BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menyusun sebuah strategimanajemen yang berkelanjutan di wilayah perkotaan mandiri harus mengerti unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya.
Untuk lebih memahaminya, unsur-unsur tersebut akan dijabarkan di dalam beberapa sub-bab Deskripsi Eco-City, Keanekaragaman Hayati,dan Pengelolaan
Lanskap Berkelanjutan.
2.1 Deskripsi Eco-City
Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada banyaknya masalah kemiskinan, bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, erupsi vulkanik,
kehilangan keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas dan kuantitas air, tingginya polusi, dan degradasi keindahan lanskap. Gangguan ini diakibatkan oleh
perubahan pemakaian dan penutupan lahan yang sangat cepat seperti penebangan liar, aplikasi pertanian monokultur, urbanisasi, industrialisasi, dan berbagai
pembangunan infrastruktur.
Pemerintah, komunitas-komunitas
pecinta lingkungan, serta perusahaan-perusahaan telah mempromosikan beberapa
program untuk ikut membantu menyelamatkan lingkungan, salah satunya konsep Eco-City Arifin dan Nakagoshi, 2011
Eco-City adalah kota yang memiliki konsep kota yang berkelanjutan yang melibatkan aspek ekologi, ekonomi, social, dan budaya dari suatu kota. Kota
berkelanjutan yang dimaksud adalah kota mandiri yang mampu menopang kebutuhan masyarakat di dalamnya dengan memaksimalkan sumber daya lokal
yang dimiliki. Pemanfaatan kekayaan sumber daya lokal dapat meminimkan bantuan kebutuhan hidup dari kota sekitarnya sehingga suatu kota menjadi dapat
bertahan hidup.
Selain itu,
kota mandiri
yang berkelanjutan
juga mempertimbangkan dampak-dampak lingkungan dengan melakukan penghematan
energi, pemakaian air, dan polusi. Oleh karena itu aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya harus terlibat dalam pelaksanaannya Arifin dan Nakagoshi, 2011.
Konsep keberlanjutan mengandung beberapa bahasan yaitu jaringan hijau, jasa lingkungan, carbon stock, pengelolaan air, konservasi keanekaragaman
hayati, dan keindahan lanskap. Jaringan hijau green network merupakan hubungan ekologis antara ruang terbuka hijau yang menjadi pusat dengan ruang
terbuka hijau yang lainnya seperti hutan kota, taman, kebun, dan pekarangan. Habitat-habitat pada ruang terbuka hijau seperti tepi sungai, danau, semak-semak,
dan pepohonan tinggi merupakan aset keanekaragaman hayati.Oleh karena itu, jaringan hijau sangat penting untuk keberlanjutan satwa burung dan makhluk
hidup lainnya. Jasa lingkungan merupakan jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem untuk dapat dirasakan stakeholders dalam rangka memelihara kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat pada Eco- City dapat meningkatkan produktivitas masyarakat di dalamnya. Pemanfaatan jasa
lingkungan seperti rekreasi alam, perlindungan sistem hidrologi, pengendalian erosi dan banjir secara optimal akanberpengaruh pada faktor keindahan, keunikan,
dan kenyamanan yang tinggi. Eco-City harus peduli terhadap konservasi keanekaragaman hayati karena kegiatan konservasi membantu dalam melestarikan
sumber daya flora dan fauna lokal.Sumber daya lokal perlu dilestarikan agar kualitas lingkungan pada wilayah tersebut tidak rusak. Selain itu, sumber daya
lokal juga dapat menjadi identitas kota dan kebanggaan masyarakat Arifin dan Nakagoshi, 2011.
Green city merupakan strategi radikal dan komprehensif untuk penghijauan kota. Strategi ini dirancang untuk menciptakan lanskap baru dengan
pemanfaatan lahan dari bukit, hutan, dan lahan basah untuk pertanian dan pariwisata. Strategi ini merupakan tolak ukurindikator berhasilnya konsep
keberlanjutan suatu kota. Green city berhubungan dengan pengelolaan lingkungan perkotaan dan ISO 14001 di tingkat kota. ISO 14001 adalah standar internasional
untuk Sistem Manajemen Lingkungan SML yang pada saat ini lebih dari 6.000 sertifikasi di Inggris dan 111.000 sertifikasi di 138 negara seluruh dunia. ISO
14001 adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga komitmen
fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, termasuk :
a. pencegahan polusi
b. kesesuaian dengan undang-undang yang ada
c. perbaikan berkesinambungan Sistem Manajemen Lingkungan SML
Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan http:www.nqa.cominatozservicesarticle, 2011
Pengembangan dan penerapan sistem manajemen lingkungan SML pada tingkat kota adalah tugas kompleks yang melibatkan banyak aktor. Pusat
Teknologi Lingkungan Hidup UNEP United Nation Envorinment Programme merekomendasikan tiga langkah berikut dalam mengekspolarisasikan ISO 14001
dengan tingkat kota Srinivas, 2006 disitasi oleh Arifin, 2009 a.
