Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

(1)

SKRIPSI

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,

SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT: STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

OLEH

CHRISTIN NATALIA SIMAMORA 120522045

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”.

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai skripsi guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Christin Natalia Simamora NIM: 120522045


(3)

ABSTRAK

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,

SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT: STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga, loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, capital adequacy ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, non performimg loan berpengaruhpositif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, return on asset dan suku bunga SBI perusahaan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit

Kata kunci: Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI, dan Jumlah Penyaluran Kredit


(4)

ABSTRACT

EFFECT OF THIRD PARTY FUNDS, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,

SBI INTEREST RATE OF TOTAL DISTRIBUTION OF CREDIT: EMPIRICAL STUDY ON STATE BANK AND

PRIVATE BANKS LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2009-2013

The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence of Third Party Funds, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non-Performing Loans, Return on Asset, SBI to Total Loan Portfolio: Empirical Study On State banks and private banks Registered in Stock Indonesia Stock Period 2009-2013. This type of research is the study of cause and effect and the type of data used quantitative data. Data obtained from the publication of the Indonesia Stock Exchange on the financial statements and annual report of the independent auditors, as well as journals, reference books, the Internet and scientific literature related to the study. Methods of data collection research is a method of documentation. The analytical method used is descriptive statistical analysis and multiple linear regression. The results of this study indicate that the third-party funds, loan to deposit ratio is positive and significant effect on the amount of the credit, the capital adequacy ratio and no significant negative effect on the amount of the credit, the non performimg loan is positive but not significant effect on the amount of lending to , return on asset and interest rates affect the company SBI negative but not significant to total lending Keywords: Third Party Funds, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non-Performing Loans, Return on Asset, Interest Rates, and Total Lending


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 .” Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (M.Simamora (Alm) dan R. Br Pangaribuan) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini, bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM. Ak. selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM. Ak. Dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang banyak membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian terutama penulis.

Medan, Maret 2015

Christin Natalia Simamora


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 7

1.1. Latar Belakang Masalah ... 7

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4.Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1Landasan Teori ... 10

2.1.1 Bank ... 10

2.1.2 Kredit ... 11

2.1.2.1 Tujuan Kredit ... 13

2.1.2.2 Fungsi Kredit ... 14

2.1.2.3 Jenis-Jenis Kredit ... 16

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit ... 22

2.2.1 Dana Pihak Ketiga ... 22

2.2.2 Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 24

2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 25

2.2.4 Non Performing Loan(NPL) ... 25

2.2.5 Return On Asset (ROA) ... 26

2.2.5 Suku Bunga SBI ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 27

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 29

2.4.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit ... 29

2.4.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit ... 29

2.4.3 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit ... 30

2.4.4 Pengaruh Non Performing Loan(NPL)Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit ... 30

2.4.5 Pengaruh Return On Asset (ROA)Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit ... 31


(8)

2.4.6 Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah

Penyaluran Kredit ... 32

2.5 Kerangka Konseptual ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 34

3.1.1 Variabel Penelitian ... 34

3.1.2 Defenisi Operasional Variabel ... 35

3.1.2.1 Jumlah Penyaluran Kredit ... 35

3.1.2.2 Dana Pihak Ketiga ... 35

3.1.2.3 Loan to Deposit Ratio ... 36

3.1.2.4 Capital Adequacy Ratio ... 36

3.1.2.5 Non Performing Loan ... 37

3.1.2.6 Return On Asset ... 37

3.2 Jenis dan Sumber data ... 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ... 40

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 40

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 40

3.5.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 44

3.5.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 45

3.5.3.2 Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) ... 45

3.5.3.3 Pengujian Signifikansi Simultan (Uji f) ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Data Penelitian 4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 49

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 49

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 52

4.2.2.2 Uji Multikolineritas ... 55

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 58

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 58

4.2.3 Analisis Regresi ... 62

4.2.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64

4.2.4.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 65

4.2.4.2 Uji Regresi Parsial (Uji t) ... 66

4.2.4.3 Uji Regresi Simultan (Uji f) ... 68

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian ... 49

4.2 Frequencies Penelitian ... 52

4.3 Hasil Uji Normalitas K-S ... 54

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55

4.5 Koefisien Korelasi Antar variable ... 56

4.6 Pengambilan Keputusan... 59

4.7 Uji Autokorelasi (DW Test)... 59

4.8 Uji Autokorelasi (LM Test) ... 60

4.9 Uji Run Test ... 61

4.10 Hasil Analisis Regresi ... 63

4.11 Hasil Koefiein Determinasi... 65

4.12 Hasil Uji t ... 66


(10)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Histogram ... 53

4.2 Grafik Normal P.Plot... 54


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Halaman

1. Daftar Populasi Perusahaan ... 77

2. Daftar Sampel Perusahaan ... 78

3. Daftar Variabel Penelitian ... 79


(12)

ABSTRAK

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,

SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT: STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga, loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, capital adequacy ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, non performimg loan berpengaruhpositif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, return on asset dan suku bunga SBI perusahaan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit

Kata kunci: Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI, dan Jumlah Penyaluran Kredit


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF THIRD PARTY FUNDS, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,

