Standard Sanitation Operating Procedure SSOP

17 b. Jarak makanan dengan dinding: 5 cm c. Jarak makanan dengan langit-langit: 60 cm. Penyimpanan Bahan Mentah. Ketebalan dan bahan padat yang disimpan tidak lebih dari 10 cm dan kelembaban penyimpanan dalam ruangan sekitar 80-90. Pengaturan suhu yang digunakan untuk penyimpanan bahan mentah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Suhu Penyimpanan Bahan Mentah Jenis bahan makanan Digunakan untuk Maksimal 3 hari Maksimal 1 minggu Minimal 1 minggu Daging, ikan, udang dan olahannya -5-0 o C -10 –-5 o C -10 o C Telur, susu, dan olahannya 5-7 o C -5 -0 o C -5 o C Sayur, buah dan minuman 10 o C 10 o C 10 o C Tepung dan biji 25 o C 25 o C 25 o C Sumber: Kepmenkes No.715 Thn 2003 Penyimpanan Makanan Jadi. Produk makanan jadi harus terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan. Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas ≥65,5 o C atau atau disimpan dalam suhu dingin ≤ 4 o C. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu –5-–1 o

C. Standard Sanitation Operating Procedure SSOP

Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan persyaratan dasar yang ditetapkan untuk penerapan HACCP. Penerapan program persyaratan dasar ini harus didokumentasikan dalam Standar Prosedur Operasi Sanitasi SPO Sanitasi atau Sanitation Standard Operating Procedures SSOP. Sanitasi dalam prakteknya, meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengemasan produk pangan, pembersihan dan sanitasi pabrik termasuk lingkungannya, serta kesehatan pekerja. Program sanitasi harus terencana, paksaan aktif dan dapat diawasi secara efektif Marriot, 1999. Tujuan SSOP Winarno dan Surono, 2002 adalah agar setiap karyawan teknis maupun administrasi dari yang paling bawah sampai paling atas: 18 1. mengerti bahwa program kebersihan dan sanitasi akan meningkatkan kualitas sehingga tingkat keamanan produk meningkat, seirama dengan menurunnya kontaminasi mikroba. 2. mengetahui adanya peraturan GMP yang mengharuskan digunakan zat-zat tertentu yang dianggap aman dan efektif bagi program higiene dan sanitasi. 3. mengetahui tahapan-tahapan dalam higiene dan sanitasi. 4. mengetahui persyaratan minimum penggunaan sanitasi dengan klorin pada air pendingin, khususnya pada industri pengolahan makanan. 5. mengetahui adanya faktor-faktor seperti pH, suhu, dan konsentrasi diienfektan yang mempengaruhi hasil akhir suatu proses sanitasi. 6. mengetahui masalah potensial yang mungkin timbul bila sanitasi tidak dijalankan dengan cukup. Proses sanitasi berbeda dengan membersihkan Winarno dan Surono, 2002. Membersihkan adalah menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah yang mungkin dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Sanitasi menggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk menghilangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah makanan. Prosedur untuk melaksanakan higiene dan sanitasi harus disesuaikan dengan jenis dan tipe mesinalat pengolah makanan Winarno dan Surono, 2002. Standar yang digunakan adalah: 1. pre rinse atau langkah awal, yaitu menghilangkan tanah dan sisa makanan dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya. 2. pembersihan yang dilakukan dengan menghilangkan sisa tanah atau sisa makanan secara mekanis atau mencuci dengan lebih aktif. 3. pembilasan, yaitu membilas sisa tanah atau sisa makanan dari permukaan dengan pembersih seperti sabundeterjen. 4. pengecekan visual, yaitu memastikan dengan indera mata bahwa permukaan alat- alat bersih. 5. penggunaan desinfektan, yaitu untuk membunuh mikroba. 6. pembersihan akhir, bila diperlukan untuk membilas cairan desinfektan yang padat 19 7. pembilasan kering atau drain dry, yaitu pengeringan desinfektan atau final rinse dari alat-alat tanpa disekadilap. Cegah jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Delapan faktor penting yang harus dicakup pada pelaksanaan penyusunan SSOP adalah keamanan air; keadaan dan kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan; pencegahan kontaminasi silang; fasilitas kebersihan; pencegahan adulterasi; pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan senyawa dan bahan berbahaya; kesehatan pekerja; serta pencegahan hama. Keamanan Air Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan keamaan air adalah: suplai air aman untuk air yang kontak dengan makanan atau dengan permukaan yang kontak dengan makanan, suplai air aman untuk pembuatan susu, serta tidak ada kontaminasi silang antara lain yang dapat diminum dengan air yang tidak dapat diminum. Keadaan dan Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan Sanitasi peralatan termasuk kedalam sanitas permukaan yang kontak dengan makanan. Permukaan yang kontak dengan makanan tidak boleh mengandung toksik, tidak menyerap, tahan karat, inert tidak bereaksi, dan mudah dibersihkan. Langkah- langkah pembersihan dan sanitasi, yang mencakup jenis dan konsentrasi pembersih atau sanitaiser, harus dicantumkan. Pencegahan Kontaminasi Silang Kontaminasi silang yang sering terjadi banyak diakibatkan oleh praktek- praktek pekerja yang tidak saniter. Oleh karena itu, pekerja harus mengetahui cara mencegah kontaminasi silang, memisahkan bahan mentah dengan produk. Tata letak industri harus dapat mencegah kontaminasi silang. Selain itu juga harus dijamin adanya pemisahan dan perlindungan produk selama penyimpanan, pembersihan, dan sanitasi daerah penanganan atau pengolahan pangan serta peralatan ditangani dengan baik. 20 Fasilitas Kebersihan Kebersihan adalah salah satu faktor penting dalam pemeliharaan sanitasi. Oleh karena itu, perusahaan harus menjamin kelengkapan dan kondisi kebersihan fasilitas cuci tangan, fasilitas sanitasi tangan serta toilet. Pencegahan Adulterasi Tindakan ini ditujukan untuk menjamin bahwa pangan, pengemas pangan, dan permukaan yang kontak dengan makanan terlindung dari berbagai cemaran mikrobiologi, kimia, dan fisik, termasuk pelumas, bahan bakar, pestisida, senyawa pembersih, sanitaiser, kondensat dan cipratan dari lantai. Pelabelan, Penyimpanan, Penggunaan Senyawa dan Bahan Berbahaya Tindakan ini mencakup tata cara dan jenis pelabelan yang digunakan pada bahan–bahan kimia yang digunakan, baik untuk proses produksi maupun pembersihan, desinfeksi dan sebagainya. Kesehatan Pekerja Suatu industri pangan harus menjamin pengelolaan pekerja, terutama yang didiagnosa dengan penyakit atau gejala penyakit serta luka yang mungkin menjadi sumber cemaran mikroba. Pencegahan Hama Pencegahan hama ditujukan untuk menjamin bahwa tidak ada hama di fasilitas pengolahan pangan, mencakup prosedur pencegahan, pemusnahan, serta penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan hama. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Kegiatan magang penelitian ini dilaksanakan di salah satu restoran cepat saji kota Bogor. Kegiatan dilakukan di bagian dapur kitchen. Penelitian dilakukan setiap hari Senin hingga Jumat pada pukul 07.00-14.00 shift pagi atau 13.00-20.00 shift siang dari bulan Februari sampai Maret 2011. Materi Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian dan observasi kerja yaitu karyawan, narasumber, literatur yang meliputi buku, skripsi, catatan atau dokumen perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan good manufacturing practices GMP dan standard sanitation operating procedures SSOP yang dilaksanakan dalam perusahaan. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian dan observasi kerja yaitu alat tulis lengkap sebagai sarana pengumpulan data, lembar check list serta pakaian kerja lengkap. Prosedur Kegiatan magang dilakukan di salah satu restoran siap saji ayam goreng tepung dengan melakukan praktek langsung dan mengikuti proses kerja yang berlaku. Proses kerja ini meliputi pengamatan lapang, mengikuti beberapa kegiatan restoran, diskusi dan wawancara langsung, pengumpulan data terkait, mengamati kegiatan pelaksanaan produksi dan studi literatur serta evaluasi dan analisis data. Magang yang dilakukan merupakan kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir dalam menyusun skripsi. Magang juga dilakukan dengan mempelajari keadaan umum perusahaan, ketenagakerjaan, produk yang dihasilkan, aplikasi GMP dan SSOP dalam proses pembuatan ayam goreng. Kegiatan magang ini secara umum dibagi menjadi tiga yaitu observasi lapang, pengumpulan data dan analisis data. 22 Observasi Lapang Observasi lapang dilakukan dengan cara berpartisipasi aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan di restoran siap saji ayam goreng tepung. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya dalam melakukan verifikasi keterkaitan dan kesesuaian antara GMP dan SSOP yang mendukung pelaksanaan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP. Wawancara dan Pengumpulan Data Data yang diambil merupakan data yang terkait dengan aplikasi GMP dan SSOP yang mendukung terlaksananya pengendalian keamanan pangan dan pencegahan pencemaran. Wawancara dan pengumpulan data yang terkait meliputi informasi penerimaan bahan baku, bahan pendukung, bahan tambahan, bahan pengemas, penggunaan bahan baku dan bahan penunjang, proses produksi, pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian. Informasi tersebut diperoleh dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan data yang terdapat di perusahaan. Narasumber merupakan personel yang mendukung proses produksi, distribusi, manajemen dan pengawasan kualitas. Evaluasi Data Evaluasi dilakukan terhadap data primer yang diperoleh di lapangan dengan data yang diperlukan dalam penerapan GMP dan SSOP berdasarkan borang monitoring. Hasil evaluasi kemudian dianalisis untuk penilaian terhadap kesesuaian antara penerapan GMP menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 715MENKESSKV2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga. Penerapan GMP : 1. Uraian pemeriksaan diobservasi dengan mencantumkan nilai yang sesuai pada kolom X. Nilai yang diberikan adalah angka satuan bulat, untuk memudahkan penjumlahan dan memperkecil kesalahan. Contoh : • Apabila pada kolom bobot tertulis 1, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0 dan 1 23 • Apabila pada kolom bobot tertulis 3 artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0, 1, 2, dan 3. • Apabila pada kolom bobot tertulis 5, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 2. Penggunaan formulir berlaku untuk semua golongan jasaboga dengan catatan setiap golongan mempunyai batas penilaian sebagai berikut : golongan A1 sampai dengan nomor 28 dengan nilai bobot : 70. golongan A2 sampai dengan nomor 31 dengan nilai bobot : 74. golongan A3 sampai dengan nomor 35 dengan nilai bobot : 83. golongan B sampai dengan nomor 40 dengan nilai bobot : 92. golongan C sampai dengan nomor 44 dengan nilai bobot : 100. Keterangan : • golongan A yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri atas golongan A1, A2, dan A3 • golongan B, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk: a. Asrama penampungan jemaah haji b. Asrama transito atau asrama lainnya c. Perusahaan d. Pengeboran lepas pantai e. Angkutan umum dalam negeri f. Sarana pelayanan kesehatan • golongan C, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan pesawat udara. 