Penentuan Kadar Amoniak (NH3) Pada Lateks Kompon Terhadap Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara

(1)

PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LATEKS KOMPON TERHADAP BENANG KARET DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

KARYA ILMIAH

WINNY MUSTIKA MATONDANG 072401029

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LATEKS KOMPON TERHADAP BENANG KARET DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

WINNY MUSTIKA MATONDANG 072401029

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3)

PADA LATEKS KOMPON TERHADAP BENANG KARET DI PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : WINNY MUSTIKA MATONDANG

Nomor Induk Mahasiswa : 072401029

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010

Diketahui / disetujui oleh :

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

DR. Rumondang Bulan, MS

NIP. 195408301985032001 NIP. 195308171983031002


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LATEKS KOMPON TERHADAP

BENANG KARET DI PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau..

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda dan ayahanda tercinta, Faridawati Harahap dan M.Yunus Matondang SE, buat kakak dan adikku Reza Sazali Mayfa Matondang dan Danil Faresi Yaqub Matondang, atas cinta kasih, dukungan baik moril maupun materil, pengorbanan, serta doa tulus tiada hentinya demi kebaikan dan kebahagian penulis.

Selain itu penulis juga ingin megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M. Sc, MPhill selaku dosen pembimbing tugas akhir

yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta masukan kepada penulis sehingga telah dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu DR. Rumodang Bulan, MS selaku ketua departemen kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Eddy Marlianto, M. Sc selaku dekan FMIPA USU.

4. Ibu Dr.Marpongahtun, M. Sc selaku ketua program studi D3 Kimia Analis.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis.

6. Bapak Erwin Lubis, ST selaku pembimbing praktek kerja lapangan dan manager di PT. Industri Karet Nusantara.

7. Teman - teman kost sulas dunkz, eska til,siwi alay, dewi cakcuk, suci bik tum,Terima kasih atas semangat dan doa yang telah kalian berikan.

8. Buat Sahabat-sahabatku : Khairu nisya rambe “gocha”,Elisabeth Simanungkalit “iebet”Lisa Nursyam “lameb”Susan Natalia “jenk soez” suryadi cibro “icib” ’. Terima kasih atas hari-hari yang berharga yang telah kalian berikan selama ini. Tetap jadi sahabat terbaikku.

9. Teman-teman PKL ( Khoirotun Najihah ,Tri Sahputra,lidya) dan teman-teman seperjuangan di Kimia Analis 2007 yang namanya tidak dapat sebutkan satu per satu.


(6)

Terima kasih atas kekompakan, semangat, kebersamaan, bantuan, keceriaan, persaudaraan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Chayoo…!!!!! 10.Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan doa dan semangatnya kepada

penulis.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juli 2010 Penulis


(7)

ABSTRAK

Lateks pekat (Concetrated latex) merupakan bahan baku industri karet yang paling fleksibel dibanding dengan sit, atau karet remah namun lateks ini harus dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet kering 60% atau lebih. Salah satu bahan kimia yang digunakan untuk bahan pengolahan karet adalah Amoniak (NH3) bersifat sebagai senyawa antikoagulan

dan juga desinfektan, yang ditambahkan indikator BTB 0,04N dan kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,1N dengan metode volumetri, sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

biru. Kandungan amoniak yang terdapat dalam lateks adalah 25% untuk setiap liter lateks. Fungsi amoniak tersebut adalah untuk menekan kenaikan bilangan asam lemak mudah menguap.


(8)

TO DETERMINE THE AMONIAK (NH3) OF ACTIVE COMPOUND TO RUBBER THREAD IN PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

ABSTRACT

condensed latex represent the raw material most compared to flexible rubber industry by sit, or crumb rubber but this latex have to be condensed beforehand till have the rate of crumb rubber 60% or more. one of the chemicals used for the materials of rubber processing is ammonia ( NH3) have the character of as compound antikoagulan as well as desinfektan , what is enhanced by indicator BTB 0,04N and later;then titration by H2SO4 0,1N by

volumetri methods, happened by the colour change from turning yellow to become blue. ammonia content which is there are in latex about 25% for each lateks. the function amoniak is to depress the sour ascending number of volatile.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK vi

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN ix BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Batasan Permasalahan 3

1.4. Tujuan 3 1.5. Manfaat 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Karet Sintetis 5 2.2. Karet untuk Kegunaan Umum 5

2.2.1 Karet Stirena Butadiena 5 2.2.2 Karet Polibutadiena (Butadiene Rubber/BR) 6 2.2.3 Karet Isobutilena-Isoprena 6 2.3. Karet untuk Kegunaan Khusus 7

