Tujuan pengaturan penggunaan senjata api bagi POLRI

2.6 Tujuan dan Dasar Hukum Penggunaan Senjata Api Bagi POLRI

2.6.1 Tujuan pengaturan penggunaan senjata api bagi POLRI

Kebijakan menurut hukum Administrasi Negara merupakan produk dari pelaksanaan kewenangan yang berwujud Tindak Administrasi Negara yang dilakukan Pelaksana Administrasi Negara untuk melaksanakan tugasnya dalam menjalankan pemerintahan. Kebijakan merupakan Atribusi atau delegasi, yang merupakan Pelaksana Administrasi membentuk kebijakan berdasarkan kewenangan yang diberikan atau dilimpahkan melalui peraturan perundang-undangan kepadanya 43 . Kebijakan mengenai senjata api yang dikeluarkan oleh POLRI memikirkan tujuan yang hendak dicapai dari dibuatnya kebijakan tersebut yaitu keamanan. Karena melihat dari tujuannya maka, suatu kebijakan memiliki kaitan untuk mencapai tujuan dari kaidah hukum dalam produk kebijakan. Termasuk juga bagaimana agar kebijakan pemilikan senjata api oleh aparat Polri dapat memiliki pengaruh positif, artinya melakukan pertimbangan efektivitas hukum. 44 Pertimbangan yang dilakukan oleh pembuat kebijakan yaitu untuk menentukan suatu kondisi yang ingin dicapai atau adanya permasalahan yang hendak diatasi dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut kondisi dan 43 Nugraha, et al Safri ., Hukum Administrasi Negara,Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2005. Hal: 167 44 Muladi Dan Barda Nawawi Arif, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Alumni. Bandung2005. hal 153 permasalah tersebut merupakan motif atau latar belakang mengapa sebuah kebijakan itu perlu ada dan atau dilahirkan 45 . Kebijakan kepemilikan senjata api yang memperbolehkan aparat Polri memiliki senjata api tentunya memiliki hubungan dengan keamanan disamping sebagai upaya penanggulangan kejahatan 46 . Dalam pembuatan suatu kebijakan, selain memikirkan tujuannya juga dipikirkan mengenai kegunaan maupun keadilannya, agar peraturan yang dikeluarkan dapat mencapai hasil yang lebih baik. Hal yang demikian ini merupakan bentuk dari pelaksanaan politik hukum 47 , dimana peraturan ini di satu sisi dibuat untuk mencapai tujuan kebijakan dan sisi lain mendukung tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Suatu kebijakan baru dapat anggap efektif apabila sikap atau perilaku perilaku pihak pihak yang menjadi sasaran dari kebijakan menuju tujuan yang dikehendaki kebijakan 48 . Sesungguhnya penggunaan senpi haruslah sangat sensitive dan selektif, tidak disetiap kondisi penangangan kejahatan Polisi harus menunjukkan, menodongkan bahkan meletuskan senjata api miliknya. Dalam pasal 2 Perkap 01 Tahun 2009 tentang : tujuan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian adalah: mencegah, menghambat, atau menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersangka yang sedang berupaya atau sedang melakukan tindakan yang bertentangan dengan 45 Ibid., 46 Ibid., 47 Soekanto, Soerjono,Efektifitas Hukum dan Peranan Sanksi,Bandung:Remadja Karya CV, 1988.hal:103 48 Ibid., hukum ,mencegah pelaku kejahatan atau tersangka melarikan diri atau melakukan tindakan yang membahayakan anggota Polri atau masyarakat; melindungi diri atau masyarakat dari ancaman perbuatan atau perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menimbulkan luka parah atau mematikan; atau melindungi kehormatan kesusilaan atau harta benda diri sendiri atau masyarakat dari serangan yang melawan hak danatau mengancam jiwa manusia 49 . Nesesitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila memang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi; penggunaan senjata api hanya dapat dilakukan sebagai usaha terakhir dan dapat digunakan jika diperlukan untuk melindungi diri anggota polisi sendiri, orang sekitar yang tidak bersalah serta untuk memudahkan proses penangkapan. Dan jika diperlukan menembak, tembakan harus diarahkan pada bagian tubuh yang paling sedikit mengakibatkan resiko kematian. Karena penangkapan ditujukan untuk membawa tersangka diadili di pengadilan 50 . Proporsionalitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan harus dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan kerugiankorbanpenderitaan yang berlebihan; Preventif, yang berarti bahwa tindakan kepolisian mengutamakan pencegahan; Polri mengatur mekanisme dan standar penggunaan kekuatan 49 www.jurnalsrigunting.com . 50 Ibid.., dalam tindakan kepolisian melalui Peraturan Kapolri Perkap No. 12009 yang membagi 6 tahapan penggunaan kekuatan, yaitu: 1. Kekuatan yang memiliki dampak deterentpencegahan 2. Perintah lisan 3. Kendali tangan kosong lunak 4. Kendali tangan kosong keras 5. Kendali senjata tumpul atau senjata kimia 6. Kendali dengan menggunakan senjata api Mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas atau bahayanya terhadap masyarakat 51 . Berdasarkan uraian diatas maka tergambar bahwa terjadinya penyalahgunaan senjata api oleh aparat polri adalah ketidakmampuan Aparat polri dalam mengendalikan diri saat menggunakan senjata api yang seharusnya di gunakan pada saat yang tepat dan pada kondisi yang seharusnya seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa kebijakan penggunaan senjata api oleh polri dibuat berdasarkan tujuan untuk melindungi masyarakat dan keamanan penanggulangan kejahatan dan harus sensitive dan selektif karena tidak disetiap kondisi penanganan kejahatan polisi harus menunjukkan, menodongkan atau meletuskan senjata apinya. 51 Ibid..,

2.6.2 Dasar hukum penggunaan senjata api bagi anggota POLRI