3. Nilai dari hasil penjumlahan uraian, menentukan pemenuhan syarat secara keseluruhan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. untuk golongan A1 : minimal mencapai 65, atau 6570 = 93 b. untuk golongan A2 : minimal mencapai 70, atau 7174 = 94,5 c. untuk golongan A3 : minimal mencapai 74, atau 7583 = 90,3 d. untuk golongan B : minimal mencapai 83, atau 8492 = 90,2 e. untuk golongan C : minimal mencapai 92, atau 92100 = 92 24 5. Nilai penjumlahan setiap golongan bila dibandingkan dengan angka 100 total nilai persyaratan tertinggi berarti sebagai berikut : a. Untuk golongan A1 antara 65 – 70. b. Untuk golongan A2 antara 71 – 74. c. Untuk golongan A3 antara 75 – 83. d. Untuk golongan B antara 84 – 92. e. Untuk golongan C antara 93 – 100. Penerapan SSOP Uraian penerapan sanitation standard operating procedures SSOP diambil dari data yang didapat dari restoran yang berhubungan langsung dengan analisis delapan aspek kunci SSOP USFDA, 2011 yang meliputi: a. keamanan air, data yang diamati berupa hasil pengamatan terhadap instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; b. kebersihan peralatan yang kontak dengan ayam goreng, data yang diamati berupa hasil pengamatan terhadap instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; c. pencegahan terhadap kontaminasi silang, data yang diamati berupa hasil peng- amatan terhadap instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; d. sarana pencucian dan sanitasi tangan, data yang diamati berupa penggunaan sarung tangan oleh pekerja yang dilakukan di lapangan ; e. pencegahan makanan dari pencemaran, data yang diamati berupa hasil pengamat- an terhadap kesesuaian instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; f. pelabelan dan penyimpanan yang tepat, data yang diamati berupa hasil peng- amatan terhadap kesesuaian instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; g. kesehatan karyawan, data yang diamati berupa hasil pengamatan terhadap instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; h. pencegahan hama, data yang diamati berupa hasil pengamatan terhadap instruksi kerja dengan yang dilakukan di lapangan ; Analisis Data Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. KEADAAN UMUM LOKASI Sejarah Perusahaan Kentucky Fried Chicken KFC Kentucky Fried Chicken KFC pertama kali didirikan pada tahun 1930 oleh Harland Sanders dengan pembukaan restoran pertama di Corbin, Sanders Court. Gubernur negara bagian Kentucky, Amerika menobatkan Harland Sanders sebagai “Kentucky Colonel” karena resep 11 herbs dan spices Original Recipe temuannya. Harland Sanders menjual hak kepemilikannya kepada Pete Harmon di Salt Lake City pada tahun 1952 dan pada tahun 1964 franchise-nya dijual kepada group investor Jack Massey dan John Y.Brown Jr. Setahun kemudian, menjadi perusahaan publik yang terdaftar di bursa sahan New York dengan Colonel Sanders sebagai pembeli seratus saham perdanaya. Tahun 1971, Hublein Inc, melakukan merger dengan group KFC Int, dan pada tahun yang sama ditemukan resep ayam goreng yang dikenal “Crispy Chicken”. Kemudian, Hublein Inc, melakukan merger dengan RJ. Reynold Co. Perusahaan pepsico membeli seluruh saham KFC dari RJ Reynold Co. pada tahun 1986. Pihak pepsico mengganti logo yang lama dengan logo baru yang didominasi warna merah untuk memberikan brand image yang baru. Selanjutnya kepemilikan KFC berada di tangan tricon global restaurant int, setelah pepsico menjual sahamnya. Tricon Global Restaurant Int, mengalami perubahan nama menjadi yumbrands restaurant Int. Sampai saat ini, KFC mempunyai lebih dari puluhan ribu restoran yang tersebar di beberapa negara. Sejarah Perusahaan Kentucky Fried Chicken KFC di Indonesia Pemilik tunggal waralaba restoran KFC di Indonesia adalah PT. Fastfood Indonesia, Tbk. yang didirikan Gelael Group pada tahun 1978. Perseroan mengawali usaha warabala dengan pembukaan restoran KFC pertama pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta. Outlet pertama ini mengalami kesuksesan dan kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet berikutnya di Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Manado. Perusahaan memperoleh hak waralaba KFC dari Yum Restaurants International YRI yaitu sebuah badan usaha milik Yum Brands Inc, yaitu sebuah perusahaan publik di Amerika Serikat yang juga 26 pemilik waralaba dari empat merek ternama lainnya, yakni Pizza Hut, Taco Bell, AW, dan Long John Silvers. Lima merek yang bernaung dibawah satu kepemilikan yang sama ini telah memproklamirkan Yum Group sebagai fast food chain terbesar dan terbaik di dunia dalam memberikan berbagai pilihan restoran ternama, sehingga memastikan kepemimpinannya dalam bisnis multibranding. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ pada tahun 1993 yang merupakan langkah yang dilakukan untuk mendorong pertumbuhan perseroan. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6 dengan pendistribusian 43,8 kepada Gelael Pratama dari Gelael Group, dan 35,8 kepada PT. Megah Eraraharja dari Salim Group sementara saham minoritas sebesar 20,4 didistribusikan kepada publik dan koperasi karyawan. Perusahaan senantiasa membangun merek KFC sebagai pemimpin pasar restoran cepat saji. Area cakupan restoran semakin diperluas dan hadir di berbagai kota kabupaten tanpa mengabaikan persaingan ketat di kota-kota metropolitan. Perseroan mengakhiri tahun 2007 dengan total 307 outlet termasuk mobil catering yang tersebar di 78 kota di seluruh Indonesia dan memperkerjakan karyawan sebanyak 11.835 dengan hasil penjualan tahunan diatas Rp. 1,509 triliun. Perusahaan senantiasa memonitor posisi pasar dan nilai restoran secara keseluruhan, mengevaluasi berbagai masukan dari konsumen untuk meningkatkan kualitas produk, layanan dan fasilitas yang tersedia di restoran. Semua informasi ini diperoleh dari survey rutin yang disebut dengan Brand Image Tracking Study BITS dan CHAMPS management system CMS yang dilakukan oleh badan survey indenpenden. BITS adalah survey untuk mengetahui persepsi konsumen dan brand image restoran KFC sebagai acuan dari merek lainnya di bisnis restoran cepat saji. Hasil dari BITS menunjukkan bahwa KFC secara konsisten masih menempati posisi tertinggi di benak konsumen untuk “Top of Mind Awareness” dibandingkan dengan merek utama lainnya. CMS adalah survey untuk menilai langsung kualitas produk, layanan, dan fasilitas yang tersedia dibandingkan dengan yang diharapkan. Kinerja perusahaan dalam pertumbuhan penjualan store menjadikannya salah satu KFC Franchise Market terbaik di Asia dengan pertumbuhan rata-rata 8,5 pada tahun 2007 dan akan terus mempertahankan posisi ini. Pengembangan merek yang kontinu melalui strategi pemasaran yang inovatif, keunggulan operasional, dan 27 pertumbuhan dua digit yang konsisten dalam penjualan dan pengembangan restoran, telah menganugrahi perseroan berbagai penghargaan dari Asia Franchise Business Unit dari Yum Restaurants International. Visi dan Misi Perusahaan Visi yang dibuat perusahaan restoran adalah menjadi restoran ayam goreng nomor satu dan selalu menjadi pemimpin dalam industri makanan cepat saji, sedangkan misi restoran adalah menjadi restoran cepat saji modern yang memberikan suasana ramah dan menyenangkan melalui kepuasan pelanggan customer. Kunci sukses perusahaan ini adalah komitmen tinggi dari pihak perusahaan perseroan untuk mempertahankan visi kepempinan dalam industri restoran cepat saji dengan terus memberikan kepuasan di wajah konsumen. Dukungan dari pemegang saham, keahlian manajemen yang terbina baik, dedikasi dan loyalitas karyawan dan yang terpenting adalah kontinuitas kunjungan konsumen, memastikan perseroan dapat mencapai visi ini. Perseroan percaya bahwa dengan menciptakan dan mengembangkan budaya yang mendalam dan kuat dimana setiap karyawan memberikan perbedaan, menghidupkan ‘Customer and Sales Mania’ di setiap restoran, memberikan perbedaan merek KFC yang sangat kompetitif, menjalin kesinambungan proses dan hubungan antar karyawan, dan meraih hasil-hasil yang konsisten. Produk Produk unggulan perusahaan diantaranya adalah Colonel’s New Improved Original Recipe OR dan HotCrispy. Perusahaan juga menawarkan beberapa produk lainnya sebagai produk unggulan diantaranya Colonel Burger, Crispy Strips, Twister, dan Colonel Yakiniku. Salain produk-produk unggulan ini, KFC juga memenuhi selera lokal dengan menu pilihan lain seperti perkedel, nasi, salad dan sup ayam. Aneka menu tersebut didampingi oleh sajian beberapa menu seperti pepsi, coffee dan lainnya. Perseroan juga meluncurkan paket KFC Attack dan menu Goceng untuk menghadirkan suasana yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Ayam Goreng Tepung Variasi dalam teknik pengolahan daging ayam dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya jual dari produk yang dihasilkan. Teknik pengolahan daging ayam yang digunakan khususnya dalam restoran cepat saji ini adalah penggorengan dengan sistem deep fat frying. Sistem penggorengan ini dilakukan dengan menggunakan minyak goreng dalam jumlah banyak sehingga produk yang digoreng akan terendam seluruhnya di dalam minyak goreng Sahin dan Sumnu, 2009. Inovasi yang dibuat dalam penggorengan daging ayam ini adalah penepungan yang dilakukan untuk melapisi permukaan luar kulit daging ayam. Metode penepungan dan campuran resep ekstrak bumbu yang digunakan menjadikan produk ayam goreng dalam restoran ini mempunyai ciri khas pembeda dari restoran lain yang bergerak di bidang yang sama. Pengolahan daging ayam yang dilakukan dalam restoran cepat saji ini harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan produk yang seragam dan original. Standar yang dibuat merupakan syarat mutlak hasil persetujuan antara perusahaan pusat dengan pihak restoran cepat saji. Frekuensi pengolahan daging ayam disesuaikan dengan angka rata-rata konsumen dan pesanan yang datang setiap hari ke restoran. Angka rata-rata ini diperoleh dari catatan lembaran khusus yang dibuat. Lembaran ini juga berperan dalam mengendalikan persediaan produk yang dapat dijual selama kegiatan produksi berlangsung. Produk ayam goreng tepung hanya dapat disajikan dalam meja pajang selama 1,5 jam setelah penggorengan dilakukan. Produk yang tidak terjual dalam masa ini melebihi shelf time tidak layak untuk dijual kepada konsumen dan akan masuk dalam status produk rejected. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Dengan demikian, dibutuhkan estimasi yang tepat dan tidak terlalu menyimpang dalam memutuskan jumlah daging ayam yang akan dijadikan produk ayam goreng tepung untuk meminimalkan biaya kerugian. Pengolahan pada daging ayam yang yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dapat dilihat dalam Gambar 1. 