SBI INTEREST RATE OF TOTAL DISTRIBUTION OF CREDIT: EMPIRICAL STUDY ON STATE BANK AND

PRIVATE BANKS LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2009-2013

The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence of Third Party Funds, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non-Performing Loans, Return on Asset, SBI to Total Loan Portfolio: Empirical Study On State banks and private banks Registered in Stock Indonesia Stock Period 2009-2013. This type of research is the study of cause and effect and the type of data used quantitative data. Data obtained from the publication of the Indonesia Stock Exchange on the financial statements and annual report of the independent auditors, as well as journals, reference books, the Internet and scientific literature related to the study. Methods of data collection research is a method of documentation. The analytical method used is descriptive statistical analysis and multiple linear regression. The results of this study indicate that the third-party funds, loan to deposit ratio is positive and significant effect on the amount of the credit, the capital adequacy ratio and no significant negative effect on the amount of the credit, the non performimg loan is positive but not significant effect on the amount of lending to , return on asset and interest rates affect the company SBI negative but not significant to total lending Keywords: Third Party Funds, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non-Performing Loans, Return on Asset, Interest Rates, and Total Lending


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. Industri Perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai Financial Intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.

Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya dibank dalam bentuk tabungan, deposito, giro dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Dana yang dihimpun dari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran kredit. Dana pihak ketiga yang berupa tabungan, deposito, giroini dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang ditawarkan pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan bunga maupun capital gain dari bank tersebut (Muljono, 2006 dalam Rahmawati,2011). Dengan demikian dana pihak ketiga mendukung tingkat penyaluran kredit perbankan. Sementara masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit


(15)

Kredit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK, 2007 : 31.11) adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dengan adanya ketentuan seperti itu, maka kredit merupakan salah satu sumber penghasilan bagi bank. Pada bank konvensional, pendapatan dari kegiatan kredit dapat berupa pendapatan bunga. Semakin besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula pendapatan bunga yang akan diperoleh bank. Beberapa faktor yang bepengaruh terhadap kinerja bank dalam pemberian kredit kepada masyarakat adalah Loan To Deposit Ratio(LDR), Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Return Asset, dan Tingkat Suku Bunga SBI.

Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk melihat seberapa besar tingkat likuiditas dalam menentukan kemampuannya untuk membayar kewajiban jangka pendek. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat.

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dilihat dari seberapa besar kecukupan modal yang dimiliki perbankan. Menurut Dendawijaya (2000 : 122) CAR adalah “Risiko yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva


(16)

yang berisiko. Kemampuan bank dalam menanggung resiko dari setiap kredit / aktiva produktifnya dapat dilihat dari CAR pada suatu perusahaan tersebut. Jika CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegitan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitasnya. Artinya setiap pertambahan kegiatan bank yang mengakibatkan pertambahan profitabilitas harus diimbangi dengan pertambahan CAR sebesar yang telah diimbangi oleh Bank Indonesia. Ini merupakan suatu langkah yang mencerminkan produktivitas banking, dimana Bank Indonesia berusaha untuk tetap menjaga solvabilitas dan likuiditas bank dalam memenuhi pembayaran terhadap deposan.

Non Performing Loan (NPL) dalam perbankan ketika debitur tidak dapat membayarkan peminjaman kredit. Dalam dunia perdagangan sering terjadi risiko kegagalan yang terjadi, demikian juga pada dunia perbankan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank dapat mengandung risiko berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau yang biasa disebut dengan kredit macet sehingga mempengaruhi kinerja bank. Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan NPL sebesar 5%. Apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank – bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah.

Return on Asset yang dilihat dari kesehatan perbankannya ketika mendapatkan laba yakni memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas


(17)

perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, d1998).

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan rupiah. Bank Indonesia dapat menjual SBI agar dapat menyerap kelebihan uang primer yang telah beredar juga memiliki peranan tersendiri dalam pemberian kredit yang akan dilakukan. Tingkat suku bunga pada penjualan SBI ditentukan melalui system lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat akan permintaan kreditnya menjadi meningkat.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Francisca dan Siregar (2009), DPK dan ROA terdapat hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan untuk CAR dan NPL terdapat hubungan positif dan negatif dan berpengaruh tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Namun dalam penelitian yang dilakukan Galih (2011) mengenai pengaruh DPK,CAR, NPL, ROA dan LDR terhadap penyaluran kredit modal kerja menyatakan bahwa DPK,CAR, ROA dan LDR memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja, sedangkan NPL memiliki hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja. Sehingga secara simultan


(18)

yang dilakukan Pratama (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan dalam hasilnya menyatakan bahwa DPK memiliki hubungan positif dan signifikan positif terhadap penyaluran kredit, CAR memiliki hubungan positif dan signifikan negatif terhadap penyaluran kredit, NPL memiliki hubungan negatif dan signifikan negatif terhadap penyaluran kredit, sedangkan SBI memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan positif terhadap penyaluran kredit.

Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Triasdini (2010) mengenai pengaruh CAR, NPL, dan ROA terhadap penyaluran kredit modal kerja menyebutkan bahwa CAR dan ROA memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit sedang pada NPL memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Secara simultan CAR memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan NPL memiliki hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Penelitian yang didapatkan dari penelitian terdahulu adalah dari variabel LDR dan ROA. Bank perlu memperhatikan profitabilitas yang bisa didapat dari kegiatan operasionalnya. Profitabilitas merupakan acuan untuk mengukur laba yang didapatkan dari kinerja bank dalammengelola dana yang dihimpunnya. Bank yang mampu menghasilkan laba yang besar berarti bank tersebut mampu menjalankan usahanya. Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rasio ROA. Tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank akan terkait dengan keseimbangan jumlahdana yang mampu dihimpun dan jumlah dana yang mampu disalurkan. Jika dilihat pada likuiditas yang merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dibayar, dapat diukur dengan rasio LDR dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Dengan menggunakan LDR bank dapat memenuhi semua kewajiban jangka pendeknya,


(19)

membayar kembali semua deposan yang mengambil dana sewaktu – waktu, serta memenuhi permintaan kredit yang telah diajukan. Jika Bank memberikan jumlah kredit kepada masyarakat maka dapat mempengaruhi besarnya laba yang akan diterima yaitu bunga kredit yang disalurkan. Semakin kecil pertumbuhan kredit, maka profitabilitasnya akan menurun. Oleh karena itu LDR dan ROA dianggap berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada perbankan. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET dan TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT : STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTAYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.”