2.3.1 Karet Akrilonitril Butadiene (NBR) 7

2.3.2 Karet Polikloprena (CR) 7

2.3.3 Elastomer uretana 8


(10)

2.5. Beberapa jenis Karet beserta Standart mutunya 10

2.6. Cara memperlakukan Lateks 14

2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Lateks 15

BAB 3 BAHAN DAN METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan 21

3.1.1. Alat 21

3.1.2. Bahan 21

3.2. Prosedur Analisis 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Analisis 23

4.2. Pengolahan Data 23

4.3. Pembahasan 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 25

5.2. Saran 25

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Standart Mutu Lateks Pekat 13


(12)

DAFTAR LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Standart Mutu Lateks Pekat 13


(14)

DAFTAR LAMPIRAN


(15)

ABSTRAK

Lateks pekat (Concetrated latex) merupakan bahan baku industri karet yang paling fleksibel dibanding dengan sit, atau karet remah namun lateks ini harus dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet kering 60% atau lebih. Salah satu bahan kimia yang digunakan untuk bahan pengolahan karet adalah Amoniak (NH3) bersifat sebagai senyawa antikoagulan

dan juga desinfektan, yang ditambahkan indikator BTB 0,04N dan kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,1N dengan metode volumetri, sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

biru. Kandungan amoniak yang terdapat dalam lateks adalah 25% untuk setiap liter lateks. Fungsi amoniak tersebut adalah untuk menekan kenaikan bilangan asam lemak mudah menguap.


(16)

TO DETERMINE THE AMONIAK (NH3) OF ACTIVE COMPOUND TO RUBBER THREAD IN PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

ABSTRACT

condensed latex represent the raw material most compared to flexible rubber industry by sit, or crumb rubber but this latex have to be condensed beforehand till have the rate of crumb rubber 60% or more. one of the chemicals used for the materials of rubber processing is ammonia ( NH3) have the character of as compound antikoagulan as well as desinfektan , what is enhanced by indicator BTB 0,04N and later;then titration by H2SO4 0,1N by

volumetri methods, happened by the colour change from turning yellow to become blue. ammonia content which is there are in latex about 25% for each lateks. the function amoniak is to depress the sour ascending number of volatile.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaannya oleh columbus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh penjelajah-penjelajah berikutnya pada awal ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone, dan secara traditional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan.

Mula-mula karet berkembang pesat di Malaysia dan Ceylon. Di Indonesia perkebunan besar karet baru dimulai di Sumatera pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906. Sejak saat itulah perkebunan karet mengalami perluasan yang cepat, walaupun terjadi pula masa suram. Di samping berkembangnya perkebunan besar yang diusahakan oleh para pengusaha perkebunan, berkembang pula perkebunan-perkebunan karet yang diusahakan oleh rakyat (petani karet) terutama di luar Jawa,yang masih banyak tanah ladang yang mudah dijadikan perkebunan karet dengan dengan cara murah.

Semua karet yang berasal dari alam dibentuk dari unit dasar yang sama yaitu C5H8 yang merupakan suatu senyawa hidrokarbon molekul individual dari senyawa

ini dikenal sebagai “Isoprena”, molekul karet alam didapat dari pohon Havea yang tersusun dari banyak unit isoprena yang berikatan bersama dimana secara karakteristik membentuk rantai panjang yang tidak bercabang. Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan makroi molekul yang poliisoprena (C5H8)n yang


(18)

bergabung secara ikatan head to tail. Rantai poliisoprena tersebut membentuk konfigurasi cis dengan susunan yang teratur (Barlow,1978)

Pada pengolahan lateks kompon, pada saat keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi setelah kira-kira 8jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan karet prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian kolodial yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian kolodial ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen kolodial yang lebih ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan prakoagulasi.

Zat antikoagulasi dapat digunakan untuk pencegahan terjadi prakoagulasi, zat anti koagulan ada beberapa macam seperti soda atau natrium karbonat (Na2CO3),

Amoniak(NH3), formaldehid, natrium sulfit (Na2SO3) tetapi harus dipilih yang paling

tepat,pilihan disesuaikan dengan kondisi lokasi,harga,kadar bahaya zat tersebut dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam pencegahan prakoagulasi. dari beberapa jenis zat antikoagulan yang ada, penulis hanya membahas mengenai Amoniak (NH3).

Amoniak (NH3) zat antikoagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan

karena bersifat desinfektan sehingga dapat berfungsi membunuh bakteri, bersifat basa sehingga dapat mempertahankan atau menaikkan pH lateks kebun, mengurangi konsntrasi logam, dan juga amoniak digunakan untuk pemantapan lateks. Untuk ini tinggi rendahnya kadar amoniak menunjukkan mutu yang dihasilkan (T. Austin,1985)


(19)

1.2 Permasalahan

Berapakah kadar amoniak (NH3) yang terdapat pada lateks kompon untuk memenuhi standart industri

benang karet.