29 Gambar 1. Digram Alir Pembuatan Ayam Goreng Tepung Bumbu ,air es Pembuatan side item sup ayam, cream soup , perkedel penerimaan ayam segar 4 o C dan beku -4 o C penyimpanan segar : 3-4 o C penyimpanan beku : -15--18 o C pembersihan dari sisa bulu, lemak, pematahan paha atas, penghalusan kulit Marinade dalam mesin marinator 45 menit chiller maks : 24 jam penepungan penggorengan Deep-fat Frying HCC suhu 171 o C selama 13 menit Deep-fat Frying IOR suhu 141 o C selama 14,5 menit penirisan di dalam holding cabinet suhu 79– 82 o C 5 menit Display di dalam Display Cabinet suhu 65 o C selama 1,5 jam sejak digoreng ayam yang tidak terjual dalam masa 1,5 jam direject dan disimpan dalam holding cabinet selama 6 jam 30 Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan ayam goreng tepung di dalam restoran tersebut adalah sebagai berikut: Penerimaan Daging Ayam. Penerimaan bahan baku daging ayam dengan kualitas yang seragam diperlukan untuk menghasilkan produk olahan yang seragam pula. Perusahaan pusat telah menyediakan pasokan karkas ayam yang akan didistribusi ke seluruh outlet restoran sesuai dengan persyaratan standar. Adapun persyaratan standar yang menjadi kriteria pemilihan mutu karkas ayam yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Kriteria Karkas Berdasarkan Standarisasi Pusat Fisik Perlemakan Perdagingan Kulit fisik ayam mendekati sempurna, tidak menerima karkas dengan kondisi fisik: • Patah tulang • Tulang leher lebih dari 1,25 cm • Bagian kaki terlalu pendek • Dada atau tulang sobek lebih dari 2 cm • Sobekan oleh tangan atau pisau pada kulit • Adanya memar lebih dari 2 cm • Folikel bulu berbintik merah lebih dari 5 cm • Terkontaminasi kotoran ayam atau sisa makanan dari tembolok • Bulu halus dan kasar di permukaan karkas lebih dari 1,25 cm • Masih terdapat organ dalam • Terkontaminasi ingesta lebih dari 5 cm • Perlemakan sedikit ± 16 untuk setiap potongan karkas • Tidak menerima karkas dengan lemak berlebihan di daerah dubur ataupun leher • Daging bersih dan mengkilat • Bau daging aromatis, tidak boleh bau amis • Konsistensi daging kenyal • Perdagingan yang penuh di seluruh permukaan karkas • Serabut otot di sekitar daging berwarna pucat • Kondisi kulit sempurna • Kerusakan kulit sayap ± 1 cm • Kulit karkas berwarna merah muda • Hanya boleh memar pada sayap 0,5 cm Sumber: Departemen Logistik PT Fast Food Indonesia, Tbk dalam Aprido 2005 bob aya men sem dad 110 terh dila dan pro den men tem baw Tem men Ga Ayam y bot badan 1, am broiler u nghasilkan d mbilan poton Masing da daging 1 0-195 g dan hadap bobo akukan kare n metode d oduk yang d ngan melaku ncapai umur Potonga mperatur inte wah tanpa m mperatur in ncapai suhu Sayap Dada rusu mbar 2. Poto yang digunak ,05-1,25 kg. umumnya di daging yang ngan seperti y -masing pot 20-160 g ; d n sayap 75- ot potongan ena akan ber dan pelayana dihasilkan. K ukan pemot r potong. an karkas ya ernalnya. P mengenai tu nternal kark u 6 o C dan uk ongan Semb kan umumny . Hardjoswo ipotong pad g masih luna yang terdapa Sumber tongan karka dada rusuk 110 g. Sams komersial rhubungan d an yang dila Keseragaman tongan ayam ang diterima emeriksaan ulang dan kas segar d n suhu ini bilan Bagian ya berusia e oro dan Ruk da umur lim ak. Karkas a at dalam Gam : SNI 3924:20 as dibuat de 110-145 g s dan Owen karkas teru dengan pros akukan untu n bobot pot m yang ber a di restoran suhu intern merusak da dingin yang lebih ting Karkas Aya enam sampai kmiasih 200 ma sampai en ayam dipoto mbar 2. 009 engan bobot ; paha bawa ns 2009 me utama di in ses pemasak uk menjaga k tongan kom rstrain sama n akan diper nal dilakuk aging denga diterima d gi dibandin am Dan Bob i tujuh ming 00 menyatak nam minggu ong komersi standar tert ah 80-115 g enyatakan p ndustri resto kan waktu, kekonsistena mersial dapat a pada saat riksa kondis kan pada ba an termome di restoran ngkan denga Pa P Dada ot Setiap Po 31 ggu dengan kan bahwa u sehingga ial menjadi tentu, yaitu ; paha atas engawasan oran perlu temperatur an kualitas t diperoleh t mencapai si fisik dan agian paha eter telltru. terkadang an standar aha bawah Paha atas a daging otongan 32 temperatur internal daging menurut SNI 01- 3924-2009, yaitu maksimum 4 o C. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu yang terjadi selama proses pengangkutan dari pihak penyedia ke restoran berlangsung. Temperatur internal karkas ayam segar dingin harus tetap dijaga untuk mengurangi pertumbuhan mikroba sebelum melalui tahapan yang lebih lanjut. Bilgili 2009 menyatakan karkas daging unggas harus mencapai suhu internal dibawah 4,4 o C dalam empat jam setelah pemotongan dan suhu ini harus tetap dipertahankan. Dengan demikian diperlukan pengawasan terkontrol dari perusahaan pusat terhadap kondisi alat pengangkut yang digunakan sehingga suhu internal karkas segar dingin tetap berada dalam kisaran standar dan aman untuk pengolahan selanjutnya. Standar kemasan karkas daging ayam yang diterima di restoran harus utuh, tidak sobek, terdapat tanggal kadaluarsa, nama pengirim dan jenis ayam. Kemasan berperan untuk mencegah kontaminasi langsung mikroba yang berasal dari udara dan tangan manusia Buckle et al., 2009 . Kenyataan yang terjadi di lapang, kemasan sering sobek dan tidak utuh, sehingga potongan karkas ayam keluar dari kemasan. Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan mikroba karena potongan karkas ayam berada dalam kondisi suhu ruang. Yanti et al 2007 menyatakan bahwa daging yang dikemas menggunakan plastik polipropilen memiliki total koloni mikroba yang lebih rendah daripada daging yang yang dibiarkan pada suhu ruang, selain itu pemakaian kemasan plastik juga dapat dapat menurunkan kadar air, mempertahankan kadar protein, menurunkan nilai pH, menekan total koloni bakteri dan menurunkan persentase susut masak daging. Kemasan yang terbuka dapat diatasi dengan pembuatan seal penutup yang lebih rapat sehingga daging tidak mudah keluar. Karkas ayam beku diterima dalam kemasan plastik pipih tertutup. Kemasan ini dapat mempercepat proses pelunakan thawing karena ayam tidak dalam posisi bertumpukan. Kualitas karkas yang diterima di restoran telah melewati proses pemeriksaan dan seleksi awal oleh perusahaan pusat dan akan diawasi secara rutin dan terkontrol melalui laporan dokumen restoran. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh bahan baku telah sesuai dengan antara pengiriman dari pusat hingga tiba di restoran. Karkas yang tidak memenuhi secara fisik akan dikembalikan ke pemasok. 33 Penyimpanan. Penyimpanan daging ayam dilakukan dengan sistem first in first out FIFO. Bahan baku yang datang lebih dahulu harus diproses lebih awal. Hal ini dilakukan untuk menghindari bahan baku kadaluarsa atau tidak layak karena masa penyimpanan yang terlalu lama. Penyimpanan dingin memegang peranan penting dalam memperpanjang umur simpan daging ayam. Mikroba patogen yang berhubungan dengan pangan tidak dapat tumbuh di luar suhu 4-60 o C Buckle et al., 2009, sehingga bahan pangan tersebut akan aman apabila disimpan pada suhu dibawah 4 o C atau di atas suhu 60 o C. Karkas ayam segar disimpan dalam chiller dengan suhu 0-3 o C sedangkan karkas ayam beku disimpan dalam freezer pada suhu -23--12 o C. Penyimpanan ayam segar dingin dalam chiller dapat menyebabkan beberapa perubahan terhadap karateristik mutunya seperti penurunan pH, peningkatan susut masak, penurunan kecerahan warna dan peningkatan susut masak Sens et al., 2009. Karkas ayam segar dingin yang telah diterima di restoran langsung langsung diolah dalam waktu 24 jam untuk mengurangi perubahan kualitas mutu dan pertumbuhan mikroba. Penyimpanan beku akan menyebabkan perubahan komposisi nilai nutrisi dari daging ayam karena ada perubahan reaksi fisik, kimia dan mikrobiologi yang terjadi. Purwati 2007 menyatakan perubahan fisik yang terjadi selama penyimpanan beku adalah peningkatan keempukan daging penurunan nilai daya mengikat air dan kecerahan warna. Perubahan kimia yang terjadi adalah peningkatan nilai pH, penurunan kadar protein dan kesegaran daging. Pertumbuhan mikroba tetap terjadi walaupun dalam penyimpanan beku, terutama dari golongan psikrofilik. Ayam beku dapat bertahan selama tiga bulan dalam freezer. Sistem penempatan bahan baku diatur dengan penempatan pada rak untuk menghindari kontak langsung dengan lantai, dinding dan langit-langit. Pelunakan Thawing . Proses produksi yang menggunakan ayam beku diawali dengan tahap pelunakan thawing. Pelunakan dilakukan untuk mengubah kondisi ayam dari bentuk beku menjadi bentuk segar sehingga ayam dapat diolah pada proses selanjutnya. Pelunakan yang dilakukan dalam restoran adalah dengan memasukkan karkas ke dalam bak yang dibuat khusus selama 1,5 jam dengan sistem air mengalir. Teknik pelunakan dengan air mengalir akan mengakibatkan kehilangan cairan daging yang terlalu banyak sehingga aroma dan rasa daging 34 menjadi berkurang, struktur serat daging rusak sehingga menyebabkan tekstur daging menjadi liat Yu et al., 2005. Karkas yang telah dilunakkan dapat langsung digunakan untuk proses marinade ataupun disimpan kembali dalam chiller selama 24 jam. Dress up. Tahapan ini dilakukan sebelum proses marinade dilakukan. Proses ini dilakukan untuk membersihkan potongan karkas dari bulu-bulu halus dan sisa ekor. Proses ini juga dilakukan untuk mengurangi lemak-lemak yang masih menempel pada bagian kulit, mematahkan persendian pada bagian paha atas, dan menghilang- kan jeroan pada bagian paha atas. Marinade . Marinade ayam dilakukan dengan menggunakan bumbu racikan dan air es di dalam mesin marinator. Bumbu yang digunakan untuk ayam goreng ada dua jenis, yakni bumbu resep improved original IOR dan resep hot and crispy HCC. Proses marinade untuk kedua bumbu resep ini tidak disatukan. Pengadukan ayam dan larutan bumbu dalam mesin marinator berlangsung selama 45 menit. Penggunaan mesin marinator dalam proses ini dapat mengganti peranan tangan secara manual dalam mengaduk campuran bumbu dan daging ayam. Menurut Tan dan Ockerman 2006 gerakan perputaran dalam mesin marinator dapat meningkatkan daya kerja antimikroba dalam larutan bumbu dan mengurangi kontaminasi mikroba dari tangan serta mempermudah proses penyerapan larutan marinade yang telah dibuat. Ayam yang telah dimarinade ditiriskan untuk mencegah rasa yang terlalu asin atau pedas. Ayam marinade dikemas dalam plastik yang telah diberi label dan disimpan dalam chiller. Penyimpanan pada chiller bertujuan agar bumbu marinade dapat lebih meresap ke dalam daging dan mengurangi kontaminasi mikroba. Pemberian label yang berisi tanggal dan jam pembuatan marinade dilakukan untuk mengetahui titik singkir daging ayam. Umur simpan daging ayam yang telah dimarinade adalah 24 jam. Penggunaan ayam yang telah dimarinade minimal 2 jam untuk tahapan proses penepungan. Jumlah daging ayam yang dikemas harus sesuai dengan jumlah daging ayam yang dikeluarkan. 35 Penepungan Breading. Proses pengolahan berikutnya adalah penepungan. Proses pada kedua jenis bumbu resep original dan krispi mempunyai beberapa perbedaan seperti teknik penepungan yang dilakukan, jenis tepung maupun meja yang digunakan. Penepungan dilakukan bersamaan dengan pemanasan minyak untuk penggorengan, sehingga ayam yang telah ditepung langsung siap untuk digoreng. Pada ayam goreng resep krispi teknik penepungan dilakukan untuk menghasilkan lapisan kerak. Teknik penepungan yang dilakukan pada resep ini adalah dengan melakukan gerakan scoop fold dan scoop lift secara bergantian sebanyak 7 kali sampai semua potongan ayam ditutup dengan tepung dan ayam dicelupkan ke dalam wadah berisi air sehingga daging terendam seluruhnya dan kemudian ditepungkan sekali lagi sehingga terbentuk lapisan tepung yang krispi. Teknik penepungan untuk ayam goreng resep original dilakukan dengan cara melakukan gerakan scoop fold dan scoop lift secara bergantian sebanyak 10 kali dan kemudian ditekan pada bagian permukaan tepung sampai semua potongan tertutup tepung. Ayam yang telah selesai ditepungkan langsung dimasukkan ke dalam fryer maksimal dalam waktu 2 menit setelah potongan terakhir selesai ditepungkan. Penggorengan. Penggorengan ayam resep krispi dilakukan pada open fryer sedang- kan ayam resep original pada pressure fryer. Kedua mesin ini bekerja secara otoma- tis dengan hitungan mundur sampai waktu pemasakan berakhir. Proses menggoreng hanya dapat dilakukan setelah display monitor menunjukkan posisi drop dan ketinggian permukaan minyak sampai batas level. Metode penggorengan pada ayam resep original pada fryer dengan bertekanan pada suhu 141 o C selama 14 menit. Penggorengan ayam resep krispi dilakukan pada open fryer dengan suhu 171 o C selama 13 menit. Potongan ayam dimasukkan ke dalam fryer per dua potong dengan susunan paha atas, dada rusuk, dada daging, paha bawah dan bagian sayap. Proses pemasukan harus dimulai dari sisi belakang fryer ke arah depan agar tangan tidak terkena cipratan minyak panas. Alarm akan berbunyi pada menit kedua sebagai tanda penyerokan potongan ayam untuk memisahkan potongan ayam agar tidak saling menempel. Minyak harus selalu disaring setelah selesai menggoreng. Penyaringan akan dilakukan oleh mesin fryer secara otomatis. 