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Apakah Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK)terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Untuk mengetahui Pengaruh Loan To Deposit Ratio(LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?


(21)

3. Untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Untuk mengetahui PengaruhNon Performing Loanterhadap jumlah penyaluran kredit

pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Untuk mengetahui Return On Asset Tingkat Suku Bunga SBI terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 6. Untuk mengetahui Tingkat Suku Bunga SBIterhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank

BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Bagi peneliti, untuk menaruh wawasan peneliti dan bahan masukan mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit : Studi Empiris Pada Bank BUMN Dan Bank SwastaYang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi manajemen bank, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan faktor dana pihak ketiga terhadap volume kredit

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(22)

1.4 Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penulisan penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi – materi yang dibahas di tiap – tiap bab. Sistematika penulisan ini adalah :,

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis serta hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variable – variabel yang akan diteliti, jenis dan sumber data, populasi dan penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi obyek penelitian,hasil analisis data dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil penelitian dan saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Bank

Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara sehingga kemajuan sesuatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara tersebut. Bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990.Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah, bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihakpihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan


(24)

melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpundan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Febryani dan Zulfadin, 2003).

Berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis bank, yaitu:

1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannnya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakasanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank umum adalah bank yang kegiatan usahanya menghimpun dana berupa simpanan dalam bentuk giro dan deposito, rekening koran, dan juga memberikan kredit jangka pendek. Untuk Indonesia sendiri, bank umum disebut juga dengan bank komersial yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing (Triasdini, 2010).

2.1.2Kredit

Kegiatan bank setelah melakukan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan (tabungan, deposito dan giro) adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pemberian pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit.


(25)

Menurut Undang-Undang yang tertera dalam pasal 1 ayat 11 UU No.10/1998 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibakan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “credere” yang mempunyai arti kepercayaan kreditur terhadap debitur yang artinya bahwa kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan dana yang telah dipinjam beserta bunga yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak yang bekerja sama.Sedangkan Dendawijaya (2003) mengemukakan bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%- 90% dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari kegiatan usaha bank. Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan dengan baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit, nasabah tersebut tentu harus dapat dipercaya.

Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan. Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian fasilitas kredit terdapat berbagai unsur yang terkadung di dalamnya antara lain (Kasmir, 2011):

1. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan bank sebagai pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.


(26)

Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit yang dituangkan dan ditandatangani dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban masing-masingpihak. 3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berupa jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.

4. Risiko

Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka akan semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Risiko ini akan menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.

5. Balas jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit. Bagi bank konvensional bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan yang diterima bank sebagai balas jasa dalam memberikan fasilitas kredit.

2.1.2.1 Tujuan Kredit

Keuntungan utama dalam bisnis perbankan sebagian besar berasal dari pemberian kredit, maka dapat dikatakan bahwa pemberian kredit dapat menjadi salah satu cara dalam mencapai tujuan perbankan. Menurut Kasmir (2011) tujuan utama dalam pemberian kredit adalah

1. Untuk mencari keuntungan bagi bank, berupa bunga, biaya administrasi, provisi, dan biaya - biaya lainnya yang dibebankan kepada debitur.


(27)

2. Untuk meningkatkan usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja, sehingga nasabah dapat mengembangkan usahanya.

3. Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan di berbagai sektor.Keuntungan lain yang didapatkan pemerintah dalam pemberian kredit oleh perbankan adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan pajak yang diterima dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Menciptakan kesempatan kerja, dimana kredit yang diperuntukkan bagi pembentukan usaha baru atau perluasan usaha baru tentu akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat memberikan peluang bagi pencari kerja dan mengurangi pengangguran.

c. Meningkatkan devisa negara terutama bagi produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

d. Menghemat devisa negara terutama bagi produk-produk yang sebelumnya diimpor. Jadi dengan fasilitas kredit dapat memproduksi produk tersebut di dalam negeri tentu akan menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan jumlah barang dan jasa karena kredit yang disalurkan tentu dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang terdapat di masyarakat.

2.1.2.2 Fungsi Kredit

Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2011) adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Apabila uang yang ada hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna, sebaliknya dengan disalurkannya dalam bentuk kredit maka uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa oleh penerima kredit.


(28)

2. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk mengolah barang yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

3. Untuk meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus peredaran barang dari suatu wilayah ke wilayah lain dan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar.

4. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu - lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan melalui kredit akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain. Sehingga jika suatu daerah kekurangan uang dengan mendapatkan kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

5. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Dengan menerima kredit, nasabah akan bergairah untuk membuka atau memperluas usahanya.

6. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara debitur dan kreditur, sehingga akan meningkatkan kerja sama pada bidang lainnya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan meningkatkan pemerataan pendapatan di masyarakat.

8. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat serta meningkatkan devisa negara dalam membantu kegiatan ekspor barang


(29)

2.1.2.3 Jenis – jenis Kredit

Beragam jenis usaha, menyebabkan pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Bank umum dan bank perkreditan rakyat memberikan berbagai jenis kredit kepada masyarakat. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :(Kasmir,2011)

1.Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi,

yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk investasi produktif seperti keperluan perluasan usaha atau membangun proyek. Kredit ini biasanya digunakan untuk jangka waktu yang relatif lama.

b. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja ini diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan hasil tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.


(30)

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya untuk tanaman padi atau jagung.

b. Kredit Jangka Menengah

Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.

c. Kredit Jangka Panjang

Kredit yang memiliki jangka waktu kredit dengan masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang


(31)

seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. Dalam prakteknya, bank dapat pula hanyamengklasifikasikan kredit menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan di atas 1 tahun dianggap jangka panjang.

4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud, tidak berwujud dan jaminan orang. Jadi, setiap kredit yang diberikan akan dilindungi senilai jaminan yangdiberikan si calon debitur.

b. Kredit Tanpa Jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau namabaik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian

Kredit Pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian, sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit Peternakan

Kredit Petenakan merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan kambing.


(32)

c. Kredit Industri

Kredit Industri merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah dan industri besar.

d. Kredit Pertambangan

Kredit Pertambangan merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas atau minyak. e. Kredit Pendidikan

Kredit Pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.

f. Kredit Profesi

Kredit Profesi merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan professional seperti dosen, pengacara dan dokter.

g. Kredit Perumahan

Kredit Perumahan merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang

h. Dan sektor-sektor lainnya.

Dalam melakukan kegiatan kredit pengendalian kredit harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet. Pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan langsung, pengawasan tidak langsung dan kombinasi keduanya. Oleh karena itu pemberian kredit harus dilakukan dengan pengendalian yang baik dan benar serta memegang prinsip kehatihatian. Bank biasanya memiliki criteria -kriteria serta aspek penilaian


(33)

terhadap calon nasabah yang akan menerima fasilitas kredit. Bank dapat melakukan analisis 5C dan 7P terhadap debitur (penerima kredit) sebagai uji kelayakan kredit.

Analisis 5C merupakan salah satu cara dalam mengurangi risiko kredit dengan melakukan analisa secara mendalam terhadap calon nasabah yang akan diberikan kredit. Adapun prinsip 5C adalah sebagai berikut :

a. Character (watak atau kepribadian)

Character merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam memutuskan pemberian kredit. Bank harus yakin bahwa peminjam mempunyai tingkah laku yang baik dan bersedia melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Dan untuk mengetahui watak debitur ini tidaklah semudah yang dibayangkan, terutama untuk debitur yang barupertama kali. b. Capacity (kemampuan)

Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya karena menentukan besar kecilnya pendapatan atau penghasilan perusahaan di masa yang akan dating

c. Capital (Modal)

Prinsip ini menitikberatkan pada aspek permodalan calon nasabah yang menyangkut berapa banyak dan bagaimana struktur modal yang dimiliki oleh calon debitur. Yang dimaksud dengan struktur permodalan di sini adalah tingkat likuiditas modal yang telah ada, apakah dalam bentuk uang tunai, harta yang mudah diuangkan, atau benda lain seperti bangunan. d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

Prinsip kondisi ekonomi ini terkait dengan sektor usaha calon debitur, apakah terkait langsung, serta prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.


(34)

e. Collateral (Jaminan atau Agunan)

Jaminan atau agunan merupakan harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan hutangnya sesuai dengan perjanjian kredit. Dalam hal ini jaminan tersebut mempunyai dua fungsi yaitu pertama, sebagai pembayaran hutang seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut. Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama ialah sebagai faktor penentu jumlah kredit yang diberikan.

Prinsip 7P adalah sebagai berikut : a. Party (golongan)

Maksud dari prinsip ini adalah bank menggolongkan calon debitur ke dalam kelompok tertentu menurut character, capacity, dan capitalnya.

b. Purpose (tujuan)

Maksud dari tujuan di sini adalah tujuan pengamatan kredit yang diajukan, apa tujuan yang sebenarnya dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek sosial yang positif dan luas atau tidak. Dan bank masih harus meneliti apakah kredit yangdiberikan digunakan sesuai tujuan semula.

c. Payment (sumber pembiayaan)

Setelah mengetahui tujuan utama dari kredit tersebut maka hendaknya diperkirakan dan dihitung kemungkinan-kemungkinan besarnya pendapatan yang akan dicapai. Sehingga bank dapat menghitungkemampuan dan kekuatan debitur untuk membayar kembali kreditnya serta menentukan cara pembayaran dan jangka waktu pengembaliannya.


(35)

d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)

Keuntungan di sini maksudnya bukanlah keuntungan yang dicapai oleh debitur semata melainkan juga kemungkinan keuntungan yang diterima oleh bank jika kredit yang diberikan terhadap kreditur tertentu dibanding debitur lain atau dibanding tidak memberikan kredit e. Protection (perlindungan)

Perlindungan maksudnya adalah untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak terduga maka untuk melindungi kredit yang diberikan antara lain adalah dengan meminta jaminan dari krediturnya.

f. Personality

Penilaian akan kepribadian, tingkah laku keseharian, maupun masa lalu nasabah. Selain itu meliputi pula sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah. g. Prospect

Penilaian akan prospek usaha nasabah di masa datang akan menguntungkan atau tidak. Jika usaha yang difasilitasi kredit tidak memilki prosek tentu saja akan merugikan kedua pihak baik bank dan nasabah.

