Parameter yang diamati adalah : 1. ketebalan, metode microcal messmer ASTM 1983, 2. kuat tarik ASTM 1983, 3. persen pemanjangan ASTM
1983, 4. transmisi uap air, metode cawan ASTM 1983, 5. transmisi terhadap O
2
, metode monometer ASTM 1983, 6. transmisi terhadap CO
2
, metode monometer ASTM 1983.
Berdasarkan parameter diatas maka akan didapatkan film edibel dengan karakteristik terbaik. Dua jenis film edibel dengan karakteristik terbaik akan
dilakukan pengujian sebagai berikut : 1. uji kelarutan film dalam air Ryu et al.
2002, 2. analisa mikrostruktur dengan Scaning Electron Microscopy SEM. Aplikasi film edibel
Tahap ketiga adalah aplikasi film edibel yang memiliki karakteristik
terbaik untuk mengemas bumbu instan. Parameter yang diamati adalah ketahanan film edibel pada 5 kondisi RH lingkungan, yaitu : 65, 58, 43, 33 dan 11
yang disimpan dalam ruangan pada suhu ± 29 °C dengan RH 70 ± 2. Rancangan percobaan
Rancangan penelitian untuk tahap pertama menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal yang diulang 5 kali dengan 4 taraf perlakuan, yaitu reaksi
ikatan silang pati sagu dengan penambahan POCl
3
: 0, 0.04, 0.08, 0.12. Rancangan ini digunakan untuk uji statistik terhadap analisis ketebalan, kuat tarik,
persen pemanjangan, transmisi uap air. Model rancangan percobaan yang digunakan :
Y
ij
= ì + τ
i
+ å
ij
dimana, Y
ij
= pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j ì = nilai tengah umum
τ
i
= pengaruh perlakuan ke-i å
ij
= pengaruh galat pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
i
= banyaknya perlakuan
j
= banyaknya ulangan
Pada penelitian tahap kedua digunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan yang diulang 3 kali. Perlakuan yang akan diterapkan
berturut-turut adalah reaksi ikatan silang pati sagu dengan penambahan POCl
3
: 0, 0.04, 0.08, 0.12 bb dan konsentrasi asam stearat : 1, 2, 3 bb.
Rancangan ini digunakan untuk uji statistik terhadap analisis ketebalan, kuat tarik, persen pemanjangan, transmisi uap air, transmisi terhadap O
2
, transmisi terhadap CO
2
. Model rancangan percobaan yang digunakan sebagai berikut : Y
ijk
= ì + á
i
+ â
j
+ á â
ij
+ å
ijk
dimana : Y
ijk
= pengamatan pada factor A taraf ke-i factor B taraf ke-j dan ulangan ke-k
ì = nilai tengah umum á
= pengaruh utama faktor A â = pengaruh utama faktor B
á â = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B å
ijk
= pengaruh galat ke- j yang memperoleh perlakuan ke- i
i
= banyaknya perlakuan faktor A
j
= banyaknya perlakuan faktor B
k
= ulangan Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji
jarak berganda Duncan Duncan Multiple Range Test pada taraf 5 untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antar perlakuan atau antara masing-
masing perlakuan dengan kontrol Mattjik Sumertajaya 2002. Analisis dilakukan menggunakan software SAS.
Prosedur Analisis Bentuk granula pati
Bentuk granula dapat dilihat di bawah mikroskop yaitu : mikroskop polarisasi cahaya dan mikroskop cahaya Olympus model BHB, Nippon Kogaku,
Jepang yang dilengkapi dengan kamera Olympus model C-35A, dengan cara sebagai berikut :
Untuk pengamatan di bawah mikroskop polarisasi cahaya, suspensi pati disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi kemudian
ditambahkan larutan Iod untuk menambah daya kontras. Suspensi ini diteteskan di atas gelas obyek dan kemudian ditutup dengan gelas penutup. Objek diuji dengan
meneruskan cahaya melalui alat polarisator dan selama pengamatan alat analisator diputar sehingga cahaya terpolarisasi sempurna yang ditunjukkan oleh butir-butir
pati yang belum mengalami gelatinisasi dengan sifat birefrinjen. Bila pengamatan dilakukan tanpa menggunakan polarisator dan alat penganalisa analisator maka
disebut mikroskop cahaya. Gambar akan dipotret menggunakan film berwarna Fuji Film ASA 100, 35, Japan.
Pola amilograf Pengukuran pola amilograf dilakukan menggunakan alat Brabender
amylograph. Sebanyak 6 bb pati disuspensikan dalam air destilat dan dimasukkan ke dalam mangkok Brabender amilograf. Selanjutnya alat
dioperasikan, suhu sample akan naik dengan kecepatn 1.5 °Cmenit. Pemanasan diteruskan sampai sampel mencapai suhu 90 °C, sampel didiamkan pada suhu
tersebut selama 30 menit. Kemudian didinginkan sampai suhu 45 °C dengan kecepatan 1.5 °Cmenit dan pada suhu 45 °C dibiarkan selama 30 menit sambil
pengaduk tetap berjalan. Pola amilograf diplot dalam bentuk kurva kekentalan vs waktu. Besarnya kekentalan dinyatakan dalam BU Brabender Unit dan waktu
dinyatakan dalam menit.
Penetapan fosfor, metode molibdat-vanadat Apriyantono et al. 1989 1. Persiapan bahan pereaksi
Pereaksi vanadat-molibdat dibuat dengan cara : 20 g amonium molibdat
dilarutkan dalam 400 ml aquades hangat 50 °C, dinginkan. Kemudian 1 g ammonium vanadat ammonium metavanadat dilarutkan dalam 300 ml aquades
mendidih, dinginkan dan ditambahkan perlahan-lahan 140 ml asam nitrat pekat sambil diaduk. Setelah itu larutan molibdat dituangkan ke dalam larutan vanadat
dan diaduk. Pengemceran dilakukan sampai volume 1 liter dengan aquades.
Larutan fosfat standar dibuat dengan cara: 3.834 g potassium dihidrogen
fosfat kering dilarutkan dalam aquades sampai volume 1 liter. Kemudian 25 ml larutan tersebut diencerkan volume 250 ml dengan labu takar 1ml = 0.2 mg
P
2
O
5
. 2. Pembuatan kurva standar
Kedalam satu seri labu takar 100 ml, ditambahkan masing-masing : 0, 2.5, 5, 10, 20, 30, 40 dan 50 ml larutan fosfat standar, diencerkan masing-masing
dengan 50-60 ml aquades dan ditambahkan 25 ml pereaksi vanadat-molibdat kemudian ditambahkan aquades sampai tanda tera. Larutan didiamkan selama 10
menit, kemudian diukur absorbansi masing-masing larutan di dalam kuvet gelas dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 460 nm. Masing-masing
larutan tersebut mengandung : 0, 0.5, 1.0, 2.0, 4.0, 6.0, 8.0 dan 10 mg P
2
O
5
100 ml. Maka dapat dibuat kurva absorbansi vs mg P
2
O
5
100 ml.
3. Persiapan sampel