Promotion of eco-offices. Yaitu kegiatan mereduksi pemakaian energy, menggunakan material yang
bersahabat dengan lingkungan, mereduksi sampah-sampah berat, mereduksi pemakaian air, mempromosikan kegiatan daur ulang, dan
penghijauan kota. b.
Promotion of eco-project. Penggunaan alat and bahan material yang bersahabat dengan lingkungan,
percepatan penggunaan bahan daur ulang, rekayasa penghijauan, pembangunan teknologi penghijauan, dan mempromosikan penghijauan.
c. Green city planning.
Sebagai pengatur pedoman penghijauan kepada pekerja umum, industri dan rumah. Selain itu juga kegiatan peningkatan transportasi publik,
peningkatan kapasitas bangunan, dan meningkatkan aplikasi pengelolaan lingkungan pada kota.
Eco-City dan keberlanjutan kota harus didukung tujuan-tujuan yang telah terintergrasi oleh modernisasi ekologi, inovasi ekologi dalam penyimpanan
sumber daya alam, dan efisiensi ekologi berdasarkan keberlanjutan lanskap alami manajemen keberlanjutan lanskap. Mekanisme pembangunan harus berada dalam
kontrol komunitas kota dan dilakukan secara vertikal dan horizontal sehingga menciptakan kesatuan manajemen kota yang berkelanjutan. Manajemen kota yang
berkelanjutan akan memberikan kepercayaan masyarakat efektivitas dan efisiensi hasil pembangunan. Saat ini,kota baru di Indonesia, Sentul City di Bogor, Jawa
Barat, telah mempromosikan kebijakan yang mempunyai sasaran dalam
membentuk Eco-City. Kebijakan ini masih satu garis dengan ISO 14001 Arifin, 2009.
2.2 Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman alami, keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, adalah semua kehidupan diatas bumi ini tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme
serta berbagai materi genetik yangdikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup.Termasuk didalamnyakelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semuahabitat yang ada di darat, laut, dan sistem-sistem perairan lainnya. Oleh
karena itu, keanekaragaman hayati lazimnya dianggap memiliki tiga tingkatan yang berbeda Nichols, 2007
a. Keanekaragaman genetik merujuk kepada berbagai macam informasi
genetik yang terkandung di dalam setiap makhluk hidup. Keanekaragaman genetik terjadi di dalam dan di antara populasi-populasi spesies serta di
antara spesies-spesies. b.
Keanekaragaman spesies merujuk kepada keragaman spesies-spesies yang hidup. Keanekaragaman ekosistem berkaitan dengan keragaman habitat,
komunitas biotik, dan proses-proses ekologis, serta keanekaragaman yang ada di dalam ekosistem-ekosistem dalam bentuk perbedaan-perbedaan
habitat dan keragaman proses-proses ekologis. Perubahan secara evolusi menghasilkan proses diversifikasi terus-menerus di dalam makhluk hidup.
c. Keanekaragaman hayati meningkat ketika variasi genetik baru dihasilkan,
spesies baru berevolusi, atau ketika satu ekosistem baru terbentuk. Keanekaragaman hayati akan berkurang dengan berkurangnya spesies,
satu spesies punah, atau satu ekosistem hilang maupun rusak. Konsep ini menekankan sifat keterkaitan dunia kehidupan dan proses-prosesnya.
Indonesia memiliki 187,9 juta ha area terrestrial dan 137,09 juta ha 70 dari total area Indonesia yang merupakan lahan hutan.Kegiatan konservasi hutan-
hutan seperti hutan hijau tropis dataran tinggi dan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan rawa menjadi sangat penting.Karena semua kegiatan ini
bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.Berdasarkan data,
hutan di Indonesia mencakup hutan konservasi seluas 23,54 juta ha, hutan lindung seluas 31,6 juta ha, dan hutan produksi seluas 81,95 juta ha. Walaupun hanya
1,3 dari area terestrial dunia, Indonesia memiliki 17 keragaman spesies dunia Departemen Kehutanan, 2008 disitasi oleh Arifin, 2011.
Indonesia adalah salah satu titik ekologis yang menjadi daya tarik dunia.Berdasarkan data jumlah sumber daya hayati flora dan fauna, UNEP
memposisikan Indonesia di urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo, di antara sepuluh negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Selain itu, Indonesia
termasuk dalam lima negara yang memiliki keragaman tanaman paling beragam dengan lebih dari 38.000 spesies tanaman dan 55 merupakan spesies lokal
LIPI, 2010 disitasi olehArifin, 2011. Karakter keanekaragaman hayati Indonesia yang kuat di mata dunia
berbanding terbalik dengan tingkat deforestasi yang terjadi belakangan ini.Indonesia memiliki tingkat deforestasi yang tinggi di dunia, yaitu 3,8 juta ha
hutan hilang per tahun atau 7,2 ha per menit. WRI World Resource Institute melaporkan bahwa hanya tinggal 20 dari hutan asli Indonesia dari 130 juta ha
yang masih tersisa.Sekitar 72 hutan alami Indonesia dialihkan menjadi area industri, pemukiman, area pertanian, area perkebunan, area rumput, dan lainnya
Arifin, 2011. Populasi yang berkembang pesat membuat adanya tekanan yang tinggi
terhadap pemakaian lahan, air, sumber daya energi, dan sumber daya hayati lainnya.Pada tahu 2030 mendatang, diperkirakan lebih dari 60 populasi dunia
tinggal di
lingkungan perkotaan.
