonesia yang beroperasi di Indonesia pada periode tahun 2010 hingga periode
tahun 2013 yang berjumlah 11 bank Syariah, dan seluruh populasi diambil
menjadi sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1.
Sampel merupakan bank umum syariah yang terdapat di Indonesia, baik yang
berstatus devisa maupun non devisa.
2.
Sampel memiliki laporan keuangan yang lengkap untuk dianalisis dari
periode tahun 2010 hingga tahun 2013.
Adapun sampel yang diambil dari seluruh populasi dalam penelitian ini adalah
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel
No Bank
1 PT Bank Syariah Muamalat Indonesia 2 PT Bank Syariah Mandiri
3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 4 PT Bank Syariah BRI
5 PT Bank Syariah Bukopin 6 PT Bank Panin Syariah 7 PT Bank Victoria Syariah 8 PT BCA Syariah
9 PT Bank Jabar dan Banten
10
PT Bank Syariah BNI11 PT Maybank Indonesia Syariah
(41)
28
3.6
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi laporan keuangan perusahaan perbankan syariah Indonesia. Sumber data
tersebut diperoleh dari www.bi.go.id, situs resmi perusahaan, buku-buku
referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan
penelitian.
3.7
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode:
1.
Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka dengan
mengkaji berbagai buku dan literatur pustaka yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2.
Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat dan
mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan 11 perusahaan perbankan
syariah di Indonesia peride 2010-2013.
3.8
Teknik Analisis Data
3.8.1
Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Situmorang dan Lufti (2011:10) analisis deskripsi merupakan
analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan data secara umum. Statistik
deskriptif berusaha untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai
karakteristik data, seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi
(42)
29
3.8.2
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus regresi linier berganda dengan formula:
Y = a + b
1X
1+ b
2X
2+ e
Dimana:
Y
=
Return on Asset
(ROA)
a
= Konstanta
b
1=
Koefisien regresi variabel X
1b
2= Koefisien regresi variabel X
2X
1=
Financing to Deposit Ratio
(FDR)
X
2=
Non Performing Financing
(NPF)
e
= error
3.9
Uji Asumsi Klasik
Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi
syarat asumsi klasik, yang meliputi:
3.9.1
Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model yang paling baik adalah data terdistribusi secara normal atau
mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis
Kolmogorov-Smirnov
(Situmorang dan Lufti, 2011:160-161). Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160).
3.9.2
Uji Multikolinearitas
Menurut Situmorang dan Lufti (2011:140) uji ini digunakan untuk
(43)
30
diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan
variance inflation factor
(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:
a.
VIF > 10 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas.
b.
VIF < 10 maka tidak terdapat multikolienaritas.
c.
Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas.
d.
Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolienaritas.
3.9.3
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2011:95). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi
ini menggunakan Durbin-Watson (DW) Test.
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl
≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative
No decision
4 – du
≤ d ≤ 4
– dl
Tidak ada autokorelasi positif
atau negative
Tidak ditolak
du < d < 4 –du
(44)
31
3.9.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada prinsipya menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama,
dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan
jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat untuk menguji
heteroskedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan
analisis residual yang berupa statistik. Cara menguji untuk melihat ada tidaknya
gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik
scatterplot
disekitar niali X dan Y, jika ada pola tertentu, maka akan terjadi
gejala hteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011:108).
3.10
Pengujian Hipotesis
3.10.1
Uji F (F-Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara serempak terhadap variabel dependen, Uji ini dilakukan dengan
membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel.
Hipotesis:
H
0: b
i= b
2= 0, artinya
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas Bank Syariah
di Indonesia.
H
a: b
i≠ b
2≠ 0,
artinya
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bank Syariah di
(45)
32
Dengan menggunakan tingkat signifikan (
α
) = 5%, jika nilai sig. F > 0,05
maka H
0diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F
≤ 0,05 maka
H
aditerima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Pada penelitian ini nilai F
hitungakan dibandingkan dengan F
tabelpada
tingkat signifikan (
α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji
-F :
a.
H
otidak ditolak (H
aditolak) jika F
hitung≤ F
tabelpada
α = 5%
b.
H
0ditolak (H
aditerima) jika F
hitung> F
tabelpada
α = 5%
3.10.2 Uji-t (t-test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
H
0 :b
i= 0, artinya
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas Bank Syariah di
Indonesia.
H
a :b
i≠
0, artinya
Financing to Deposit Ratio
dan
Non Performing Financing
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bank Syariah di
Indonesia.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (
α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H
0diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap
(46)
33
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai t
hitungjuga
dapat dibandingkan dengan nilai t
tabel. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:
a.
H
otidak ditolak (H
aditolak) jika t
hitung≤ t
tabelpada
α = 5%
b.
H
0ditolak (H
aditerima) jika t
hitung> t
tabelpada
α = 5%
3.10.3 Uji Determinan (R
2)
Pengujian Koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas (
independent
) yang
digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan variabel terikat
(
dependent
). Dari penelitian ini R
2menunjukkan bahwa variabel independen
kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel
dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel independen diluar variabel yang
dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan profitabilitas. Apabila nilai R
2suatu regresi mendekati satu, maka
semakin baik regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel
(47)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1
Sejarah Singkat Perbankan Syariah
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Ide pendirian Bank
Syariah sudah dimulai sejak tahun 1937 oleh ketua pengurus Besar
Muhammadiyah yaitu K. H. Mas Mansur sampai pada akhirnya Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 sehingga berdirinya Bank Muamalat dan Undang- Undang ini
diubah menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Atas dasar undang-undang
ini bermunculah bank syariah di Indonesia. Landasan pendirian Perbankan syariah
terdapat dalam al-Qur’an dan hadist serta di dukung oleh Fatwa DSN/MUI dan
Peraturan Bank Indonesia sehingga Perbankan Syariah mulai berkembang di
Indonesia.