1.1.Batasan Permasalahan

Dalam hal ini penulis membatasi penulisan karya ilmiah ini hanya pada pemeriksaan kadar Amoniak terhadap mutu benang karet yang dihasilkan.

1.4. Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya ilmiah hasil praktek kerja lapangan yang penulis lakukan di Rubber Thread Factory (RTF) PT. Industri Karet Nusantara adalah untuk mengetahui kadar amoniak yang terdapat pada lateks kompon terhadap benang karet

1.5.Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi tentang kadar amoniak (NH3) yang sesuai dengan standar PT. Industri Karet Nusantara.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengenalan Karet Sintetik

Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini mendorong negara-negara Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik.

Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil butadiena (karet metil). Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik dilakukan dalam tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat dengan cara polimerisasi butadiena dengan menggunakan natrium sebagai pencepat (accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang pesat, dan dewasa ini karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada kebutuhan karet dunia.

Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2(dua) kelompok utama,yaitu : a. Kegunaan Umum

Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban pneumatik. Contoh: karet SBR,poliisoprena,polibutadiena,EPDM

b. Kegunaan Khusus

Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan terhadap aksi bahan kimia. Contoh : karet-karet IIR,polikloroprena, NBR


(21)

Karet Stirena Butadiena adalah karet sintetik yang paling populer, merupakan kopolimer acak dari butadiena dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi

Dibanding karet alam, karet Stirena Butadiena memiliki beberapa kelebihan seperti : tidak memerlukan proses mastikasi, lebih toleran terhadap extender oil tanpa menyebabkan terjadinya penurunan sifat (deteoriozation in properties), dan ketahanan terhadap penuaan dan abrasi seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga tidak tahan terhadap minyak api, karena gugus sisi (stirena) yang besar, maka karet Stirena Butadiena merupakan polimer amorfus yang tidak menguat sendiri (self reinforced rubber), sehingga perlu penambahan pengisi penguat saat komponding. Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga divulkanisasi dengan mengguanakan sistem vulkanisasi sulfur terakselerasi, oleh karena ikatan gandanya lebih sedikit dibandingkan karet alam maka jumlah hidrogen alilik juga lebih sedikit, sehingga jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang digunakan untuk karet alam, tetapi bahan pencepat digunakan lebih banyak

2.2.2 Karet Polibutadiena (Butadiene Rubber/BR)

Dibuat dengan cara polimerisasi emulsi dan larutan, Polimerisasi larutan menghasilkan karet karet BR yang stereo regular, untuk keperluan pembuatan ban yang lebih tahan terhadap abrasi jalan raya, lebih lentur dan resilien dibanding karet alam. Polimerisasi emulsi menghasilkan polimer campuran yang acak (Cis dan Trans poli butadiene).Kegunaan utama adalah sebagai bahan untuk pembuat ban, karena dapat meningkatkan ketahanan abrasi. Digunakan secara adonan (campuran ) dengan karet SBR maupun karet alam, kelebihan terutama dalam mengurangi terjadinya pemanasan dalam (hysteresis) pada produk ban


(22)

Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan Isoprena merupakan karet yang tidak tahan terhadap minyak dan api, tidak berkutub (nonpolar) tapi sangat tahan terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat. Karet yang dapat mengkristal sehingga mempunyai kekuatan gum (vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi. Kegunaan utama untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam untuk ban pneumatic, produk karet yang terkena sinar matahari, barang-barang untuk kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa dan selang radiator,penebalan kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang yang tahan terhadap bahan kimia seperti pembuatan pipa untuk industri kimia

2.3 Karet Untuk Kegunaan Khusus

2.3.1 Karet Akrilonitril Butadiena (NBR)

Disebut juga dengan karet nitril, seperti karet stirena butadena, diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi. Karet nitril terdiri dari kopolimer butadiena dan akrilonitril. Jenis karet nitril tergantung kepada kandungan akrilonitril (25 s/d 50%), gugus akrilonitril (AcN) menyebabkan karet ini berkutub serta tahan terhadap bahan yang tidak berkutub seperti minyak bumi/minyak mineral, dan gugus akrilonitril pada sisi tulang belakang molekul karet ini menghalangi terjadinya penghabluran atau penguatan sendiri. Semakin meningkat kadar akrilonitril, maka semakin baik ketahanan pengembangan rantai molekul (swelling resistance), suhu peralihan glass (Tg), kekerasan, kekuatan tarik. Semakin buruk resiliens, sifat-sifat elastisitas ( terutama suhu rendah).


