Herty Dita Utami Nasution : Pengaruh Temperatur Vulkanisasi Terhadap Nilai Kelenturan Schwartz ValueVrs Benang Karet Count 42 Sw Ends 40 Pt.Industri Karet Nusantara, 2008.
USU Repository © 2009
1.2 Permasalahan
Untuk mengetahui pengaruh temperatur vulkanisasi yang dipakai untuk menghasilkan benang karet yang memiliki nilai kelenturan yang baik pada benang karet Count 42
Ends 40.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh temperatur vulkanisasi terhadap nilai kelenturan
benang karet Count 42 Ends 40. 2.
Untuk mengetahui standar temperatur vulkanisasi yang dipakai pada proses pemasakan dan Schwartz value nilai kelenturan yang dihasilkan benang karet
Count 42 Ends 40.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui proses yang baik dalam vulkanisasi benang karet dalam
hubungannya dengan temperatur vulkanisasi sehingga dapat menghasilkan benang karet yang bermutu tinggi.
2. Menambah pengetahuan dalam bidang operasi yang berhubungan dengan
proses vulkanisasi benang karet.
Herty Dita Utami Nasution : Pengaruh Temperatur Vulkanisasi Terhadap Nilai Kelenturan Schwartz ValueVrs Benang Karet Count 42 Sw Ends 40 Pt.Industri Karet Nusantara, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perkembangan Karet Indonesia
Sejarah karet perkembangan Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum perang dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi negara
penghasil karet alam terbesar di dunia. Komoditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian negara. Sejak tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai
produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia. Walaupun demikian, bagi perekonomian Indonesia karet tetap memberi sumbangan yang besar dan masukan
yang tidak sedikit.
Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk
dikoleksi. Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah.
Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut di daerah Pamanukan dan
Herty Dita Utami Nasution : Pengaruh Temperatur Vulkanisasi Terhadap Nilai Kelenturan Schwartz ValueVrs Benang Karet Count 42 Sw Ends 40 Pt.Industri Karet Nusantara, 2008.
USU Repository © 2009
Ciasem, Jawa Barat. Pertama kali jenis karet yang ditanam adalah karet rambung atau Ficus elastica.
Jenis karet Havea brainsiliensis diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1876 yang berasal dari lembah Amazone, Brasil. Saat ini karet Havea brainsiliensis di
Indonesia sudah merupakan tanaman karet perkebunan yang cukup luas yaitu sekitar 2,6 juta ha dan merupakan sumber devisa bagi negara.
1
Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karet banyak diusahakan sebagai tanaman perkebunan di Indonesia. Tanaman karet diusahakan
mulai dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi.
2.2 Perkembangan Industri Karet Indonesia