Peningkatan populasi
urban ini
akanmengakibatkan masalah terhadap pasokan air bersih hingga masalah sampah. Menghadapi kemungkinan-kemungkinan besar seperti ini, sangat penting untuk
mendalami konsep green-city,yangsalah satunya adalah tumbuhnya sikap saling bergantung dan menjaga antara manusia dengan lingkungan yang dalam hal ini
adalah keanekaragaman hayati Arifin, 2011. Saling bergantung antara manusia dan keanekaragaman hayati sangat
penting karena pada akhirnya seluruh masyarakat akanbergantung kepada layanan dan sumberdaya keanekaragaman hayati. Saat ini hanya sebagian orang yang
menjalani gaya hidup bergantung pada keanekaragaman. Padahal, budaya,
sejarah, dan identitas berkaitan erat dengan lingkungan alam dan sistem- sistemnya.Tiap budaya dan bangsa memiliki perbedaan dalam memandang dan
menilai keanekaragaman hayati sebagai akibat dari perbedaan warisan dan pengalaman
mereka.Meskipun ketergantungan
banyak orang
pada keanekaragaman hayati menjadi semakin kurang jelas, keanekaragaman hayati
tetap sangat penting bagi semua kelompok masyarakat.
2.3 Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan
Pengelolaan lanskap merupakan upaya dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan suatu kawasan.Mengelola lanskap harus
memperhatikan ruang sesuai dengan fungsi, sirkulasi, aksesibilitas, serta fungsi ekologisnya.Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan dan perbaikan iklim
mikro, pertimbangan
estetika dan
pemeliharaan juga
harus diperhatikan.Keamanan, kebersihan, dan estetika juga menjadi aspek penting yang
harus diperhatikan, karena baik atau buruknya pelaksanaan pengelolaan akan menentukan keberhasilan suatu keberlanjutan karya lanskap. Oleh karena itu,
rencana pengelolaan lanskap harus ada dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan master plan suatu proyek.
Pentingnya pengelolaan lanskap adalah untuk menjaga areal lanskap dengan segala fasilitasnya agar tetap berfungsi sesuai dengan yang
direncanakan.Pengelolaan berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dan terorganisasi.Program yang terstruktur dan terorganisasi
bertujuan agar lanskap tersusun secara sistematis dan mudah dikelola.Program perencanaan perlu mempertimbangkan aspek fisik, sosial, budaya, ekologi, dan
ekonomi.Program pengelolaan biasa disebut dengan rencana pengelolaan management plan.
Manajemen suatu tapak mempunyai beberapa prinsip yang harus dimiliki pengelola.Terdapat dua belas prinsip yang dapat dijadikan petunjuk dasar untuk
mewujudkan program pengelolaan,yaitu Sternloff and Warren, 1984: a.
Memiliki tujuan dan standar pemeliharaan b.
Pemeliharaan harus berdasarkan penggunaan waktu, tenaga, alat, dan bahan secara ekonomis.
c. Pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan perencanaan pemeliharaan tertulis.
d. Jadwal pekerja pemeliharaan harus berdasarkan pada pertimbangan
prioritas dan kebijakan. e.
Seluruh bagian pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan pencegahan preventive maintenance.
f. Divisi pemeliharaan harus dikelola dengan baik.
g. Sumberdaya dana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan
h. Sumberdaya tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi
pemeliharaan. i.
Memiliki tanggung jawab terhadap keamanan pegawai serta masyarakat. j.
Program pengelolaan harus dirancang untuk memelihara lingkungan alami.
k. Pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan taman dan fasilitasnya. l.
Pegawai bagian pemeliharaan bertanggung jawab bagi pencitraan masyarakat terhadap dinas pertamanan.
Setiap arsitek dalam membuat satu karya harus bertangggung jawab terhadap lingkungan alami. Beberapa cara spesifik untuk melindungi lingkungan
alami adalah sebagai berikut Simonds and Starke, 2006 a.
Setiap pengguna memiliki sikap untuk memelihara lingkungan. b.
Setiap pengelola melindungi setiap sumber daya alam yang berada di tapak dan memikirkan masa depan.
c. Fasilitas yang didirikan perancang dan perencana terkombinasi dengan
lanskap alami tapak, bukan sebaliknya.
BAB III BAHAN DAN METODE