36 Penyajian . Ayam yang telah digoreng ditiriskan pada holding cabinet suhu 82 o C minimal 5 menit untuk mengurangi minyak yang berlebihan dan menjaga suhu panas produk. Penyajian ayam goreng diletakkan pada holding cabinet suhu 82 o C. Waktu pajang untuk produk ayam goreng hanya 1,5 jam, lebih dari waktu yang telah ditetapkan ayam dinyatakan rejected dan tidak layak untuk dijual. Produk ini akan disimpan dalam holding cabinet selama 6 jam untuk diolah menjadi bahan tambahan sup ayam, cream soup dan perkedel. Kriteria Mutu Produk . Kriteria mutu untuk produk ayam goreng adalah warna yang sesuai color chart, lapisan breading yang merata dan tidak terpecah, minyak hanya terdapat pada sisi bone down, suhu diatas 60 o C dan masih dalam waktu umur simpan. Khusus untuk ayam resep krispi lapisan breading mengeripik. Ayam yang tidak memenuhi kriteria diatas tidak layak untuk dijual sebagai produk tetapi dapat digunakan untuk produk side item. Aplikasi Good Manufacturing Practices GMP Pengolahan bahan makanan yang disajikan dalam waktu singkat di restoran cepat saji menuntut sistem pengendalian yang terkontrol agar dapat menghasilkan produk yang seragam dan aman untuk dimakan oleh konsumen. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan penerapan Good Manufacturing Practices GMP. Aplikasi GMP dalam restoran dapat digunakan untuk menghadapi masalah kerusakan produk yang disebabkan oleh mikroorganisme pembusuk. Prinsip penerapan GMP dalam restoran dimulai dari rantai penerimaan bahan baku sampai dengan hasil produk yang sampai ke tangan konsumen dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepada produk yang dihasilkan aman dan bermutu layak dikonsumsi. Tabel 5 berikut ini merupakan hasil penilaian pelaksanaan GMP dan higiene sanitasi dalam salah satu restoran cepat saji kota Bogor. Tabel 5. Hasil Penilaian Aplikasi GMP di Salah Satu Restoran Cepat Saji Kota Bogor No Uraian Bobot X Lokasi, bangunan, fasilitas 1. Halaman bersih, tidak tercium bau busuk dari sumber pencemaran 1 0 2. Konstruksi bangunan 1 1 3. Desain lantai 1 1 37 No Uraian Bobot X 4. Konstruksi langit-langit dan dinding 1 1 5. Dinding kedap air 2 M 1 1 6. Konstruksi pintu dapur membuka keluar 1 Pencahayaan 7. Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak menimbulkan bayangan 3 3 Penghawaan 8. Ruangan kerja dilengkapi dengan ventilasi untuk kenyamanan dan sirkulasi udara 4 3 Air bersih 9. Sumber air bersih yang aman, jumlahnya cukup dan air bertekanan 5 5 Air kotor 10. Pembuangan air kotor dari dapur, kamar mandi, WC dan air hujan lancar dan kering 1 1 Fasilitas cuci tangan dan toilet 12. Baktong sampah yang cukup untuk menampung sampah 2 2 Ruang pengolahan makanan 13. Ruangan cukup luas untuk pekerja dan terpisah dari tempat tidur 1 1 14. Bebas dari barang tidak berguna 1 1 Karyawan 15. Bebas dari penyakit kulit, bisul, luka terbuka dan ISPA 5 5 16. Higiene 5 4 17. Pakaian kerja bersih 1 1 Makanan 18. Sumber 5 5 19. Wadah, kemasan asli dan terdaftar 1 1 Perlindungan makanan 20. Penanganan makanan pada suhu, cara dan waktu yang memadai serta proses thawing 5 4 21. Penanganan makanan yang potensial berbahaya karena tidak ditutup atau disajikan ulang 4 4 Peralatan makan dan masak 22. Pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan pemeliharaan peralatan makan dan masak 2 2 23. Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai ulang 2 2 24. Tahapan proses pencucian: pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian dan pembilasan 3 3 Lain –lain 25. Bahan racunpestisida tersimpan sendiri dan diberi label 5 5 26. Terlindung dari serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lain 4 4 Khusus Golongan A.1 27. Ruangan pengolahan makanan tidak dipakai sebagai ruang tidur 1 1 38 No Uraian Bobot X 28. Tersedia 1 buah lemari es 4 4 Khusus Golongan A.2 29. Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan alat pembuang asap 1 1 30. Fasilitas pencucian dibuat dengan tiga bak pencuci 2 2 31. Fasilitas kamar ganti dan loker 1 1 Khusus Golongan A.3 32. Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi dengan grease trap 1 1 33. Tempat memasak terpisah secara jelas dengan tempat penyiapan makanan matang 1 1 34. Lemari penyimpanan dingin dengan suhu -5 o C 4 4 35. Tersedia kendaraan pengangkutan makanan yang khusus 3 3 Jumlah 83 78 Keterangan: Kolom bobot tertulis 1, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0 dan 1 Kolom bobot tertulis 3 artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0, 1, 2, dan 3. Kolom bobot tertulis 5, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 Lokasi, Bangunan dan Fasilitas Restoran Strategi lokasi merupakan hal penting dalam suatu unit usaha bisnis untuk memaksimalkan keuntungan, mengefisiensi waktu, meminimumkan biaya dan menunjukkan citra perusahaan Ma’arif dan Hendri, 2003. Lokasi restoran terletak di belakang pemukiman penduduk dan dibatasi parit besar. Air dalam parit ini tergenang dan menimbulkan bau busuk. Dengan demikian, penilaian untuk lokasi restoran tidak dapat memenuhi nilai maksimum 1 karena parit ini dapat menjadi sarang tempat berkumpulnya hama dan penyakit dan menimbulkan bau busuk. Sarana jalan menuju restoran telah diaspal untuk menghindari terjadinya genangan air atau debu yang berterbangan. Lingkungan di sekitar restoran tetap terjaga kebersihannya. Sampah sisa makanan segera dibuang dan dikumpulkan di tempat yang terpisah dengan restoran. Sampah ini akan diangkut oleh petugas dinas kebersihan kota setiap hari. Pemantauan terhadap limbah buangan restoran dilakukan secara rutin oleh badan pengelolaan lingkungan hidup pemerintah kota Bogor setiap enam bulan sekali. Model dan desain bangunan restoran memiliki daya tarik sendiri bagi konsumen. Tata letak ruangan harus diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan nyaman dan dapat memenuhi praktik higiene makanan. Ruangan dalam restoran dibagi dalam tiga area yaitu service, production dan preparation. Area service berhubungan langsung dengan konsumen dan terdiri dari countercash 39 register , dining, play land dan area ulang tahun. Area ini dibatasi oleh dinding sehingga kegiatan produksi tidak dapat dilihat langsung oleh konsumen. Layout dalam bangunan dapat dilihat dalam Gambar 3. Gambar 3. Layout Bangunan Restoran Area production adalah bagian ruangan pokok yang digunakan sebagai tempat khusus penggorengan ayam, perkedel, kentang goreng, patty dan pemasakan bahan spaghetti dan bubur ayam. Area preparation merupakan tempat untuk per- siapan bahan seperti proses marinade dan breading ayam. Area ini juga digunakan untuk mempersiapkan bahan produk lain seperti sup ayam, cream soup, perkedel dan lettuce . Variasi persiapan produk yang dilakukan di ruangan ini berpeluang terhadap kontaminasi silang terutama pada saat proses marinade ayam dilakukan. Tidak ada pemisah yang jelas diantara ruang produksi dengan ruang pelengkap. Kegiatan administrasi dan pelayanan karyawan dilakukan dalam ruangan yang sama. 40 Desain konstruksi lantai dibuat supaya tahan lama, rapatkedap air, asam, basa, garam dan bahan kimia lainnya. Konstruksi lantai telah memenuhi nilai bobot maksimal seperti yang dipersyaratkan. Lantai mempunyai kemiringan yang cukup kearah pembuangan air sehingga memudahkan pengaliran air, mempunyai saluran air yang dilengkapi dengan lubang penahan bau. Pertemuan antara lantai dan dinding membentuk sudut siku-siku. Hal ini dapat menyebabkan kotoran dan air tertahan di bagian sudut dan sulit dibersihkan Crammer, 2006. Dinding dalam restoran telah memenuhi bobot penilaian maksimal karean terbuat dari bahan yang halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mengelupas dan mudah dibersihkan. Selain itu, dinding yang berada di bagian penggorengan dilapisi stainless steel sehingga tidak mengelupas dan masuk dalam wadah penggorengan akibat uap panas. Bahan dinding kedap air setinggi ±2,5 m dari lantai sehingga sesuai dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Bagian dinding dibersihkan setiap hari sehingga tetap terpelihara dan bebas dari debu. Bagian langit-langit dalam ruang pengolahan restoran dilapisi cat tahan panas sehingga memenuhi persyaratan bobot penilaian maksimal. Namun demikian, langit- langit yang terdapat di ruang pengolahan dilapisi cat berwarna hitam sehingga sulit untuk diperiksa kebersihannya secara kasat mata. Tinggi langit-langit dari lantai sekitar 3 m sehingga aliran udara cukup dan dapat mengurangi panas dari proses produksi. Bagian langit-langit tidak ada yang berlubang untuk mencegah tikus dan serangga. Pintu ruang pengolahan tidak membuka keluar sehingga tidak memenuhi nilai bobot maksimal persyaratan yang ditetapkan. Pintu ruang pengolahan yang tidak membuka keluar berpotensi membawa debu atau kotoran dari udara luar masuk ke dalam ruang pengolahan Crammer, 2006. Pintu pada ruang pengolahan terbuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah pecah. Pintu dicat dengan warna merah terang. Pintu toilet dilapisi dengan bahan yang tidak menyerap air sehingga mudah dibersihkan. Sistem Pencahayaan Sistem pecahayaan memegang peranan penting dalam desain interior restoran. Sistem pencahayaan pada restoran ini telah memenuhi nilai maksimal standar persyaratan yang ditetapkan. Daya sambungan listrik yang direncanakan 41 pada restoran ini adalah 131.000 watt atau 131 kVA dengan rata-rata penggunaan perhari adalah 4,77 kVA. Bagian dining room memanfaatkan cahaya matahari pada saat siang hari untuk penerangan dan sistem lampu pada malam hari. Efek dari lampu dapat menimbulkan kesan maupun citra tertentu pada konsumen. Namun demikan, pada bagian counter register pencahayaan dilengkapi dengan lampu yang cukup terang sepanjang hari sehingga memudahkan konsumen dalam memilih menu makanan. Khusus ruang pengolahan makanan yang tertutup, sistem pencahayaan dibuat dengan memanfaatkan lampu yang menyala sepanjang hari. Intensitas cahaya cukup terang untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan secara efektif. Sistem pencahayaannya tidak menimbulkan silau dan distribusinya telah diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bayangan. Sistem Penghawaan Sistem pengaturan udara pada bagian dalam dinning restoran menggunakan alat bantu pengondisian udara air conditioning sedangkan bagian dalam ruang pengolahan dengan kipas angin fan. Jendela pada ruang pengolahan hanya terdapat dibagian drive through. Hal ini sesuai dengan pendapat Crammer 2006 bahwa ruang pengolahan sebaiknya tidak dilengkapi dengan jendela yang terlalu banyak untuk menghindari pencemaran dari luar. Ruang dapur, khususnya di tempat penggorengan dilengkapi dengan exhaust vent untuk mengatur udara. Exhaust vent ini dalam kondisi aktif berjalan saat aktivitas dapur setiap hari. Suhu ruang pengolahan masih terasa panas terutama pada saat aktivitas penggorengan dilakukan sehingga bobot nilai untuk sistem penghawaan tidak dapat memenuhi nilai maksimal. Sistem Air Bersih Sarana penyediaan air bersih di restoran telah memenuhi bobot maksimal persyaratan higiene sanitasi karena air yang berhubungan langsung dengan produk pangan berasal dari PDAM yang telah memenuhi persyaratan bahan baku air minum. Restoran ini memiliki sarana penampungan air dan terisi dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan. Rata-rata penggunaan air untuk kebutuhan operasional restoran per harinya sebesar 30,98 m 3 hari. Sistem distribusi air bersih yang dilakukan dalam restoran adalah sistem down feed sistem distribusi ke bawah dimana aliran air 42 diarahkan ke bawah yang menggunakan bantuan gaya gravitasi. Air diambil dari sumber air yang terletak di bawah, lalu ditampung dalam tangki air yang berada di bagian atas gedung, kemudian didistribusikan. Air Kotor Sistem pembuangan air kotor telah memenuhi bobot maksimal dari persyaratan higiene dan sanitasi yang telah ditetapkan. Sarana pembuangan air limbah diatur sedemikian rupa sehingga air yang dibuang keluar dari restoran tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sarana toilet terdapat di bagian dalam restoran dan musholla luar. Toilet tidak terbuka langsung dengan ruang proses