(23)

terhadap serangan minyak. Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam konfigurasi trans. Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan. CR banyak digunakan karena sifatnya yang tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas, dan lentur. Ia juga mempunyai ketahanan kepada cuaca sekitaran. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga rintangan lelasan. Antara kegunaan CR dalam industri ialah dalam pembuatan hose tube, hose hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan industri, dalam automotif untuk pembuatan tube, barangan teracuan dan tali sawat berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket, gasket pelabuhan dan filem untuk bumbung bangunan.

2.3.3 Elastomer Uretana

Uretana dihasilkan dengan mereaksikan bahan-bahan yang mengandung hidroksil dengan bahagian yang bersentuhan dengan bahan organik isosianat. Dengan pemilihan isosianat, poliol dan bahan pematangan yang sesuia, resin penyalutan, busa uretana,polimer cair dan polimer gam dapat dihasilkan polimer gam yang digunakan dalam industri karet dibuat dengan mereaksikan poliol yang berlebih sedikit dengan isosianat. Untuk pematangan dengan sulfur,sedikit monomer tak jenuh digunakan. Polimer yang terhasil adalah tahan kepada ozon dan mempunyai sifat-sifat penuaan yang baik. Ia juga tahan kepada minyak dan mempunyai kekeuatan tensil,koyok yang tinggi serta rintangan lelasan yang amat baik.

2.3.4 Elastomer Polisulfida

Elastomer polisulfida juga dinamakan “Thiokol” oleh Thiokol Chemical Corporation. Thiokol digunakan dalam pembuatan barangan mekanik dan hose karena sifat keboleh telapannya yang rendah dan ketahanannya kepada pelarut keton dan ester. Ia juga digunakan dalam sektor pembinaan dan marina karena ketahanan cuaca persekitaran yang baik, merupakan polimer yang stabil dan tahan kepada bahan kimia serta untuk membuat bahan tampal. Polimer polisulfida disediakan dengan reaksi kimia kondensasi dengan mereaksikan


(24)

dihalida organik dengan larutan cairan natrium polisulfida dalam kehadiran agen penyebaran dan pembahasan. Hasil ini kemudian dibasuh untuk menyingkirkan garam terlarut dan seterusnya digumpalkan dengan asam. Reaksi kimia seperti ditunjukkan dibawah

ClCH2CH2CL + Na2S4 (CH2CH2S4)11 + 2 NaCl

Dua jenis Thiokol dihasilkan.(Indra Surya,.2006)

Peremahan karet memungkinkan pembersihan karet dengan lebih sempurna dan memungkinkan tercapainya hasil yang lebih seragam. Kedua sifat inilah kebersihan dan uniformitas karet sangat penting bagi karet alam, karena justru kekurangan dalam dua hal ini menyebabkan kurang menariknya karet alam terhadap karet sintetis. Dengan cara peremahan ini maka upgrading karet-karet mutu rendah dapat dilaksanakan lebih muda.(Sumarno kartowardojo.1970)

2.4 Perbedaan Karet Alam dan karet sintetis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah prroduksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Ada pun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah

- Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,

- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah. - Mempunyai daya aus yang tinggi,


(25)

Walaupun demikian,karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cendrung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetisdalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya. Kadang-kadang karena suatu sebab seperti keluarnya peraturan pemerintah di negara produsen yang menginginkan suatu kondisi tertentu terhadap industri karet dalam negrinya,maka akan mempengaruhi pasaran internasional. Suatu kebijaksanaan politik entah itu dari pihak penguasa maupun pemerintah memiliki pengaruh yang besar terhadap usaha perkarettan alam secara luas.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam akan tetap mempunyai pngsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.

2.5 Beberapa jenis karet beserta standart mutunya.

1. Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet.

Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam : lateks kebun,sheet angin,slab tipis dan lump segar.


(26)

a. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap ( zat anti koagulan). Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%.

b. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi. Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%. Tingkat ketebalan pertama 3mm dan tingkat ketebalan kedua 5mm.

c. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar karet kering 70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering 60%. Tingkat ketebalan pertama 30mm dan tingkat ketebalan kedua 40mm

d. Lump segar adalah bahan oalh karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara ilmiah dalam amngkuk penampungan. Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2 mempunyai kadar karet kering 50%. Tingkat ketebalan pertama 40mm dan tingkat ketebalan kedua 60mm.

