Dasar hukum penggunaan senjata api bagi anggota POLRI

2.6.2 Dasar hukum penggunaan senjata api bagi anggota POLRI

Berdasarkan pasal 9 Undang-undang No. 8 Tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api, Polri merupakan satu satunya instansi yang berwenang untuk mengeluarkan ijin pemakaian senjata api. Berkaitan dengan undang-undang tersebut, maka Polri mengeluarkan kebijakan kebijakan dengan penggunaan senjata api baik oleh aparat Polri ataupun Masyarakat sipil 52 . Pada bidang bidang yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia KAPOLRI memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan yang diperlukan. Wewenang ini sesuai dengan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagaimana yang diatur di dalam pasal 13 No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian. Berdasarkan dari pasal ini maka kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolri akan mendukung fungsi dan tujuan Polri, yaitu terselenggaranya ketertiban dan keamanan masyarakat 53 . Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut undang undang No 2 Tahun 2002 tentang kepolisisan, memiliki tugas pokok yang ditur dalam pasal 13 yaitu, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka tugas tersebut maka Kepolisian Negara Republik Indonesia juga diberi kewenang-wenangan yang salah 52 SOP Administrasi Senjata Api Non Organik TNIPolri Dan Bahan Peledak Komersial tahun 2009 53 Ibid.., satunya adalah untuk memberikan ijin dan melakukan pengawasan mengenai senjata api bahan peledak 54 . Salah satu kebijakannya yang dikeluarkan oleh Kapolri selaku pemimpin tertinggi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah kebijakan mengenai senjata api yang tertuang dalam buku petunjuk pengawasan dan pengendalian senjata api Non Organic TNIPOLRI, melalui surat Keputusan Kapolri No.Pol Skep82II2004. Kebijakan ini merupakan respon dari peraturan-undangan terdahulu yag telah mengatur mengenai senjata api. Dalam kebijakan ini terdapat pula pasal yang memperbolehkan kepada masyarakat sipil untuk dapat menguasai senjata api 55 . Ketentuan ketentuan tentang perijinan dan pendaftaran senjata api dimaksudkan untuk dapat melakukan pengawasan dan pengendalian senjata api, mengetahui dengan benar dan tepat tentang jumlah, keidentikan, dan identitas senjata api yang beredar dimasyarakat , serta membatasi sampai sekecil mungkin peredaran serta jumlah senjata api yang ada atau dimiliki dalam masyarakat demi kepentingan masyarakat itu sendiri 56 . Orang-Orang yang boleh menggunakan senjata api, izin kepemilikan senjata api untuk tujuan bela diri hanya diberikan kepada pejabat tertentu. Menurut ketentuannya, mereka harus dipilih secara selektif. Mereka masing-masing adalah pejabat swasta atau perbankan, pejabat pemerintah, TNIPolri dan purnawirawan 57 . 54 Undang-undang Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia UU.NO.22 tahun 2002, pasal 4 55 Ibid.., 56 Ibid.., 57 Ibid.., Personel Pelayanan Kepolisian dibidang Intelkam merupakan kelengkapan pemenuhan kewajiban hukum dari masyarakat yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api dan Undang- Undang Nomor 20 Prp Tahun 1960 tentang Kewenangan Perijinan yang diberikan menurut perundang-undangan mengenai senjata api serta Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1951 tentang Peraturan Hukum Istimewa Sementara, dan dalam pelaksanaannya pelaksanaan pelayanan public terkait dengan perijinan senjata api non organic TNIpolri dan bahan peledak komersial di Direktorat Intelkam di awaki personil berpangkat Bintara di bawah kendali dan pengawasan Kepala Seksi Pelayanan Administrasi Kasi Yanmin yang berpangkat Komisaris Polisi 58 . Dasar hukum penggunaan senjata api bagi anggota Polri diatur dalam Perkap No. 1 Tahun 2009 dan untuk pengaturan mengenai senjata api, yaitu : Undang – Undang Darurat No.12 Tahun 1951; Undang – Undang No.8 Tahun 1948 dan Perpu No.20 Tahun 1960; SK Kapolri No.Skep244II1999 dan; SK Kepala Polri Nomor 82 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non- Organik 59 . Peraturan yang mengatur mengenai penggunaan senjata api oleh polisi antara lain diatur dalam Perkapolri No. 