pengolahan. Sumber air mengalir dan saluran pembuangan dalam kondisi baik. Jumlah toilet masih kurang memenuhi karena jumlah toilet yang tersedia adalah tiga buah sedangkan jumlah karyawan sekitar 50 lima puluh orang dan estimasi pengunjung sekitar seribu lima ratus orang per hari Dokumen UKL-UPL restoran, 2010. Namun demikian, tidak terlihat antrian yang panjang diantara para konsumen yang akan menggunakan toilet. Limbah cair diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan keluar restoran. Berikut ini merupakan rataan hasil pengukuran limbah cair yang dihasilkan dalam restoran per m 3 per bulan. Tabel 6. Perhitungan Limbah Cair Restoran No Keterangan Penggunaan air Limbah cair yang dihasilkan literhari m 3 hari m 3 bulan literhari m 3 hari m 3 bulan 1. Minum 5 liter orang 310 0,31 9,3 0 0 0 ToiletWC 35literorang 2.170 2,17 65,1 2061,5 2,06 61,75 2. Aktivitas dapur: Masakproduksi 900 0,9 27 855 0,855 25,65 Aktivitas pencucian 2.700 2,7 81 2565 2,57 76,95 3. Tempat wudhu 900 0,9 27 855 0,855 25,65 4. Taman 1.500 1,5 45 1.425 0,95 42,75 5. Pengunjung 15Lorang 22.500 22,5 675 21.375 21,38 641,25 Total 30.980 30,98 929,4 29.137 29,14 874,20 Sumber : Dokumen UKL-UPL restoran, 2010 Keterangan: estimasi jumlah karyawan sebanyak 62 orang estimasi jumlah pengunjungpembeli rata-rata sebanyak : 1.500 oranghari 43 Sugiharto 1987 menyatakan bahwa perkiraan air limbah tanpa mengalami proses daur ulang kembali antara 85-95 dari total penggunaan air. Dengan demikian, limbah cair yang dihasilkan oleh restoran adalah sebesar 29,14 m 3 per hari atau 874,20 m 3 per bulan. Pengelolaan terhadap limbah cair telah dilakukan dengan cara : 1 tidak membuang limbah cair dapur secara langsung ke badan air, 2 limbah cair dari toilet dan kloset langsung disalurkan ke septic tankbiotank dan rembesan, 3 air bekas dari kamar mandi, toilet dan kloset tidak disalurkan ke saluran drainase kota, 4 penyedotan tinja pada septic tank dilakukan minimal 1 tahun sekali dan 5 melakukan pengurasan minimal satu kali dalam sehari. Pengukuran kualitas limbah cair dari dapur dilakukan secara berkala 6 bulan sekali. Hasil pengukuran disesuaikan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah cair domestik. Limbah hasil sisa dapur tidak dibuang langsung ke badan air namun diolah terlebih dahulu di dalam grease trap. . Gambar 4. Bagian-bagian grease trap beserta fungsinya Alat ini dipasang pada saluran sink untuk mencegah kotoran yang besar, sisa- sisa makanan dan lemak yang mengeras yang dapat menyumbat saluran pembuangan di lantai. Sisa-sisa makanan tersebut juga dapat mencemari lingkungan di sekitar restoran. Alat penyaring di dalam grease trap akan menangkap sisa-sisa makanan dan kotoran serta ruang-ruang penyekat yang terdapat di dalamnya akan menahan lemak sisa-sisa makanan saat dilakukan pencucian di dalam bak cuci. Penggunaan grease trap dalam restoran berperan penting dalam menjaga sanitasi dan kebersihan a Sumber : www.winipeg.ca b Sumber : www.greaseguardian.com 44 air limbah agar tidak langsung masuk dan mencemari sistem pembuangan umum masyarakat. Pengukuran kualitas air limbah sisa kegiatan dapur di restoran dapat diketahui melalui pengujian terhadap pengambilan sampel dalam grease trap. Tabel 6 berikut ini menyajikan hasil pengukuran kualitas air limbah sisa kegiatan dapur di restoran. Tabel 7. Hasil Pengukuran Kualitas Air Limbah Keluaran Grease Trap Waktu Parameter dan hasil uji laboratorium TSS mgl pH Minyak dan lemak mgl BOD 5 mgl Des 2009 50 6,97 1 43 Juni 2010 20 7,0 1 46 Des 2010 22 6,12 1 22 Baku Mutu 100 mgl 6-9 10 mgl 100 mgl Sumber: Laporan Pemantauan Lingkungan periode Juli-Desember 2010 Hasil pengukuran terhadap keempat parameter tersebut menunjukkan perubahan dari masing-masing periode. Nilai total suspended solid TSS semakin berkurang, demikian pula halnya dengan nilai pH dan BOD 5 . Nilai dari masing- masing parameter tidak melebihi ambang batas sehingga aman untuk dibuang ke perairan. Nilai BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Nilai BOD 5 adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan bakteri aerobik untuk menguraikan bahan organik di dalam air melalui proses oksidasi biologis biasanya dihitung selama waktu 5 hari pada suhu 20 o C. Semakin tinggi nilai BOD di dalam air limbah, semakin tinggi pula tingkat pencemaran yang ditimbulkan. Parameter lain yang dapat digunakan untuk pengukuran kualitas air limbah adalah nilai pH dan TSS total suspended solids. Nilai pH digunakan untuk mengetahui perubahan yang telah terjadi pada sifat asam-basa perairan dari nilai pH alaminya, bila nilainya lebih tinggi lebih dari satu unit di atas normal berarti perairan menjadi terlalu basa, sebaliknya bila terjadi penurunan maka perairan menjadi terlalu asam. Perubahan ini dapat mengganggu biota atau ekosistem perairan dan akan mengurangi nilai guna air. Demikian juga TSS, bila nilainya meningkat cukup signifikan, perairan akan tampak keruh dan terkesan kotor sehingga mengurangi daya guna air. Minyak dan lemak dapat menghambat aliran air yang akan menuju tempat 45 pembuangan akhir. Tidak hanya itu, timbunan minyak dan lemak dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Fasilitas Cuci Tangan dan Toilet Sarana pencuci tangan dalam ruang pengolahan masih kurang memenuhi fasilitas sanitasi karena kran air yang masih harus diputar manual dan tidak dilengkapi dengan alat pengering tangan. Tangan karyawan yang telah dicuci, tidak langsung dikeringkan dengan pengering tangan atau tissue tetapi dilap ke baju seragam yang dikenakan sehingga tangan kembali kotor dan rentan terhadap kontaminasi. Sarana pencuci tangan harus terpisah dengan sarana pencucian produk dan peralatan lain untuk karena kuman dan dari tangan dapat mencemari produk dan peralatan yang sedang direndam dalam sink untuk mencegah kontaminasi silang Crammer, 2006. Namun demikian, beberapa karyawan masih ada yang mencuci tangan di sink pencuci produk dan peralatan. Sarana pencuci tangan merupakan peralatan yang sangat mendukung dalam pencegahan kontaminasi silang diantara berbagai produk. Beberapa jenis bakteri seperti Salmonella, Hepatitis A, E.coli 0157:H7 dan Staphylococcus aureus dapat hidup dan berkembang di tangan dan kulit Crammer, 2006 sehingga pencegahan terhadap perkembangan bakteri ini dapat diminimalkan melalui program cuci tangan yang bersih dan benar. Sarana pencuci tangan dalam ruang pengolahan hanya terdapat satu buah dan terletak di pintu masuk. Hal ini kurang sesuai karena jaraknya yang terlalu jauh ke unit pengolahan produk daging ayam. Menurut Crammer 2006 sarana pencuci tangan sebaiknya ditempatkan sesuai dengan desain bangunan yang sering dilalui karyawan dan tidak hanya sekedar mengisi ruang bangunan yang tersedia. Sarana pencuci tangan pada bagian dinning telah memenuhi persyaratan sanitasi karena dilengkapi dengan kran yang dapat ditekan otomatis, sabun pencuci dan pengering tangan. Prosedur mencuci tangan yang benar dan peringatan untuk mencuci tangan saat akan mengolah produk dan setelah menangani produk telah dipajang di depan sarana pencuci tangan. Kamar mandi toilet yang terdapat dalam restoran telah dilengkapi dengan air kran mengalir, peturasan dan tissue pengering. Jumlah toilet ini masih belum mencukupi persyaratan yang ditetapkan standar higiene sanitasi karena toilet yang tersedia untuk pengunjung pria dan wanita masing-masing satu buah. Karyawan 46 dapat menggunakan toilet yang dipergunakan untuk pengunjung maupun yang terdapat dalam mushalla. Ruang Pengolahan Makanan Ruangan dapur yang digunakan untuk pengolahan makanan telah memenuhi bobot maksimum persyaratan sanitasi. Ruang pengolahan makanan tidak berhubung- an langsung dengan bagian dinning, gudang dan kamar mandi. Ruangan ini khusus digunakan untuk kegiatan produksi dan pelengkap administrasi. Pembagian areal dalam ruangan ini adalah bagian untuk service yang berhubungan langsung dengan konsumen yang dibatasi oleh holding display cabinet, bagian administrasi dan bagian untuk persiapan bahan. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan yang akan digunakan dalam proses produksi dan rak-rak tempat penyimpanan bahan dan makanan. Luas khusus untuk ruang pengolahan makanan adalah 128,08 m 2 . Persyaratan yang ditetapkan untuk lantai dapur yang bebas dari peralatan adalah minimal dua meter persegi untuk setiap orang bekerja. Jumlah karyawan yang bekerja di bagian dapur dalam satu shift kerja sekitar 10-14 orang, dengan demikian luas ruangan yang dibutuhkan untuk karyawan sekitar 20-28 m 2 . Ruang pengolahan makanan masih terlihat cukup sempit apabila seluruh karyawan melakukan pekerjaan dalam satu waktu khususnya pada waktu persiapan untuk jam makan siang dan makan malam. Ruangan untuk pengolahan harus cukup untuk para tenaga karyawan sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah dan efisien dan menghindari kemungkinan kontaminasi silang antar makanan yang diproduksi serta memudahkan pembersihan. Karyawan Higiene dan kesehatan karyawan yang baik dapat memberi jaminan bahwa produk yang diolah aman untuk dikonsumsi. Higiene karyawan di restoran meliputi pemeriksaan kesehatan, kebersihan dan kebiasaan. Perilaku kebersihan dan higiene karyawan belum dapat memenuhi nilai bobot maksimal syarat standar sanitasi dan higiene. Beberapa karyawan yang menunjukkan gejala sakit seperti flu dan bersin masih ada yang berhubungan langsung dengan makanan tanpa menggunakan masker. Bersin dapat menjadi vektor penularan bakteri staphylococci Gaman dan Sherrington, 1992. 47 Kebiasaan cuci tangan sebelum menangani bahan mentah kurang memenuhi. Kontaminasi silang dapat terjadi apabila tangan dalam kotor sebelum mengolah makanan. Kebiasaan karyawan yang mengenakan perhiasan seperti cincin dapat menyebabkan pencemaran fisik terhadap produk berupa serpihan logam dari cincin yang dapat ikut masuk dalam pengolahan makanan Crammer, 2006. Pakaian kerja karyawan dipakai langsung dari rumah sesuai dengan peraturan manajemen, namun hal ini dapat berpotensi menimbulkan pencemaran dari kotoran atau kuman yang selama perjalanan dari rumah ke tempat bekerja Crammer, 2006. Dengan demikian, untuk karyawan yang bekerja dalam unit pengolahan makanan sebaiknya menggunakan pakaian khusus yang dipakai pada saat bekerja dalam ruang ruang pengolahan restoran. Pakaian kerja karyawan sebaiknya dilengkapi dengan hairnet yang dapat menutup seluruh rambut karena sebagian besar konsumen sensitif terhadap keberadaan rambut dalam makanan yang dikonsumsi Arduser dan Brown, 2005. Bahan dan Perlindungan Makanan Spesifikasi bahan mentah yang masuk ke restoran dikontrol oleh bagian QA perusahaan pusat. Departemen QA menetapkan standar mutu untuk menjamin keseragaman bahan yang akan digunakan untuk proses produksi. Bahan-bahan yang telah masuk di restoran diperiksa kembali oleh bagian pergudangan untuk mengetahui kesesuaian dengan standar mutu dan jumlah pesanan. Penyimpanan dan pemakaian bahan mentah menggunakan sistem FIFO First In First Out dan MRD Made Ready Discard. Spesifikasi bahan mentah yang digunakan dalam restoran dapat dilihat dalam Tabel 8. Bahan baku disimpan sesuai dengan suhu yang dianjurkan untuk memperpanjang daya awet dan masa simpannya. Produk beku seperti kentang goreng, patty, ayam beku disimpan dalam freezer, sedangkan produk segar seperti ayam segar dan yang telah dimarinade disimpan dalam chiller. Semua jenis bahan diletakkan tidak langsung menyentuh lantai, tidak menempel pada dinding dan jauh dari langit-langit. Penyimpanan bahan-bahan ini dengan sistem kartu untuk menjamin sistem FIFO tetap terjaga. Bahan kimia yang digunakan untuk kebersihan dan sanitasi disimpan terpisah dari bahan lainnya. 