2.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEPENGARUHI PENYALURAN KREDIT 2.2.1 Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan dijelaskan bahwa dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo, 2005).


(36)

Dana- dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2003). Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa jenis,yaitu :

a. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya.

b. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penrikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis depositopun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat, deposito dan deposit on call.

c. Simpanan Giro

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapt dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif rendah dari bunga simpanan lainnya.


(37)

2.2.2 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menurut Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa Loan to Depostit Ratio (LDR) merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dengan dana yang dihimpun oleh bank. Menurut Hkamonangan dan Siregar (dalam Galih,2011) mengatakan bahwa LDR digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank guna membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Banyaknya kredit yang diberikan akan sangat dipengaruhi oleh dana yang diterima oleh bank, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada besar kecilnya rasio LDR ini. Kondisi bank akan relatif tidak likuid manakala bank meminjamkan seluruh dananya dengan ditunjukkan oleh rasio ini yang tinggi. Namun sebaliknya, jika rasio ini rendah ini menunjukkan bahwa bank dalam kondisi likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Rasio ini dapat dijadikan patokan apakah bank masih dapat melakukan ekspansi terhadap pinjamannya atau harus membatasinya. Namun yang terjadi jika rasio LDR ini terlampau kecil yang artinya bahwa jumlah kredit yang disalurkan juga sedikit, hal ini akan berimbas pada bank yang akan kesulitan dalam menutup simpanan nasabahnya. Hal itu sangat wajar terjadi karena bank yang dibebani oleh bunga simpanan yang besar, sedangkan bunga pinjaman yang diterima oleh bank terlampau sedikit. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian. Oleh karena itu Bank Indonesia sebagai bank sentral telah memberikan standar untuk rasio LDR perbankan di


(38)

Indonesia, yaitu pada kisaran antara 85% sampai dengan 100%. Dengan demikian jika rasio LDR yang dimiliki oleh bank terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka bank tersebut akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan labanya.

2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Dalam menilai keamanan serta kesehatan sebuah bank, salah satu kunci yang harus dipertimbangkan adalah modal. Modal menjadi faktor penentu utama kapasitas pinjaman bank, karena modal tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dan menyerap kerugian, serta guna menjaga kepercayaan nasabah pada bank (Oktaviani, 2012). Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa Capital adequacy ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihanpada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber - sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain - lain. Menurut Peraturan dari Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).

2.2.4Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan debitur dala mengembalikan kredit (Darmawan dalam Oktaviani, 2011). Kualitas kredit bank akan dikatakan buruk apabila rasio NPL ini bernilai semain tinggi, karena dengan tingginya NPL modal bank akan semakin berkikis disebabkan perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar. Oleh karena itu pemantauan dari pihak bank sangat diperlukan setelah kredit tersebut disalurkan kepada para


(39)

debitur. Hal ini ditujukan untuk meminimalisasikan resiko kredit yang terjadi. Ketentuan dari Bank Indonesia bahwa bank harus menjaga rasio NPL-nya berada dibawah angka 5%

2.2.5 Return on Asset (ROA)

Return on Asset atau dikenal dengan ROA ini merupakan rasio yang mengukur tingkat optimalisasi aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba). Nilai minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 2%. Agar dapat memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan menigkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya inilah yang menjadi alasan mengapa perbankan berusaha memperoleh laba. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka bank dapat memberikan kredit untuk mendapatkan pendapatan. Dana yang dihimpun dari masyarakat oleh bank berkisar antara 80% - 90% dari total danayang dikelola, sedangkan penyaluran kembali dalam bentuk kredit oleh bank sebesar 70% - 80%.Ada beberapa keunggulan penggunaan rasio Return on Asset (ROA) ini:

a. Return on Asset merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini.

b. Return on Asset mudah untuk dihitung dan dipahami.

c. Return on Asset merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

2.2.6Tingkat Suku BungaSertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan rupiah. Bank Indonesia dapat menjual SBI agar dapat menyerap kelebihan uang primer yang telah bereadar. juga memiliki peranan tersendiri dalam pemberian kredit yang akan dilakukan. Tingkat suku bunga pada penjualan SBI ditentukan melalui system


(40)

lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat akan permintaan .kreditnya menjadi meningkat.

2.3 PENELITIAN TERDAHULU

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada table dibawah ini. Table 2.1

Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun

Publikasi

Tujuan Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Luh Gede Meydianawathi (2007

Menganalisis faktor penawaran Kredit pada Bank Umum di Indonesia Jumah Penyaluran Kredit, Dana Pihak Ketiga, ROA, CAR, NPL

Dana Pihak Ketiga, ROA, dan CAR

berpengaruh positif dan signifikan, NPL

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit 2 Hapsari (2008) Meneliti pengaruh

LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian kredit

LDR, NPL, ROA, dan ROE

Cash Ratio terhadap volume kredit

berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan


(41)

KPR (studi kasus pada PD. BPR di Jawa Tengah)

ROA berpengaruh positif terhadap volume kredit.