2. Karet Alam Konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.


(27)

a. Ribbed smoked seheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.

b. White crepe dan pale crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih atau muda. White crepe dan pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.

c. Estate brown crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna coklat. Disebut estate brown crepe karena banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate.

d. Thin brown crepe remilis, jenis ini merupakan crepe coklat yang tipis karena digiling ulang. Bahan pembuat crepe ini sama dengan bentuk crepe lain, tetepi digiling lagi untuk menghasilkan crepe yang tebalnya sesuai dengan yang telah ditentukan.

e. Combo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump,scrap pohon,potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.

f. Thick blanket crepes ambers, jenis ini merupakan crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan, dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya.

g. Flat bark crepe, sebenarnya jenis ini merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.

h. Pure smoked blanket crepe jenis ini merupakan crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk juga block sheet atau sheet bongkah atau dari sisa potongan ribbed smoked sheet. 3. Lateks pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui


(28)

proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau

centrifuged lateks biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan

bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik lateks pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(29)

TABEL 2.1 STANDAR MUTU LATEKS PEKAT Lateks pusingan (Centrifugated latex) Lateks dadih (Creamed Latex)

1. Jumlah padatan (total solids) minimum 2. Kadar Karet Kering (KKK) minimum 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum

4.Kadar amoniak (berdasar jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum

5. Viskositas maksimum pada suhu 25oC

6. Endapan (sludge) dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulan dari jumlah padatan, maksimum 8. Bilangan KOH (KOH number) maksimum 9. Kemantapan mekanis

(mechanical stability) minimum

10.Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum

11.Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum

12.Warna

13.Bau setelah dinetralkan dengan asam borat

61,5% 60,0% 2,0% 1,6% 50 Centipoises 0,10% 0,08% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru Tidak kelabu Tidak boleh Berbau busuk 64,0% 62,0% 2,0% 1,6% 50 Centipoises 0,10% 0,08% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru Tidak kelabu Tidak boleh Berbau busuk Sumber : Thio Goan Loo,1980.


(30)

2.6 Cara memperlakukan lateks

a. Penggumpalan lateks

Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, penggumpalan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertama-tama berlaku untuk alat-alat yang dalam pekerjaan penggumpalan lateks bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya prokoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah.

Untuk menghindarkan terjadinya prakoagulasi tersebut, usaha menghindarkan masuknya kotoran kedalam

Lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga dalam persiapan sebelum penyadapan dimulai. Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran sadap,mangkok dan ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar. Penggumpalan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambet berhenti (late drops) dapat dilakukan penggumpalan kedua.

Lateks dari mangkok dituangkan kedalam ember pemupul (kenclang). Untuk membersihkan lateks dalam mangkok harus menggunakan spatel, jangan sekali-kali menggunakan kain,rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam emberb pemupul sudah terkumpul banyak, lateks dipindahkan kedalam ember pengumpul (oblong) yang ukurannya lebih besar. Wktu menuangkan lateks dari ember pemupul kedalam ember pengumpul harus ditumpahkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya


(31)

Dalam keadaan tertentu, pada saat pengumpulan lateks biasa juga menggunakan obat anti koagulasi (antikoagulan) untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya, karena biayanya cukup besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan larutan obat koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan.

Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda (Na2CO3),

amoniak (NH3) dan Natrium-sulfit (Na2SO3). Kebutuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks

kebun adalah sebanyak 5-10 cc larutan Natrium-sulfit 10%. b. Penerimaan lateks

Jika pembayaran upah para penyadap dilakukan untuk setiap satuan bobot karet kering, atau diberikan suatu premi tambahan untuk kelebihan hasil yang diperoleh diatas ketetapan yang sudah ditentukan, maka seharusnya untuk kedua keadaan tersebut ditentukan pendapatan tiap hari untuk tiap penyadap. Walaupun penyadapan dilakukan dengan upah harian,pengawasan atas tiap penyadap seorang demi seorang juga perlu, baik pemeriksaan atas produki maupun kadar karet dari lateks hasil sadapannya. Dari lateks hasil penyadapannya dapat ditentukan :

1. Bobot atau isi lateks 2. Kadar karet kering (KKK) c. Pengangkutan lateks

setelah lateks hail sadapan terkumpul seluruhnya, lateks dari tangki penerima/pengumpulan yang berada dilokasi tempat pengumpulan hasil, kemudian diangkut dengan tangki pengankut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor,dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus


(32)

dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi didalam tangki. Volume tangki pengangkut biasanya antara 2000 -3000 liter. Tangki dibuat dari bahan aluminium dan dirancang sedemikian rupa. Sehingga mudah dipasang dan dilepas pada/dari alat penarik (truk/traktor) dan dengan mudah dibersihkan.

d.Penggumpalan gumpalan karet mutu rendah

Selain hasil yang berupa lateks,dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa :

1. Skrep (scrap) adalah bekuan lateks pada irisan/alur sadapan. Skrep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. 2. Lump tanah atau kret tanah adlah lateks yang membeku pada tanah diperoleh

terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang.

3. Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok, lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon ( tidak diangkat).

2.7Faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas lateks

Lateks sebagai bahan baku erbaga asil karet ,harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ualitas lateks, di antaranya adalah :

1. Faktor di kebun (jenis klon,sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)


(33)

4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki,jarak,jangka waktu) 5. Kualitas air dalam pengolahan

6. Bahan-bahan kimia yang dgunakan 7. Komposisi lateks

Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm),enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1 – 1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.

Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dan krep (crepe) adalah ±93%, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jemur akan terjadi dan lazimnya disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran. Bintik-bintik ini merusak kualitas dan menyebabkan prouk tersebut tidak disukai dalam perdagangan.

Tabel 2.2 Kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang dikeringkan

No Bahan Lateks segar

(%)

Lateks yang dikeringkan (%)

1 Kandungan karet 35,62 88,28

2 Resin 1,65 4,10

3 Protein 2,03 5,04

4 Abu 0,70 0,84

5 Zat gula 0,34 0,84

6 Air 59,62 1,00

(Djoehana Setyamidjaj,1993)

Sifat limbah setelah perlakuan dengan Buckom LAWT-60

Hasil pengujian sifat karet mentah serta kompon dan vulkanis ACS, asal karet yang diperoleh dari penggumpalan limbah lateks dengan Buckom LAWT-60. Sebagai


(34)

bahan penggumpal Buckom LAWT-60 ini sangat reaktif. Reaktivitas Buckom LAWT-60 ini menurun bila limbah lateks tersebut mengandung amoniak. Penggumpaln limbah lateks baik dengan Buckom LAWT-60 maupun dengan asam semut jelas memperbaiki mutu limbah , khususnya limbah hasil penggumpalan dengan Buckom LAWT-60, selain memberikan nilai BOD dan COD yang lebih rendah, pH-nya mendekati netral.(Balai Penelitian Perkebunan sungai Putih ,1988)

Amoniak sebagai bahan pemantap lateks pekat mempunyai kelemahan yaitu baunya merangsang kuat sehingga merupakan salah satu masalah dalam pengolahan selanjutnya. Hal ini menyebabkan berkembangnya pengawetan lateks pekat dengan kadar amonia rendah. Dalam pengawetan dengan kadar ammonia rendah selalu ditambahkan bahan pengawet kedua yaitu asam lemak untuk meningkatkan waktu pemantapan mekaniknya.

Amoniak anhidra adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 kg sedangkan larutan amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya berkonsentrasi 20% (Solichin,1988).

Bilangan asam lemak mudah menguap ( volatile fatty acid ) didefinisikan sebagai jumlah asam lemak eteris rantai pendek, yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total. Nilai ini menggambarkan tingkat kebusukkan lateks pekat. Semakin tinggi nilai volatile fatty acid akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.(Stanley,H. 1988).


(35)

termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule merupakan kekecualian, yang diperoleh melalui pulping dan parboling tumbuhan sebelum dimurnikan. Residu panen selulosik (bagasse) merupakan sumber alkohol fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi (rata-rata sekitar 1 juta) dan amforsus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak pada suhu rendah.

Lateks bisa dikonversi kekaret busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan mengkoting lateks diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Havea (sekitar 65%) digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-produk komersial termasuk alas kaki,segel karet. Weather striping, shock absurver, insulasi listrik, asesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya memakai karet dalam bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet yang tidak tervulkanisasi adalah bentuk kerisut yang, karena ketahanan abrasinya istemewa, diapakai untuk tapak sepatu. Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca (gutta-percha) yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya,

Pallaquium oblongifolium dan pohon-pohon serupa terutama berasal dari Asia

Tenggara). Gutta-percha memiliki struktur trans 1,4-poliisoprena. Ia jauh lebih keras dan kurang dapat larut daripada karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal

(Stevens,2001).

Dalam perdagangan karet sering terdapat keluhan atau tuntutan mengenai mutu karet tersebut. Sebagai contoh, jepang sering mengeluh karena karet yang diimpor mempunyai sifat viskositas yang tinggi/ rendah, tidak seragam , dan sebagainya. Salah satu negara pengimpor karet Indonesia adalah jepang yang setiap tahunnya mencapai


(36)

sekitar 27.000 ton. Karet mentah yang diimpor ini kira-kira 68% berupa karet konvensional, sedang sisanya berupa karet spesifikasi teknis.

Kebutuhan akan karet spesifikasi teknis, sebagian besar diimpor Jepang dari Muangthai, Malaysia, dan Singapura. Hanya sebagian kecil saja jepang mengimpor karet spesifikasi teknis dari indonesia kurang baik mutunya dan kurang seragam. Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan karet spesifikasi teknis, yaitu ; kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan PRI.