48 Tabel 8. Spesifikasi Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Bahan Ukuran per unit Ukuran kemasan Shelf life Kondisi penyimpanan Ayam fresh 1,03-1,23 kg tanpa lemak dan ekor 2 heads per kantung tanpa wing 3 hari setelah pemotongan Chiller : 1-4 o C Ayam frozen 1,03-1,23 kg tanpa lemak dan ekor 2 heads per kantung tanpa wing Sesuai kode kadaluarsa Freezer : -23--12 o C Hot n spicy marinade 680 g 18 pakkarton Sesuai kode kadaluarsa Tempat penyimpanan bahan kering Tepung breading 11,3 kg Sesuai kode kadaluarsa Tempat penyimpanan bahan kering Hot and spicy breading mix 198 g 48 pakkarton Sesuai kode kadaluarsa 9 bulan Tempat penyimpanan bahan kering Keterangan: 1 head : 7 pieces ayam jumlah wing : 20 pieceskantung hari pemotongan: hari ke-O Peralatan Makan dan Memasak Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan disesuaikan dengan jenis produksi. Bobot nilai untuk peralatan makan dan memasak telah memenuhi bobot maksimal standar sanitasi dan higiene yang dipersyaratkan. Peralatan sebagian besar terbuat dari bahan stainless steel sehingga tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat. Peralatan yang digunakan untuk memproduksi ayam goreng resep original dan crispy dapat dilihat dalam Tabel 9. Peralatan yang kontak dengan bahan pangan disanitasi sebelum dan sesudah digunakan. Metode dilakukan dengan pengelapan, pemberian desinfektan dan pembilasan. Pembersihan dilakukan rutin perhari, namun beberapa peralatan besar dilakukan perminggu. Metode pembersihan tiga langkah dilakukan pada peralatan makan dan perlengkapan pengolahan seperti panci perebus, bagian-bagian breading table yang bisa dilepas, bagian mesin marinator dan lainnya. Berikut ini merupakan bagan kegiatan metode tiga langkah pembersihan yang dilakukan dalam restoran. Gambar 4. Metode Tiga Langkah Pembersihan Sanitasi • Larutan klorin 100 ppm • Air suhu ruang 32-38 o C • Rendam 2 menit • Kering udara Bilas Air mengalir Cuci • Larutan multi purpose sink detergent • Air panas suhu 49-54 o C • Rendam 3 menit • Gosok kotoran dengan tapassikat teflon 49 Tabel 9. Peralatan Produksi Ayam Goreng No Nama mesinalat Fungsi 1 Chiller Lemari pendingin tempat menyimpan bahan mentah dan bahan setengah jadi, 2 Freezer menyimpan produk pada temperatur beku guna menjaga keaslian bahan dan menghambat pertumbuhan bakteri 3 Marinator memberi bumbu Original Recipe Chicken dan Hot dan Crispy Chicken 4 Breading table Tempat proses breading dilakukan 5 Open Fryer menggoreng beberapa produk restoran. 6 Pressure Fryer menggoreng Original Recipe Chicken 7 Holding Cabinet menyimpan produk-produk matang agar tetap panas sampai produk terjual 8 Holding Cabinet Flip Up Door menyimpan produk-produk matang agar tetap panas sampai produk tersebut terjual 9 Display Holding Cabinet alat yang digunakan untuk meletakan produk-produk restoran yang siap untuk dipasarkan 10 Thermometer Memeriksa temperatur 11 Perforated lug Menampung ayam yang dikeluarkan dari dalam tabung dan meniriskan larutan marinade 12 Thawing sink Bak khusus untuk pelunakan thawing Persyaratan Khusus Golongan A.3 Restoran ini termasuk dalam jasaboga khusus golongan A.3 karena menyediakan produk pangan untuk kebutuhan masyarakat umum dan dilengkapi dengan dapur khusus dan tenaga kerja. Ruangan pengolahan juga terpisah dari bangunan tempat tinggal. Tempat memasak makanan telah dibuat terpisah dari tempat penyiapan produk mentah untuk mencegah kontaminasi silang. Sistem transportasi untuk jasaboga golongan ini harus dibuat khusus dan sesuai dengan tujuan pengangkutan. Sistem transportasi yang seperti ini sesuai dengan kenyataan di lapang bahwa pengangkutan untuk ayam mentah segar dan beku dilakukan dengan dengan truk yang dilengkapi dengan sistem pendingin. Hal ini dilakukan untuk men- jaga rantai suhu dingin dan mencegah pertumbuhan mikroba selama pengangkutan. Transportasi untuk produk makanan terbatas untuk sistem delivery order dan pesanan. Alat transportasi yang digunakan adalah sepeda motor yang dilengkapi dengan kotak kayu. Produk makanan yang telah dikemas karton tidak langsung disusun dalam kotak kayu, melainkan disimpan dalam tas hitam. Tas ini dilapisi dengan termo pouch untuk menjaga suhu dan mutu produk panas. Pembersihan alat transportasi dilakukan setiap pagi dan malam hari oleh karyawan yang bertanggung jawab terhadap kendaraan tersebut. 50 Persyaratan khusus lainnya adalah adanya pelatihan dan pembinaan yang dilakukan pada setiap karyawan yang akan bekerja. Pelatihan yang dilakukan dalam restoran ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada karyawan mengenai prinsip-prinsip dan praktek pengolahan makanan. Pelatihan juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran karyawan akan peranannya dalam melindungi makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum melakukan tugas sehari-hari. Pengawasan terhadap proses produksi yang dilakukan setiap hari dilakukan oleh manajer dan assisten manajer. Penanggung jawab bidang produksi mempunyai tugas rangkap sebagai penanggung jawab pengawasan mutu. Pengawasan dari perusahaan dilakukan oleh departemen QA yang dilakukan secara teratur setiap tiga bulan sekali. Selain dari departemen QA, pihak restoran juga melakukan survey untuk menilai penampilan restoran yang dievaluasi menurut sudut pandang pelanggan yang disebut dengan CHAMPS check. Penilaian ini meliputi kebersihan, keramahtamahan terhadap pelanggan, ketepatan pemesanan, pemeliharaan fasilitas, kualitas produk dan kece-patan pelayanan. Penilaian ini bertujuan untuk meyakinkan setiap pelanggan agar mendapatkan pengalaman yang berkualitas dan selalu konsis- ten pada setiap kunjungannya di restoran. Aplikasi Sanitation Standard Operating Procedures Sanitasi adalah keadaan untuk menciptakan dan menjaga kondisi yang sehat dan higienis. Sanitasi merupakan hal penting yang mendukung keberhasilan program Good Manufacturing Practices GMP. Penerapan sanitasi dalam industri restoran sangat penting karena dalam restoran rentan terjadi kontaminasi silang selama pengolahan dan penjualan, kontaminasi dari tenagakaryawan pengolah, kesalahan thermo potensial dan proses pemasakan Panebianco et al., 2004. Program SSOP yang dilaksanakan dalam restoran telah terdokumentasi dengan baik dalam standard library yang ditetapkan dari perusahaan pusat. Dalam pelaksanaan dokumentasinya, delapan kunci SSOP mencakup masalah monitoring, koreksi dan rekaman Tabel 11. Audit khusus dari internal perusahaan dilakukan setiap 3 tiga bulan sekali terhadap pelaksanaan kebersihan dan sanitasi restoran. Pemeriksaan yang dilakukan telah mencakup delapan kunci SSOP menurut standar USFDA 2011. Delapan kunci SSOP tersebut dapat dilihat dalam penjabaran berikut ini: 51 Keamanan Air Air yang digunakan dalam proses produksi harus memenuhi persyaratan untuk air minum sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 907MENKES- SKVII2002. Air dapat berasal dari sumber mata air pemerintah maupun air sumur artesis. Jalur air yang digunakan untuk air minum dan produksi harus terpisah dan mempunyai sistem vacuum break dari jalur air yang digunakan untuk keperluan lain Crammer, 2006. Rancang bangun jalur air juga dibuat untuk mencegah agar air buangan tidak masuk ke dalam saluran air minum Arduser dan Brown, 2005. Sistem penyedia air panas otomatis diperlukan untuk proses kebersihan karena air panas mudah melarutkan lemak. Kebutuhan air bersih restoran dipenuhi dari PDAM kota Bogor. Kebutuhan air minum karyawan berasal dari air minum dalam kemasan. Rata-rata penggunaan air untuk kebutuhan operasional restoran per harinya sebesar 30,98 m 3 hari. Air ini telah memenuhi syarat untuk air minum dan sesuai standar SNI. Air digunakan untuk aktivitas dapur seperti masakproduksi, pencucian peralatan, kebersihan bangunan, wudhumushalla, taman dan toilet. Keamanan air sudah cukup memenuhi hanya saja untuk pemeriksaan kualitas air secara periodik tidak dilakukan rutin oleh departemen yang bersangkutan. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan Kegiatan kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan berisi standar prosedur pembersihan dan sanitasi alat, frekuensi pembersihan dan petugas yang bertanggung jawab. Prosedur pembersihan dilakukan dengan menggunakan metode tiga langkah yang diawali dengan tindakan pembersihan, pembilasan dan sanitasi. Tindakan sanitasi pada proses pengolahan makanan bertujuan untuk menghilangkan sisa makanan yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan mengurangi populasi mikroba yang masih ada. Bahan sanitasi yang digunakan dalam proses produksi adalah klorin dengan konsentrasi 100 ppm. Pengecekan terhadap konsentrasi klorin dilakukan oleh pihak manajer yang bertugas. Kelebihan konsentrasi klorin dapat menimbulkan cemaran kimia yang membahayakan kesehatan manusia Jenie, 1989. Larutan sanitasi disimpan dalam wadah tertutup sehingga dapat bertahan 12 jam. Larutan ini selanjutnya akan dituang dalam ember- ember kecil untuk mempermudah proses sanitasi peralatan. Larutan sanitasi yang 52 dalam ember hanya boleh digunakan maksimal 2 jam atau diganti setiap kali terlihat kotor dan keruh. Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan kontaminasi silang dalam aktivitas di restoran merupakan hal yang penting karena bahan-bahan yang digunakan tidak hanya berasal dari satu sumber. Pencegahan kontaminasi silang antara bahan mentah dan bahan yang setengah jadi dilakukan dengan membuat tempat penyimpanan yang berbeda. Chiller tempat penyimpanan ayam segar dan ayam marinade juga menjadi tempat bahan perkedel setengah jadi dan ayam yang akan digunakan untuk bahan side item. Penyusunan ketiga jenis produk dilakukan secara terpisah. Ayam segar ditempatkan dalam tray di lantai dasar, ayam yang telah dimarinade diletakkan dalam rak nomor 2 dan bahan perkedel dan ayam side item terletak di rak paling atas. Pakaian seragam untuk kegiatan produksi dipakai langsung dari rumah. Pembagian pakaian tidak dikhususkan pada bagian area dapur, karyawan yang bertugas untuk memasak hanya memakai apron yang telah tersedia. Pemakaian seragam dari rumah berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap produk makanan karena kotoran-kotoran yang mungkin terbawa selama perjalanan menuju restoran. Selain itu, sepatu yang digunakan untuk proses produksi juga langsung dipakai dari rumah. Hal ini dapat memperbesar kemungkinan tanah yang menempel di sepatu juga terbawa masuk restoran. Higiene personal dari karyawan dan manager sudah cukup memenuhi. Namun demikian, ada beberapa kebiasaan karyawan yang tidak baik seperti memakai cincin, bersin dan mengobrol pada saat menangani ayam mentah. Kebiasaan cuci tangan sebelum melakukan kegiatan juga terkadang masih kurang, terutama untuk karyawan yang memegang dua pekerjaan sekaligus, seperti breading dan menggoreng ayam. Produk ayam yang telah jadi disimpan terpisah dengan ayam yang mentah akantetapi, ayam yang telah dirajang dan siap digunakan untuk bahan side item diletakkan dalam chiller yang sama dengan ayam mentah yang belum diolah . Disiplin arus karyawan dilakukan dengan cukup baik. Karyawan memegang jenis pekerjaan masing-masing dan saling membantu hanya dilakukan pada bagian tertentu. Seperti misalnya, bagian rider dapat membantu pekerjaan back up untuk 53 membungkus nasi dan membuat pesanan. Area memasak dan persiapan bahan di dapur hanya boleh dilakukan oleh karyawan yang lulus test atau yang mendapat giliran rotasi pekerjaan. Pencegahan kontaminasi silang juga dilakukan dengan sistem manajemen kain lap handuk. Tabel 10 menunjukkan manajemen terhadap penggunaan kain lap yang telah dilakukan dalam restoran. Tabel 10. Penggunaan Lap Handuk Area Warna lap Kegunaan Ruang makan dining Biru Condiment pump Hijau Meja, kursi, westafel, partisi, cermin Merah Nampan Kasir Biru Mesin pepsi Hijau Service counter Merah nampan, piring Back Up Biru Heated display,burger station, fry