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam 58 Ibid.., 59 Ibid.., Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia “Perkapolri 82009”, serta di dalam Perkapolri No. 1 tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian “Perkapolri 12009”. Berdasarkan Pasal 47 Perkapolri 82009 disebutkan bahwa: 1. Penggunaan senjata api hanya boleh digunakan bila benar-benar diperuntukkan untuk melindungi nyawa manusia. 2. Senjata api bagi petugas hanya boleh digunakan untuk:  Dalam hal menghadapi keadaan luar biasa;  Membela diri dari ancaman kematian danatau luka berat;  Membela orang lain terhadap ancaman kematian danatau luka berat;  Mencegah terjadinya kejahatan berat atau yang mengancam jiwa orang;  menahan, mencegah atau menghentikan seseorang yang sedang atau akan melakukan tindakan yang sangat membahayakan jiwa; dan  menangani situasi yang membahayakan jiwa, dimana langkah- langkah yang lebih lunak tidak cukup. Penggunaan senjata api oleh polisi dilakukan apabila Pasal 8 ayat [1] Perkapolri 12009 : a. Tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat secara segera menimbulkan luka parah atau kematian bagi anggota Polri atau masyarakat; b. Anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang beralasan dan masuk akal untuk menghentikan tindakanperbuatan pelaku kejahatan atau tersangka tersebut; c. anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku kejahatan atau tersangka yang merupakan ancaman segera terhadap jiwa anggota Polri atau masyarakat. Pada prinsipnya, penggunaan senjata api merupakan upaya terakhir untuk menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersangka Pasal 8 ayat [2] Perkapolri 12009 . Jadi, penggunaan senjata api oleh polisi hanya digunakan saat keadaan adanya ancaman terhadap jiwa manusia. Sebelum menggunakan senjata api, polisi harus memberikan peringatan yang jelas dengan cara Pasal 48 huruf b Perkapolri 82009 : 1. Menyebutkan dirinya sebagai petugas atau anggota Polri yang sedang bertugas; 2. Memberi peringatan dengan ucapan secara jelas dan tegas kepada sasaran untuk berhenti, angkat tangan, atau meletakkan senjatanya; dan 3. Memberi waktu yang cukup agar peringatan dipatuhi Sebelum melepaskan tembakan, polisi juga harus memberikan tembakan peringatan ke udara atau ke tanah dengan kehati-hatian tinggi dengan tujuan untuk menurunkan moril pelaku serta memberi peringatan sebelum tembakan diarahkan kepada pelaku Pasal 15 Perkapolri 12009. Pengecualiannya yaitu dalam keadaan yang sangat mendesak di mana penundaan waktu diperkirakan dapat mengakibatkan kematian atau luka berat bagi petugas atau orang lain di sekitarnya, peringatan tidak perlu dilakukan Pasal 48 huruf c Perkapolri 82009 60 . Berdasarkan semua dasar hukum penggunaan senjata api bagi Aparat Polri yang telah dipaparkan di atas berarti jelas bahwa kebijakan atas kepemilikan penggunaan senjata api oleh aparat polri adalah hal yang memiliki tujuan positif untuk aparat penegak hukum dalam melindugi masyarakat karena telah dipertimbangkan dan di tetapkan dalam perundang- undangan tentang kepolisian dan Undang-undang tentang senjata api Juga dalam peraturan kepala kepolisisan republik Indonesia Perkapolri.

2.7 Prosedur Kepemilikan Dan Penggunaan Senjata Api Bagi Aparat Polri