3 Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2009)

Meneliti Pengaruh Faktor Internal Bank

Terhadap Volume Kredit. Dana Pihak Ketiga, CAR, NPL, ROA DPK berpengaruh positif & tidak signifikan, NPL berpengaruh negative &

tidak signifikan, ROA berpengaruh positif&signifikan,

secara simultan berpengaruh signifikan 4 Dias Satria dan

Rangga Bagus Subegti (2010)

Determinasi Penyaluran Kredit

Bank Umum Di Indonesia Periode 2006-2009 ROA, NPL, BOPO, CAR, Dana Pihak Ketiga, Penem patan Dana pada SBI, market share

CAR, ROA, dan SBI berpengaruh signifikan, sedangakan NPL, BOPO, Dana pihak Ketiga, dan market share

tidak signifikan berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit

5 Yulhasnita (2013)

Pengaruh Risiko Kredit, DPK, Likuiditas dan Tingkat Tefiiensi pada Volume Kredit

CAR, ROA, ROE, BOPO, LDR

CAR, ROA, dan LDR berpengaruh negatif tidak signifikan, ROE positif tidak signifikan, dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit


(42)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos - pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003). Menurut Defi Maulidina (2006), Desi Arisandi (2008) dan Billy Arma P. (2010) DPK berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit.

H1 : Terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah kredit perbankan

2.4.2Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh kemampuan bank yang mengandalkan kredit sebagai sumber utama likuiditasnya dalam membayar kewajiban jangka pendeknya seperti penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dan juga bunga yang harus diberikan kepada para nasabahnya. Kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah jika LDR semakin tinggi dikarenakan jumlah dana yang digunakan untuk penyaluran kredit semakin besar. Sebaliknya, kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin tinggi jika LDR bank tersebut semakin rendah. Oleh karena itu hal tersebut memiliki pengaruh terhadap kemampuan kredit pada suatu bank karena jika nilai LDR ini semakin tinggi maka menunjukkan kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga


(43)

nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih (2011) dan Yuwono (2012) LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

H2= Terdapat pengaruh positif Loan to deposit ratio (LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.3Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank (Dendawijaya, 2003). CAR merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit perbankan (Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti (2010) dan Oktaviani (2012) CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit.

H3 = Terdapat Pengaruh negatif Capital adequacy ratio (CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.4Pengaruh Non Performing Loan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Non Performing Loan(NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur banyaknya peminjaman kredit yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannnya. Rasio NPL ini menggambarkan risiko kredit, semakin tinggi nilai NPL maka risiko kredit yang ditanggung oleh bank juga semakin besar (Ali, dalam Pratama, 2010). Menurut Francisca (2008), kredit


(44)

karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. Besaran modal yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan penyaluran kredit pada akhirnya akan ikut terkikis jika harus menyediakan pencadangan yang lebih besar (Pratama, 2010). Dengan demikian semakin besar tingkat kredit bermasalah atau macet yang ditunjukkan melalui rasio NPL ini,maka akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), dan Pratama (2010) NPL berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

H4 = Terdapat Pengaruh negatif Non performing loan (NPL) terhadap jumlah penyaluran kredit 2.4.5Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank, dan artinya semakin baik pula posisi dana tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan kata lain bank tersebut semakin optimal dalam penggunaan aktivanya untuk memperoleh pendapatan, maka kegiatan kredit yang dilakukan oleh bank telah dioptimalkan dalam rangka memperoleh pendapatan. Dendawijaya (2003) mengemukakan bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank, sehingga penyaluran kredit menjadi kegiatan yang cukup dominan dalam menghasilkan profitabilitas perbankan. Laba yang diperoleh bank akan sangat diperlukan untuk memperkokoh strukur modal bank guna meningkatkan ekpansi kreditnya. Oleh karena itu, kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya akan semakin meningkat jika nilai ROA yang dimiliki perbankan menunjukkan nilai yang tinggi. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), Satria dan Subegti (2010), dan Galih (2011) ROA berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan.


(45)

H5 = Terdapat Pengaruh Return on assets (ROA) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.6 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Kegiatan dalam manajemen perbankan dalam meminimalkan risiko kredit macet ialah mencari alternatif investasi yang lebih baik yaitu salah satunya melakukan penempatan suku bunga pada SBI yang memiliki tingkat risiko paling rendah. Oleh karena itu, jika suku bunga SBI yang ditempatkan meningkat maka penyaluran kredit perbankan dapat berkurang. Menurut Billy Arma P. (2010) SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan.

H6 : Penempatan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit

2.5 KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh positif antara Dana Pihak Ketiga,Loan to Deposit Ratio (LDR),Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset(ROA), terhadap jumlah penyaluran kredit. Sedangkan pada non performing loan (NPL), akan diuji pengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) SBI berpengaruh terhadap jumlah kredit perbankan. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka


(46)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Variable Independent Variabel Dependent

H1

H2

H3 H

H4

H5

H6

H7 Dana Pihak Ketiga

Loan To Deposit Ratio(LDR)

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Tingkat Suku Bunga SBI

Return On Asset (ROA) Non Performing Loan (NPL)


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1Variabel Penelitian

Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2000). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Berikut penjelasan kedua variable tersebut :

a. Variabel Independent (Independent Variable)

Variable Independent atau bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable independent adalah:

1) Dana Pihak Ketiga (DPK) 2) Loan To deposit Ratio (LDR) 3) Capital AdequacyRatio (CAR) 4) Non Performing Loan (NPL) 5) Retturn On Asset (ROA) 6) Suku Bunga SBI

b. Variabel Dependent (Dependent Variabel)

Variable dependen atau terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibt karena adalanya variable bebas (Independent). Dalam penellitian ini yang merupakan variable dependennya adalah jumlah penyaluran kredit perbankan.