work station Merah Nampan, rack dan bun pan, piring, mangkuk, inset Pemasakan cook Biru Breading table, fryer Hijau Dinding keramik Merah Rack 7 bun pan Dapur kitchen Biru Chiller, freezer, table, marinator Hijau Dinding keramik, exhaust fan Manajemen terhadap penggunaan lap handuk dengan berbagai jenis warna dapat mencegah terjadinya kontaminasi kotoran, tetapi tidak sepenuhnya dapat menghindari kontaminasi melalui sentuhan tangan manusia. Warna lap yang digunakan adalah merah, hijau dan biru. Semua lap yang digunakan untuk proses pembersihan dan sanitasi disimpan dalam ember 2,5 galon yang berisi larutan sanitasi. Larutan dalam ember ini harus diganti minimal empat kali dalam sehari atau bila dalam keadaan keruh. Fasilitas Sanitasi Sarana pencuci tangan hanya terdapat satu buah dan terletak di pintu masuk ruang pengolahan. Crammer 2006 menyatakan sarana pencuci tangan sebaiknya ditempatkan sesuai dengan desain bangunan yang sering dilalui karyawan tidak hanya sekedar mengisi ruang bangunan yang tersedia. Sarana pencuci tangan merupakan faktor yang terpenting untuk mencegah kontaminasi silang. Sarana ini masih kurang memenuhi fasilitas sanitasi karena kran air yang masih harus diputar manual dan tidak dilengkapi dengan alat pengering tangan. Beberapa kebiasaan 54 karyawan untuk mengeringkan tangan pada baju seragam yang dipakai juga dapat menjadi potensi pencemaran karena tangan yang sudah dicuci dapat tercemar kembali. Sarana pencuci tangan harus terpisah dengan sarana pencucian produk dan peralatan lain untuk mencegah kontaminasi silang. Namun demikian, beberapa karyawan masih ada yang mencuci tangan di sink pencuci produk dan peralatan. Prosedur mencuci tangan yang benar dan peringatan untuk mencuci tangan saat akan mengolah produk dan setelah menangani produk dipajang di depan sarana pencuci tangan. Setiap karyawan mendapat 2 pasang seragam yang akan dipakai dalam jam kerja 40 jam seminggu. Pakaian ini harus dicuci setiap hari agar tidak menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Fasilitas foot bath tidak terdapat di area sebelum pintu masuk. Fasilitas ini penting untuk mencegah tanah dan debu masuk dalam area proses produksi Crammer, 2006. Perlindungan Bahan Pangan dari Cemaran Adulteran Bahan-bahan non pangan seperti sanitizer, senyawa pembersih dan larutan titan diletakkan pada tempat yang berjauhan dan tertutup sehingga tidak mencemari produk. Gas ditempatkan pada suatu ruangan khusus sehingga tidak menimbulkan bau yang dapat mencemari produk. Penempatan bahan-bahan pembersih dan sanitizer diberi label dan petunjuk penggunaan untuk mencegah kesalahan dalam dosis penggunaan. Wadah yang telah digunakan untuk tempat pengadukan bahan sanitizer tidak digunakan kembali untuk mengolah makanan. Tempat sampah berpenutup diletakkan di sudut ruangan dapur dan tidak dibiarkan menumpuk. Hal ini dilakukan untuk mencegah pencemaran yang timbul dari bau dan pembusukan sampah. Pelabelan dan Penyimpanan yang Tepat Restoran menggunakan sistem kartu dan formulir pencatatan terhadap semua bahan yang disimpan termasuk bahan baku, bahan penolong, bahan kemasan dan bahan pembantu. Pemberian label dan sistem kartu untuk bahan yang disimpan memudahkan stock kontrol dalam mengawasi alur masuk dan keluarnya barang sehingga sistem FIFO terlaksana dengan baik. Pemberian label pada bahan-bahan 55 yang mengandung toksik seperti larutan pembersih dan bahan sanitasi bertujuan untuk mencegah kesalahan penggunaan dan penyimpanan bahan tersebut. Produk ayam beku disimpan dalam freezer dan diberi identitas berupa tanggal masuk dan tanggal batas akhir penyimpanan tiga bulan. Ayam segar yang disimpan dalam chiller hanya dapat digunakan untuk proses marinade dalam waktu 24 jam. Ayam yang telah dimarinade diberi label waktu proses marinade dan dapat digunakan minimal 2 jam dan maksimal 24 jam. Pemberian label pada ayam marinade dilakukan untuk mengawasi sistem FIFO ayam yang akan digoreng. Kontrol Kesehatan Karyawan Restoran melakukan pengawasan kesehatan karyawan dengan baik. Karyawan yang sakit tidak diperbolehkan bekerja, sedangkan karyawan yang memiliki luka atau terluka karena kecelakaan kerja diharuskan menutup luka untuk mencegah perkembangbiakan mikroba. Bekas luka dapat menjadi sumber pertumbuhan mikroba yang dapat mencemari makanan atau peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan Marriot, 1999. Karyawan yang menderita sakit dan membutuhkan perawatan dokter mendapat biaya pengganti yang jumlahnya disesuaikan dengan status pekerjaannya. Karyawan yang baru masuk atau akan diterima diperiksakan dahulu kesehatannya untuk menghindari adanya penyakit yang dapat mencemari produk. Pencegahan Hama Hama merupakan binatang atau serangga yang tidak dikehendaki keberadaannya baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak dalam makanan. Penerapan praktik higiene yang benar dapat dilakukan untuk mencegah hama masuk dan berkembang. Hama seperti tikus, serangga, lalat, kecoa dan lainnya dapat menyebabkan penurunan mutu dan keamanan makanan. Restoran telah didesain dan dikonstruksi untuk mencegah serangan hama. Konstruksi lubang dan saluran pembuangan dibuat miring untuk mencegah masuknya hama tikus melalui got. Selain desain dan konstruksi bangunan yang khusus, pencegahan sarang hama juga dapat dilakukan dengan penyusunan dan penyimpanan bahan makanan. Wadah makanan terbuat dari bahan tahan lama dan disusun dalam posisi yang tidak langsung terkena dengan lantai dan jauh dari dinding dan langit-langit. 56 Pembasmian hama menggunakan jasa komersial terminix yang telah mendapat rekomendasi dari perusahaan sehingga tidak mempengaruhi mutu dan keamanan produk. Jasa pembasmian hama dilakukan setiap 1 kali dalam 2 minggu pada malam hari. Pengendalian hama dilakukan dengan menjaga kebersihan ruang penyimpanan dan tempat pembuangan sampah. Saluran pembuangan air ditutup untuk mencegah hama tikus masuk dalam restoran. Pemberantasan hama dilakukan secara rutin dua minggu satu kali oleh tim pembasmi hama dari komersil yang ditunjuk perusahaan pusat. 57 Tabel 11. Dokumentasi Monitoring, Koreksi dan Rekaman Pelaksanaan Delapan Kunci SSOP Aspek SSOP Pemantauan Koreksi Rekaman Keamanan air Keamanan air • Pemeriksaan kualitas air dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh departemen kesehatan • Pembedaan yang jelas antara air yang digunakan untuk proses produksi dengan air yang digunakan untuk toilet, mushalla dan sistem pendingin • Sumber air panas yang cukup • Kualitas air bersih yang digunakan memenuhi batas syarat peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 907MENKES-SKVII2002 Keamanan air • Sumber air yang digunakan telah mengalami pengujian terlebih dahulu sebelum digunakan • Penggunaan air dapat dibedakan antara air yang kontak langsung dengan bahan pangan dan air yang digunakan untuk toilet, mushalla dan sistem pendingin • Kualitas air untuk pengolahan pangan sama dengan kualitas air untuk air minum • Syarat mutu air yang digunakan sesuai dengan standard yang berlaku Menteri Kesehatan RI NO. 907MENKES-SKVII2002 • Dilakukan monitoring secara berkala terhadap pipa saluran dan proses sanitasi yang dilakukan pada bak penampungan Keamanan air • Rekaman bukti pembayaran air PAM • Rekaman analisis pemeriksaan air oleh departemen kesehatan 58 Aspek SSOP Pemantauan Koreksi Rekaman Kondisi dan Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangan Kondisi dan Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangan • Pemeriksaan kebersihan dan perlengkapan peralatan dilakukan setiap hari sebelum proses produksi dilakukan • Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih dan bebas karat • Pencatatan jadwal kebersihan • Pengujian konsentrasi klorin setiap 8 jam sekali dalam satu hari • Penggunaan desinfektan dan konsentrasinya dibatasi agar tidak mencemari produk dan membahayakan keamanan pangan Kondisi dan Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangan • Proses produksi tidak dilakukandihentikan apabila peralatan dalam keadaan rusak • Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih dan bebas karat • Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan terhadap kebersihan • Perbaikan konsentrasi sanitizer Kondisi dan Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangan • Pencatatan jadwal kebersihan di dinding dapur • Inspeksi sanitasi dilakukan setiap 3 bulan oleh departemen QA • Pencatatan konsentrasi klorin setiap hari Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan Kontaminasi Silang • Seragam kerja dipakai dari rumah • Karyawan yang tidak mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan proses • Seragam kerja dilapisi apron, penutup kepala dan sepatu khusus yang hanya dipakai di ruang produksi • Pelaksanaan higiene personal • Rekaman inspeksi sanitasi periodik oleh departemen QA • Pelatihan dan pembinaan karyawan 59 Aspek SSOP Pemantauan Koreksi Rekaman produksi • Pengujian suhu ayam matang 85 o C sekali dalam satu shift 8 jam • Pencatatan jumlah bahan yang diterima, digunakan, rusak serta jumlah bahan tambahan • Karyawan yang dibagian cook tidak memegang bagian ayam mentah dan produk lain yang baik • Produk yang tidak mencapai suhu tidak disajikan pada konsumen • Bahan yang tidak sesuai dengan pesanan tidak diterima • Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan Fasilitas Sanitasi Fasilitas Sanitasi • Sarana pencuci tangan di bagian dapur dilengkapi dengan air mengalir, sabun cair, tissue dan instruksi pencuci tangan • Sarana pencuci tangan di bagian dinning telah dilengkapi dengan air mengalir, sabun cair dan pengering tangan • Tempat sampah di area dapur berpenutup, dilapisi plastik dan dibersihkan secara rutin • Tempat sampah di area dinning dimasukkan dalam condiment bar • Toilet dibersihkan secara Fasilitas Sanitasi • Sarana pencuci tangan di bagian dapur sebaiknya dilengkapi dengan alat pengering tangan • Tempat sampah di area dapur sebaiknya dilengkapi dengan sistem penutup pijakan kaki sehingga tidak mengotori tangan • Toilet dibersihkan secara berkala dan sesuai jadwal yang telah ditetapkan • Ruang locker dibersihkan untuk mencegah sarang hama Fasilitas Sanitasi • Pencatatan jadwal karyawan untuk membersihkan toilet dan locker • Rekaman inspeksi sanitasi periodik oleh departemen QA 60 Aspek SSOP Pemantauan Koreksi Rekaman berkala, air yang tersedia dalam jumlah cukup • Loker disediakan di depan pintu masuk khusus karyawan Perlindungan Bahan Pangan dari Cemaran Adulteran Perlindungan Bahan Pangan dari Cemaran Adulteran • Pemisahan antara area persiapan bahan mentah dengan area pemasakan cook • Bahan sanitizer ditempatkan terpisah • Ruang zanitor yang terpisah dengan area produksi Perlindungan Bahan Pangan dari Cemaran Adulteran • Bahan mentah hanya boleh dipersiapkan di area persiapan • Sanitizer ditempatkan terpisah dengan bahan pangan Perlindungan Bahan Pangan dari Cemaran Adulteran • Rekaman inspeksi sanitasi periodik oleh departemen QA Pelabelan, Penggunaan Bahan Toksin dan Penyimpanan Yang Tepat Pelabelan, Penggunaan Bahan Toksin dan Penyimpanan Yang Tepat • Bahan-bahan yang mengandung toksin diberi label dan disimpan dalam tempat yang terpisah • Bahan toksin ditempatkan dalam wadah tertutup dan diberi petunjuk penggunaan Pelabelan, Penggunaan Bahan Toksin dan Penyimpanan Yang Tepat • Penggantian label bahan toksin yang rusak • Penggantian wadah yang rusak Pelabelan, Penggunaan Bahan Toksin dan Penyimpanan Yang Tepat • Rekaman inspeksi sanitasi periodik oleh departemen QA Kontrol Kesehatan Pegawai Kontrol Kesehatan Pegawai • Pemeriksaan kesehatan bagi calon karyawan yang akan bekerja Kontrol Kesehatan Pegawai • Calon karyawan yang boleh bekerja memenuhi syarat kesehatan Kontrol Kesehatan Pegawai • Inspeksi harian kesehatan karyawan oleh on duty manager setiap 61 Aspek SSOP Pemantauan Koreksi Rekaman • Karyawan yang bekerja tidak dalam keadaan sakit • Luka ditutup dengan plester • Penggantian biaya untuk karyawan yang sakit • Penggunaan masker untuk karyawan yang menderita flu dan pilek ringan hari Pencegahan Hama Pencegahan Hama • Menjaga kebersihan sampah dan fasilitas pengawasan • Inspeksi visual terhadap hama tikus, kecoa dan serangga Pencegahan Hama • Sampah tidak dibiarkan menumpuk • Pengendalian hama dengan terminix sekali dalam dua minggu Pencegahan Hama • Rekaman kontrol sanitasi periodik pengendalian hama. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengolahan daging ayam yang dilaksanakan dalam restoran cepat saji dilakukan sesuai dengan prosedur standar untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Penilaian bobot aplikasi GMP di restoran yang sesuai dengan KEPMENKES RI 715MENKESSKV2003 memenuhi dengan skor 78 dari nilai maksimal 83. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti lokasi belakang restoran yang berbatasan dengan parit yang dapat menimbulkan sarang hama dan berbau busuk; sistem pengaturan udara yang masih terasa panas dalam ruang pengolahan dan higiene karyawan. Pengawasan terhadap penerapan GMP dan SSOP dilakukan secara langsung oleh pihak manajer yang bertugas harian dalam restoran dan pengawasan periodik dilakukan oleh perusahaan pusat. Saran Beberapa saran yang disampaikan untuk mewujudkan standar higiene dan sanitasi sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas adalah sebagai berikut: a. higiene dan kebiasaan karyawan masih perlu diperhatikan seperti mengurangi kebiasaan untuk mengobrol saat melakukan pekerjaan terutama menangani bahan ayam mentah, memakai hairnet sebelum memakai topi untuk menghindari rambut yang jatuh dan mengenai produk pangan, seragam atau pelindung pakaian yang khusus dan hanya dipakai saat bekerja di dapur dan meningkatkan pembinaan tentang pentingnya sanitasi kepada karyawan. b. sarana pencuci tangan di bagian dapur sebaiknya dilengkapi dengan pengering otomatis seperti yang terdapat di bagian dinning. c. pengontrolan yang efektif pada saat penerimaan bahan baku terutama ayam mentah, seperti kondisi kemasan, suhu dan proses penurunan ayam dari truk pengangkut, dan d. sistem ventilasi exhaust fan di bagian dapur sebaiknya ditambah untuk mengurangi hawa panas terutama pada saat penggorengan dilakukan. UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah di Surga atas berkat dan kasih setia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pembimbing skripsi utama Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. dan pembimbing anggota Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si. yang telah banyak memberikan nasihat serta bimbingan mulai dari penulisan proposal penelitian sampai penyusunan skripsi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ir.Afton Atabany, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si., Ir. Widya Hermana, M.Si. dan M. Baihaqi, S.Pt., M.Sc. selaku dosen penguji sidang atas saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini. Rasa terima kasih Penulis sampaikan juga kepada kedua orang tua tercinta, bapak Abraham Sentosa Sinuhaji dan mamak Asna Br. Ginting serta kedua saudara terkasih Theresya dan Ayub untuk semua dukungan, doa, kebersamaan dan dana sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi di IPB. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Beasiswa Oikumene YBO yang telah membantu dukungan dana akademik kepada penulis selama menjalani kuliah. Skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dan kerjasama dari pihak restoran cepat saji dan bagian HRD kantor pusat. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rodi selaku Head Manager restoran, assistant manager serta para karyawan. Terima kasih untuk suasana kekeluargaan dan pengalaman baru selama magang penelitian berlangsung. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Yesua yang bersedia menjadi rekan kerja selama magang penelitian. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar IPTP 44, PMK IPB, Permata GBKP, teman-teman di Griya Ananta Yesika, Krisna, Desi, Helen, Rosinta, Era, Esti dan Priskila, teman seperjuangan 44, Vlorentina, Ribka, Tri Utami, Bambang, kelompok kecil, Conny, Diana, Selvi dan Pani dan semua teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, serta kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan dan peternakan. Amin. Bogor, November 2011 DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Edisi ke-2. Satu Gunung Budi, Bogor. Aprido, B. 2005. Optimalisasi distribusi dan penyimpanan persediaan karkas ayam broiler pada PT.Fast Food Indonesia, Tbk di wilayah Jabotabek. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arduser, L. D. R.,Brown. 2005. HACCP Sanitation in Restaurants and Food Service Operations. Atlantic Publishing Group, Inc., Ocala. Badan Standardisasi Nasional.2009. SNI 3924:2009. Mutu Karkas dan Daging Ayam, Jakarta. Bilgili, S. F. 2009. Poultry Meat Inspection and Grading. In: C.M.Owens, C.Z.Alvarado A.R.Sams. Poultry Meat Processing 2 nd Edition. CRC Press, New York. Bohaychuk, V. M., G. E.Gensler, R. K.King, K. I Mannien, O. Sorensen, J. T. Wu, M. E. Stiles L. M. McMullen. 2006. Occurrence of pathogens in raw and ready to eat meat and poultry products collected from the retail marketplace in Edmonton, Alberta, Canada. J. Food Prot. 69:2176-2182. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. E.Fleet M. Wooten. 2009. Ilmu Pangan: Terjemahan Hari Purnomo Adiono. UI Press, Jakarta. Choe, E. D. B.Min. 2007. Chemistry of deep fat frying oils. J. Food Sci 72 5 : 77-86. Crammer, M, 2003. Microorganism of Concern For Food Manufacturing. In: M.Crammer Ed. Food Plant Sanitation. CRC Press, New York. Crammer, M. 2006. Food Plant Sanitation, Design, Maintenance, and Good Manufacturing Practices. CRC Press, New York. Dawson, P. L., S. Mangalassary B. W.Sheldon. 2009. Thermal Processing of Poultry Products. In Da-Wen Sun Ed. Thermal Food Processing. CRC Press, New York. Djaafar, T. F. S. Rahayu. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Litbang Pertanian, 262: 67-75. Direktorat Surveilan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2005. Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan. Badan POM RI, Jakarta. Dokumen Upaya Kendali Lingkungan UKL- Upaya Pantau Lingkungan UPL. 2010. Laporan Pemantauan Lingkungan Restoran Cepat Saji Periode II Juli-Desember 2010. Bogor. Fiszman, S. 2009. Quality of Battered or Breaded Fried Product. In : S.Sahin S.G.Sumnu Eds.. Advances in Deep-Fat Frying of Foods. CRC Press, New York. 65 Gaman, P. M. K. B.Sherrington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Guardian, G. 2011. Grease Guardian Operation System. http: www.greaseguardian. com.[16 Agustus 2011]. Gustiani, E. 2009. Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan asal ternak daging dan susu mulai dari peternakan sampai dihidangkan. Litbang Pertanian.28 3:96-100. Hardjosworo, S. P. Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. [ILSI] International Life Science Institute. 2005. Achieving continuous improvement in reductions in foodborne listeriosis a risk-based approach. J.Food Protection. 68 9: 1932–1994 Jenie, B. S. L. 1989. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jenie, B. S. L. 2009. Pengembangan Bidang Ilmu Mikrobiologi Pangan dalam Menyikapi Masalah Keamanan Pangan dan Tren Pangan Fungsional. Dalam: Peranan IPTEKS dalam Pengembangan Pangan, Energi, SDM dan Lingkungan yang Berkelanjutan. IPB Press, Bogor. [Kepmenkes] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Nomor 907MENKESSKVII2002. Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta. [Kepmenkes] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2003. Nomor 715MENKESSKV2003. Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta. [Kepmenling]. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 2003. Nomor 112MENLING2003. Tentang limbah cair domestic. Lawrie, R. A.2003. Ilmu Daging. Terjemahan: Aminuddin P. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Maarif, M. S. Hendri, T. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo, Jakarta. Marlina, E. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Edisi I. Andi, Yogyakarta. Marriot, N. G. 1999. Principle of Food Sanitation 4 th Edition. An Aspen Publication, Maryland. Mead, G. C. 2004 a . Poultry Meat Processing and Quality. Woodhead Publishing Limited, England. Mead, G. C.2004 b . Microbiological quality of poultry meat. J.Braz.Poul.Sci.6:135- 142.http:bsas.org.ukdownloadsgenchanpaper1.pdf. [2 Desember 2010] 66 Meldrum, R. J., R. M. M. Smith I. G. Wilson. 2006. Three year surveillance program examining the prevalence of Campylobacter and Salmonella in whole retail raw chicken. J. Food Prot. 69:928-931. Muchtadi, T. R. 2008. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Edisi ke-3. IPB Press, Bogor. Oasily, T., C. L.Griffis, E. M. Martin, B. L. Beard, A. Keener J. A. Marcy. 2006. Thermal inactivation studies of Eschericia coli 0157:H7, Salmonella, and Listeria monocytogenes in ready to eat chicken-fried beef patties. J.Food Prot. 69:1080-1086. Panebianco A., G. Ziino, M. Gallo A. Giuffrida. 2004. Application of Monitoring Score System to Catering Industry. In : F.J.M. Smulders J. D.C. Eds. Safety Assurance During Processing. Wageningen Academic Publishers, Netherlands. Parker, R. 2003. Introduction to Food Science. Delmar Thomson Learning, Inc., Albany. Purwati. 2007. Efektifitas plastik polipropilen rigid kedap udara dalam menghambat perubahan kualitas daging ayam dan daging selama penyimpanan beku. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sahin, S. S. G.Sumnu. 2009. Advances in Deep-Fat Frying of Foods. CRC Press, New York. Sams, A. R. 2001. Poultry Meat Processing. CRC Press, New York. Sams, A. R. C.M. Owens. 2009. Second Processing: Parts, Deboning, and Portion Control. In : C.M.Owens, C.Z.Alvarado A.R.Sams. Poultry Meat Processing 2 nd Edition. CRC Press, New York. Sens, R. A., M. Muthkumar B. M. Naveena. 2009. Colour defects, quality and shelf life of commercially processed broiler carcass. Abstract. J.Indian. Poul.Sci.44 Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sunatmo, T. A. 2009. Mikrobiologi Esensial. Ardy Agency, Jakarta. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Edisi ke-1. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara, Jakarta. Tan, F. J. H. W. Ockerman. 2006. Applicability of nisin and tumbling to improve the microbiological quality of marinated chicken drumstick. J. Anim. Sci.19:292-296. 67 USFDA. 2011. Hazard Analysis And Critical Control Point HACCP Systems. http:www.accessdata.fda.govscriptscdrhcfdocscfcfrCFRSearch.cfm?fr= 120.6SearchTerm=sanitation20and20standard [21 Agustus 2011] WHO, 2007. Food Safety and Foodborne Illness. http:www.who.intmediacentre factsheetfs237en [10 Agustus 2011] Winarno, F. G Surono. 2002. GMP, Cara Pengolahan Pangan yang Baik. M-Brio Press, Bogor. Winarno, F. G. 2007. Analisis Laboratorium Gastroenteritis dan Keracunan Pangan. Cetakan 1. M-Brio Press, Bogor. Winnipeg. 2011. Grease Trap. http:www.winnipeg.cawaterandwaste sewage grease Traps .stmdocid=w45_hF5VIBDDTMimgurl [16 Agustus 2011] Yanti, H., Hidayati Elfawati. 2007. Kualitas daging sapi dengan kemasan plastik PEpolyethylen dan plastik PP polypropylen di pasar arengka kota Pekanbaru. J. Peternakan 51: 22-27. Yu, L. H., E. S. Lee, J. Y. Jeong, H. D. Paik, J. H. Choi C. J. Kim. 2005. Effects of thawing temperature on the physicochemical properties of pre-rigor frozen chicken breast and leg muscles. Meat Sci. 71 375–382. LAMPIRAN 69 No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat dan sumber pencemaran lainnya 2 Bangunan dan Fasilitas

A. Halaman 1 1