Disamping itu juga ditentukan kadar nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata-rata, berat molekul rata-rata. Pembuatan kompon dilakukan dengan “ Bunbury Mixer” yang mempunyai kapasitas 2,200 ml.

Kompon nonproduktif terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80-90oC. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5-5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill.lembaran didinginkan didalam air, kemudian dicelupkan didalam larutan MgCO3

untuk mencegah kelengketan.

Kompon produktif dibuat dari kompon nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakukan juga dengan “Sheeting Mill”. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan didalam larutan MgCO3 kemudian dibiarkan pada suhu


(37)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

1. Beaker glass 400 ml (Pyrex) 2. Neraca analitis

3. Magnetik stirer

4. Gelas ukur 500 ml (pyrex) 5. pH meter

6. Buret 50 ml (Pyrex)

7. Erlenmeyer 250 ml (Pyrex) 8. Botol aquadest

9. Pipet volum 10 ml

3.1.2 Bahan-bahan 1. Lateks 2. Aquadest 3. H2SO4 0,1N

4. Kalium hidroksida (KOH)0,5N

5. Indikator Brom Timol Blue (BTB) 0,04% 6. Larutan buffer pH 7 dan pH 10

7. Amoniak 8. Asam asetat


(38)

3.2 Prosedur

3.2.1 analisa alkalinity NH3

- Ditimbang beaker glass 400 ml, nol kan - Tambahkan ± 4 gr sampel, catat beratnya - Tambahkan aquadest 300 ml, stirer

- Tambahkan indikator BTB 0,04 N ± 4-5 tetes

- Titrasi dengan H2SO4 0,1N sampai terjadi perubahan warna dari kekuningan

menjadi biru, catat volume titrasi dengan rumus :


(39)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 4.1 : Data hasil analisa dari latex yang baru masuk

Type latex : Medium Amoniak

S/N Parameter Standart Hasil Keterangan

1 Total Solid Content (TSC) Min 61,30 61,34% 2 Dry Rubber Content

(DRC)

Min 60,00 60,00% 3 Volatile Fatty Acid (VFA) Max 0,020 0,019 4 Alkalinity (NH3) 0,40 – 0,54 0,490%

5 Mechanical Stability Time (MST)

500 -2000 545sec 6 KOH Number (KOH No) 0,45 – 0,80 0,603% 7 pH (Temperatur 25oc) 10,20 -10,80 10,34

8 Density 0,92 – 0,94 0,94gr/cc

9 Colour White White

10 Odour Good Good

Nb : Dari analisa latex tersebut sesuai specifikasi Mutu

Tabel 4.2 : Data hasil analisa dari latex yang baru masuk

Type latex : High Amoniak

S/N Parameter Standart Hasil Keterangan

1 Total Solid Content (TSC) Min 61,30 61,36% 2 Dry Rubber Content(DRC) Min 60,00 60,00% 3 Volatile Fatty Acid (VFA) Max 0,020 0,008 4 Alkalinity (NH3) 0,55 – 0,75 0,640%

5 Mechanical Stability Time (MST)

500 – 2000 875sec 6 KOH Number (KOH No) 0,45 – 0,80 0,643% 7 pH (Temperatur 25oc) 10,20 – 10,80 10,61

8 Density 0,92 – 0,94 0,94gr/cc

9 Colour White White

10 Odour Good Good


(40)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan % NH3

% NH3= x 100%

Dimana : F H2SO4 = faktor H2SO4 0,1N

V = volume H2SO4

% NH3= x 100%

= 0,39 ml

% NH3= x 100%

= 0,48 ml

% NH3= x 100%

= 0,58 ml

4.3 Pembahasan

Pada tabel diatas parameter alkalinitas (NH3) menunjukkan hasil 0,490, menurut

standar alkalinitas pada PT. Karet Nusantara, pada type lateks Medium amoniak berkisar antara 0,40-0,54, nilai amoniak pada data masih dalam batasan yang sesuai, dan telah memenuhi standart industri karet.


(41)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

- Kadar Amoniak (NH3) dari lateks kompon di PT. Industri Karet Nusantara telah

didapati sesuai dengan mutu standar dari perusahaan yaitu untuk Medium amoniak : 0,49%, High amoniak : 0,64%

5.2. Saran.

Sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kadar amoniak pada lateks pekat agar

memperoleh hasil produksi yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Perkebunan Sungai putih.,(1988). Prosiding. Volume III. Konperensi Nasional

Karet 1986. Medan

Djohehana .S.,(1993),Karet Budidaya dan Pengolahan. Kansius. Yogyakarta .