4.1.2
Gambaran Umum Bank Syariah di Indonesia
4.1.2.1 PT. BCA Syariah
PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha
dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari Bank
Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010
tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada
hari Senin tanggal 5 April 2010.
(48)
35
Misi:
1.
Mengembangkan SDM dan infrastruktur yang handal sebagai penyedia jasa
keuangan syariah dalam rangka memahami kebutuhan dan memberikan
layanan yang lebih baik bagi nasabah.
2.
Membangun institusi keuangan syariah yang unggul di bidang penyelesaian
pembayaran, penghimpunan dana dan pembiayaan bagi nasabah perorangan,
mikro, kecil dan menengah.
4.1.2.2 PT. BJB Syariah
Pendirian Bank BJB Syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan
syariah pada saat itu.
Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah,
manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
berpandangan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta
mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan
share
perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk
menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada tanggal 15 Januari
(49)
36
dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah mendapat pengesahan dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU.04317.AH.01.01
Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah
diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbs tertanggal 30
April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha
Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang
menjadi cikal bakal Bank BJB Syariah.
Visi: Menjadi 5 Bank Umum Syariah Terbesar, Sehat dan Berkinerja Baik di
Indonesia.
Misi:
1.
Memberikan layanan perbankan syariah secara amanah dan profesional.
2.
Mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui peningkatan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
3.
Memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
4.1.2.3 PT. Bank Syariah BNI
Berdasarkan
Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah, dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000
ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan
spin off
tahun
2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu
(50)
37
yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
Visi:
Menjadi Bank Syariah Pilihan Masyarakat yang Unggul dalam Layanan dan
Kinerja.
Misi:
1.
Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian
lingkungan.
2.
Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.
3.
Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
4.
Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan
berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
5.
Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
4.1.2.4 PT. Bank Syariah BRI
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, terhadap Bank Jasa
Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia
pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka
pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi.
Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
(51)
38
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk, untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (
spin off
) yang
berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh
Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan
Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
Visi: Menjadi Bank Ritel Modern Terkemuka dengan Ragam Layanan Finansial
Sesuai Kebutuhan Nasabah dengan Jangkauan Termudah untuk Kehidupan
Lebih Bermakna.
Misi:
1.
Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan
finansial nasabah.
2.
Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
3.
Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan
dimana pun.
4.
Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketenteraman pikiran.
4.1.2.5 PT. Bank Syariah Bukopin
Perjalanan PT Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank umum PT
Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank Bukopin Tbk untuk
dikembangkan menjadi bank syariah. Bank syariah Bukopin mulai beroperasi
(52)
39
memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober
2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia. Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan
Bank Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban
Usaha Syariahnya kedalam PT Bank Syariah Bukopin.
Visi: Menjadi Bank Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik.
Misi:
1.
Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah.
2.
Membentuk sumber daya insani yang profesional dan amanah.
3.
Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil
& Menengah).
4.
Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder.
4.1.2.6 PT. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 1999, sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter
1997-1998. Sebagaimana diketahui krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multidimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,
industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
(53)
40
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya
merger
dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan
(merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,
Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik
mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan
merger,
Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah
(dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
(1)
69
10
PANIN SYARIAH
2010
69.76
0
-2.53
2011
167.7
0.82
2.06
2012
105.66
0.2
3.48
2013
90.4
1.02
1.03
11
VICTORIA SYARIAH
2010
16.93
0.95
1.09
2011
46.08
2.43
6.93
2012
46.08
3.19
1.43
(2)
70
LAMPIRAN 2
DATA OUTLIER DIELIMINASI
Casewise Diagnosticsa
Case
Number Std. Residual Return on Asset Predicted Value Residual
22 5.611 .6930 .071924 .6210756
a. Dependent Variable: ROA
Casewise Diagnosticsa
Case
Number Std. Residual Return on Asset Predicted Value Residual
17 3.735 .2424 .057752 .1846477
27 3.914 .2505 .057017 .1934834
(3)
71
LAMPIRAN 3
HASIL OLAHAN SPSS
Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FDR 44 .0095 2.8920 .938502 .4731512
NPF 44 .0000 .0459 .022061 .0142339
ROA 44 -.0253 .6930 .039695 .1126800
Valid N (listwise) 44
(4)
72
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual
N 41
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .01023802
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .113
Negative -.143
Kolmogorov-Smirnov Z .916
Asymp. Sig. (2-tailed) .371
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized CoefficientsT Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -9.050E-5 .005 -.017 .987
FDR .015 .004 .523 3.724 .001 .952 1.050
NPF -.035 .116 -.043 -.304 .763 .952 1.050
(5)
73
Uji Heterokedastisitas
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .534a .286 .248 .0105040 1.740
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF
(6)
74
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -9.050E-5 .005 -.017 .987
FDR .015 .004 .523 3.724 .001
NPF -.035 .116 -.043 -.304 .763
Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .002 2 .001 7.594 .002a
Residual .004 38 .000
Total .006 40
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF
b. Dependent Variable: ROA
Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -9.050E-5 .005 -.017 .987
FDR .015 .004 .523 3.724 .001
NPF -.035 .116 -.043 -.304 .763