Perkembangan Industri Karet Indonesia

Herty Dita Utami Nasution : Pengaruh Temperatur Vulkanisasi Terhadap Nilai Kelenturan Schwartz ValueVrs Benang Karet Count 42 Sw Ends 40 Pt.Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009 Ciasem, Jawa Barat. Pertama kali jenis karet yang ditanam adalah karet rambung atau Ficus elastica. Jenis karet Havea brainsiliensis diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1876 yang berasal dari lembah Amazone, Brasil. Saat ini karet Havea brainsiliensis di Indonesia sudah merupakan tanaman karet perkebunan yang cukup luas yaitu sekitar 2,6 juta ha dan merupakan sumber devisa bagi negara. 1 Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karet banyak diusahakan sebagai tanaman perkebunan di Indonesia. Tanaman karet diusahakan mulai dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi.

2.2 Perkembangan Industri Karet Indonesia

Indonesia, yang sejak sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956 merupakan negara penghasil karet alam terbesar, pernah menganggap bahwa : “Rubber is de kurk waarop wij drijven” Karet adalah gabus dimana kita berapung. Walaupun sejak tahun 1957 kedudukan kita sebagai produsen nomor wahid direbut oleh Malaysia, hingga sekarang, predikat pentingnya karet bagi perekonomian Indonesia masih tetap menonjol setelah komoditi migas dan kayu. 1 Tim Penulis PS. 1999. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. Herty Dita Utami Nasution : Pengaruh Temperatur Vulkanisasi Terhadap Nilai Kelenturan Schwartz ValueVrs Benang Karet Count 42 Sw Ends 40 Pt.Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009 Secara umum pengusahaan perkebunan karet di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa kelompok seperti dibawah ini : 1 Perkebunan besar negara atau yang diusahakan oleh pihak pemerintah, biasanya oleh PTP Perseroan Terbatas Perkebunan. 2 Perkebunan besar yang diusahakan oleh swasta. 3 Perkebunan karet yang diusahakan oleh rakyat. Kendatipun demikian, karet yang mampu menghidupi hampir 1,5 juta penduduk ini boleh dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80 areal penanaman karet diusahakan oleh rakyat. Selain industri karet alam, belakangan ini industri karet Indonesia mulai mengacu pada karet sintetik. Meskipun sebenarnya Indonesia bukan negara penghasil minyak bumi terpaksa mencoba mengembangkan produk karet sintesis, terutama untuk jenis Syrene Butadiene Rubber SBR. Jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi peningkatan impor. SBR digunakan untuk industri ban, terutama untuk lapisan luarnya. Produksi karet sintesis Indonesia masih berskala kecil. Walaupun masih berskala kecil, tetapi industri perkaretan Indonesia saat ini sudah semakin maju dan diproduksinya dua jenis karet yang laris di pasaran. 2 2 Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Herty Dita Utami Nasution : Pengaruh Temperatur Vulkanisasi Terhadap Nilai Kelenturan Schwartz ValueVrs Benang Karet Count 42 Sw Ends 40 Pt.Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009 2.3 Jenis Karet 2.3.1 Karet Alam