Dr. James J. Spillane.,(1989), Komoditi Karet Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, Kansius.

Jakarta

Ir. Indra.S.,(2006),Buku Ajaran Teknologi Karet,USU-Inherent, Medan.

Stanley,H.,(1988).Kimia Organik I. Penerbit ITB, Bandung

Solichin.M.,(1988).Lateks III, Sembawa, Balai Penelitian Perkebunan Sembawa.

Stevens.M.P.,(2001). Kimia Polimer , Pradnya Paramita, Jakarta


(1)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

1. Beaker glass 400 ml (Pyrex) 2. Neraca analitis

3. Magnetik stirer

4. Gelas ukur 500 ml (pyrex) 5. pH meter

6. Buret 50 ml (Pyrex)

7. Erlenmeyer 250 ml (Pyrex) 8. Botol aquadest

9. Pipet volum 10 ml

3.1.2 Bahan-bahan 1. Lateks 2. Aquadest 3. H2SO4 0,1N

4. Kalium hidroksida (KOH)0,5N

5. Indikator Brom Timol Blue (BTB) 0,04% 6. Larutan buffer pH 7 dan pH 10


(2)

3.2 Prosedur

3.2.1 analisa alkalinity NH3

- Ditimbang beaker glass 400 ml, nol kan - Tambahkan ± 4 gr sampel, catat beratnya - Tambahkan aquadest 300 ml, stirer

- Tambahkan indikator BTB 0,04 N ± 4-5 tetes

- Titrasi dengan H2SO4 0,1N sampai terjadi perubahan warna dari kekuningan

menjadi biru, catat volume titrasi dengan rumus :


(3)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 4.1 : Data hasil analisa dari latex yang baru masuk Type latex : Medium Amoniak

S/N Parameter Standart Hasil Keterangan

1 Total Solid Content (TSC) Min 61,30 61,34% 2 Dry Rubber Content

(DRC)

Min 60,00 60,00% 3 Volatile Fatty Acid (VFA) Max 0,020 0,019 4 Alkalinity (NH3) 0,40 – 0,54 0,490%

5 Mechanical Stability Time (MST)

500 -2000 545sec 6 KOH Number (KOH No) 0,45 – 0,80 0,603% 7 pH (Temperatur 25oc) 10,20 -10,80 10,34

8 Density 0,92 – 0,94 0,94gr/cc

9 Colour White White

10 Odour Good Good

Nb : Dari analisa latex tersebut sesuai specifikasi Mutu

Tabel 4.2 : Data hasil analisa dari latex yang baru masuk Type latex : High Amoniak

S/N Parameter Standart Hasil Keterangan

1 Total Solid Content (TSC) Min 61,30 61,36% 2 Dry Rubber Content(DRC) Min 60,00 60,00% 3 Volatile Fatty Acid (VFA) Max 0,020 0,008 4 Alkalinity (NH3) 0,55 – 0,75 0,640%

5 Mechanical Stability Time (MST)


(4)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan % NH3

% NH3= x 100%

Dimana : F H2SO4 = faktor H2SO4 0,1N

V = volume H2SO4

% NH3= x 100%

= 0,39 ml

% NH3= x 100%

= 0,48 ml

% NH3= x 100%

= 0,58 ml 4.3 Pembahasan

Pada tabel diatas parameter alkalinitas (NH3) menunjukkan hasil 0,490, menurut

standar alkalinitas pada PT. Karet Nusantara, pada type lateks Medium amoniak berkisar antara 0,40-0,54, nilai amoniak pada data masih dalam batasan yang sesuai, dan telah memenuhi standart industri karet.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

- Kadar Amoniak (NH3) dari lateks kompon di PT. Industri Karet Nusantara telah

didapati sesuai dengan mutu standar dari perusahaan yaitu untuk Medium amoniak : 0,49%, High amoniak : 0,64%

5.2. Saran.

Sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kadar amoniak pada lateks pekat agar memperoleh hasil produksi yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Perkebunan Sungai putih.,(1988). Prosiding. Volume III. Konperensi Nasional

Karet 1986. Medan

Djohehana .S.,(1993),Karet Budidaya dan Pengolahan. Kansius. Yogyakarta .

Dr. James J. Spillane.,(1989), Komoditi Karet Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, Kansius.

Jakarta

Ir. Indra.S.,(2006),Buku Ajaran Teknologi Karet,USU-Inherent, Medan.

Stanley,H.,(1988).Kimia Organik I. Penerbit ITB, Bandung

Solichin.M.,(1988).Lateks III, Sembawa, Balai Penelitian Perkebunan Sembawa.

Stevens.M.P.,(2001). Kimia Polimer , Pradnya Paramita, Jakarta