(48)

3.1.2 Definisi Operasional Variabel 3.1.2.1 Jumlah Penyaluran Kredit

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia selama tahun 2009-2013 (t). Data jumlah kredit di dapat dari laporan keuangan bank yang terdaftar di BEI. Untuk menghindari distribusi data yang tidak normal maka data sampel yang ada akan ditransformasi dalam bentuk logaritma narutal (Ln), karena selisih jumlah kredit yang terlalu besar tiap perbankannya. Oleh karena itu jumlah kredit yang disalurkan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

3.1.2.2Dana Pihak Ketiga

Menurut Abdullah (dalam Galih, 2011) menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Data sampel dana pihak ketiga akan ditransformasi dalam bentuk logaritma natural (Ln) untuk menghindari data tidak normal karena selisih jumlah dana pihak ketiga antarbank terlalu besar. Oleh karena itu jumlah dana pihak ketiga pada tahun 2009 -2013 (t-1) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah kredit yang disalurkan = Ln (jumlah kredit yang disalurkan)


(49)

3.1.2.3Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas, dengan cara membandingkan antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun dari masyaraka sehingga dapat diketahui kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Pengukuran rasio LDR pada tahun 2009 - 2013 (t-1) menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3.1.2.4Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital adequacy ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal dalam menyanggah resiko dari aktiva bank (Dendawijaya, 2003). Siamat (2005) juga menyatakan bahwa perhitungan rasio kecukupan modal dilakukan dengan membandingkan jumlah modal yang dimiliki (modal initi dan modal pelengkap) bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Variabel CAR tahun 2009 - 2013 (t-1). menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

��� = Kredit

Dana Pihak Ketiga x 100 %

��� = Modal


(50)

3.1.2.5Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung presentase jumlah kredit yang bermasalah (kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) dengan total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005). Pengukuran NPL pada tahun 2009 - 2013 (t- 1) menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

3.1.2.6Return on Asset (ROA)

Pengukuran ROA digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan memanfaatkan seluruh dana yang ada. Maka semakin besar rasio ROA maka semakin baik pula sebuah bank dalam menghasilkan keuntungan (laba). Pengukuran ROA pada tahun 2009 - 2013 (t-1) menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data dapat dibedakan atas data kuantitatif dan data kualitatif. data kuantitatif merupakan informasi numerikal berupa angka-angka, sedangkan data kualitatif merupakan informasi deskriptif berupa kata-kata atau kata-kata yang disimbolkan dalam angka-angka. Data kuantitatif dapat berupa data diskrit dan kontinu, sedangkan data kualitatif hanya berupa data diskrit. Data diskrit dapat berupa data nominal atau ordinal, sedangkan data kontinu dapat berupa data interval atau data rasio (Chalil,

���= Total Kredit Bermasalah

Total kredit yang disalurkan x 100 %

���= Laba sebelum Pajak


(51)

Berdasarkan teori di atas, data yang digunakan peneliti adalah data kuantitatif yang berupa data diskrit (nominal) dan data kontinu (rasio). Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang didapat secara langsung dari obyek penelitian. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Jenis data yang dibutuhkan antara lain:

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) 2. Loan To deposit Ratio (LDR) 3. Capital AdequacyRatio (CAR) 4. Non Performing Loan (NPL) 5. Retturn On Asset (ROA) 6. Suku Bunga SBI

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, ysng berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian” (Erlina, 2011:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan (banking) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013, berupa laporan keuangan yang diunduh dari

“Unit sampel atau sampling unit/element menunjukkan satuan yang akan dipilih dalam penelitian” (Chalil dan Barus, 2014:34). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metode penarikan sampel purposive sampling. “Dalam metode ini pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan


(52)

perimbangan (judgment) atau berdasarkan kuota tertentu” (Erlina. 2011:87). Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang telah terdaftar di BEI selama periode 2009-2013.

2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan dan melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit secara teratur dan lengkap selama tahun 2009-2013.

3. Perusahaan yang tidak didelisting di BEI pada tahun 2009-2013.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 dari 36 perusahaan yang terdaftar di BEI sejak tahun 2009-2013 sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 145 perusahaan terlampir.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh atau mengumpulkan data. Data bisa diperoleh melalui teknik wawancara, pengamatan, kuisioner dan dokumentasi” (Hamidi, 2010:140). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu “cara pengumpulan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain” (Hamidi, 2010:140). Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan mengunduh

situs

3.5. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

“Statistik Deskriptif (Desciptive Statistic) adalah menu yang memberikan gambaran mengenai nilai Mean, Sum, Standar Deviasi, Variance, Range, Minimum, dan Maximum”


(53)

(Lubis, dkk 2007:25). Untuk data yang berupa kategori digunakan sub menu deskriptif frequancies.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan. Uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik” (Ghozali, 2013:160).

a. Analisis Grafik

Menurut Ghozali (2013:160-161), Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melohat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut:

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal. Model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal serta tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013:163).


(54)

b. Analisis Statistik

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho : Data residual berdistibusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

• Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik ditolak, yang

berarti data terdistribusi tidak normal.

• Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka HO

diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105).

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dalam model regresi dapat dilihat dari:

a. Nilai tolerance dan lawannya, dan b. Variance Inflation Factor (VIF)

Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas


(55)

variabel independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10. Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi jika terjadi multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki korelasi yang tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel lainnya untuk membantu prediksi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID dimana Sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit) mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(56)

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autikorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “pengganggu” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013:110).

Menurut Ghozali (2013:111-120). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi:

a. Uji Durbin-Watson (DW test)

Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (kostanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.

b. Uji Lagrange Multiplier (LM test)

Uji autokorelasi dengan LM test terutama digunakan untuk sample besar diatas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan dibandingkan uji DW terutama bila sample yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey (BG) Test.

c. Uji Statistics Q : Box-Pierce dan Ljung Box

Uji Box-Pierce dan Ljung Box digunakan untuk melihat autokorelasi dengan lag lebih dari dua.

d. Uji Run Test

Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).

H0 : residual (res_1) random (acak). HA : residual (res_1) tidak random.


(57)

3.5.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Menurut Lubis, dkk (2007:45), “regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi berganda. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas”.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variable bebas yaitu Dana Pihak Ketiga , Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Retturn On Asset (ROA), Suku Bunga SBI terhadap variable terikat yaitu Jumlah penyaluran kredit secara . Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6X6 + e Keterangan :

Y = Jumlah Penyaluran Kredit

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi,

X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

X3 = Capital AdequacyRatio(CAR)

X4 = Non Performing Loan (NPL)

X5 = Retturn On Asset (ROA)


(1)

• Hasil Uji Normalitas K-S

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas K-S

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 78

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,12498977 Most Extreme Differences

Absolute ,128

Positive ,090

Negative -,128

Kolmogorov-Smirnov Z 1,132

Asymp. Sig. (2-tailed) ,154

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

b. Multikolineritas

Model Collinearity

Statistics Tolerance VIF

1

(Constant)

DPK ,609 1,641

LDR ,934 1,071

CAR ,491 2,036

NPL ,495 2,019

ROA ,732 1,366

SBI ,753 1,328

Correlations Correlations

Control Variables DPK LDR CAR NPL ROA SBI KRED

IT

LN_K REDIT

DPK

Correlation 1,000 -,055 ,024 -,087 ,415 ,385 ,996 Significance

(2-tailed)

. ,637 ,838 ,449 ,000 ,001 ,000

Df 0 75 75 75 75 75 75

LDR

Correlation -,055 1,000 ,136 ,143 ,057 ,037 -,026 Significance

(2-tailed)

,637 . ,237 ,215 ,622 ,751 ,821

Df 75 0 75 75 75 75 75

CAR

Correlation ,024 ,136 1,000 ,698 -,147 ,026 ,065 Significance

(2-tailed)

,838 ,237 . ,000 ,202 ,820 ,573

Df 75 75 0 75 75 75 75

NPL

Correlation -,087 ,143 ,698 1,000 -,120 ,055 -,041 Significance

(2-tailed)

,449 ,215 ,000 . ,298 ,635 ,724

Df 75 75 75 0 75 75 75


(3)

SBI

Correlation ,385 ,037 ,026 ,055 -,064 1,000 ,415 Significance

(2-tailed)

,001 ,751 ,820 ,635 ,580 . ,000

Df 75 75 75 75 75 0 75

KRE DIT

Correlation ,996 -,026 ,065 -,041 ,428 ,415 1,000 Significance

(2-tailed)

,000 ,821 ,573 ,724 ,000 ,000 .

Df 75 75 75 75 75 75 0

a. Dependent Variable : LN_KR


(4)

d. Autokorelasi

Tabel 4.10

Uji Autokorelasi (DW Test) Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,983

a

,966 ,964 1790015574

0083,24000

1,827 a. Predictors: (Constant), SBI, CAR, ROA, LDR, DPK, NPL

b. Dependent Variable: KREDIT

• Uji Lagrange Multiplier (LM Test)

• Uji Run Test

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig. Std. Error Beta

1

(Constant) 28,262 1,882 15,020 ,000

DPK 1,069E-013 ,000 ,577 4,849 ,000

LDR ,028 ,009 ,303 3,156 ,002

CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224

NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122

ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189

SBI -,269 ,280 -,103 -,959 ,341

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig. Std. Error Beta


(5)

3. Analisis Regresi

CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224

NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122

ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189

SBI -,269 ,280 -,103 -,959 ,341

b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig. Std. Error Beta

1

(Constant) 28,262 1,882 15,020 ,000

DPK 1,069E-013 ,000 ,577 4,849 ,000

LDR ,028 ,009 ,303 3,156 ,002

CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224

NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122

ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189


(6)

c. U

a. Koefisien Determinasi

Tabel 4.10 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,983

a

,966 ,964 1790015574

0083,24000 a. Predictors: (Constant), SBI, CAR, ROA, LDR, DPK, NPL b. Dependent Variable: KREDIT

b. Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 28,262 1,882 15,020 ,000

DPK 1,069E-013 ,000 ,577 4,849 ,000

LDR ,028 ,009 ,303 3,156 ,002

CAR -,032 ,026 -,163 -1,227 ,224

NPL ,087 ,056 ,207 1,566 ,122

ROA -,084 ,064 -,144 -1,326 ,189

SBI -,269 ,280 -,103 -,959 ,341

a. Dependent Variable: LN_KREDIT

c. Uji F

Model Collinearity

Statistics Tolerance VIF

1

(Constant)

DPK ,609 1,641

LDR ,934 1,071


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia Periode 2008-2013

0 61 105

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia Periode 2008-2012

2 66 108

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi

0 3 132

Analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Loan Deposit Ratio (LDR) dan non performing loan (NPL) terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka tiga bulan: studi kasus pada Bank Persero di Indonesia Tahun 2004 - 2012

0 6 100

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets dan Loan to Asset Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank Umum Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 5 139

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 2 108

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Ef

0 1 9